Anda di halaman 1dari 27

FAKTOR-FAKTOR BIOLOGI IKAN TAWES (Barbonymus

gonionotus) YANG TERTANGKAP DI DANAU TEMPE,


KOTA ASSORAJANG, KECAMATAN TANA SITOLO,
KABUPATEN WAJO, SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI PERIKANAN

Laporan Praktikum ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Biologi Perikanan

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Imanda Karima (07120210003)

Muhamad Reeza Andhika Sahrir (07120210006)

Andika Ramadhan (07120210008)

Muhamad Faridsyah (07120210012)

Muhamad Sulfan Izzulhaq (Tidak Aktif) (07120210016)

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULATAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN

Judul Pratikum :Faktor-Faktor Biologi Ikan Tawes (Barbonymus

gonionotus) Yang Tertangkap Di Danau Tempe, Kota

Assorajang, Kecamatan Tana Sitolo, Kabupaten

Wajo, Sulawesi Selatan

Nama : Imanda Karima (0712021003)

: Muh Reeza Andhika Sahrir (07120210006)

: Andika Ramadhan (07120210008)

: Muhamad Faridsyah (07120210012)

: Muhamad Sulfan Izzulhaq (07120210016)

Program Studi : Budidaya Perairan

Jurusan : Budidaya Perairan

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S-1)

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Dr. Ir. Hasnidar, M.Si


KATA PENGANTAR


Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan

atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, serta Salam dan Taslim kepada Nabi

Muhammad SAW., sehingga laporan pratikum ini dapat diselesaikan.

Praktikum ini adalah untuk melihat Hubungan Panjang dan Berat,

Seksualitas, Tingkat Kematangan Gonad, Berat Gonad, Indeks Kematangan

Gonad dan Fekunditas Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) yang

tertangkap pada Danau Tempe Di Kota Assorajang, kecamatan Tana Sitolo,

kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, serta sebagai salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan tugas Laporan Pratikum Biologi Perikanan program

studi dan jurusan pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas

Muslim Indonesia.

Pratikum ini mengungkapkan data dari hasil pengamatan Ikan Tawes

(Barbonymus gonionotus) untuk mengetahui apakah benar hubungan

panjang dan berat mempengaruhi indeks kematangan gonad, berat gonad,

indeks kematangan gonad, dan fekunditas.

Penyusun laporan praktikum dapat diselesaikan atas bantuan,

bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Hasnidar, M.Si, selaku pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan praktikum

ini.
2. Bapak Dr.Ir. Hasrun, M.Si, selaku asistensi selaku pembimbing

anggota yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam

menyelesaikan praktikum ini.

3. Bapak Dr. Ikhsan Wamnebo M.Si ,selaku asistensi selaku

pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan dan saran

dalam menyelesaikan praktikum ini.

4. Kakak Lestarina dan kakak Imam Taufiq yang telah membantu

dalam kegiatan asistensi.


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN

KATA PENGANTAR .............................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

DAFTAR TABEL ....................................................................................

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2.Tujuan dan Kegunaan ................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 4

2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi ................................................... 4

2.2. Aspek Lingkungan ..................................................................... 6

2.3. Mortalitas ................................................................................... 9

BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 12

3.1. Waktu dan Tempat ...................................................................... 12

3.2. Alat dan Bahan ............................................................................ 12


DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu keanekaragaman yang menyusun ekosistem

danau. Keanekaragaman hayati berperan sebagai kestabilan ekosistem

(Wahyuni dan Zakaria, 2018). Indonesia memiliki keanekaragaman ikan

yang sangat melimpah diperkirakan terdapat 4.000-6.000 jenis ikan

diseluruh perairan Indonesia. Tercatat 2.917 jenis ikan air tawar yang

teridentifikasi di Asia Tenggara (Nurudin et.al. 2013).

Danau Tempe merupakan danau rawa banjiran dan tempat bermuaranya

13 sungai yang berasal dari berbagai daerah dan diantaranya terdapat dua

sungai besar yaitu Sungai Cenranae dan Sungai Walanae. Sungai Walanae

merupakan satu-satunya sungai pengeluaran ke laut (Samuel dan Makmur,

2012).

Ikan tawes (Barbonymus gonionotus) adalah salah satu jenis ikan yang

terdapat di danau Tempe, Kabupaten Wajo. Nama lokal dari ikan tawes

biasa disebut bale kandea. Tawes (Barbonymus gonionotus) adalah salah

satu jenis ikan konsumsi yang mempunyai potensi cukup besar untuk

dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis. Keberadaan ikan tawes

tersebut telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya sebagai

sumber pendapatan dan bahan makanan. Hal ini mendorong para nelayan

untuk melakukan penangkapan sehingga kelestarian sumber daya ikan

tersebut suatu saat akan terancam keberadaannya.


Habitat hidup ikan tawes yaitu pada tipe perairan danau, sungai dan

waduk. Salah satu persebarannya terdapat di Danau Tempe, Kabupaten

Wajo Sulawesi Selatan (Fisesa, 2017). Ikan Tawes (Barbonymus

gonionotus) memiliki badan yang hamper berbentuk segitiga dan pipih, sisik

relatif besar dengan warna keperak-perakan atau putih keabu-abuan

(Susanto, 2000).

Ikan tawes merupakan salah satu ikan konsumsi yang mempunyai nilai

komoditas dibidang sektor perikanan air tawar yang terus berkembang

pesat. Permintaan konsumsi ikan tawes dari tahun ke tahun terus meningkat.

Dengan bertambahnya kebutuhan masyarakat maka dapat menyebabkan

menurunnya stok sumberdaya. Nelayan melakukan penangkapan tanpa

menyesuaikan dengan kondisi populasi yang ada di perairan. Jika

penangkapan dilakukan secara terus menerus dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan konsumen tanpa menyesuaikannya dengan kondisi

populasi yang ada di perairan saat ini maka sumberdaya ikan tawes

(Barbonymus gonionotus) akan mengalami overfishing (penangkapan yang

berlebihan) dan dapat mengakibatkan terganggunya kelestarian sumberdaya.

Pentingnya penkajian dalam pratikum ini agar dapat melihat aspek

tentang hubungan panjang dan berat, Seksualitas ikan, Tingkat Kematangan

Gonad, Berat Gonad, Indeks Kematangan Gonad dan Fekunditas Ikan

Tawes (Barbonymus gonionotus).

1.2. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana membedakan ikan jantan dan betina dengan

ciri-ciri sekunder atau primer


2. Mengetahui cara menetukan tingkat kematangan gonad (TKG) dan

berat gonad

3. Mampu menghitung indeks kematangan Gonad dan berat gonad

4. Dapat mengetahui hubungan panjang berat Ikan Tawes (Barbonymus

gonionotus)

5. Dapat menghitung fekunditas Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)

1.3. Kegunaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan

2.1.1 Klasifikasi Ikan Tawes

Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) merupakan salah satu

kekayaan alam perairan Indonesia yang tergolong mudah beradaptasi

sehingga mudah terjadinya variasi. Variasi dapat disebabkan oleh

mekanisme isolasi yaitu karakteristik biologi yang menyebabkan spesies

simpatrik (spesies yang menempati daerah geografis yang sama atau spesies

yang saling menutup dengan daerah persebarannya) tetap bertahan (Ayyubi,

2018). Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)

Klasifikasi ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) menurut Saanin

(1968) sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actiinopterygii

Ordo : Cyprinoformes

Family : Cyprinidae
Genus : Barbonymus

Spesies : Barbonymus gonionotus

2.1.2 Morfologi Ikan Tawes

Ikan Tawes memiliki bentuk badan agak panjang dan pipih dengan

punggung yang agak meninggi. Memiliki mulut yang kecil dan terletak pada

ujung hidung, memiliki sungut pendek. Pada bagian bawah garis rusuk

terdapat sisik 5 1⁄2 dan 3 - 31⁄2 buah diantara garis rusuk dan permulaan

sirip perut. Ikan Tawes memiliki garis rusuk sempurna dengan jumlah 29-31

buah. Warna badan keperakan agak gelap dibagian punggung. Pada sirip

dubur memiliki 61⁄2 jari-jari bercabang (Kottelat et.al, 1993).

Ikan Tawes hidup di perairan tawar, didataran tinggi hingga dataran

rendah dengan suhu optimum antara 25-33°C. Habitat hidup ikan Tawes

yaitu tipe perairan danau, waduk dan sungai. Persebarannya di Indonesia

meliputi perairan Sumatera, Sulawesi, dan Jawa (Aida, 2011).

Secara morfologi, identifikasi ikan dilakukan dengan mengacu pada

kajian morfometrik dan meristik. Morfometrik merupakan pengukuran pada

bagian–bagian tubuh ikan, seperti panjang total, panjang standar dan

panjang kepala. Sedangkan meristik merupakan perhitungan yang dilakukan

dibagian-bagian tertentu pada tubuh ikan, seperti jumlah jari-jari sirip dan

jumlah sisik linea lateralis (Budiharjo, 2001).

2.1.3 Habitat dan Penyebaran Ikan Tawes

Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) terdapat pada kedalaman air

tengah hingga dasar sungai, aliran sungai, dataran banjir dan kadang-kadang

di waduk. Ikan Tawes menghuni hutan banjir selama periode air tinggi. Ikan
Tawes merupakan spesies yang bermigrasi tetapi dengan jarak yang tidak

jauh, melainkan bergerak dari sungai kecil hingga ke daerah banjir selama

musim hujan dan kembali lagi saat air surut. Beberapa laporan menunjukkan

bahwa migrasi ikan ini ke hulu dipicu oleh hujan pertama dan naiknya

permukaan air (Kottelat et.al, 1993).

Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) hidup di perairan tawar,

seperti danau, sungai dan waduk dengan suhu tropis 22-28°C dan memiliki

Ph 7. Ikan ini mudah berkembangbiak dalam kolam dengan alami. Pada

umumnya, ikan Tawes mengalami matang gonad pada usia ±8 bulan dengan

ukuran panjang 20 cm, berat 175 gram dengan fekunditas berkisar antara

25.980 – 86.916 butir. Telur mengendap pada dasar perairan dan menetas

dalam waktu 13-20 jam. Ikan tawes memiliki kebiasaan makan yang bersifat

omnivora (makanannya berasal dari tumbuhan, seperti dedaunan, Ipomea

reptans, Hydrilla serta juga memakan fitoplankton dan invertebrata

(Abdullah, 2011).

Pada habitat aslinya, ikan Tawes merupakan ikan yang berkembang

biak di sungai dan rawa-rawa dengan lokasi perairan yang memiliki air

jernih dan terdapat aliran air. Ikan tawes ini memiliki sifat biologis yang

membutuhkan banyak oksigen. Ikan Tawes yang sudah dikembangbiakkan

di kolam dapat diberi makan okum atau makanan alami berupa okumas

(Abdullah, 2011).

Menurut Susanto (1996) dan Syandri (2004), ikan Tawes muda dan

dewasa juga memakan tumbuhan air seperti Chlorophyceae, Characeae dan

Ceratophyllaceae.
2.2 Hubungan panjang berat

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran bagian-bagian tubuh dan

fungsi fisiologis tubuh. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh okum internal

maupun eksternal. Faktor okum itu meliputi keturunan, pertumbuhan

kelamin. Pertumbuhan ikan memiliki hubungan yang erat antara

pertumbuhan panjang dan berat. Hubungan panjang dengan berat okum

mengikuti okum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari

panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak

demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda (Bambang 2012)

Berdasarkan teori hubungan panjang berat dapat dinyatakan dengan

rumus:

W=a Lb

Keterangan: W: berat,

B: konstanta,

L: panjang ikan

Hile (1963) menyatakan bahwa rumus umumnya adalah:

W= Log a+b Log L

Rumus tersebut menunjukan hubungan yang linier. Yang harus

ditentukan dari persamaan tersebut ialah harga a dan b sedangkan harga W

dan L telah diketahui. Menurut Carlander (1969) harga exponen ini telah

diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1.2-4,0 namun kebanyakan dari

harga b tadi berkisar dari 2.4-3.5. Bilamana harga b sama dengan 3

menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan berubah bentuknya. Pertambahan

panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya Pertumbuhan


demikian seperti telah dikemukakan ialah pertumbuhan isometric.

Sedangkan apabila b lebih besar atau lebih kecil dari 3 dinamakan

pertumbuhan allometrik. Jika harga n kurang dari 3 menunjukkan bahwa

keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjangnya lebih cepat.

Pertambahan beratnya. Jika harga n lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu

montok, pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya.

2.3 Seksualitas

Seksualitas ikan adalah jenis kelamin pada ikan berdasarkan organ

reproduksi dan sifat lainnya. Seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis

kelamin, yaitu jantan dan betina. Dikatakan jantan adalah ikan yang

memiliki organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina adalah ikan yang

memiliki organ penghasil telur. Seksualitas dibagi menjadi dua, yaitu

seksualitas primer dan seksualitas sekunder. Sifat seksual primer pada ikan

ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan

repoduksi, yaitu ovarium pada ikan betina dan testis pada ikan jantan. Sifat

seksual sekunder adalah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk

membedakan ikan jantan dan ikan betina.

Menurut Effendie (1987) dalam Jayadi (2011), Seksualitas ikan

perlu diketahui karena dapat digunakan untuk membedakan antara ikan

jantan dengan ikan betina. Ikan jantan adalah ikan yang dapat menghasilkan

spermatozoa, sedangkan ikan betina adalah ikan yang dapat menghasilkan

sel telur atau ovum. Ikan jantan dapat dibedakan dari ikan betina dengan

melihat ciri-ciri seksual primer dan sekunder.

2.4 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)


Tingkat kematangan gonad atau tingkat pertumbuhan gonad adalah

tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan berpijah.

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) juga didefinisikan sebagai perubahan

gonad ikan berupa peningkatan gonad dan diameter telur. Umumnya

pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh,

sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-10%. Perkembangan gonad

pada ikan betina umumnya disebut dengan istilah perkembangan ovarium

mempunyai tingkat perkembangan sejak masa pertumbuhan hingga masa

reproduksi yang dapat dikategorikan kedalam beberapa tahapan. Jumlah

tahapan tersebut bervariasi bergantung kepada spesies maupun peneliti yang

mengamati perkembangan ovarium tersebut (Effendi 1979).

Berikut contoh tingkatan tingkat kematangan gonad menurut t

deskripsi Effendie (1997).

Tabel 1. Deskripsi tingkat kematangan gonad ikan berdasarkan Effendi


(1997)
TKG Betina Jantan
Ovari belum Testis belum
Belum Berkembang berkembang dan berkembang dan
belum tampak belum tampak
Ovari memanjang Testis pendek dan
sampai ke depan terlihat
I rongga tubuh, warna ujungnya dirongga
jernih dan permukaan tubuh,
licin. warna jernih.
Ukuran ovari lebih Ukuran testis lebih
besar besar
dibandingkan TKG I. dibandingkan TKG I.
II Warna Warna
lebih gelap kekuning- putih seperti susu.
kuningan Bentuk lebih
dan telur terlihat jelas dari pada TKG I.
dengan jelas
oleh mata.
Ovari bewarna kuning. Permukaan testis
Secara tampak
III morfologi telur mulai bergerigi. Warna makin
kelihatan putih,
butirnya dengan mata. testis semakin besar.
Ovari makin besar, Seperti tingkat III
telur tampak lebih
bewarna kuning, mudah jelas dan testis semakin
dipisahkan. Butir pejal.
IV minyak tidak
tidak tampak, mengisi
1/2-2/3
rongga perut dan usus
terdesak
Ovari berkerut, dinding Testis bagian belakang
tebal, kempis
V butir telur sisa terdapat dan bagian dekat
di dekat pelepasan
pelepasan. masih berisi.

Untuk mengetahui indeks kematangan gonad dengan menimbang

bobot tubuh sampel ikan, kemudian dibedah dan diambil gonadnya.

Selanjutnya gonad tersebut ditimbang. Indeks kematangan gonad ditentukan

dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Effendi, 1997).

2.5 Indeks Kematangan Gonad

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad, tingkat

perkembangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu

Indeks Kematangan Gonad (IKG) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai

hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan dikalikan 100

persen (Effendie 1979 dalam Hadiaty 2000).

IKG = (Wg/W-Wg ) x 100%

Keterangan: Wg = berat gonad

W = berat tubuh ikan


Indeks Kematangan Gonad akan semakin meningkat nilainya dan

akan mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan. Pada ikan

betina nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya

IKG dihubungkan dengan Tingka Kematangan Gonad (TKG) yang

pengamatannya berdasarkan ciri ciri morfologi kematangan gonad, sehingga

akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dengan di luar

gonad. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantung pada macam

dan pola pemijahannya (Fujaya 2002). Perkembangan nilai IKG terjadi

dikarenakan adanya perkembangan garis. Perkembangan nilai IKG terjadi

dikarenakanadanya perkembangan garis tengah telur sebagai hasil dari

pengendapan kuning telur, hidrasi dan pembentukkan butir butir minyak

(Effendi 1997).

Fase pembentukan kuning telur dimulai sejak terjadinya

penumpukkan bahan-bahan kuning telur di dalam posit (sel telur) dan

berakhir setelah oosit mencapai ukuran tertentu atau nucleolus tertarik ke

tengah nucleus. Setelah fase pembentukan kuning telur berakhir, oosit tidak

mengalami perubahan bentuk selama bebera pasaat sambil menunggu

kondisi lingkungan yang baik (tahap tersebut dinamakan tahap istirahat atau

dorman). Sebagian oosit tersebut atau bahkan kadang-kadang seluruhnya,

jika kondisi lingkungan tidak mendukung akan mengalami degradasi.Oosit

yang demikian dinamakan oosit atresia (Ernawati 1999). Oosit atresia akan

diabsorbsikan kembali oleh sel-sel ovarium ke dalam tubuh (de Vlaming

1983 dalam Ernawati 1999).

2.6 Fekunditas
Fekunditas ikan adalah jumlah telur pada tingkat kematangan

terakhir yang terdapat dalam ovarium sebelum berlangsung pemijahan.

Nikolsky (1963), menamakan fekunditas yang menunjukkan jumlah telur

yang dikandung individu ikan sebagai "fekunditas mutlak", sedangkan

jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan dischut sebagai fekunditas

relative Fekunditas menunjukkan kemampuan induk ikan untuk

menghasilkan anak ikan dalam suatu poemijaha. Tingkat keberhasilan suatu

pemijahan ikan dapat dinilai dari prosentase anak ikan yang dapat hidup

terus terhadap fekunditas (Sumantadinata, 1981).

Menurut Feed Burner (2008), semua telur-telur yang akan dikeluarka

pada waktu pemijahan disebut dengan fekunditas. Dalam menentukan

fekunditas itu ialah komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan

gonad yang tidak seragam dari populasi ikan termasuk waktu pemijahan

yang berbeda dan lain-lainnya. Bagenal (1978). membedakan antara

fekunditas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh induk. Dan

menurut Hariati (1990), fekunditas ialah jumlah telur masak sebelum

dikeluarkan pada waktu ikan memijah.

Fekunditas mempunyai hubungan atau keterpautan dengan umur,

panjang, atau bobot tubuh dan spesies ikan. Pertumbuhan bobot dan panjang

ikan cenderung meningkatkan fekunditas secara linear (Bagenal, 1978

dalam Andy Omar, 2004). Nikolsky (1963) menyatakan bahwa pada

umumnya fekunditas meningkat dengan meningkatnya ukuran ikan betina.

Semakin banyak makanan maka pertumbuhan ikan semakin cepat dan

fekunditasnya semakin besar. Selanjutnya,


Andy Omar (2004) menyatakan bahwa fekunditas pada setiap

individu betina tergantung pada umur, ukuran, spesies, dan kondisi

lingkungan, seperti ketersediaan pakan (suplai makanan). Djuhanda (1981)

menambahkan bahwa besar kecilnya fekunditas dipengaruhi oleh

makanan, ukuran ikan dan kondisi lingkungan, serta dapat juga dipengaruhi

oleh diameter telur. Berikut beberapa

metode perhitungan fekunditas:

a. Mengitung langsung satu persatu telur ikan

b. Metode volumetrik yaitu dengan pengenceran telur

X: X-V:v

Keterangan:

X: Jumlah telur yang akan dicari

x: Jumlah telur dari sebagian gonad

V: Volume seluruh gonad

v: Volume sebagian gonad contoh

c. Metode gravimetric

Perhitungan fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan

dengan cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik

pemindahan air. Selajutnya telur diambil sebagian kecil diukurberatnya dan

jumlah telur dihitung Dengan bantuan rumus berikut ini:

F=G/g.n

Keterangan:

F: fekunditas jumlah total telur dalam gonad

G: bobot gonad setiap ekor ikan


g: bobot sebagian gonad (gonad contoh)

n: jumlah telur dari (gonad contoh)

d. Metode gabungan (hitung gravimetrik dan volumetrik).

GxV x X
F=
Q

Keterangan: F: Fekunditas

G: Berat gonad total

V: Volume pengenceran

X: Jumlah telur yang ada dalam 1 cc

Q: Berat telur contoh


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Tanggal 12 Oktober 2022 pada jam

11:30. Berlokasi di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Universitas Muslim

Indonesia.

Gambar 2. Lokasi praktikum

3.2 Alat dan Bahan

Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan-

bahan sebagai berikut:

Tabel 2. Alat yang digunakan pada saat praktikum


No Alat dan Bahan Kegunaan
1 Nampan Tempat ikan
2 Cawan petri Tempat hasil gonad
3 Pisau/cutter Untuk membelah ikan
4 Papan Penggaris Untuk mengukur panjang ikan
5 Timbangan analitik Untuk mengukur berat ikan
6 Pinset Untuk mengangkut gonad ikan
7 Ikan tawes Bahan praktikum
8 Larutan formalin Untuk mengawetkan dan mengeraskan
gonad ikan
9 Buku Untuk mencatat hasil dari pengamatan
10 Pulpen Untuk menulis
11 Lap kasar dan halus Sebagai alas membedah ikan sedangkan
lap halus untuk mebersihkan timbangan
3.3. Prosedur Pratikum

3.3.1. Hubungan Panjang dan Berat

1. Ikan tawes yang sudah mati diamati pertumbuhannya baik itu

panjang dan berat.

2. Berat ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan.

3. Panjang ikan dikur standart length (SL) menggunakan papan

penggaris.

4. Mencatat hasil pengamatan pada table.

3.3.2. Seksualitas

1. Ikan tawes yang sudah mati diletakkan di atas baki yang datar,

kemudian dibelah bagian perut mulai dari pangkal sirip dada secara

memanjan gsampai dengan bagian anus menggunakan cutter.

2. Gonad ikan diambil kemudian diamati dan ditimbang beratnya.

3. Mencatat hasi pengamatan ditabel.

3.3.3 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

1. Amati morfologi gonad (bentuk dan warna gonad)

2. Amati posisi gonad di dalam rongga perut

3. Amati ukuran gonad apakah sudah mengisi ¼; ½; ¾; dari rongga

perut ikan

4. Amati warna gonad (testes berwarna putih dan ovarium berwarna

kuning)

5. Amati diameter telur apakah sudah nampak diameternya

6. Mentukan TKG berdasarkan ciri-ciri tersebut dan gunakan kriteria

TKG menurut Effendie (1979).


7. Amati diameter telur setiap TKG (TKG II-IV)

8. Catat dalam table pengamatan

3.3.4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

1. Setelah pengamatan TKG, selanjutnya gonad diangkat dari rongga

perut dan ditimbang bobotnya

2. Selanjutnya, bobot gonad dimasukkan dalam persamaan rumus:

Bobot gonad
IKG = Bobot tubuh x 100%

3.3.5. Fekunditas

1. Gonad ikan tawes diambil dengan hari-hati menggunakan pinset,

kemudian ditimbang gonad tersebut secara keseluruhan (WG)

2. Mengambil sebagian gonad selanjutnya ditimbang (Ws)

3. Telur atau gonad sebagian ditaruh di atas cawan petridis untuk

perhitung jumlah telur.

4. Gonad sebahagian selanjutnya dilautkan dengan larutan formalin 5%

agar butiran telur atau ovum saling terlepas.

5. Selanjutnya dihitung fekunditasnya dengan menggunakan rumus

gravimetric. (Effendie, 2002): F = X = WG . Ws atau

𝐹 = (WG / Ws) x X

Dimana:F adalah fekunditas (butir),

WG adalah bobot gonad keseluruhan (g)

Ws adalah bobot sub bagian gonad (g)

X adalah jumlah telur pada sub bagian gonad (butir)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan Pratikum

4.1.1. Hubungan Panjang dan Berat

Gambar 3. Regresi Hubungan panjang dan Berat

Berdasarkan grafik diatas (Gambar 3) dapat diketahui bahwa nilai

b=0.026913, sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan pada

praktikum ini bersifat allometrik negatif. Allometrik negative adalah

pertumbuhan bobot lebih lambat daripada pertumbuhan panjang dengan

nilai b < 3. Nilai b kurang dari 3 menunjukkan ikan yang kurus yang mana

pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan bobotnya. Hubungan

panjang dan berat ikan tawes memiliki regresi ( R2) = 0.0106 atau dapat

dikatakan pengaruh panjang terhadap bobot sebesar 1,06 %.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (2002) yang menyatakan

hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu petunjuk keadaan baik

itu dari kondisi ikan itu sendiri dan kondisi luar yang berhubungan dengan
ikan tersebut. Diantaranya adalah keturunan, seks, umur, parasit dan

penyakit. Pada keturunan yang berasal dari alam sangat sulit dikontrol,

untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik, ikan mempunyai kecepatan

pertumbuhan yang berbeda pada tingkat umur dimana waktu mudah

pertumbuhan cepat, dan ketika tua menjadi lamban, parasit dan penyakit

sangat mempengaruhi bila yang diserang adalah organ-organ pencernaan

(Suwarni 2009). Selain itu nilai b dapat dipengaruhi oleh suhu, makanan,

salinitas, Ph, tingkat kematangan gonad, jenis kelamin, letak geografis,

parasit, penyakit dan faktor genetic (Sparre Venema 1999)

4.1.2. Seksualitas

Gambar.4 Rasio Kelamin

Anda mungkin juga menyukai