Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PRAKTEK MAGANG

MANAJEMEN KUALITAS AIR DI PEMBESARAN UDANG


VANAME (Litopenaeus Vannamei) DENGAN SISTEM BIOFLOK
DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP)
UJUNG BATEE

Oleh :
MUTIA OKTAVIANI TAMBUNAN
20020011

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PANDAN TAPANULI TENGAH
2024
PROPOSAL PRAKTEK MAGANG

MANAJEMEN KUALITAS AIR DI PEMBESARAN UDANG


VANAME (Litopenaeus Vannamei) DENGAN SISTEM BIOFLOK
DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BPBAP)
UJUNG BATEE

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan praktek


magang pada Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli

Oleh :
MUTIA OKTAVIANI TAMBUNAN
20020011

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PANDAN TAPANULI TENGAH
2024
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR

PENGESAHAN PROPOSAL PRAKTEK MAGANG

Judul : Manajemen Kualitas Air Di Pembesaran Udang


Vaname (Litopenaeus Vannamei) Dengan Sistem
Bioflok Di Balai Perikanan Budidaya Air Payau
(Bpbap) Ujung Batee

Nama : Mutia Oktaviani Tambunan

NIM : 20020011

Program Studi : Akuakultur

Disetujui oleh :

Pandan, 04 Januari 2024

Ketua Program Studi Pembimbing

Herman Sarumaha, S.Pi., M.Si Dr. Dra. Windarti, M.Sc


NIDN. 0129088902 NIDN. 0022086403
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita limpahkan kepada kehadirat Allah SWT atas
berkatnya Penulis dapat menyelesaikan proposal magang ini dengan judul
“Teknik Manajemen Kualitas Air Pada Kolam Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus Vannamei) Di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung
Batee”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua


orang tua penulis yang selalu mendoakan dan tidak lupa pula ucapan terimakasih
kepada Dr. Dra. Windarti, M.Sc selaku pembimbing yang telah memberi
bimbingan kepada penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik dari berbagai pihak
yang bersifat membangun demi sempurnanya proposal magang ini. Harapan
penulis semoga proposal ini memberi manfaat kepada penulis khususnya dan
pembaca umumnya.

Pandan, 04 Januari 2024

Mutia Oktaviani Tambunan


ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iii
DAFTAR TABEL...................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
I.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
I.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3
II.1 Asal Usul Udang Vaname ........................................................ 3
II.2 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname
(Litopenaus Vannamei)............................................................. 4
II.3 Habitat dan Tingkah Laku Udang Vaname............................... 4
II.4 Kebiasaan Makan...................................................................... 6
II.5 Manajemen Kulitas Air Pada Kolam ....................................... 6
III. METODE PRAKTEK MAGANG.................................................. 9
III.1 Waktu dan Tempat.................................................................... 9
III.2 Metode Praktek magang............................................................ 9
III.3 Prosedur Praktek Magang......................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 11
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel 1. Jadwal kegiatan selama praktek magang .................................. 9


iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar 1. Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) .............................. 4


2. Gambar 2. Siklus Hidup Udang Vaname ................................................ 5
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas
perikanan ekonomis penting. Peluang usaha budidaya Udang vaname tidak
berbeda jauh dengan peluang usaha udang jenis lainnya (Haliman dan Adijaya,
2005). Permintaan pasar di luar negeri yang cukup meningkat serta sumber daya
yang cukup tersedia di Indonesia memberikan peluang besar untuk dapat
dikembangkan budidayanya (Sumeru dan Anna, 1999).
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas
unggulan dalam budidaya perikanan. Hal ini karena selain harganya kompetitif,
sistem produksinya juga dapat dilakukan secara masal dengan padat tebar tinggi
(Mangampa dan Suwono, 2016). Udang vaname termasuk hewan aquatik dimana
kehidupannya jelas tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan perairan dan
termasuk jenis udang yang cukup banyak dibudidayakan di Indonesia karena
udang ini memiliki banyak keunggulan. Udang vaname memiliki keunggulan
dalam kegiatan budidaya udang dalam tambak antara lain yaitu responsif terhadap
pakan/nafsu makan yang tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan
kualitas lingkungan yang buruk pertumbuhan lebih cepat, tingkat kelangsungan
hidup tinggi, padat tebar cukup tinggi dan waktu pemeliharaan yang relatif singkat
yakni sekitar 90 - 100 hari per siklus (Purnamasari et al., 2017).
Kualitas air dalam kolam budidaya memiliki dampak signifikan terhadap
pertumbuhan biota yang dibudidayakan. Kondisi air yang memenuhi standar
budidaya, seperti yang diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2016,
memberikan dukungan optimal untuk pertumbuhan biota. Sebaliknya, kualitas air
yang buruk dapat menyebabkan stres, mengakibatkan penurunan nafsu makan,
dan menghambat pertumbuhan. Oleh karena itu, mempertahankan kondisi
lingkungan yang mendukung menjadi kunci untuk menghindari kegagalan panen
dalam usaha budidaya perikanan (Latuconsina, 2020).
Beberapa parameter kualitas air yang memiliki pengaruh langsung
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang meliputi suhu, kandungan
oksigen terlarut, tingkat keasaman (pH), dan salinitas air (Supono, 2018).
Memantau dan menjaga parameter-parameter ini pada tingkat yang optimal
2

menjadi langkah penting dalam mengelola kolam budidaya agar dapat mencapai
hasil yang maksimal.
Dipandang dari segi ekonomis, vaname merupakan jenis udang yang
memiliki prospek ekonomis yang tinggi karena digemari banyak orang. Darmono
(1991) dalam Maharani et al., (2009) menambahkan bahwa udang merupakan
salah satu bahan makanan sumber protein hewani bermutu tinggi yang sangat
digemari oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri karena memiliki rasa
yang sangat gurih dan kadar kolesterolnya yang lebih rendah dari pada hewan
mamalia.
Oleh karena itu banyak para petani ikan dan petambak Indonesia beralih
ke vaname sehingga komoditas vaname bertumbuh pesat di Indonesia. Terutama
di daerah Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee yang sudah
terbilang berhasil. Dikarenakan tempat tersebut manajemen kualitas airnya sudah
bagus dan budaya udang vanamenya sudah terbilang berhasil. Karena untuk
menciptakan atau membuat air yang bagus harus dilakukan dengan teknik
manajemen, yaitu dengan pengukuran parameter kualitas air meliputi suhu,
oksigen terlarut, pH, salinitas, nitrit, amonia, kecerahan air dan warna air.
Sehingga saya tertarik untuk melakukan praktek magang di daerah Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee.

1.2. Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka tujuan dilaksanakan nya
praktek magang ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara melakukan teknik
manajmen kualitas air pada kolam pembesaran udang vaname (Litopenaeus
Vannamei) Di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Bate’e.
Manfaat dari pelaksanaan praktek magang ini yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan menambah wawasan tentang teknik
manajemen kualitas air.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal Usul Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)


Udang vaname, atau dikenal juga sebagai udang vannamei (Litopenaeus
vannamei), merupakan jenis udang yang diperkenalkan dari habitat aslinya di
perairan pantai dan laut di sepanjang Pantai Pasifik Barat Amerika Latin. Pertama
kali diperkenalkan di Tahiti pada awal tahun 1970, kemudian dikembangkan
secara intensif untuk budidaya di berbagai lokasi seperti Hawaii (Barat Pantai
Pasifik), Teluk Meksiko (Texas), Belize, Nikaragua, Kolombia, Venezuela, dan
Brasil pada akhir 1970-an.
Udang ini kemudian diimpor oleh negara-negara pembudidaya Udang di
Asia, seperti China (1988), India (2001), Thailand (1988), Bangladesh, Vietnam
(2000), dan Malaysia (2001), Filipina (1997). Dalam perkembangan berikutnya,
Indonesia juga memasukkan Udang Vaname sebagai salah satu jenis udang budi
daya tambak, selain Udang Windu (Penaeus monodon) dan udang putih/udang
njerebung (Penaeus merguiensis)
Beberapa catatan juga menyebutkan bahwa Udang vaname yang masuk ke
Indonesia sebagian berasal dari Nikaragua dan sebagian lagi berasal dari Meksiko.
Pada awalnya pemerintah memberi izin bagi dua perusahaan untuk mengimpor
Udang vaname sebanyak 2.000 ekor induk dan 5 juta ekor benur dari Hawaii dan
Taiwan, pada saat itu pemerintah juga memberikan izin untuk mengimpor lagi
300 ribu ekor benur dari daerah asalnya di Amerika Latin.
Dalam perkembangannya induk dan benur tersebut kemudian
dikembangkan di hatchery yang ada di Indonesia. Pengembangan intensif tersebut
dilakukan di daerah Situbondo dan juga Banyuwangi, Jawa Timur. Setelah
berhasil diternakkan, maka udang vaname tersebut disebarkan untuk
dikembangkan di daerah-daerah lain di seluruh indonesia dalam
perkembangannya induk dan benur tersebut kemudian dikembangkan di hatchery
yang ada di indonesia. Pengembangan intensif tersebut dilakukan di daerah
Situbondo dan juga Banyuwangi, Jawa Timur. Setelah berhasil diternakkan, maka
udang vaname tersebut disebarkan untuk dikembangkan di daerah-daerah lain di
seluruh indonesia.
4

2.2 Klasifikasi Dan Morfologi Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)


Filum : Arthrophoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decaphoda
Subordo : Eucarida
Famili : Palinuridae
Genus : Litopenaus
Spesies : Litopenaus vannamaei

Gambar 1. Morfologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)


(Sumber : Akbaidar, 2013)

Bagian tubuh udang vaname terdiri dari kepala yang begabung dengan
dada (cephalathorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vanname terdiri dari
antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vanname juga
dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang
maxillae dan 3 pasang maxiliped. Bagian abdomen terdiri dari 6 ruas dan terdapat
6 pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang
membentuk kipas bersama-sama telson.

2.3 Habitat Dan Tingkah Laku Udang Vaname


Udang vanammei adalah jenis udang laut yang habitat aslinya di daerah
dasar dengan kedalaman 72 meter. Udang vannamei dapat ditemukan di perairan
atau lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat
udang vannamei berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari
5

tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Umumnya udang vannamei bersifat


bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh
udang Vannamei adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran
lumpur dan pasir (Haliman dan Adijaya, 2006).
Menurut Haliman dan Adijaya (2006), bahwa induk udang vannamei
ditemukan diperairan lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara70-72 meter
(235 kaki). Udang ini menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat
hidup dari udang vannamei adalah catadromous atau dua lingkungan, dimana
udang dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana
udang vannamei akan bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang
biasa disebut daerah estuarine tempat nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan
bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan seperti
pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan (Wyban dan Sweeney, 1991).
Menurut Haliman dan Adijaya (2006), perkembangan Siklus hidup udang
vannamei adalah dari pembuahan telur berkembang menjadi naupli, mysis, post
larva, juvenil, dan terakhir berkembang menjadi udang dewasa. Udang dewasa 9
memijah secara seksual di air laut dalam. Masuk ke stadia larva dari stadia naupli
sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana
terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan.
Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan
siklus hidup berlanjut kembali. Habitat dan siklus hidup vannmei dapat dilihat
pada gambar 2.

.
Gambar 2. Siklus Hidup Udang Vaname (Litopenaus vannamei)
(Sumber : Erwinda, 2008).
6

2.4 Kebiasaan Makan


Udang vanammei adalah jenis udang laut yang habitat aslinya di daerah
dasar dengan kedalaman 72 meter. Udang vannamei dapat ditemukan di perairan
atau lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat
udang vannamei berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari
tingkatan- tingkatan dalam daur hidupnya. Umumnya udang vannamei bersifat
bentis dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh
udang vannamei adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran
lumpur dan pasir (Haliman dan Adijaya, 2006).
Menurut Haliman dan Adijaya (2006), bahwa induk udang vannamei
ditemukan diperairan lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara70-72 meter
(235 kaki). Udang ini menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat
hidup dari udang vannamei adalah catadromous atau dua lingkungan, dimana
udang dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana
udang vannamei akan bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang
biasa disebut daerah estuarine tempat nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan
bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan seperti
pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan (Wyban dan Sweeney, 1991).

2.5 Manajemen Kualitas Air Pada Kolam


Kualitas air memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya karena
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kecepatan pertumbuhan udang
vaname. Oleh sebab itu, kualitas air perlu diperhatikan secara intensif. Menurut
periodenya, pemeriksaan kualitas air terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan
setiap hari dan setiap minggu. Parameter kualitas air yang diukur setiap hari
diantaranya suhu, kecerahan, salinitas, dan pH.
Pengukuran parameter-parameter tersebut dilakukan pada pagi dan sore
hari. Sedangkan parameter yang diukur setiaminggu yaitu kesadahan, alkalinitas,
nitrit, TAN (Total Ammonia Nitrogen), TOM (Total Organic Matter), serta
jumlah plankton dan bakteri. Suhu air yang didapat dari pengukuran di tambak
pembesaran udang vaname adalah berkisar pada 28-31º C. Suhu air tersebut masih
merupakan suhu yang optimal bagi kehidupan udang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kharisma dan Manan (2012) bahwa suhu optimal yang diperlukan
7

oleh udang vaname yaitu berkisar antara 28-32 °C. Pada kisaran suhu tersebut
proses metabolisme dapat berjalan dengan baik sehingga kelangsungan hidup dan
pertumbuhan udang diharapkan dapat optimal.
Kecerahan pada tambak udang vaname berkisar antara 15-35 cm. Menurut
Malik (2014), kecerahan optimal air tambak yaitu sekitar 20-40 cm. Oleh sebab
itu,
Apabila kecerahan air tambak di bawah 20 cm, maka upaya yang dapat dilakukan
yaitu dengan melakukan pengenceran terhadap air tambak hingga didapatkan
kecerahan yang optimal untuk menunjang kehidupan udang budidaya. Rahmawati
dkk., (2014) menyatakan bahwa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi nilai
kecerahan yaitu keadaan cuaca, padatan tersuspensi, waktu pengukuran, dan
ketelitian orang yang melakukan pengukuran.
Nilai salinitas air tambak yang didapat selama kegiatan yaitu 9-17 ppt.
Salinitas air sangat erat hubungannya dengan proses osmoregulasi yang terdapat
pada organisme perairan. Udang vaname termasuk organisme euryhaline yang
mampu beradaptasi pada kisaran salinitas yang sangat luas, yakni 1-40 ppt.
Namun, untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal, udang vaname
membutuhkan salinitas 15-25 ppt (Malik, 2014). Oleh sebab itu, salinitas air
tambak perlu dinaikkan agar tidak berada di bawah kisaran optimal selama proses
budidaya. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menambah air bersalinitas
tertentu yang sudah disterilisasi.
Kadar pH yang diukur selama kegiatan berada pada kisaran pH yang
optimal, yakni 7,7-8,4. Menurut Malik (2014), pH air tambak yang ideal untuk
pembesaran udang vaname yaitu 7,5-8,5. Pada umumnya, pH air tambak pada
sore hari lebih tinggi daripada pagi hari. Hal ini disebabkan pada sore hari telah
terjadi penyerapan karbondioksida (CO2) oleh fitoplankton melalui proses
fotosintesis. Sedangkan pada pagi hari kadar CO2 hasil respirasi udang vaname
dan organisme lain dalam perairan cukup tinggi. Alkalinitas merupakan gambaran
dari kapasitas air yang dapat menetralkan asam atau kuantitas anion air
untukmenetralkan kation hidrogen serta sebagai kapasitas penyangga terhadap
perubahan pH perairan (Djokosetiyanto dkk., 2005).
8

Menurut Kilawati dan Yunita (2014), pertumbuhan udang vaname optimal


ketika kadar NO2 dan NH3 berada di bawah 0,01 ppm. Batas toleransi untuk NO2
berkisar antara 0,01-0,1 ppm dan NH3 sekitar 0,01-0,2 ppm. Namun, dalam
tambak budidaya, kadar NO2 dan NH3 sering kali melebihi nilai optimal,
mencapai 0,968 ppm dan 0,37 ppm secara berturut-turut. Solusi untuk mengatasi
masalah ini adalah melalui aplikasi probiotik yang mengandung bakteri nitrifikasi.
Selain itu, tingginya Bahan Organik Total (TOM) dalam perairan tambak,
yang mencakup bahan organik terlarut, tersuspensi, dan koloid, dapat
mempengaruhi kualitas air dan kehidupan biota tambak, terutama udang budidaya.
Nilai TOM pada tambak mencapai rentang 103,65-115,57, sedangkan nilai yang
dianggap layak untuk kehidupan udang adalah di bawah 55 ppm. Upaya untuk
mengurangi kandungan TOM melibatkan pergantian air dan penyiponan secara
rutin.
Kemudian, keberadaan plankton di perairan dianggap sebagai indikator
biologi untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan.
Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton, yang berperan sebagai pakan
alami bagi organisme perairan. Fitoplankton juga memiliki peran penting dalam
menghasilkan oksigen terlarut melalui proses fotosintesis (Makmur, 2011).
III. METODE PRAKTEK MAGANG

3.1 Waktu dan Tempat


Praktek magang dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2024 di Balai Perikanan
Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee, dengan topik Teknik Manajemen
Kualitas Air Pada Kolam Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei).
Jadwal kegiatan magang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan selama Praktek Magang


Minggu
No Kegiatan Keterangan
1 2 3 4
1. Pengumpulan proposal X
Dilakukan di STPK Matauli
magang
2. RMntorial pelaksanaan X
Dilaksanakan STPK Matauli
magang
3. Pengamatan dan pelaksanaan X X X Dilaksanakan BPBAP Ujung
praktek magang Batee
4. Penyusunan laporan X Dilaksanakan di Pandan
5. Seminar hasil magang X Dilaksanakan di STPK Matauli
Agenda/ daftar kegiatan harian selama praktek magang dapat dilihat pada
Lampiran 2.

3.2 Metode Praktek Magang


Adapun Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah sebagai
berikut :
1) Metode pengarahan (Mentorial) yaitu pemberian arahan mengenai praktek
magang yang disampaikan langsung oleh dosen pembimbing di Stpk
Matauli
2) Praktek langsung yaitu mahasiswa turun langsung ke lapangan dengan di
dampingi atau dibimbing oleh mentor lalu mahasiswa di ajak menangani
objek dan diberi tanggung jawab untuk melakukan suatu kegiatan di bawah
arahan mentor atau pemimbing.
10

3.3 Prosedur Praktek Magang


Prosedur praktek magang di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)
ujung batee dengan topik Teknik Manajemen Kualitas Air Pada Kolam
Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) adalah sebagai berikut:
 Konsultasi dengan dosen pembimbing di kampus mengenai judul
pengamatan.
 Melengkapi administrasi ke Prodi Akuakultur STPK Matauli
 Mengajukan permohonan untuk melakukan magang ke Prodi Akuakultur
 Melakukan persiapan dan melaksanakan praktek magang di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) ujung batee
 Menyusun laporan hasil magang.
 Konsultasi kepada pembimbing tentang laporan praktek magang.
 Persetujuan untuk ujian magang, pengajuan ujian magang dan
penyelesaian administrasi ujian magang ke Prodi Akuakultur STPK
Matauli.
11

DAFTAR PUSTAKA

Akbaidar, G. A. 2013. Penerapan Menejemen Kesehatan Budidaya Udang


Vannamei Di Sentral Budidaya Udang Desa Sidodadi Dan Desa Gebang
KabupatenPesawaran. Skripsi : Unila.

Darmono, 1991. Budidaya Udang Penaeus. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 104


Halaman.

Djokosetiyanto, D., R. K. Dongoran dan E. Supriyono. 2005. Pengaruh


Alkalinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan
Patin Siam (Pangasius sp.). Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2) : 53-56.

Erwinda, Y,E 2008. Pembenihan Udang Putih (Penaeus Vannamei) secara


intensif. Program studi Biologi sekolah ilmu dan Teknologi Hayati
Institut Teknologi. Bandung.hlm 1-2

Haliman, R.W. dan Adijaya, S.D. 2005. Udang Vaname. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Haliman, W.R dan Dian A, 2006. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kharisma, A. dan A. Manan. 2012. Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. Pada Air
Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Sebagai Deteksi
Dini Serangan Penyakit Vibriosis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan,
4 (2) : 129-134.

Kilawati, Y. dan Y. Maimunah. 2014. Kualitas Lingkungan Tambak Intensif


Litopenaeus vannamei dalam Kaitannya dengan Prevalensi Penyakit
White Spot Syndrome Virus. Research Journal of Life Science, 2 (1): 50-
59.

Latuconsina, H. 2020. Ekologi Perairan Tropis: Prinsip Dasar Pengelolaan


Sumber Daya Hayati Perairan. Cetakan ke-3. UGM Press. Yogyakarta.
12

Maharani, Gunanti., Sunarti., Triastuti., J. Juniastuti dan Tutik. 2009. Kerusakan


dan Jumlah Hemosit Udang Windu (Penaeus monodon Fab.) yang
Mengalami Zoothamniosis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.

Malik, I. 2014. Budidaya Udang Vannamei : Tambak Semi Intensif dengan


Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). WWF-Indonesia. Jakarta.
Halaman 3-30.

Makmur, R. dan M. Fahrur. 2011. Hubungan Antara Kualitas Air dan Plankton di
Tambak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Prosiding
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Halaman 961-968.

Malik, I. 2014. Budidaya Udang Vannamei : Tambak Semi Intensif dengan


Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). WWF-Indonesia. Jakarta.
Halaman 3-30.

Mangampa, M. dan Suwoyo, H.S., 2016. Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus


vannamei) Teknologi Intensif Menggunakan Benih Tokolan. Jurnal Riset
Akuakultur, 5(3), pp.351-361.

Purnamasari, I., Purnama, D., & Utami, M. A. F. (2017). Pertumbuhan udang


vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak intensif. Jurnal Enggano,
2(1), 58–67. https://doi.org/10.31186/JENGGANO.2.1.58-67.

Rahmawati, I., I.B. Hendrarto dan P.W. Purnomo. 2014. Fluktuasi Bahan Organik
dan Sebaran Nutrien serta Kelimpahan Fitoplankton dan Klorofil-A di
Muara Sungai Sayung Demak. Diponegoro Journal of Maquares, 3 (1):
27-36.

SNI. 2016. Pedoman Umum Pembesaran Udang Windu (Penaeus monodon) dan
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Nomor 75. Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia. Jakarta

Supono. 2018. Manajemen Kualitas Air Untuk Budidaya Udang. Aura (CV.
Anugrah Utama Raharja). Gedongmeneng Bandar Lampung

Sumeru, S.U., dan S. Anna. 1992. Pakan Udang Windu. Yogyakarta: Kasinus.
12

Wyban, J.A, and J.N. Sweeney 1991. Intensive shrimp production technology.
The Ocean Institute Honolulu, Hawai. 158 hal.

Anda mungkin juga menyukai