Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN KUALITAS AIR

Nama : Brillian Rossi Wahyudi


NPM : 2010801076
Kelompok : 7
Asisten Praktikum : Arlin Anugerah F

LABORATORIUM FAKULTAS PERTANIAN


PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
UNIVERSITAS TIDAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang
berjudul “Manajemen Kualitas Air” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Manajemen Kualitas Air. Selain itu, laporan praktikum ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kualitas Air pada pemeliharaan
ikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada asisten praktikum yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya terkait topik Manajemen Kualitas Air. Kami
menyadari, laporan praktikum yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan laporan praktikum ini.

Magelang, 30 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
Daftar Gambar........................................................................................................ iv
Daftar Tabel ............................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Klasifikasi Ikan Tawes (Barbonymous gonionotus)................................. 3
2.2 Morfologi .................................................................................................. 4
2.3 Habitat ...................................................................................................... 4
2.4 Kebiasaan Makan ..................................................................................... 5
2.5 Pakan Ikan ................................................................................................ 5
2.6 Kualitas Air .............................................................................................. 5
2.6.1 Suhu................................................................................................... 6
2.6.2 Oksigen Terlarut (DO) ...................................................................... 6
2.6.3 Derajat Keasaman (pH) ..................................................................... 6
2.6.4 Ammonia ........................................................................................... 7
2.7 FCR (Feed Convertion Ratio) .................................................................. 7
2.8 SR (Survival Rate) .................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI ........................................................................................ 9
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 9
3.2.1 Alat dan Fungsi ................................................................................. 9
3.2.2 Bahan dan Fungsi .............................................................................. 9
3.3 Langkah Kerja ........................................................................................ 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 12
4.1 Hasil ........................................................................................................ 12
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 14
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 18
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
5.2 Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LOGBOOK ............................................................................................................ 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 30

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Ikan Tawes ................................................................................................ 3

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Alat dan Fungsi Praktikum Manajemen Kualitas Air ................................... 9
2. Bahan dan Fungsi Praktikum Manajemen Kualitas Air ................................ 9
3. Hasil Pengamatan Pemeliharaan Ikan Tawes ............................................. 12

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan media yang paling vital bagi kehidupan biota budidaya karena
air adalah media hidupnya. Air yang memadai, baik kualitas maupun kuantitas
dalam budidaya biota aquatik sangat menentukan keberhasilan budidaya tersebut.
Penurunan kualitas air akan menyebabkan biota syok (stress) sehingga biota
budidaya mudah terserang penyakit. Menurut Susanto (1991) dalam Ningsi
(2019), perairan sebagai tempat lingkungan hidup ikan, kualitas lingkungan
memberikan pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan ikan, dimana suhu
terbaik adalah 25-32°C dengan perbedaan suhu siang dan malam tidak melebihi
5°C, kadar O2 terlarut berkisaran antara 6,7-8,6ppm, sedangkan pH berkisaran
antara 6,5-7,5. Amonia hasil perombakan asam-asam amino yang berbagai jenis
bakteri aerob maupun anaerob.
Ikan tawes (Puntius javanicus) merupakan ikan budidaya air tawar asli
Indonesia, serta merupakan salah satu ikan konsumsi ekonomis yang harganya
terjangkau oleh masyarakat. Ikan tawes ini termasuk ikan herbivor yang memakan
tumbuhan dan ganggang sehingga menguntungkan bagi pembudidaya tradisional.
Data statistik produksi budidaya ikan tawes mengalami peningkatan pada tahun
2016 dengan total 39.100 ton/ tahun. Peningkatan budidaya ikan tawes ini
dimaksudkan untuk memenuhi ketahanan masyarakat akan sumber protein yang
murah, bermanfaat dan terjangkau oleh masyarakat serta sebagai bahan kebutuhan
pangan (Hanief, dkk., 2014).
Budidaya ikan tawes merupakan usaha yang potensial mengingat permintaan
pasar yang cukup luas. Namun ketersediaan benih ikan ini bagi pembudidaya
kurang tercukupi karena benih masih sulit diproduksi maka akan berdampak
kurangnya untuk memenuhi kebutuhan pasar ikan tawes konsumsi. Saat ini
budidaya perikanan mengalami kendala dalam usaha pendederan benih ikan
tawes, permasalahan yang sering dihadapi adalah tingginya tingkat kematian dan
pertumbuhannya lambatnya (Hanief, dkk., 2014).. Oleh karena itu adanya

1
praktikum pemeliharaan ikan tawes sebagai pengetahuan mengenai manajemen
kualitas air pada budidaya ikan tawes.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum manajemen kualitas air ini adalah :
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeliharaan ikan dari pengukuran Kualitas
Air berupa Suhu, pH, Oksigen Terlarut, dan Amoniak
2. Mahasiswa mampu memecahkan masalah dan mencari solusi terkait
pemeliharaan ikan dari kualitas air berupa Suhu, pH, Oksigen Terlarut, dan
Amoniak.
3. Mahasiswa mampu mengetahui FCR (Feed Convertion Ratio) dan SR
(Survival Rate) pada ikan.

1.3 Manfaat
Manfaat pelaksanaan praktikum Manajemen Kualitas Air yaitu memberikan
ilmu dan pengetahuan melalui praktik secara langsung kepada mahasiswa
mengenai pemeliharaan ikan dari pengukuran Kualitas Air berupa Suhu, pH,
Oksigen Terlarut, dan Amoniak serta bagaimana cara memenejemen kualitas air
agar selalu optimal dalam kegiatan budidaya ikan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Tawes (Barbonymous gonionotus)


Klasifikasi ikan tawes menurut Nelson (2006) dalam Khustiawan (2016) ialah
sebagai berikut:
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Divisi : Teleostei
Subdivisi : Ostariclopeomorpha
Superordo : Ostariophysi
Ordo : Cypriniformes
Superfamily : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Subfamili : Barbinae
Genus : Barbonymus
Spesific name : gonionotus
Spesies : Barbonymous gonionotus

Gambar 1. Ikan Tawes


Sumber : (Nelson, 2006 dalam Khustiawan, 2016)

Ikan tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia terutama pulau Jawa.
Hal ini juga menyebabkan tawes memiliki nama ilmiah Puntius javanicus.
Namun, berubah menjadi Puntius gonionotus, dan terakhir berubah menjadi
Barbonymus gonionotus. Ikan tawes memiliki nama lokal tawes (Indonesia),
taweh atau tawas, lampam Jawa (Melayu). Di danau Sidenreng ikan tawes disebut
bale kandea (Amri dan Khairuman, 2008) dalam (Khustiawan, 2016).

3
2.2 Morfologi
Ikan Tawes (Barbonymous gonionotus) memiliki badan yang berbentuk
hampir segitiga dan pipih, sisik relatif besar dengan warna keperak-perakan atau
putih keabu-abuan. Tinggi badan ikan tawes 1 : 2,4-2,6 kali panjang standar.
Mulut berbentuk runcing dan letaknya di tengah (terminal), selain itu mulut ikan
tawes memiliki dua pasang sungut yang kecil. Sisik ikan tawes berwarna putih
keperakan. Warna sisik di bagian punggung lebih gelap, sedangkan warna sisik di
bagian perut lebih putih. Dasar sisik berwarna kelabu sampai gelap. Sirip ekor
bercagak dalam dengan lobus membulat (Susanto, 2007) dalam (Khustiawan,
2016).

2.3 Habitat
Habitat ikan tawes pada tipe perairan danau, waduk, dan sungai.
Persebarannya di Indonesia meliputi pulau Sumatera, Sulawesi, dan Jawa, B.
gonionotus hidup di perairan tawar, di dataran rendah sampai dataran tinggi
dengan suhu optimum antara 25̊–33̊ C. Ikan tawes merupakan ikan asli Indonesia
dengan nama “Putuhan atau Bander Putihan“. Ikan tawes dapat dibudidayakan
dengan baik mulai dari tepi pantai (di tambak air payau) sampai ketinggian 800 m
di atas permukaan air laut, dengan suhu air optimum antara 25̊ –30̊ C. Ikan tawes
merupakan penghuni sungai dengan arus deras. Tubuhnya yang langsing dan
tinggi disiapkan untuk menghadapi kondisi alam perairan yang berarus deras
(Andy, dkk., 2014).
Ikan tawes merupakan penghuni sungai dengan arus deras. Tubuhnya yang
langsing dan tinggi disiapkan untuk menghadapi kondisi alam perairan yang
berarus deras. Ikan tawes dapat juga menerima makanan tambahan seperti sisasisa
dapur, dedak dan bungkil. Tawes tergolong sebagai ikan pemakan
tumbuhtumbuhan. Larva ikan tawes memakan alga bersel satu (uniseluler) dan
zooplankton yang halus. Ikan tawes dewasa suka memakan daun-daunan seperti
daun talas dan singkong serta tanaman air seperti Hydrilla verticillata. Ikan tawes
mudah berkembang biak di alam tetapi juga tidak sulit dikembangkan di kolam
dan sawah (Susanto, 2000) dalam (Prastyarini, 2012).

4
2.4 Kebiasaan Makan
Ikan tawes adalah termasuk ikan herbivora atau pemakan tumbuhan pada
waktu dewasa. Ikan tawes (Barbonymous gonionotus) merupakan ikan herbivora,
daun-daunan merupakan pakan yang penting bagi ikan tawes. Bahwa ikan tawes
pada waktu masih benih suka makan plankton. Pada waktu dewasa ikan tawes
suka makan lumut dan pucuk-pucuk ganggang muda. Selain itu, ikan tawes juga
makan daun-daun tanaman lain, misalnya daun keladi, daun singkong, daun
papaya. Sebetulnya yang dimakan itu bukan tumbuhtumbuhan belaka, tetapi jasad
renik ataupun plankton yang melekat pada yang termakan juga. Selain plankton,
tawes yang ada di Rangel Bojonegoro menunjukkan bahwa tawes disana
menyukai daging bekicot (Mudjiman, 2000) dalam (Saleh, 2020).

2.5 Pakan Ikan


Pakan juga merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan. Jenis-jenis ikan budidaya komersial yang dipelihara
secara semi-intensif, pakan yang dimakan sepenuhnya mengandalkan suplai yang
diberikan oleh pembudidaya. Sedangkan ikan yang dipelihara secara tradisional
atau ikan yang hidup bebas di alam, hanya memanfaatkan pakan yang tersedia
secara alami. Sedangan ikan tawes pada waktu masih benih suka makan plankton.
Setelah dewasa ikan tawes suka makan lumut dan pucuk-pucuk ganggang muda
(Mudjiman, 2000) dalam (Saleh, 2020).

2.6 Kualitas Air


Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan
ikan dan binatang lainnya. Variabel tersebut meliputi sifat fisika, kimia, serta
biologi air. Kualitas air yang baik adalah yang dapat diterima ikan dan tidak
berpengaruh negatif terhadap sasaran, antara lain pertumbuhan ikan, penetasan
telur dan, kelulushidupan ikan.Kualitas air yang kurang baik mengakibatkan
pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa hal yang dapat menurunkan kualitas
lingkungan antara lain pencemaran limbah organik, bahan buangan zat kimia dari
pabrik, serta pestisida dari penyemprotan di sawah dan kebun-kebun, dan dari
limbah rumah tangga (Rachmatun, 2010) dalam (Prastyarini, 2012).

5
2.6.1 Suhu
Suhu air adalah salah satu sifat fisik air yang dapat mempengaruhi nafsu
makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu ideal untuk pemeliharaan ikan secara
intensif adalah 25-30° C, di luar itu akan mengurangi selera makan ikan,
sedangkan suhu air yang optimal antara lain 25-27° C. Suhu air antara siang dan
malam tidak begitu besar perbedaannya atau tidak lebih dari 50 C, misalnya antara
25° C dan 30° C. Suhu yang baik untuk budidaya ikan tawes adalah 20-25° C
(Ciptanto, 2010) dalam (Prastyarini, 2012).

2.6.2 Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut yang dianggap paling ideal untuk tumbuh dan
berkembangbiak ikan dalam kolam yaitu 5-6 ppm. Apabila kadar O2 3-4 ppm
dalam jangka waktu yang lama ikan akan berhenti makan dan pertumbuhannya
terhenti. Kadar O2 terlarut yang dianggap membahayakan bagi ikan apabila hanya
mencapai 3 ppm sedangkan kandungan yang diharapkan lebih dari 5 ppm O2
terlarut untuk budidaya ikan tawes sebaiknya lebih dari 5 ppm (Ciptanto, 2010)
dalam (Prastyarini, 2012).

2.6.3 Derajat Keasaman (pH)


pH mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap suatu kehidupan
perairan. Pertumbuhan ikan akan terhambat apabila adanya pergoncangan pH
yang terlalu besar secara terus-menerus. Pada umumnya pH akan turun apabila
kandungan mineral yang ada di perairan juga turun. Ikan tahan terhadap
goncangan pada pH 5-8. Batasan minimal toleransi ikan air tawar terhadap pH
adalah 4 dan maksimum 11 (Asmawi, 1983) dalam (Prastyarini, 2012).
Pada siang hari pH suatu perairan meningkat. Hal ini disebabkan adanya
proses fotosintesis pada siang hari, saat itulah tanaman air atau fitoplankton
mengkonsumsi karbondioksida. Sebaliknya, pada malam hari kandungan pH suatu
perairan akan menurun karena tanaman air dan fitoplankton mengonsumsi oksigen
dan menghasilkan karbondioksida. pH yang baik untuk ikan tawes yaitu antara
6,5-7,5 (Ciptanto, 2010) dalam (Prastyarini, 2012).

6
2.6.4 Ammonia
Ammonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3 yang merupakan salah
satu indikator pencemaran udara pada bentuk kebauan. Gas ammonia adalah gas
yang tidak berwarna dengan bau menyengat biasanya ammonia berasal dari
aktifitas mikroba, industri ammonia, pengolahan limbah dan pengolahan batu
bara. Ammonia di atmosfer akan bereaksi dengan nitrat dan sulfat sehingga
terbentuk garam ammonium yang sangat korosif (Yuwono, 2010) dalam
(Sulistiyanto, 2018).
Amonia beracun bagi ikan yang dibudidayakan secara komersil pada
konsentrasi diatas 1.5 mg N/l, bahkan pada beberapa kasus konsentrasi yang dapat
diterima hanya 0.025 mg N/l. Ikan memiliki beberapa mekanisme untuk
mentoleransi kelebihan amonia dan mengurangi toksisitas amonia termasuk
ekskresi dan konversi. Namun paparan amonia pada tingkat berlebihan
menyebabkan ekskresi amonia terganggu, sehingga terjadi peningkatan
penyerapan amonia dan bahkan kematian (Sinha, et al., 2012).

2.7 FCR (Feed Convertion Ratio)


FCR (Feed Convertio Ratio) merupakan perbandingan antara jumlah pakan
yang digunakan dengan jumlah bobot ikan yang dihasilkan. Semakin kecil nilai
FCR (faktor lain bisa sama) menunjukkan kondisi ikan juga semakin baik.
Rendahnya nilai FCR menunjukkan bahwa penambahan sejumlah pakan dapat
menghasilkan penambahan bobot dengan jumlah yang lebih besar (Adi, 2018).
Menurut Effendi, (2012 ), mangatakan bahwa RKP atau Feed Convertion Ratio
(FCR) adalah perhitungan konversi pakan berat kering makanan yang diberi
dengan pertumbuhan berat tubuh ikan.

2.8 SR (Survival Rate)


Kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) adalah persentase jumlah ikan
yang hidup dalam kurun waktu tertentu kelangsungan hidup organisme
dipengaruhi oleh padat penebaran dan faktor lainnya seperti, umur, pH, suhu dan
kandungan amoniak. Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan 16
kelangsungan hidup ikan adalah tersedianya jenis makanan serta adanya

7
lingkungan yang baik seperti oksigen, amoniak, karbondioksida, nitrat, hidrogen
sulfida dan ion hydrogen. Tingkat kelangsungan hidup adalah presentase jumlah
benih ikan yang masih hidup pada akhir penelitian. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, maka diperlukan makanan yang
memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan yang telah dimakan oleh ikan
digunakan untuk kelangsungan hidup dan selebihnya akan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan. Ikan akan hidup, tumbuh, dan berkembang dengan baik pada
habitat atau lingkungan dalam batas yang dapat ditolelir oleh ikan
(Fatkhummubin, 2019).

8
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Manajemen Kualitas Air dilaksanakan pada tanggal 10 November
2022 s.d 29 November 2022 dan bertempat di Kampus Sidotopo dan Kampus
Tuguran Universitas Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat dan Fungsi
Tabel 1. Alat dan Fungsi Praktikum Manajemen Kualitas Air
No Nama Alat Fungsi
1 pH meter Sebagai alat ukur derajat keasaman
2 Thermometer Sebagai alat ukur suhu
3 DO Meter Sebagai alat ukur oksigen terlarut
4 Selang Aerator Sebagai selang aerasi
5 Aerator Sebagai aerasi
6 Kolam Terpal 2x1 m Sebagai wadah budidaya
7 Tali rafia Sebagai alat pengikat
8 Kabel Ties Sebagai alat pengikat
9 Amoniak Kit Sebagai alat ukur amonia
10 Alat Dokumentasi Sebagai alat dokumentasi
11 Pipa PVC Sebagai rangka kolam
12 Pipa siku L dan T Sebagai penyambung kolam atau siku
13 Ember Sebagai alat bantu wadah

3.2.2 Bahan dan Fungsi


Tabel 2. Bahan dan Fungsi Praktikum Manajemen Kualitas Air
No Nama Bahan Fungsi
1 Ikan Tawes Sebagai sampel uji
2 Tisu Sebagai pembersih
3 Pakan Pellet Sebagai bahan pakan ikan
4 Air Sebagai media budidaya
5 Akuades Sebagai cairan kalibrasi
6 Daun ketapang Sebagai penstabil pH
7 Bio Ring Sebagai rumah bakteri

9
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Pengukuran pH
1. Membuka penutup elektroda
2. Menghidupkan pH meter
3. Memasukkan probe pH meter ke dalam wadah/kolam pemeliharaan ikan
tawes
4. Menunggu hingga angka pada layar stabil
5. Mencatat dan mendokumentasikan hasil yang tertera pada layar
3.3.2 Pengukuran Suhu
1. Menyiapkan termometer
2. Memasukkan termometer ke dalam kolam pemeliharaan ikan tawes
3. Menunggu hasil pengukuran
4. Mencatat dan mendokumentasikan hasil yang didapat
3.3.3 Pengukuran DO (Dissolved Oxygen)
1. Menyiapkan alat
2. Memasang probe pada unit dan pastikan terkunci dengan baik
3. Menghidupkan DO meter
4. Menunggu hingga angka pada layar stabil
5. Megklik tombol enter
6. Menunggu hingga angka pada layar stabil
7. Mengklik tombol cal untuk mengkalibrasi
8. Menunggu hingga angka pada layar stabil
9. Mengklik tombol enter
10. Memasukkan probe ke dalam kolam pemeliharaan ikan tawes
11. Menunggu hingga kata ready pada layar berhenti berkedip
12. Mencatat dan mendokumentasikan hasilnya
3.3.4 Pengukuran Amonia
1. Menyiapkan alat dan bahannya
2. Memasukkan 5 ml air sampel yang akan diuji pada cuvet
3. Menambahkan 3 tetes reagen 1 pada cuvet
4. Menghomogenkan secara perlahan
5. Menambahkan 3 tetes reagen 2 pada cuvet

10
6. Menghomogenkan secara peralahan
7. Menambahkan 3 tetes reagen 3 pada cuvet
8. Menghomogenkan secara peralahan
9. Menunggu beberapa menit
10. Mengamati perubahan warna pada air sampel
11. Menyesuaikan dengan kertas parameter
12. Mencatat dan mendokumentasikan hasilnya

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil praktikum manajemen kualitas air dari pemeliharaan ikan tawes
(Barbonymous gonionotus) pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pemeliharaan Ikan Tawes
Hari
No Waktu Suhu pH DO Amoniak Keterangan
/Tgl
o
1 Senin, pagi 25 C 7 5.09 - Ikan mati 5 dari total ikan 23
14/11/2022 menjadi 18, pakan yang
diberikan sebanyak 4 gram.
2 Senin, sore 26oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
14/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
3 Selasa, pagi 25oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
15/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
4 Selasa, sore 25oC 7 - - Ikan terlihat lincah,
15/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
o
5 Rabu, pagi 24,5 C 6 - - Ikan terlihat lincah,
16/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
6 Rabu, sore 24oC 7 - - Ikan terlihat lincah,
16/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
7 Kamis, pagi 24oC 6 5,02 - Ikan terlihat lincah,
17/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
o
8 Kamis, sore 24,5 C 6 - - Ikan terlihat lincah,
17/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
9 Jumat, pagi 24oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
18/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram..
10 Jumat, sore 25oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
18/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
11 Sabtu, pagi 23oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
19/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram. pH 6, Suhu 23oC.
o
12 Sabtu, Sore 26,5 C 6 - - Ikan terlihat lincah,
19/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
13 Minggu, Pagi 24 oC 6,68 2,97 - Ikan terlihat lincah,
20/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.

12
14 Minggu, sore 29 oC 6,64 - - Ikan terlihat lincah,
20/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
15 Senin, Pagi - - - - Kelompok 7 tidak melakukan
21/11/2022 pengecekan pada hari senin
pagi.
16 Senin, sore 26oC 6,38 Ikan lemas sebanyak 1 ekor
21/11/2022 dan tidak nafsu makan,
pemberian pakan sebanyak 4
gram.
17 Selasa, Pagi 25oC 6,64 - - Ikan lemas sebanyak 1 ekor
22/11/2022 dan sudah mau mulai makan,
pemberian pakan sebanyak 4
gram
18 Selasa, sore 25oC 7,11 - - Ikan lemas sebanyak 1 ekor
22/11/2022 dan sudah mau mulai makan,
pemberian pakan sebanyak 4
gram.
19 Rabu, Pagi 24oC 6,73 3,9 - Ikan lemas 1 ekor dan mulai
23/11/2022 tidak mau makan kembali,
pemberian pakan sebanyak 4
gram.
20 Rabu, sore 27oC 7,04 - - Ikan lemas sebanyak 1 ekor
23/11/2022 dan mulai tidak mau makan
kembali, pemberian pakan
sebanyak 4 gram.
21 Kamis, Pagi 24oC 7,14 - - Ikan mati sebanyak 1 ekor
24/11/2022 dan mulai tidak mau makan
kembali, pemberian pakan
sebanyak 4 gram.
22 Kamis, sore 24oC 7,03 - - Ikan mati sebanyak 5 ekor,
24/11/2022 beberapa ekor sudah sekarat
dan tidak mau makan
kembali, pemberian pakan
sebanyak 3 gram.
23 Jumat, Pagi 25oC 6,95 6,25 0,5/0,4 Ikan mati semua
25/11/2022 (Terindikasi penyakit)

Pada hasil praktikum manajemen kualitas air dari Feed Conversion


Ratio/FCR pemeliharaan ikan tawes (Barbonymous gonionotus) ialah sebagai
berikut:
𝐹
FCR = 𝑋 100%
(𝑤𝑡 + 𝑤𝑑 ) − 𝑤𝑜
8,1 𝑔𝑟
FCR = 𝑋 100%
(0 + 15) − 345
FCR = −27%

13
Keterangan :
F = Jumlahpakan yang diberikan pada saat pemeliharaan = 8,1 x 11 = 89,1
Wo = Berat rata-rata awal x jumlah ikan waktu tebar = 15 x 23 = 345
Wt = Berat rata-rata akhir x jumlah ikan yang masih hidup = 15x0=0
Wd = Berat ikan yang mati (berat rata-rata awal bagi ikan) = 15gr

Pada hasil praktikum manajemen kualitas air dari Survival Rate/SR


pemeliharaan ikan tawes (Barbonymous gonionotus) ialah sebagai berikut:
𝑁𝑡
SR = 𝑋 100%
𝑁𝑜
0
SR = 𝑋 100%
23
SR = 0%

Keterangan:
Nt = Jumlah total ikan pada akhir pengamatan
No = Jumlah total ikan pada awal pengamatan

4.2 Pembahasan
Pada praktikum manajemen kualitas air merupakan praktikum dalam
pengamatan kualitas air serta memanajemen kualitas air dari kegiatan
pemeliharaan budidaya ikan tawes. Pengamatan kualitas air dilakukan pada pagi
hari kisaran pukul 07.00 – 09.00 WIB dan sore hari pada kisaran pukul 15.00 –
17.00 WIB, dilakukan selama 12 hari pengamatan. Pengamatan pada praktikum
tak hanya manejemen kualitas air, tetapi juga mengetahui tingkat konsumsi pakan
(Feed Conversion Ratio/FCR) dan tingkat kelulusan hidup (Survival Rate/SR)
pada ikan tawes.
Hasil yang didapat pada pengukuran suhu berkisar antara 23 - 29°C dengan
rata-rata didapat 25°C, hal ini termasuk ke dalam suhu yang optimal karena
menurut Ciptanto (2010) dalam Prastyarini (2012) suhu yang optimal untuk
budidaya ikan tawes adalah 20-25° C. Pada derajat keasaman (pH) berkisar antara
6 – 7,14 dengan rata-rata pH 6,51, hal ini termasuk ke dalam kurang optimal
karena menurut Ciptanto (2010) dalam Prastyarini (2012) pH yang optimal untuk

14
ikan tawes adalah 6,5-7,5. Pada oksigen terlarut (DO) pada kolam berkisar antara
2,97 – 6,25 ppm dengan rata-rata oksigen terlarut 4,6 ppm, hal ini termasuk ke
dalam kurang optimal, dikarenakan menurut Ciptanto (2010) dalam Prastyarini
(2012) oksigen terlarut dalam pemeliharaan ikan tawes harus lebih dari 5 ppm.
Pada ammonia hasil akhir pada kolam yaitu 0,5/0,4, hal ini termasuk ke dalam
toleransi karena menurut Sinha, et al., (2012) Ammonia beracun bagi ikan yang
dibudidayakan secara komersil pada konsentrasi diatas 1.5 mg N/l, bahkan
beberapa kasus harus dibawah 0,025 mg N/l.
Rata-rata suhu yang termasuk ke dalam suhu rendah terjadi karena daerah
kota magelang merupakan daerah peggunungan dengan udara yang sejuk dan asri,
terlebih ketika malam hari, suhu udara akan sangat dingin dan berpengaruh pada
perairan dalam kolam. Namun, hal ini masih dalam suhu optimal bagi ikan tawes.
Kemudian pada rendahnya pH pada kolam terjadi karena cuaca yang terus
menerus hujan dan kandungan kaporit pada sumber air, sehingga air pada kolam
terpal menjadi terkena air hujan dan menurunkan pH air. Hal ini sesuai menurut
Nurul, dkk., (2015) keasaman air hujan disebabkan oleh adanya pengaruh gas
CO2 di udara yang kemudian bereaksi dengan H2O menghasilkan asam karbonat
yang dapat mengakibatkan air hujan menjadi asam dan Wirinda (2012) klorin dari
kaporit secara alamiah akan meningkat pada pH lebih rendah dan temperatur lebih
tinggi. Pada oksigen terlarut kolam terpal mempunyai nilai dibawah 5 ppm,
dikarenakan tidak adanya aerasi seperti aerasi dari aerator pada perairan yang
membantu difusi oksigen masuk ke dalam perairan. Hal ini sesuai menurut Habib
(2018) Prinsip kerja aerasi dari aerator adalah untuk menambahkan oksigen
terlarut dalam air, dengan memperbesar permukaan kontak antara air dan udara.
Pada ammonia masih tergolong dapat ditoleransi, namun munculnya ammonia ini
berasal dari sisa pakan dan beberapa ikan yang mati dari kolam. Hal ini sesuai
menurut Nusa (2014) setelah hewan mati, maka akan didekomposisi oleh proses
biokimia dan bahan-bahan nitrogen organik akan diubah kembali dalam bentuk
ammonia.
Pada hasil perhitungan FCR, nilai menunjukan minus, ini terjadi karena
keseluruhan dari sampel ikan uji mati dan berpengaruh pada perhitungan FCR.
Kematian ikan ini membuat SR dari praktikum ini 0% dan pengamatan terhenti

15
pada hari ke 11. Kematian pada ikan terjadi karena beberapa faktor, seperti pada
awal pengamatan terjadi kematian sejumlah 5 ekor karena perjalanan yang jauh
membuat ikan stress dan ditambah kandungan air kaporit pada kolam menambah
lingkungan hidup ikan yang tidak nyaman. Hal ini sesuai Menurut Harianto
(2008) dalam Hartono (2016), mengatakan bahwa ikan mengalami stress selama
pengakutan sebagai akibat dari berbagai faktor seperti perbedaan lingkungan
dengan habitat, goncangan, ketersediaan oksigen yang menurun dan suhu tinggi di
karenakan resiko pengiriman ikan hidup, baik melalui pengangkutan darat dan
pengangkutan udara. Serta menurut Wirinda (2012) klorin dari kaporit sangat
beracun bagi ikan, karena jika bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus
yang diketahui dapat merusak sel-sel protein dan sistem enzim ikan. Tingkat
keracunan klorin secara alamiah akan meningkat pada pH lebih rendah dan
temperatur lebih tinggi. Hal ini tidak terjadi selama satu kali karena dalam
keseluruhan praktikum ikan dipindah selama 3(tiga) kali, dan pergantian air
selama 4(empat) kali dalam waktu yang cukup dekat. Dari hal tersebut ikan akan
sulit beradaptasi, berakhir stress, mudah terkena penyakit, dan akhirnya mati.
Kematian ikan juga terjadi karena tidak optimalnya kualitas air yang
mendukung, seperti rendahnya pH dan perubahan pH yang selalu signifikan
membuat ikan menjadi stress dan mati. Hal ini sesuai menurut Syarifudin (2016)
kandungan pH kurang dari batas optimum pada suatu perairan akan menyebabkan
ikan stress dan mengalami gangguan fisiologis bahkan dapat menyebabkan
kematian. Kemudian rendahnya oksigen terlarut juga menjadi alasan kematian
ikan, dikarenakan menurut Luthfi, dkk., (2017) kekurangan oksigen akan
menyebabkan ikan kurang nafsu makan dan berkembangnya bakteri yang
menyebabkan kematian pada ikan. Dari hal tersebut membuat ikan mudah untuk
mati dan terserangnya penyakit.
Faktor penyakit yang menyerang pada ikan tawes juga menjadi alasan
kematian pada ikan. Penyakit yang menyerang ikan tawes ialah Gyrodactylus sp.
jenis penyakit spesies trematoda monogenea yang sering menginfestasi ikan air
tawar (Klinger and Floyd, 2013). Parasit ini merupakan organisme yang
menyerang tubuh ikan bagian luar seperti menginfeksi kulit dan insang serta
merupakan cacing parasit ikan yang menempel pada tubuh inang. Gyrodactylus sp

16
berkembangbiak dengan melahirkan anakan yang sudah mengandung anakan lagi.
Semua anakan hasil reproduksi ini mampu menginfeksi ikan tanpa adanya inang
perantara. Ciri ikan yang terserang monogenea adalah produksi lendir pada bagian
epidermis akan meningkat, kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi
pernapasan terus meningkat karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna,
kehilangan berat badan (kurus), melompat-lompat ke permukaan air dan terjadi
kerusakan berat pada insang (Situmorang, 2020).

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum manajemen kualitas air, suhu air media pemeliharaan bernilai
25°C masuk ke dalam optimal bagi ikan tawes, kadar ammonia 0,5/0,4 juga masih
tergolong dapat di toleransi bagi ikan tawes. Namun, pada nilai pH 6,51 dan
oksigen terlarut (DO) 4,6 ppm menjadi kurangnya optimal kualitas air dalam
pemeliharaan ikan tawes. Pada Feed Convertion Ratio/FCR tidak dapat dihitung
karena keseluruhan dalam ikan tawes praktikum mati. Hal ini juga berdampak
pada Survival Rate/SR, menjadi 0%. Kematian ikan tawes ini karena kualitas air
tidak mendukung, stress pada ikan, dan penyakit pada ikan yaitu jenis
Gyrodactylus sp. yang menyerang kulit dan insang pada ikan.

5.2 Saran
Perlunya komunikasi dengan pihak kampus harus menggunakan MOU
sehingga ketika ada penggusuran tiba-tiba kita dapat menuntut untuk kampus
terkait solusi atau bantuan. Karena praktikum ini tidak maksimal karena peralatan
yang digunakan tidak lengkap, faktor kematian ikan pun dikarenakan kurangnya
perlakuan pada pemeliharaan ikan, bukan karena telat memberikan pakan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adi, I, S. 2018. Pengaruh Kombinasi Pakan Alternatif Lemna (Lemna perpusilla


Torr) Dengan Pakan Komersial Terhadap Laju Pertumbuhan Dan FCR
(Feed Convertion Ratio) Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Strain Punten
Sebagai Sumber Belajar. Undergraduate (S1) thesis. University of
Muhammadiyah Malang.
Andy Omar S. Bin, Karyanti, J Tresnati, M. T. Umar, S. Kure. 2014. Nisbah
kelamin dan ukuran pertama kali matang gonad ikan endemic beseng-
beseng, Marosatherina lasagesi (Ahl, 1936) di Sungai Batumurung dan
Sungai Pattunuang Asue, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Prosiding
Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan
Tahun 2014. BP-08.
Effendi I. 2012. Pengantar Aquakultur Penerbit Swadaya : Jakarta.
Fatkhummubin, S. 2019. Uji Pengaruh Tepung Azolla (Anabaena azollae)
Dengan Takaran Yang Berbeda Pada Pakan Terhadap Performa Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). undergraduate thesis. Universitas
Muhammadiyah Gresik.
Habib, F, N, A. 2018. Otomatisasi Kontrol Oksigen Terlarut Pada Tambak Udang
Menggunakan Sensor Do Dengan Tampilan Hmi Berbasis
Plc. Undergraduate thesis. Universitas Diponegoro.
Hanief, M.A.R., Subandiyono dan Pinandoyo. 2014. Pengaruh Frekuensi
Pemberian Pakan terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Tawes
(Puntius javanicus). Journal of Aquaculture Management and Technology.
3(4):67-74.
Hartono, I, P. 2016. Pengaruh Penambahan Daun Bandotan (Ageratum
conyzoides) Dengan Dosis Yang Berbeda Dalam Meningkatkan Performa
Sintasan Dan Kualitas Air Benih Ikan Mas Koki (Carassius Auratus) Pada
Sistem Transportasi Tertutup. Undergraduate (S1) thesis. University of
Muhammadiyah Malang.
Khustiawan, Deni. 2016. Pengaruh Penambahan Cacing Tanah (Lumbricus
rubellus) Pada Pakan Terhadap Sintasan Dan Biomassa Benih Ikan Tawes
(Barbonymous gonionotus). undergraduate thesis, Universitas
Muhammadiyah Gresik.
Klinger, R. and R.F. Floyd. 2013. Introduction to Freshwater Fish Parasites. The
Institute of Food and Agricultural Sciences (IFAS). University of Florida.
CIR716.
Luthfi Riadhi, Muhammad Rivai, dan Fajar Budiman. 2017. Pengaturan Oksigen
Terlarut Menggunakan Metode Logika Fuzzy Berbasis Mikrokontroler
Teensy Board. Jurnal Teknik ITS. Vol. 6, No. 2.

19
Ningsi, W. S. 2019. Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Tawes
(Puntius javanicus) Yang Dipelihara Dengan Padat Tebar Berbeda
Menggunakan Sistem Resirkulasi. Doctoral dissertation. Universitas Islam
Riau).
Nurul Kusuma W, Andi Ihwan1, Nurhasanah. 2015. Studi Tingkat Keasaman Air
Hujan Berdasarkan Kandungan Gas CO2, SO2 Dan NO2 Di Udara (Studi
Kasus Balai Pengamatan Dirgantara Pontianak). Prisma Fisika. Vol. III,
No. 01 (2015), Hal.09 – 14.
Nusa, I, S, dan, M, Rizki, S. 2014. Penghilangan Ammonia Dalam Air Limbah
Domestik Dengan Proses Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). JAI. Vol
7. No 1.
Prastyarini, Ruswati. 2012. Penggunaan Pakan Organik Pada Budidaya Ikan
Tawes (Barbodes gonionotus). Other thesis, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Saleh, I, A. 2020. Pengaruh Pemberian Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan
Dan Kelulusan Hidup Benih Ikan Tawes (Barbonymus
gonionotus). Undergraduate (S1) thesis. Universitas Muhammadiyah
Malang.
Sinha, A.K., Liew, H.J., Diricx, M., Blust, R., & Boeck, G.D. 2012. The
Interactive Effects of Ammonia Exposure, Nutritional Status and Exercise
on Metabolic and Physiological Responses in Gold Fish (Carassius
auratus L.). Aquatic Toxicology. 109, 33–46.
Situmorang, Y, P. 2020. Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Nila
Gift (Oroecrhomis sp) Dalam Keramba Diperairan Danau Toba. Skripsi
thesis. Universitas Dharmawangsa.
Sulistiyanto, H. 2018. Perbedaan Kadar Ammonia Pada Air Limbah Berdasarkan
Perlakuan Pengawetan Dan Lama Waktu Penyimpanan. Sarjana / Sarjana
Terapan (S1/D4) thesis. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Syarifudin. 2016. Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup
Benih Ikan Biawan (Helostoma temmincki). Skripsi thesis. UM Pontianak.
Wirinda, W, Y. 2012. Struktur Mikroanatomi Insang dan Hati Ikan Komet Di
Balai Benih Ikan (BBI) Siwarak Akibat Limbah Obyek Wisata Kolam
Renang. Under Graduates thesis. Universitas Negeri Semarang.

20
LOGBOOK PRAKTIKUM MANAJEMEN KUALITAS AIR

Kelompok :7 Nama Praktikan : Brillian Rossi W


Spesies Ikan : Ikan Tawes NPM : 2010801076
(Barbonymous
gonionotus)
Asisten Praktikum : Arlin Anugerah

Hari Amo
No Waktu Suhu pH DO Dokumentasi Keterangan
/Tgl niak
o
1 Senin, pagi 25 C 7 5.09 - Ikan mati 5 dari
14/11/ total ikan 23
2022 menjadi 18, pakan
yang diberikan
sebanyak 4 gram.
pH 7, Suhu 25oC,
DO 5,09 ppm.

2 Senin, sore 26oC 6 - - Ikan terlihat lincah,


14/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 26oC.

21
3 Selasa, pagi 25oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
15/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 25oC.

4 Selasa, sore 25oC 7 - - Ikan terlihat lincah,


15/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 7, Suhu 25oC.

5 Rabu, pagi 24,5oC 6 - - Ikan terlihat lincah,


16/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 24,5oC.

6 Rabu, sore 24oC 7 - - Ikan terlihat lincah,


16/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 7, Suhu 24oC.

22
7 Kamis, pagi 24oC 6 5,02 - Ikan terlihat lincah,
17/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 24oC,
DO 5,02 ppm.

8 Kamis, sore 24,5oC 6 - - Ikan terlihat lincah,


17/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 24,5oC.

23
9 Jumat, pagi 24oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
18/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 24oC.

10 Jumat, sore 25oC 6 - - Ikan terlihat lincah,


18/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 25oC.

11 Sabtu, pagi 23oC 6 - - Ikan terlihat lincah,


19/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 23oC.

12 Sabtu, Sore 26,5oC 6 - - Ikan terlihat lincah,


19/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 26,5oC.

24
13 Mingg Pagi 24 oC 6,68 2,97 - Ikan terlihat lincah,
u, pemberian pakan
20/11/ sebanyak 4 gram.
2022 pH 6,68, Suhu
24oC, DO 2,97
ppm.

14 Mingg sore 29 oC 6,64 - - Ikan terlihat lincah,


u, pemberian pakan
20/11/ sebanyak 4 gram.
2022 pH 6,64, Suhu
29oC.

15 Senin, Pagi - - - - - Kelompok 7 tidak


21/11/ melakukan
2022 pengecekan pada
hari senin pagi.
16 Senin, sore 26oC 6,38 Ikan terlihaada
21/11/ yang sekarat
2022 sebanyak 1 ekor
dan tidak nafsu
makan, pemberian
pakan sebanyak 4
gram. pH 6,38,
Suhu 26oC.

25
17 Selasa, Pagi 25oC 6,64 - - Ikan terlihaada
22/11/ yang sekarat
2022 sebanyak 1 ekor
dan sudah mau
mulai makan,
pemberian pakan
sebanyak 4 gram.
pH 6,64, Suhu 25oC

18 Selasa, sore 25oC 7,11 - - Ikan terlihaada


22/11/ yang sekarat
2022 sebanyak 1 ekor
dan sudah mau
mulai makan,
pemberian pakan
sebanyak 4 gram.
pH 7,11, Suhu
25oC.

19 Rabu, Pagi 24oC 6,73 3,9 - Ikan terlihaada


23/11/ yang sekarat
2022 sebanyak 1 ekor
dan mulai tidak
mau makan
kembali, pemberian
pakan sebanyak 4
gram. pH 6,73,
Suhu 24oC.DO 3,9
ppm.

26
20 Rabu, sore 27oC 7,04 - - Ikan terlihaada
23/11/ yang sekarat
2022 sebanyak 1 ekor
dan mulai tidak
mau makan
kembali, pemberian
pakan sebanyak 4
gram. pH 7,04,
Suhu 24oC.

21 Kamis, Pagi 24oC 7,14 - - Ikan terlihaada


24/11/ yang mati
2022 sebanyak 1 ekor
dan mulai tidak
mau makan
kembali, pemberian
pakan sebanyak 4
gram. pH 7,14,
Suhu 24oC

27
22 Kamis, sore 24oC 7,03 - - Ikan terlihaada
24/11/ yang mati
2022 sebanyak 5 ekor,
beberapa ekor
sudah sekarat dan
tidak mau makan
kembali, pemberian
pakan sebanyak 3
gram. pH 7,14,
Suhu 24oC

23 Jumat, Pagi 25oC 6,95 6,25 0,5/0,4 Ikan mati semua, pH


25/11/ 6,95, Suhu 25oC.
2022 DO 6,25. Dan
amoniak 0,5/0,4

28
29
LAMPIRAN

Pemotongan Pipa PVC Pemasangan Rangka Kolam

Pengikatan Kolam Terpal ke Rangka Kolam Terpal


Kolam

Kolam Terpal Praktikum Pengecekan Kualitas Air

Ikan Mati Ammonia Test Kit

30
Ikan Mati pH meter

Pengecekan Suhu dan Pemberian Pengurasan Kolam


Ketapang

Pembongkaran Rangka Kolam Pelipatan Kolam Terpal

31

Anda mungkin juga menyukai