Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang
berjudul “Manajemen Kualitas Air” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Manajemen Kualitas Air. Selain itu, laporan praktikum ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kualitas Air pada pemeliharaan
ikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada asisten praktikum yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya terkait topik Manajemen Kualitas Air. Kami
menyadari, laporan praktikum yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan laporan praktikum ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
Daftar Gambar........................................................................................................ iv
Daftar Tabel ............................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Klasifikasi Ikan Tawes (Barbonymous gonionotus)................................. 3
2.2 Morfologi .................................................................................................. 4
2.3 Habitat ...................................................................................................... 4
2.4 Kebiasaan Makan ..................................................................................... 5
2.5 Pakan Ikan ................................................................................................ 5
2.6 Kualitas Air .............................................................................................. 5
2.6.1 Suhu................................................................................................... 6
2.6.2 Oksigen Terlarut (DO) ...................................................................... 6
2.6.3 Derajat Keasaman (pH) ..................................................................... 6
2.6.4 Ammonia ........................................................................................... 7
2.7 FCR (Feed Convertion Ratio) .................................................................. 7
2.8 SR (Survival Rate) .................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI ........................................................................................ 9
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 9
3.2.1 Alat dan Fungsi ................................................................................. 9
3.2.2 Bahan dan Fungsi .............................................................................. 9
3.3 Langkah Kerja ........................................................................................ 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 12
4.1 Hasil ........................................................................................................ 12
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 14
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 18
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18
5.2 Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LOGBOOK ............................................................................................................ 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 30
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Tawes ................................................................................................ 3
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat dan Fungsi Praktikum Manajemen Kualitas Air ................................... 9
2. Bahan dan Fungsi Praktikum Manajemen Kualitas Air ................................ 9
3. Hasil Pengamatan Pemeliharaan Ikan Tawes ............................................. 12
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
praktikum pemeliharaan ikan tawes sebagai pengetahuan mengenai manajemen
kualitas air pada budidaya ikan tawes.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum manajemen kualitas air ini adalah :
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeliharaan ikan dari pengukuran Kualitas
Air berupa Suhu, pH, Oksigen Terlarut, dan Amoniak
2. Mahasiswa mampu memecahkan masalah dan mencari solusi terkait
pemeliharaan ikan dari kualitas air berupa Suhu, pH, Oksigen Terlarut, dan
Amoniak.
3. Mahasiswa mampu mengetahui FCR (Feed Convertion Ratio) dan SR
(Survival Rate) pada ikan.
1.3 Manfaat
Manfaat pelaksanaan praktikum Manajemen Kualitas Air yaitu memberikan
ilmu dan pengetahuan melalui praktik secara langsung kepada mahasiswa
mengenai pemeliharaan ikan dari pengukuran Kualitas Air berupa Suhu, pH,
Oksigen Terlarut, dan Amoniak serta bagaimana cara memenejemen kualitas air
agar selalu optimal dalam kegiatan budidaya ikan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia terutama pulau Jawa.
Hal ini juga menyebabkan tawes memiliki nama ilmiah Puntius javanicus.
Namun, berubah menjadi Puntius gonionotus, dan terakhir berubah menjadi
Barbonymus gonionotus. Ikan tawes memiliki nama lokal tawes (Indonesia),
taweh atau tawas, lampam Jawa (Melayu). Di danau Sidenreng ikan tawes disebut
bale kandea (Amri dan Khairuman, 2008) dalam (Khustiawan, 2016).
3
2.2 Morfologi
Ikan Tawes (Barbonymous gonionotus) memiliki badan yang berbentuk
hampir segitiga dan pipih, sisik relatif besar dengan warna keperak-perakan atau
putih keabu-abuan. Tinggi badan ikan tawes 1 : 2,4-2,6 kali panjang standar.
Mulut berbentuk runcing dan letaknya di tengah (terminal), selain itu mulut ikan
tawes memiliki dua pasang sungut yang kecil. Sisik ikan tawes berwarna putih
keperakan. Warna sisik di bagian punggung lebih gelap, sedangkan warna sisik di
bagian perut lebih putih. Dasar sisik berwarna kelabu sampai gelap. Sirip ekor
bercagak dalam dengan lobus membulat (Susanto, 2007) dalam (Khustiawan,
2016).
2.3 Habitat
Habitat ikan tawes pada tipe perairan danau, waduk, dan sungai.
Persebarannya di Indonesia meliputi pulau Sumatera, Sulawesi, dan Jawa, B.
gonionotus hidup di perairan tawar, di dataran rendah sampai dataran tinggi
dengan suhu optimum antara 25̊–33̊ C. Ikan tawes merupakan ikan asli Indonesia
dengan nama “Putuhan atau Bander Putihan“. Ikan tawes dapat dibudidayakan
dengan baik mulai dari tepi pantai (di tambak air payau) sampai ketinggian 800 m
di atas permukaan air laut, dengan suhu air optimum antara 25̊ –30̊ C. Ikan tawes
merupakan penghuni sungai dengan arus deras. Tubuhnya yang langsing dan
tinggi disiapkan untuk menghadapi kondisi alam perairan yang berarus deras
(Andy, dkk., 2014).
Ikan tawes merupakan penghuni sungai dengan arus deras. Tubuhnya yang
langsing dan tinggi disiapkan untuk menghadapi kondisi alam perairan yang
berarus deras. Ikan tawes dapat juga menerima makanan tambahan seperti sisasisa
dapur, dedak dan bungkil. Tawes tergolong sebagai ikan pemakan
tumbuhtumbuhan. Larva ikan tawes memakan alga bersel satu (uniseluler) dan
zooplankton yang halus. Ikan tawes dewasa suka memakan daun-daunan seperti
daun talas dan singkong serta tanaman air seperti Hydrilla verticillata. Ikan tawes
mudah berkembang biak di alam tetapi juga tidak sulit dikembangkan di kolam
dan sawah (Susanto, 2000) dalam (Prastyarini, 2012).
4
2.4 Kebiasaan Makan
Ikan tawes adalah termasuk ikan herbivora atau pemakan tumbuhan pada
waktu dewasa. Ikan tawes (Barbonymous gonionotus) merupakan ikan herbivora,
daun-daunan merupakan pakan yang penting bagi ikan tawes. Bahwa ikan tawes
pada waktu masih benih suka makan plankton. Pada waktu dewasa ikan tawes
suka makan lumut dan pucuk-pucuk ganggang muda. Selain itu, ikan tawes juga
makan daun-daun tanaman lain, misalnya daun keladi, daun singkong, daun
papaya. Sebetulnya yang dimakan itu bukan tumbuhtumbuhan belaka, tetapi jasad
renik ataupun plankton yang melekat pada yang termakan juga. Selain plankton,
tawes yang ada di Rangel Bojonegoro menunjukkan bahwa tawes disana
menyukai daging bekicot (Mudjiman, 2000) dalam (Saleh, 2020).
5
2.6.1 Suhu
Suhu air adalah salah satu sifat fisik air yang dapat mempengaruhi nafsu
makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu ideal untuk pemeliharaan ikan secara
intensif adalah 25-30° C, di luar itu akan mengurangi selera makan ikan,
sedangkan suhu air yang optimal antara lain 25-27° C. Suhu air antara siang dan
malam tidak begitu besar perbedaannya atau tidak lebih dari 50 C, misalnya antara
25° C dan 30° C. Suhu yang baik untuk budidaya ikan tawes adalah 20-25° C
(Ciptanto, 2010) dalam (Prastyarini, 2012).
6
2.6.4 Ammonia
Ammonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3 yang merupakan salah
satu indikator pencemaran udara pada bentuk kebauan. Gas ammonia adalah gas
yang tidak berwarna dengan bau menyengat biasanya ammonia berasal dari
aktifitas mikroba, industri ammonia, pengolahan limbah dan pengolahan batu
bara. Ammonia di atmosfer akan bereaksi dengan nitrat dan sulfat sehingga
terbentuk garam ammonium yang sangat korosif (Yuwono, 2010) dalam
(Sulistiyanto, 2018).
Amonia beracun bagi ikan yang dibudidayakan secara komersil pada
konsentrasi diatas 1.5 mg N/l, bahkan pada beberapa kasus konsentrasi yang dapat
diterima hanya 0.025 mg N/l. Ikan memiliki beberapa mekanisme untuk
mentoleransi kelebihan amonia dan mengurangi toksisitas amonia termasuk
ekskresi dan konversi. Namun paparan amonia pada tingkat berlebihan
menyebabkan ekskresi amonia terganggu, sehingga terjadi peningkatan
penyerapan amonia dan bahkan kematian (Sinha, et al., 2012).
7
lingkungan yang baik seperti oksigen, amoniak, karbondioksida, nitrat, hidrogen
sulfida dan ion hydrogen. Tingkat kelangsungan hidup adalah presentase jumlah
benih ikan yang masih hidup pada akhir penelitian. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, maka diperlukan makanan yang
memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan yang telah dimakan oleh ikan
digunakan untuk kelangsungan hidup dan selebihnya akan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan. Ikan akan hidup, tumbuh, dan berkembang dengan baik pada
habitat atau lingkungan dalam batas yang dapat ditolelir oleh ikan
(Fatkhummubin, 2019).
8
BAB III
METODOLOGI
9
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Pengukuran pH
1. Membuka penutup elektroda
2. Menghidupkan pH meter
3. Memasukkan probe pH meter ke dalam wadah/kolam pemeliharaan ikan
tawes
4. Menunggu hingga angka pada layar stabil
5. Mencatat dan mendokumentasikan hasil yang tertera pada layar
3.3.2 Pengukuran Suhu
1. Menyiapkan termometer
2. Memasukkan termometer ke dalam kolam pemeliharaan ikan tawes
3. Menunggu hasil pengukuran
4. Mencatat dan mendokumentasikan hasil yang didapat
3.3.3 Pengukuran DO (Dissolved Oxygen)
1. Menyiapkan alat
2. Memasang probe pada unit dan pastikan terkunci dengan baik
3. Menghidupkan DO meter
4. Menunggu hingga angka pada layar stabil
5. Megklik tombol enter
6. Menunggu hingga angka pada layar stabil
7. Mengklik tombol cal untuk mengkalibrasi
8. Menunggu hingga angka pada layar stabil
9. Mengklik tombol enter
10. Memasukkan probe ke dalam kolam pemeliharaan ikan tawes
11. Menunggu hingga kata ready pada layar berhenti berkedip
12. Mencatat dan mendokumentasikan hasilnya
3.3.4 Pengukuran Amonia
1. Menyiapkan alat dan bahannya
2. Memasukkan 5 ml air sampel yang akan diuji pada cuvet
3. Menambahkan 3 tetes reagen 1 pada cuvet
4. Menghomogenkan secara perlahan
5. Menambahkan 3 tetes reagen 2 pada cuvet
10
6. Menghomogenkan secara peralahan
7. Menambahkan 3 tetes reagen 3 pada cuvet
8. Menghomogenkan secara peralahan
9. Menunggu beberapa menit
10. Mengamati perubahan warna pada air sampel
11. Menyesuaikan dengan kertas parameter
12. Mencatat dan mendokumentasikan hasilnya
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil praktikum manajemen kualitas air dari pemeliharaan ikan tawes
(Barbonymous gonionotus) pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pemeliharaan Ikan Tawes
Hari
No Waktu Suhu pH DO Amoniak Keterangan
/Tgl
o
1 Senin, pagi 25 C 7 5.09 - Ikan mati 5 dari total ikan 23
14/11/2022 menjadi 18, pakan yang
diberikan sebanyak 4 gram.
2 Senin, sore 26oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
14/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
3 Selasa, pagi 25oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
15/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
4 Selasa, sore 25oC 7 - - Ikan terlihat lincah,
15/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
o
5 Rabu, pagi 24,5 C 6 - - Ikan terlihat lincah,
16/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
6 Rabu, sore 24oC 7 - - Ikan terlihat lincah,
16/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
7 Kamis, pagi 24oC 6 5,02 - Ikan terlihat lincah,
17/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
o
8 Kamis, sore 24,5 C 6 - - Ikan terlihat lincah,
17/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
9 Jumat, pagi 24oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
18/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram..
10 Jumat, sore 25oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
18/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
11 Sabtu, pagi 23oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
19/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram. pH 6, Suhu 23oC.
o
12 Sabtu, Sore 26,5 C 6 - - Ikan terlihat lincah,
19/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
13 Minggu, Pagi 24 oC 6,68 2,97 - Ikan terlihat lincah,
20/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
12
14 Minggu, sore 29 oC 6,64 - - Ikan terlihat lincah,
20/11/2022 pemberian pakan sebanyak 4
gram.
15 Senin, Pagi - - - - Kelompok 7 tidak melakukan
21/11/2022 pengecekan pada hari senin
pagi.
16 Senin, sore 26oC 6,38 Ikan lemas sebanyak 1 ekor
21/11/2022 dan tidak nafsu makan,
pemberian pakan sebanyak 4
gram.
17 Selasa, Pagi 25oC 6,64 - - Ikan lemas sebanyak 1 ekor
22/11/2022 dan sudah mau mulai makan,
pemberian pakan sebanyak 4
gram
18 Selasa, sore 25oC 7,11 - - Ikan lemas sebanyak 1 ekor
22/11/2022 dan sudah mau mulai makan,
pemberian pakan sebanyak 4
gram.
19 Rabu, Pagi 24oC 6,73 3,9 - Ikan lemas 1 ekor dan mulai
23/11/2022 tidak mau makan kembali,
pemberian pakan sebanyak 4
gram.
20 Rabu, sore 27oC 7,04 - - Ikan lemas sebanyak 1 ekor
23/11/2022 dan mulai tidak mau makan
kembali, pemberian pakan
sebanyak 4 gram.
21 Kamis, Pagi 24oC 7,14 - - Ikan mati sebanyak 1 ekor
24/11/2022 dan mulai tidak mau makan
kembali, pemberian pakan
sebanyak 4 gram.
22 Kamis, sore 24oC 7,03 - - Ikan mati sebanyak 5 ekor,
24/11/2022 beberapa ekor sudah sekarat
dan tidak mau makan
kembali, pemberian pakan
sebanyak 3 gram.
23 Jumat, Pagi 25oC 6,95 6,25 0,5/0,4 Ikan mati semua
25/11/2022 (Terindikasi penyakit)
13
Keterangan :
F = Jumlahpakan yang diberikan pada saat pemeliharaan = 8,1 x 11 = 89,1
Wo = Berat rata-rata awal x jumlah ikan waktu tebar = 15 x 23 = 345
Wt = Berat rata-rata akhir x jumlah ikan yang masih hidup = 15x0=0
Wd = Berat ikan yang mati (berat rata-rata awal bagi ikan) = 15gr
Keterangan:
Nt = Jumlah total ikan pada akhir pengamatan
No = Jumlah total ikan pada awal pengamatan
4.2 Pembahasan
Pada praktikum manajemen kualitas air merupakan praktikum dalam
pengamatan kualitas air serta memanajemen kualitas air dari kegiatan
pemeliharaan budidaya ikan tawes. Pengamatan kualitas air dilakukan pada pagi
hari kisaran pukul 07.00 – 09.00 WIB dan sore hari pada kisaran pukul 15.00 –
17.00 WIB, dilakukan selama 12 hari pengamatan. Pengamatan pada praktikum
tak hanya manejemen kualitas air, tetapi juga mengetahui tingkat konsumsi pakan
(Feed Conversion Ratio/FCR) dan tingkat kelulusan hidup (Survival Rate/SR)
pada ikan tawes.
Hasil yang didapat pada pengukuran suhu berkisar antara 23 - 29°C dengan
rata-rata didapat 25°C, hal ini termasuk ke dalam suhu yang optimal karena
menurut Ciptanto (2010) dalam Prastyarini (2012) suhu yang optimal untuk
budidaya ikan tawes adalah 20-25° C. Pada derajat keasaman (pH) berkisar antara
6 – 7,14 dengan rata-rata pH 6,51, hal ini termasuk ke dalam kurang optimal
karena menurut Ciptanto (2010) dalam Prastyarini (2012) pH yang optimal untuk
14
ikan tawes adalah 6,5-7,5. Pada oksigen terlarut (DO) pada kolam berkisar antara
2,97 – 6,25 ppm dengan rata-rata oksigen terlarut 4,6 ppm, hal ini termasuk ke
dalam kurang optimal, dikarenakan menurut Ciptanto (2010) dalam Prastyarini
(2012) oksigen terlarut dalam pemeliharaan ikan tawes harus lebih dari 5 ppm.
Pada ammonia hasil akhir pada kolam yaitu 0,5/0,4, hal ini termasuk ke dalam
toleransi karena menurut Sinha, et al., (2012) Ammonia beracun bagi ikan yang
dibudidayakan secara komersil pada konsentrasi diatas 1.5 mg N/l, bahkan
beberapa kasus harus dibawah 0,025 mg N/l.
Rata-rata suhu yang termasuk ke dalam suhu rendah terjadi karena daerah
kota magelang merupakan daerah peggunungan dengan udara yang sejuk dan asri,
terlebih ketika malam hari, suhu udara akan sangat dingin dan berpengaruh pada
perairan dalam kolam. Namun, hal ini masih dalam suhu optimal bagi ikan tawes.
Kemudian pada rendahnya pH pada kolam terjadi karena cuaca yang terus
menerus hujan dan kandungan kaporit pada sumber air, sehingga air pada kolam
terpal menjadi terkena air hujan dan menurunkan pH air. Hal ini sesuai menurut
Nurul, dkk., (2015) keasaman air hujan disebabkan oleh adanya pengaruh gas
CO2 di udara yang kemudian bereaksi dengan H2O menghasilkan asam karbonat
yang dapat mengakibatkan air hujan menjadi asam dan Wirinda (2012) klorin dari
kaporit secara alamiah akan meningkat pada pH lebih rendah dan temperatur lebih
tinggi. Pada oksigen terlarut kolam terpal mempunyai nilai dibawah 5 ppm,
dikarenakan tidak adanya aerasi seperti aerasi dari aerator pada perairan yang
membantu difusi oksigen masuk ke dalam perairan. Hal ini sesuai menurut Habib
(2018) Prinsip kerja aerasi dari aerator adalah untuk menambahkan oksigen
terlarut dalam air, dengan memperbesar permukaan kontak antara air dan udara.
Pada ammonia masih tergolong dapat ditoleransi, namun munculnya ammonia ini
berasal dari sisa pakan dan beberapa ikan yang mati dari kolam. Hal ini sesuai
menurut Nusa (2014) setelah hewan mati, maka akan didekomposisi oleh proses
biokimia dan bahan-bahan nitrogen organik akan diubah kembali dalam bentuk
ammonia.
Pada hasil perhitungan FCR, nilai menunjukan minus, ini terjadi karena
keseluruhan dari sampel ikan uji mati dan berpengaruh pada perhitungan FCR.
Kematian ikan ini membuat SR dari praktikum ini 0% dan pengamatan terhenti
15
pada hari ke 11. Kematian pada ikan terjadi karena beberapa faktor, seperti pada
awal pengamatan terjadi kematian sejumlah 5 ekor karena perjalanan yang jauh
membuat ikan stress dan ditambah kandungan air kaporit pada kolam menambah
lingkungan hidup ikan yang tidak nyaman. Hal ini sesuai Menurut Harianto
(2008) dalam Hartono (2016), mengatakan bahwa ikan mengalami stress selama
pengakutan sebagai akibat dari berbagai faktor seperti perbedaan lingkungan
dengan habitat, goncangan, ketersediaan oksigen yang menurun dan suhu tinggi di
karenakan resiko pengiriman ikan hidup, baik melalui pengangkutan darat dan
pengangkutan udara. Serta menurut Wirinda (2012) klorin dari kaporit sangat
beracun bagi ikan, karena jika bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus
yang diketahui dapat merusak sel-sel protein dan sistem enzim ikan. Tingkat
keracunan klorin secara alamiah akan meningkat pada pH lebih rendah dan
temperatur lebih tinggi. Hal ini tidak terjadi selama satu kali karena dalam
keseluruhan praktikum ikan dipindah selama 3(tiga) kali, dan pergantian air
selama 4(empat) kali dalam waktu yang cukup dekat. Dari hal tersebut ikan akan
sulit beradaptasi, berakhir stress, mudah terkena penyakit, dan akhirnya mati.
Kematian ikan juga terjadi karena tidak optimalnya kualitas air yang
mendukung, seperti rendahnya pH dan perubahan pH yang selalu signifikan
membuat ikan menjadi stress dan mati. Hal ini sesuai menurut Syarifudin (2016)
kandungan pH kurang dari batas optimum pada suatu perairan akan menyebabkan
ikan stress dan mengalami gangguan fisiologis bahkan dapat menyebabkan
kematian. Kemudian rendahnya oksigen terlarut juga menjadi alasan kematian
ikan, dikarenakan menurut Luthfi, dkk., (2017) kekurangan oksigen akan
menyebabkan ikan kurang nafsu makan dan berkembangnya bakteri yang
menyebabkan kematian pada ikan. Dari hal tersebut membuat ikan mudah untuk
mati dan terserangnya penyakit.
Faktor penyakit yang menyerang pada ikan tawes juga menjadi alasan
kematian pada ikan. Penyakit yang menyerang ikan tawes ialah Gyrodactylus sp.
jenis penyakit spesies trematoda monogenea yang sering menginfestasi ikan air
tawar (Klinger and Floyd, 2013). Parasit ini merupakan organisme yang
menyerang tubuh ikan bagian luar seperti menginfeksi kulit dan insang serta
merupakan cacing parasit ikan yang menempel pada tubuh inang. Gyrodactylus sp
16
berkembangbiak dengan melahirkan anakan yang sudah mengandung anakan lagi.
Semua anakan hasil reproduksi ini mampu menginfeksi ikan tanpa adanya inang
perantara. Ciri ikan yang terserang monogenea adalah produksi lendir pada bagian
epidermis akan meningkat, kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi
pernapasan terus meningkat karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna,
kehilangan berat badan (kurus), melompat-lompat ke permukaan air dan terjadi
kerusakan berat pada insang (Situmorang, 2020).
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum manajemen kualitas air, suhu air media pemeliharaan bernilai
25°C masuk ke dalam optimal bagi ikan tawes, kadar ammonia 0,5/0,4 juga masih
tergolong dapat di toleransi bagi ikan tawes. Namun, pada nilai pH 6,51 dan
oksigen terlarut (DO) 4,6 ppm menjadi kurangnya optimal kualitas air dalam
pemeliharaan ikan tawes. Pada Feed Convertion Ratio/FCR tidak dapat dihitung
karena keseluruhan dalam ikan tawes praktikum mati. Hal ini juga berdampak
pada Survival Rate/SR, menjadi 0%. Kematian ikan tawes ini karena kualitas air
tidak mendukung, stress pada ikan, dan penyakit pada ikan yaitu jenis
Gyrodactylus sp. yang menyerang kulit dan insang pada ikan.
5.2 Saran
Perlunya komunikasi dengan pihak kampus harus menggunakan MOU
sehingga ketika ada penggusuran tiba-tiba kita dapat menuntut untuk kampus
terkait solusi atau bantuan. Karena praktikum ini tidak maksimal karena peralatan
yang digunakan tidak lengkap, faktor kematian ikan pun dikarenakan kurangnya
perlakuan pada pemeliharaan ikan, bukan karena telat memberikan pakan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Ningsi, W. S. 2019. Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Tawes
(Puntius javanicus) Yang Dipelihara Dengan Padat Tebar Berbeda
Menggunakan Sistem Resirkulasi. Doctoral dissertation. Universitas Islam
Riau).
Nurul Kusuma W, Andi Ihwan1, Nurhasanah. 2015. Studi Tingkat Keasaman Air
Hujan Berdasarkan Kandungan Gas CO2, SO2 Dan NO2 Di Udara (Studi
Kasus Balai Pengamatan Dirgantara Pontianak). Prisma Fisika. Vol. III,
No. 01 (2015), Hal.09 – 14.
Nusa, I, S, dan, M, Rizki, S. 2014. Penghilangan Ammonia Dalam Air Limbah
Domestik Dengan Proses Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). JAI. Vol
7. No 1.
Prastyarini, Ruswati. 2012. Penggunaan Pakan Organik Pada Budidaya Ikan
Tawes (Barbodes gonionotus). Other thesis, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Saleh, I, A. 2020. Pengaruh Pemberian Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan
Dan Kelulusan Hidup Benih Ikan Tawes (Barbonymus
gonionotus). Undergraduate (S1) thesis. Universitas Muhammadiyah
Malang.
Sinha, A.K., Liew, H.J., Diricx, M., Blust, R., & Boeck, G.D. 2012. The
Interactive Effects of Ammonia Exposure, Nutritional Status and Exercise
on Metabolic and Physiological Responses in Gold Fish (Carassius
auratus L.). Aquatic Toxicology. 109, 33–46.
Situmorang, Y, P. 2020. Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Nila
Gift (Oroecrhomis sp) Dalam Keramba Diperairan Danau Toba. Skripsi
thesis. Universitas Dharmawangsa.
Sulistiyanto, H. 2018. Perbedaan Kadar Ammonia Pada Air Limbah Berdasarkan
Perlakuan Pengawetan Dan Lama Waktu Penyimpanan. Sarjana / Sarjana
Terapan (S1/D4) thesis. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Syarifudin. 2016. Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup
Benih Ikan Biawan (Helostoma temmincki). Skripsi thesis. UM Pontianak.
Wirinda, W, Y. 2012. Struktur Mikroanatomi Insang dan Hati Ikan Komet Di
Balai Benih Ikan (BBI) Siwarak Akibat Limbah Obyek Wisata Kolam
Renang. Under Graduates thesis. Universitas Negeri Semarang.
20
LOGBOOK PRAKTIKUM MANAJEMEN KUALITAS AIR
Hari Amo
No Waktu Suhu pH DO Dokumentasi Keterangan
/Tgl niak
o
1 Senin, pagi 25 C 7 5.09 - Ikan mati 5 dari
14/11/ total ikan 23
2022 menjadi 18, pakan
yang diberikan
sebanyak 4 gram.
pH 7, Suhu 25oC,
DO 5,09 ppm.
21
3 Selasa, pagi 25oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
15/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 25oC.
22
7 Kamis, pagi 24oC 6 5,02 - Ikan terlihat lincah,
17/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 24oC,
DO 5,02 ppm.
23
9 Jumat, pagi 24oC 6 - - Ikan terlihat lincah,
18/11/ pemberian pakan
2022 sebanyak 4 gram.
pH 6, Suhu 24oC.
24
13 Mingg Pagi 24 oC 6,68 2,97 - Ikan terlihat lincah,
u, pemberian pakan
20/11/ sebanyak 4 gram.
2022 pH 6,68, Suhu
24oC, DO 2,97
ppm.
25
17 Selasa, Pagi 25oC 6,64 - - Ikan terlihaada
22/11/ yang sekarat
2022 sebanyak 1 ekor
dan sudah mau
mulai makan,
pemberian pakan
sebanyak 4 gram.
pH 6,64, Suhu 25oC
26
20 Rabu, sore 27oC 7,04 - - Ikan terlihaada
23/11/ yang sekarat
2022 sebanyak 1 ekor
dan mulai tidak
mau makan
kembali, pemberian
pakan sebanyak 4
gram. pH 7,04,
Suhu 24oC.
27
22 Kamis, sore 24oC 7,03 - - Ikan terlihaada
24/11/ yang mati
2022 sebanyak 5 ekor,
beberapa ekor
sudah sekarat dan
tidak mau makan
kembali, pemberian
pakan sebanyak 3
gram. pH 7,14,
Suhu 24oC
28
29
LAMPIRAN
30
Ikan Mati pH meter
31