Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK PEMELIHARAAN AIR PADA PEMBESARAN UDANG

VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN TEKNOLOGI SUPER


INTENSIF DI PT ESAPUTLii PRAKARSA UTAMA

LEO CHANDRA
SAPUTRA 071 2019 0009

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah dengan judul judul “Teknik Pemeliharaan air pada pembesaran
Udang Vaname Litopenaeus vannamei di PT. Esaputlii Prakarsa Utama, Barru,
Sulawesi Selatan”.

Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang telah membantu dan mendoakan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa dan
dukungan baik secara moril maupun materil. Bapak Ir. Muh. Saenong, MP selaku
dosen pembimbing akademik dan Ketua Program Studi Budidaya Perairan yang
telah memberikan dukungan kepada penulis, Bapak Bilal Muzammil Salsabil
S.Kel. selaku pembimbing lapang kegiatan pembesaran udang vaname, dan
seluruh staf PT Esaputlii Prakarsa Utama, serta sahabat dan orang dekat penulis
yang senantiasa membantu penulis dalam penulisan kaya tulis ilmiah..

Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat menjadi panduan bagi
penulis dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Barru, 15 Agustus 2022

Leo Chanda Saputra

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat.......................................................................................2
1.3 Metode Penulisan...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Klasifikasi Udang Vaname............................................................................3
2.2 Morfologi Udang Vanamei............................................................................3
2.3 Habitat dan Siklus Hidup...............................................................................5
2.4 Makan dan Kebiasaan Makan........................................................................6
2.5 Pertumbuhan dan Mortalitas..........................................................................6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................8
3.1 Perlakuan Probiotik........................................................................................8
3.1.1 Perlakuan Mineral dan Desinfeksi........Error! Bookmark not defined.
3.1.2 Penambahan Air....................................................................................12
3.1.3 Penyiponan Dasar Tambak.......................................................................13
3.1.4 Pembuangan Lumpur................................................................................14
BAB IV PENUTUP..............................................................................................15
4.1 Kesimpulan..................................................................................................15
4.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

i
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kualitas air pemeliharaan larva selama pelaksanaan kegiatan PKL Error!

Bookmark not defined.

Tabel 2. Kegiatan pengelolaan kualitas air selama PKLError! Bookmark not

defined.

Tabel 3. Dosis penggunaan bahan tambahan.........Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. Proses pembentukan air pada 7 hari sebelum penebaran benur.......Error!

Bookmark not defined.

Tabel 5. Kualitas air tambak di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Error! Bookmark

not defined.

i
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1 Morfologi Udang Vaname....................................................................4

Gambar. 2 Probiotik bakteri....................................................................................9

Gambar. 3 Probiotik bakteri Thiobacillus sp.........................................................10

Gambar. 4 Probiotik yang mengandung kapang....................................................11

Gambar. 5 Lactobacillus sp....................................................................................11

Gambar. 6 Pemberian desinfeksi............................................................................12

Gambar. 7 penyiponan dasar tambak.....................................................................14

Gambar. 8 Pengangkatan pipa pembuangan air....................................................14

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Udang merupakan salah satu komoditas ekspor dari sub sector maupun luar

negeri yaitu udang vaname (Litopenaeus vannamei). Udang merupakan

primadona komoditas perikanan Indonesia, karena potensi sumberdaya komoditas

tersebut cukup besar, nilai jualnya tinggi dan peluang pasarnya sangat baik,

karena permintaan udang tinggi baik di dalam maupun di luar negeri (Putri et al.,

2020). Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan perki-raan kebutuhan

udang vaname di Jepang 420.000 ton/tahun, Amerika Serikat sebesar 560.000-

570.000 ton/tahun dan Uni Eropa 230.000-240.000 ton/tahun. Dijelaskan oleh

Direktorat Jendral Perika-nan Budidaya pada tahun 2013, Indonesia baru

memproduksi udang vaname sebesar 500.000 ton/tahun. Hasil tersebut belum

mencukupi semua kebutuhan pasar dunia, maka pada tahun 2014 target produksi

udang vaname ditingkatkan menjadi 699.000 ton/tahun agar dapat memenuhi

kebutuhan pasar tersebut (Erlando et al., 2015).

Udang vaname mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan

spesies lainnya, antara lain tumbuh cepat, toleran terhadap suhu air, tahan

terhadap penyakit dan tingkat produktivitas yang tinggi, tersedia teknologi

produksi induk ata benih bebas penyakit serta kebutugan kandungan protein pakan

yang relative rendah (Sudrajat dan Wedjatmiko, 2010).

Dalam proses budidaya udang vaname, dibagi menjadi 3 sektor kegiatan,

yakni pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Kegiatan pembesaran udang

1
vaname sendiri meliputi persiapan tambak, penebaran benur, pemeliharaan

kualitas air, pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit, hingga panen. Oleh

sebab itu, agar dapat lebih memahami serangkaian kegiatan dari salah satu sektor

tersebut, diperlukan pelaksanaan praktek kerja lapang mengenai teknik

pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak Pt. Esaputlii

Prakarsa Utama.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari Praktek Kerja Akuakultur (PKA) adalah untuk

memperoleh pengetahuan dan pengalaman mengenai Teknik pembesaran udang

vaname (Litopenaeus vannamei) serta mensinkronkan antara teori selama kuliah

dengan 2 kondisi real dalam melakukan pengelolaan pembesaran udang vaname

(Litopenaeus vannamei) di tambak Pt. Esaputlii Prakarsa Utama.

Kegunaan dari praktek kerja lapang ini yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan dan menambah wawasan mengenai pembesaran udang vannamei

(Litopenaeus vannamei) serta memahami permasalahan yang timbul dalam

budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) sehingga nantinya diharapkan

dapat melakukan pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan

baik.

1.3 Metode Penulisan


Penulisan ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana penulisan

kuantitatif merupakan sjuatu pendekatan dalam melakukan penulisan yang

bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui

pengunpulan data sedalam-dalamnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Udang Vaname
Udang Vaname, atau yang sering juga disebut udang putih oleh

masyarakat umum, adalah jenis udang yang sedang semarak dibudidayakan oleh

masyarakat hampir di seluruh Indonesia, , ternyata adalah jenis udang yang

berasal dari Pantai Pasifik Barat Amerika Latin, untuk pertama kalinya dikenalkan

pada tahun 1970 di Tahiti.

Menurut Haliman dan Dian (2005), Klasifikasi udang vaname sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Subkelas :

Eumalacostraca Superordo :

Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo :

Dendrobrachiata Famili :

Penaeidea

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

2.2 Morfologi Udang Vanamei

3
gambar 1. Morfologi Udang Vaname

Menurut Wyban, J.A dan J. Sweeney (1991), vaname secara morfologis

dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu bagian kepala yang menyatu dengan dada

disebut chepalotorax dan bagian belakang bagian perut disebut abdomen. Tubuh

udang vaname berwarna putih transparan sehingga lebih umum dikenal sebagai

“white shrimp”. Namun, ada juga yang berwarna kebiruan karena lebih

dominannya kromatofor biru. Panjang tubuh dapat mencapai 23 cm. Kepala udang

vaname terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan dua pasang maxillae.

Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang maxilliped dan lima

pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Sedangkan pada

bagian perut (abdomen) udang vannamei terdiri dari enam ruas dan pada bagian

abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan sepasang uropuds (mirip ekor)

yang membentuk kipas bersama-sama telson.

Menurut Kordi (2007), juga menjelaskan bahwa kepala udang vaname

terdiri dari antena, antenula, dan 3 pasang maxilliped. Kepala udang vaname juga

dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (periopoda).

Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk

makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit (dactylus).

4
Dactylus ada pada kaki ke – 1, ke – 2, dan ke – 3. Abdomen terdiri dari 6

ruas, ada bagian abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan

sepasang uropods (ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson (Suyanto

dan Mujiman, 2004).

2.3 Habitat dan Siklus Hidup


Udang vaname (Litopenaeus vannamei) bersifat bentik hidup pada dasar

peraiaran. Udang umumnya menyukai habitat pada dasar laut yang lembut yang

umumnya bercampur dengan lumpur dan pasir. Udang vaname menyukai daerah

perairan dasar khususnya pada garis pantai dengan kedalaman 75 m.

Daerah hutan mangrove adalah daerah yang sesuai bagi udang vaname

stadia post larva. Pada daerah mangrove sangat cocok bagi udang vaname ketika

stadia post larva untuk mencari makan dan untuk berlindung dari predator. Larva

dewasa udang vaname akan berpindah ke perairan yang lebih dalam dan memiliki

salinitas yang lebih tinggi.

Udang vaname berkembang biak pada daerah lepas pantai yang dangkal.

Udang vaname betina mampu menghasilkan telur sebanyak 100.000 hingga

250.000 dengan ukuran perbutir sekitar 0.22 mm dan proses fertilisasi dilakukan

secara eksternal di dalam air. Telur-telur tersebut akan berkembang menjadi larva

berukuran mikroskopis yang disebut naupli.

Proses pemijahan diawali dengan pemindahan sel sperma oleh udang

vaname jantan ke udang vaname betina. Proses perkawinan berlangsung selama 1

menit. Udang vaname betina mengeluarkan sel-sel telur ditandai dengan udang

akan meloncat secara tiba-tiba (Soemardjati dan Suriawan, 2007).

5
2.4 Makan dan Kebiasaan Makan
Makan dan Kebiasaan Makan udang vaname merupakan omnivora dan

scavenger (pemakan bangkai). Makanannya biasanya berupa crustacea kecil dan

plychaetes (cacing laut). Udang memiliki pergerakkan yang terbatas dalam

mencari makanan dan mempunyai sifat dapat menyesusaikan diri terhadap

makanan yang tersedia di lingkungannya (Wyban, J.A dan J. Sweeney, 1991).

Udang vaname termasuk golongan udang penaeid. Maka sifatnya antara

lain bersifat nocturnal, artinya aktif mencari makan pada malam hari atau apabila

intensitas cahaya berkurang. Sedangkan pada siang hari yang cerah lebih banyak

pasif, diam pada rumpon yang terdapat dalam air tambak atau membenamkan diri

dalam lumpur (Effendi, 2000).

Pakan yang mengandung senyawa organik, seperti protein, asam amino,

dan aasam lemak, maka udang akan merespon dengan cara mendekati sumber

pakan tersebut. Saat mendekati sumber pakan, udang akan berenang

mengkunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan langsung dijapit

menggunakan capit kaki jalan, kemudian dimasukkan ke dalam mulut.

Selanjutnya, pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara

kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut.

2.5 Pertumbuhan dan Mortalitas


Secara harfiah, pertumbuhan merupakan perubahan yang dapat diketahui

dan ditentukan berdasarkan sejumlah ukuran dan kuantitasnya. Proses yang terjadi

pada pertumbuhan adalah proses yang irreversible (tidak dapat kembali ke bentuk

semula). Akan tetapi, pada beberapa kasus ada yang bersifat reversible karena

pertumbuhan terjadi pengurangan ukuran dan jumlah sel akibat kerusakan sel atau

6
dediferensiasi (Ferdinand dan Ariebowo, 2007). Sedangkan mortalitas adalah

ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat spesifik) pada suatu

populasi.

Udang merupakan organisme hidup yang mengalami pertumbuhan,

bahkan juga kematian. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

mortalitas udang adalah makanan. Selain faktor makanan, menurut Haliman dan

Adijaya (2005) kualitas air tambak yang baik akan mendukung pertumbuhan dan

perkembangan udang vaname secara optimal. Oleh karena itu, kualitas air tambak

perlu diperiksa dan dikontrol secara seksama. Parameter kualitas air diantaranya,

suhu, pH, salinitas, dan kadar gas pencemar.

Suhu optimal untuk pertumbuhan udang vaname berkisar antara 26-32ºC.

Jika suhu lebih dari angka optimum, maka metabolisme udang akan berlangsung

cepat dan kebutuhan oksigen akan meningkat. Kadar oksigen dalam tambak

mengalami titik jenuh pada kadar yang berkisar antara 7 – 8 ppm. Namun udang

dapat tumbuh baik pada kadar oksigen minimum, berkisar antara 4 – 6 ppm

(Suyanto dan Mudjiman, 2001). Pada kisaran suhu yang optimal, konsumsi

oksigen cukup tinggi sehingga nafsu makan udang tinggi dan pada suhu dibawah

20ºC, nafsu makan udang menurun.

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perlakuan Probiotik
Budidaya udang vaname di PT EPU menggunakan teknologi supra intensif

dengan kepadatan udang yang sangat tinggi sehingga pemberian pakan yang

digunakan memiliki kuantitas yang besar sehingga dapat menyebabkan gangguan

terhadap kualitas lingkungan. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan

kualitas air dan menghambat pertumbuhan patogen adalah dengan melakukan

pengelolaan kualitas air dengan aplikasi pemberian probiotik. Probiotik

merupakan bakteri menguntungkan yang sengaja ditumbuhkan pada suatu wadah

tertentu. Menurut yulvizar (2014) peran penggunaan probiotik pada pengendalian

biologis kualitas air mampu membatasi atau membunuh hama dan penyakit serta

berperan dalam meningkatkan kualitas air media pemeliharaan. Probiotik yang

digunakan pada kegiatan pembesaran udang vaname supra intensif di PT EPU

yaitu Bacillus sp., Thiobacillus sp., Lactobacillus sp., dan Aspergillus niger niger.

Pemberian probiotik dilakukan dengan perbandingan 1 : 1 yaitu 1 kg probiotik

dan 1 kg gula. Probiotik yang digunakan untuk mempertahankan kualitas air agar

tetap optimal menggunakan probiotik yang berasal dari merek dagang Salman

Teknologi yang terdiri dari goldbac, masthio, Aspergillus niger, proshrimp, dan

lactobac.

Goldbac merupakan produk probiotik yang mempunyai kandungan bakteri

Bacillus sp. Sebanyak 4,5 x 1010 CFU. Jenis bakteri yang terdapat pada goldbac

diantaranya Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus megaterium,

Bacillus coagulans, Bacillus brevis, Bacillus firmus, dan Bacillus polymixa.

8
Manfaat probiotik ini yaitu menguraikan limbah bahan organic, sisa pakan,

kotoran dan planton mati. Menekan pertumbuhan baktri merugikan seperti Vibrio

sp. Menjaga kebersihan dasar tambak dan kestabilan kualitas parameter kualitas

air tambak. Menurut Awais et al. (2007) Bacilluc sp. Berperan sebagai pengurai

bahan organic di perairan. Bacillus subtilis biasa digunakan sebagai bahan

probiotik untuk menyeimbangkan bakteri yang menguntungkan di dalam saluran

pencernaan (Awais et al. 2007), selain itu bakteri ini mampu meningkatkan

pertumbuhan dan resistensi terhadap bakteri yang bakteri Vibrio sp. (Dwyana dan

Murniati 2020). Bacillus licheniformis merupakan bakteri Gram positif yang

bersifat proteolitik sehingga membantu mencerna protein dibandikan mikroba

lainnya (Fernando 2016). Menurut Naryaningsih (2005) bakteri Bacillus subtilis

dan Bacillus coagulans merupakan bioremediasi yang baik dan dapat

menghasilkan enzim-enzim potensial dalam mendegradasikan senyawa-senyawa

organic. Bacillus polymixa mampu menghasilkan antibiotic polimiksin yang

mampu menekan pertumbuhan bakteri Vibrio sp. (Kurniawan 2017).

Gambar 2. Probiotik bakteri

9
Masthio merupakan produk probiotik bakteri Thiobacillus sp. Dengan kandungan
total bakteri 2,8 x 1010 CPU. Jenis bakteri yang terdapat pada masthio diantaranya
adalah Thiobacillus denitrificans, Thiobacillus ferrooksidans, dan Thiobacillus
novellus. Manfaat dari aplikasi probiotik ini yaitu menetralisir senyawa-senyawa
beracun seperti H2S dan NO2 mengoksidasi ion besi yang menghambat respirasi
dan pertumbuhan, serta mempercepat siklus kimiawi sehingga mencegah
penumpukan ammonia dan methan. Bakteri Thiobacillus sp yang terdapat pada
probiotik ini dapat mendegradasi kandungan H2S dalam perairan (yani et al.2011)

Gambar 3. Probiotik bakteri Thiobacillus sp

Aspergillus niger merupakan produk probiotik yang mengandung kapang

Aspergillus niger. Manfaat aplikasi probiotik ini yaitu membantu memperbaiki

kualitas detritus atau pakan alami, meningkatkan efisiensi pakan, dan membantu

menetralisir senyawa NO2 dan H2S. menurut pamungkas dan khairani (2010)

Aspergillus niger merupakan salah satu jenis kapang yang dapat mengubah

molekul kompleks seperti protein, karbohidrat, dan lemak menjadi molekul yang

lebih sederhana. Selain itu menurut Hastuti (2013) kapang Aspergillus niger

mampu mengubah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana menghasilkan

enzim amilase, amiloglukosidae, selulosa, katalase, dan glucosidase.

1
Gambar 4. Probiotik yang mengandung kapang

. Lactobac merupakan probiotik dengan kandungan bakteri 5,4 x 10 6 CFU.

Produk ini mengandung berbagai jenis kandungan bakteri seperti Lactobacillus

plantarum, Lactobacilus bulgaris, Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus,

dan Lactobacillus brevis. Manfaat pemberian probiotik ini yaitu memperbaiki

proses pencernaan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan proses

penyerapan nutrisi, dan mencegah penempelan serta infeksi pathogen. Menurut

Nguyen (2007) bakteri Lactobacillus plantarum mampu mengubah senyawa

kompleks menjadi senyawa sederhana dengan hasil akhir berupa asam laktat.

Bakteri tersebut juga menghasilkan bakteriosin yang berfungsi menghambat

mikroorganisme pathogen dan zat racun karena kemampuan bakteri ini dalam

menghasilkan asam laktat.

1
Gambar. 5 Lactobacillus sp

3.1.1 Perlakuan Mineral dan Desinfeksi

Perlakuan pengelolaan air lainnya yaitu pemebriian mineral dan desinfeksi

pemberian mineral menggunakan produk dagang Calvino Pratama berupa biomax.

Penggunaan mineral ini berfungsi membantu pembentukan kulit pasca proses

moulting, menyediakan kekurangan mineral di tambak, menjaga keseimbangan

mineral di media budidaya, membantu dan menjaga pembentukan warna air, serta

mengurangi masalah myonecrosis saat budidaya. Pemberian mineral ini dilakukan

secara manual dengan dosis 0,5 mg/L yang ditebar secara merata kemedia

budidaya. Desinfekta yang digunakan sebagai desinfekta air tambak yaitu virkon

aquatic dengan dosis pemberian 0,5 mg/L yang diberikan minimal satu bulan

sekali.

Gambar. 6 Pemberian desinfeksi

3.1.2 Penambahan Air

Penambahan air dilakukan untuk menjaga level ketinggian air tetap

terjaga. Air pemeliharaan berkurang disebabkan karena penggunaan air, selain itu

1
pada central drain diberi lubang yang digunakan untuk membuang kotoran yang

menumpuk disekitar central drain. Debit air yang keluar dari central drain kurang

lebih 30-70 L/menit. Penambahan air dilakukan setiap hari pada sore/malam hari

tergantung kebutuhan untuk menjaga level ketinggian air yang diinginkan.

Penambahan air dilakukan menggunakan pompa celup 12 inci dan sumber air

bersumber dari yang telah di treatment dan ditampung di tandon pengendapan.

3.1.3 Peyiponan Dasar Tambak


Penyiponan dasar tambak merupakan proses pembuangan sisa pakan,

bahan organik, limbah lumpur, dan limbah karapas udang sisa moulting. Kegiatan

penyiponan mulai dilakukan pada DOC 15 secara manual apabila terjadi

penumpukan lumpur pada central drain, sebelum dilakukan penyiponan terlebih

dahulu dilakukan pemeriksaan lumpur. Lumpur diperiksa secara manual untuk

mengetahui kondisi dasar tambak, jika terdapat banyak lumpur yang mengendap

maka penyiphonan harus dilakukan. Lama waktu yang digunakan untuk

penyiponan tergantung dari banyaknya bahan organik yang terdapat pada dasar

tambak. Proses penyiponan menggunakan pipa paralon 4 inci yang diberi selang

spiral berdiameter 2,5 inci yang digunakan sebagai alat sipon, proses sipon

diawali dengan memasukkan pipa paralon ke dalam central drain kemudian

disipon menggunakan selang sipon. Sisa bahan buangan dari kegiatan penyiponan

akan dibuang melalui saluran pembuangan air menuju saluran IPAL.

1
Gambar. 7 penyiponan dasar tambak

3.1.4 Pembuangan Lumpur


Pembuangan lumpur bertujuan untuk membuang sisa bahan organik yang

mengendap di dasar tambak. Pembuangan lumpur dilakukan dengan cara

mengangkat pipa pembuangan (Gambar 84). Pembuangan lumpur dilakukan

sebanyak 5 kali dalam sehari yang dilaksanakan sebelum pemberian pakan.

Gambar 8. Pengangkatan pipa pembuangan air

1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Akuakultur di PT. Esaputlii

Prakarsa Utama Barru, mengenai Teknik Pembesaran Udang Vaname (panaeus

vannamei) selama 2 bulan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kegiatan persiapan lahan meliputi pengeringan, pembersihan dinding dan

dasar kolam, perbaikan peralatan (kincir, kabel, paralon, dll), perbaikan

biosecurity (saringan inlet, pagar, dll) dan setting kincir.

2. Kegiatan persiapan dan sterilisasi air meliputi pengisian air, pemberian

cuprisulfat (CUSO4), pemberian kaporit, pemberian pupuk ZA,

fermentasi, bioassay, dan pemberian mineral.

3. Kegiatan penebaran benur meliputi pemilihan benur, sampling dan

aklimatisasi.

4. Kegiatan manajemen pakan meliputi blind feeding/ pakan buta dan pasca

blind feeding.

5. Kegiatan manajemen kualitas air meliputi pergantian air, manajemen dasar

tambak, pemberian probiotik dan monitoring kualitas air.

4.2 Saran
Setelah melakukan kegiatan Praktek Kerja Akuakultur, Penulis

memberikan saran agar setiap mahasiswa yang akan melaksanakan PKP

mengikuti SOP (Standart operational prosedur) yang ada, konsisten dalam

pelaksanaannya, serta harus menjaga protokol Kesehatan dimasa pandemic seperti

ini.

1
DAFTAR PUSTAKA
Kordi K. 2007. Pemeliharaan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei. Surabaya:
Penerbit Indah

Subaidah S. 2006. Pembenihan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei Balai


Budidaya Air Payau Situbondo. Situbondo.

Subyakto S, Sutende D, Afandi M, Sofiati. 2009. Budidaya udang vaname


Litopenaeus vannamei semi intensif dengan metode sirkulasi tertutup
untuk menghindari serangan virus. Jurnal Ilmiah Perikanan. 3(1):1‒7.

Suyanto R, A Mudjimin. 2001. Budidaya Udang Windu. Jakarta: Penebar


swadaya. Di dalam: Nadhif M. 2016. Pengaruh pemberian probiotik pada
pakan dalam berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan dan mortalitas
udang vaname Litopenaeus vannamei. Surabaya: UNAIR Repository.
[Internet]. [Diunduh 2022 Jun 20]. Tersedia pada: http://repository.unair.
ac.id/52990/2/MPB%2076-16%20Nad%20p.pdf.

Wyban J. 2007. Thailand’s shrimps revolution. Aquaculture Asia Pacific


Magazine. May/June 2007. 56‒58p.

Briggs M, Smith FF, Subasinghe R, Phillips M. 2004. Introduction and movement


of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and The Pacific.
RAP
Publication. 2004/10

Ghufran MH, Kordi K. 2017. Budi Daya Komoditas Perikanan Laut Unggulan,
Populer, Prospektif. Yogyakarta (ID) : Lily Publisher

1
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Leo Chandra Saputra,
lahir di Sandakan Kota Kinabalu, tanggal 08 Maret
2001 yang merupakan anak tunggal dari pasangan
Bapak Mahirudin dan Ibu Munawara. Bertempat tinggal
di Honambaria Kabupaten Wakatobi. Pada saat ini,
penulis berumur 20 tahun dan terdaftar sebagai
mahasiswa semester 7 program studi Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Muslim Indonesia.Sebelumnya, penulisan telah menyelesaikan jenjang
Pendidikan sekolah dasar di Satap Watukoila, SMP Satap Watukoila dan SMAN 4
Bau-Bau. Selama kuliah di Universitas Muslim Indonesia penulis mengikut
lembaga internal kampus yaitu sebagai pengurus Harian Organisasi Himpunan
Mahasiswa Budidaya Perairan FPIK UMI. Selain itu penulis juga menjabat
sebagai koordinator Departemen Search dan Rescue (SAR) Club selam Coastal
Diving Club (CDC).

Anda mungkin juga menyukai