Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BIOGEOGRAFI

Tipe Dan Pola Penyebaran Serta Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


dan Membatasinya Dari Sumberdaya Ikan

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

ANGGOTA : 1. Kartika Mulyadi (202063007)

2. Sumira Umanahu (202063004)

3. Siti Rahma Sari (201963015)

4. Achmad Yusuf Dikromo (202063011)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dari
Mata Kuliah Biogeografi yang berjudul “ Tipe Dan Pola Penyebaran Serta Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi dan Membatasinya Dari Sumberdaya Pada Ikan ” ini dengan
sebaik-baiknya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
pembaca.

Dengan selesainya makalah ini, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini.  Khususnya kepada Ibu Dr. Ir. Y. Natan, M. Si selaku
dosen pengampun mata kuliah Biogeografi.

Demikian makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Biogeografi. Mungkin
dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf
apabila masih ada banyak kekurangan. Semoga makalah yang telah kami susun dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Khususnya juga bermanfaat bagi kelompok kami dan
teman – teman mahasiswa.

Ambon, 30 November 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang banyak dikenal dan dikonsumsi
masyarakat (Hadiwiyoto, 1993). Potensi sumber daya perikanan laut di Indonesia
menghasilkan sekitar 65 juta ton pertahun, namun terdapat keterbatasan dalam teknik
pengolahan dan pengawetan yang mengakibatkan ikan mudah mengalami kerusakan,
sehingga perlu teknik yang tepat untuk mempertahankan kualitas ikan (Ghufran dan
Kordik, 2009). Ikan merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang
tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Ikan
mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh beberapa hal antara lain kadar air
yang cukup tinggi (70-80% dari berat daging) dan kandungan zat gizi pada ikan.
Kandungan air dan zat gizi yang cukup tinggi tersebut dapat menyebabkan
mikroorganisme mudah tumbuh dan berkembang biak (Astawan, 2004).
Perairan laut Indonesia diperkirakan masih memiliki sejumlah sumber daya ikan
yang belum dimanfaatkan, terutama sumber daya ikan di perairan laut dalam. informasi
tentang potensi maupun pemanfaatan sumberdaya hayati laut terutama di perairan laut
dangkal (continental shelf) telah diketahui (Saeger et al., 1976) bahkan beberapa spesies
tertentu seperti udang dan ikan demersal diduga telah dieksploitasi hingga lebih tangkap
(overJishing). Begitupula halnya di perairan Australia (Phillips dan Jernakoff, 1991) dm
Kepulauan Pasifik (King, 1986) kecuali jenis tuna dan beberapa jenis pelagis besar
lainnya.
Slamet (2013) menyebutkan distribusi mempunyai arti penting karena barang-
barang dapat terjual luas sampai ke lokasi konsumen, sehingga konsumen akan mudah
mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan. Di sisi lain pengembangan fungsi
pelabuhan dari pusat pelayanan menjadi pusat distribusi pemasaran akan
membuathasilpemanfaatansumberdaya ikan oleh nelayan menjadi optimal. Peran
pelabuhan perikanan sebagai mata rantai dalam proses transportasi mulai dari tempat
asal barang sampai ke tujuan menjadi sangat strategis untuk dikembangkan (Muninggar
2008).
Pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan kedepannya akan
dikembangkan melalui berbagai industri kelautan dan perikanan yang berorientasi pasar
dan berbasis padakemajuan IPTEK. Pemanfaatan sistem informasi geografis dan
penginderaan jauh dalam kelautan dapat membantu dalam peningkatan hasil tangkap
dari sumber daya perikanan. Citra satelit yang memiliki sensor untuk merekam keadaan
permukaan laut dapat digunakan untuk pembuatan informasi titik potensi penangkapan
ikan, menentukan zona potensi penangkapan ikan dengan melihat data dari persebaran
suhu permukaan laut dan sebaran konsentrasi klorofil –a yang diekstrasi dari citra satelit
MODIS Aqua. Kemudahan dalam akses data serta penyediaan data yang siap diolah
menjadi nilai positif untuk pengembangan pemanfaatan penginderaan jauh dalam bidang
kelautan. Penentuan zonasi dapat diketahui secara berkala serta diperbarui. Keberadaan
ikan diperairan sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu perairan merupakan salah satu faktor
penting dalam kehidupan organisme di laut, karena suhu dapat mempengaruhi aktivitas
metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut, dan juga menjadi
indikator dari fenomena perubahan iklim (Hutabarat dan Evan, 1986). Hela dan Laevastu
(1970) mengatakan bahwa hampir semua populasi ikan yang hidup di laut mempunyai
suhu ideal untuk dapat hidup di eskosistemnya, maka dengan mengetahui suhu ideal dari
suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat
digunakan untuk tujuan penangkapan (eksploitasi).
Faktor pembatas penyebaran ikan yaitu terbagi menjadi faktor biotik, abiotik,
teknologi dan kegiatan manusia. Biotik terbagi menjadi tiga kelompok yaitu produsen,
konsumen dan decomposer, Abiotic: cahaya, suhu, garam organic,  Teknologi:
pembangunan bendungan, perubahan ekosistem sungai menjadi ekosistem waduk.
Industry mengeluarkan limbah sehingga terjadi pencemaran air. Reklamasi pantai. Faktor
kegiatan manusia: pemijahan buatan, pemupukan air sehingga mempercepat
pertumbuhan plankton nabati sehingga terjadi perkumpulan ikan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Dari uraian di atas tujuan dan manfaat dari pembuatan Makalah ini yaitu sebagai
beriku :

1. Untuk mengetahui type dan pola penyebaran Sumberdaya Pada Ikan


2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan membatasi
Sumberdaya ikan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sumberdaya Ikan

Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang bersifat terbatas dan dapat


pulih kembali, yang berarti bahwa setiap pengurangan yang disebabkan kematian
maupun penangkapan akan dapat memulihkan sumberdaya tersebut ke tingkat
produktivitas semula. Ikan merupakan potensi perikanan yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska
dankrustaseakadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber
makanan.Menangkapikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga
sering disebutsebagaimemancing. Hasil penangkapan ikan dunia setiap tahunnya
berjumlah sekitar 100 juta ton.(Odum, eugene,P. 1993).
Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar
baik airtawar,air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat
permukaan hingga beberaparibu meter di bawah permukaan. Namun, danau yang terlalu
asin seperti Great SaltLake tidakbisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan
dibudidayakan untuk dipeliharauntukdipamerkan dalam akuarium. (Odum, eugene,P.
1993)

2.2 Distribusi Pada Ikan

Distribusi Ikan adalah Keberadaan suatu spesies ikan di suatu area pada
waktu tertentu.Secara teori, distribusi ikan dari suatu daerah tertentu ikan akan
menyebar ke seluruh penjurudunia karena lautan suatu negara dengan negara yang
lain saling terhubung sehingga suatujenis dapat ditemukan di setiap perairan.Terkecuali
tidak mencapai tujuan dikarenakan ikan menemui rintangan untuk sampai ditempat
tujuan, ikan sampai di tujuan tetapi tidak mampu beradaptasi, atau bisa juga
ikanmampu beradaptasi tetapi berevolusi menjadi spesies lain. Lain disini baik itu
dari carahidupnya, morfologi dan bentuk tubuh ataupu hal lainnya.
1. Distribusi Geologis Ikan
Distribusi Geologis adalah distribusi suatu organisme yang berhubungan
dengan waktu atau zaman dan priode umur dimana species organisme tersebut
terdapat. Kehadiran ikan di muka bumi diperkirakan sekitar 400 juta tahun yang
lalu yakni ikan Ostracoderms yang diperkirakan hidup dizaman palaezoic pada
periode Ordovician. Sedangkan spesies ikan yang ada sekarang ini terdapat
sekitar 50 juta tahun yang lalu sampai sekarang .

Sehubungan dengan ini


Jordan vide Axelord dan
Schultz (1955)
mengemukakan hukum-
hukum tentang penyebaran
( distribusi ikan yaitu setiap
spesies ikan akan dijumpai
diseluruh
perairan dipermukaan bumi,
terkecuali hal-hal sebagai
berikut :
a. Individu species tersebut
tidak berhasil mencapai
daerah yang menjadi
tujuannya, dikarenakan dalam
tujuan migrasi aktif
terhambat oleh adanya
barrier.
b. Individu jika seandainya
berhasil mencapai derah
yang menjadi tujuan
migrasinya, tetspi tidak lagi
mampu beradaptasi dengan
lingkungan baru.
c. Jika Seadanya spesies
tersebut mampu beradaptasi
sementara waktu dengan
lingkungannya, tetapi dengan
adanya proses evolusi
evolusi, maka tipe
asalnya m3ngalami modifikasi,
sehingga terbentuk tipe yang
berbeda
Sehubungan dengan ini Jordan vide Axelord dan Schultz (1955)
mengemukakan hukum-hukum tentang penyebaran ( distribusi ikan yaitu setiap
spesies ikan akan dijumpai diseluruhperairan dipermukaan bumi, terkecuali hal-
hal sebagai berikut :
 Individu species tersebut tidak berhasil mencapai daerah yang
menjaditujuannya, dikarenakan dalam tujuan migrasi aktif terhambat oleh
adanyabarrier.
 Individu jika seandainya berhasil mencapai derah yang menjadi
tujuanmigrasinya, tetspi tidak lagi mampu beradaptasi dengan lingkungan
baru.
 Jika Seadanya spesies tersebut mampu beradaptasi sementara waktu
denganlingkungannya, tetapi dengan adanya proses evolusi evolusi, maka
tipeasalnya m3ngalami modifikasi, sehingga terbentuk tipe yang berbeda

2. Distribusi Geografis Ikan


Ikan air tawar memiliki beberapa definisi sesuai dengan perbedaan
tujuan dan ragampenggunaan. Ikan air tawar dapat diartikan sebagai “ikan
yang ditemukan di air tawar”termasuk ikan yang bermigrasi yang ditemukan
di air tawar pada beberapa fase kehidupannyaatau dapat juga diartikan sebagai
“ikan yang tidak dapat masuk/hidup dalam air laut”.
3. Distribusi Ekologis Ikan
Distribusi ekologis merupakan disitribusi ikan yang dipengaruhi faktor
lingkungan sepertiabotik, biotik, teknologi, dan kegiatan manusia. Faktor
abiotik berupa tumbuhan maupunhewan yang terdiri atas produsen,
konsumen, dan dekomposer. Fitoplankton sebagaipenghasil oksigen dan
sebagai bahan makanan organisme perairan pada rantai
makanan.Fitoplankton dapat hidup dan berkembang bila ada sumber cahaya,
kecuali zooplankon yangdapat hidup sampai 6000-7000 meter dibawah
permukaan laut asal ada oksigen terlarut dandestristus.

2.3 Type dan Pola Penyebaran Pada Ikan

Hubungan antara ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan lingkungan


perairan bersifat komplek, sehingga perlu dikaji secara berkelanjutan. Parameter
lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan dapat berupa parameter fisik,
kimia dan biologi. Diantara ketiga parameter tersebut yang mudah diamati adalah
parameter fisik berupa suhu, arus, angin dan gelombang. Parameter lingkungan tersebut
akan mempengaruhi penyebaran ikan, migrasi, agregrasi (penggerombolan), pemijahan
dan persediaan makanan serta tingkah laku ikan (Setyohadi, 2011).
Pola kehidupan ikan tidak dapat dipisahkan dengan berbagai kondisi lingkungan.
Fluktuasi keadaan lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap periode
migrasi musiman, serta keberadaan ikan di suatu tempat (Edmondri, 1999). Pada
tahapan migrasi/penyebaran ikan pelagis sangat dipengaruhi oleh kondisi kekinian
oseanografis setempat, misalnya suhu, salinitas, arus permukaan, oksigen terlarut, dan
faktor oseanografis lainnya (Edmondri, 1999)
Adapun Teori tentang kemungkinan terjadinya Penyebaran ikan menurut
Axelrod dan Schults (1955) dapat dibagi kedalam :
o Secara Pasif ikan-ikan pelagis dibawah oleh arus laut dari suatu perairan tertentu ke
perairan lainnya.
o Secara pasif ikan-ikan dibawa oleh manusia dari suatu perairan tertentu keperairan
yang lainnya.
o Angin dan badai dapat pula memindahkan ikan-ikan dari suatu perairan ke perairan
yang lainnya.
o Perubahan yang terjadi pada permukaan bumi seperti adanya tanah-tanah daratan,
yang tenggelam dan timbulnya. Misalnya Terusan Panama, Terusan Suez dan
penghubung antara Alaska dan Siberia, da begitu pula mungkin terjadinya
penghubung antara Eropa dan Amerika Utara. Untuk mencapai daerah lainnya.
o Adanya perubahan dari aliran air, arus, sungai seperti Great Lakes di Amerika dimana
pada zaman Glacier (zaman es) mendapat aliran air dari sungai Mississipi sedangkan
sekarang tidak, melainkan dari “Chocago Sewage Canal”.
o Disebabkan kemungkinan lain, misalnya terjadinya “continental drift” (hanyutan
benua) akibat adanya gaya-gaya yang berasal dari dalam lapisan bumi.

2.4 Faktor – Faktor yang Membatasi Sumberdaya Ikan

Dalam rangka pengelolaan sumberdaya hayati perairan laut, pemahaman


terhadap faktor-faktor fisik laut dan pengaruhnya terhadap perkembangan biota laut
merupakan suatu kebutuhan yang mutlak. Faktor fisik laut, seperti cahaya, suhu salinitas,
arus dan pasang surut telah semenjak semula dipandang sebagai faktor abiotik pada
ekosisitem laut yang memiliki banyak kegunaan dalam proses kelangsungan hidup ikan,
seperti pertumbuhan dan distribusinya.

 Adapun faktor faktor fisik-kimiawi yang menjadi pembatas penyebaran pada ikan
yaitu sebagai berikut :
o Cahaya
Cahaya matahari yang jatuh di permukaan laut akan diserap dan diseleksi oleh
air laut, sehingga cahaya dengan panjang gelombang yang panjang seperti cahaya
merah, ungu dan kuning akan hilang lebih dahulu. Sedangkan cahaya dengan panjang
gelombang yang pendek mampu untuk menembus permukaan yang lebih dalam.
Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam laut berubah-ubah tergantung pada
intensitas cahaya, banyaknya pemantulan di permukaan, sudut datang dan transparasi
air laut (Ruyitno, 1980). Selanjutnya Nybakken (1992) mengemukakan bahwa
perubahan intensitas cahaya di permukaan laut berfariasi secara teratur berdasarkan
harian yang berhubungan dengan musim. Penurunan intensitas cahaya dan absorbsi
akan berkurang karena dipengaruhi oleh kedalaman. Cahaya yang masuk ke dalam
perairan berubah dengan cepat baik intensitasnya maupun komposisinya. Menurut
Hutabarat dan Evans (1989), cahaya dapat menembus lapisan perairan hingga
kedalaman 100 – 200 meter. Penyinaran cahaya matahari di laut terdiri atas beberapa
bagian yaitu dipantulkan, dibiaskan, dipencar-pencar dan diserap.
Bagian cahaya yang dapat menembus permukaan laut akan mengalami
pengurangan lebih lanjut melalui dua proses yang berlangsung di dalam air. Yang
pertama ialah pemantulan oleh berbagai partikel hidup dan mati yang tersuspensi
dalam kolom air. Partikel-partikel ini menangkap cahaya dan kemudian
mengabsorbsinya atau memantulkannya kembali ke permukaan. Cahaya yang
dipantulkan ini tidak dapat lagi dimanfaatkan sehingga mengurangi cahaya yang
tersedia. Kedua, air sendiri memantulkan cahaya, mengakibatkan berkurangnya
jumlah cahaya yang tersedia bagi tumbuhan. Dalam air yang jernih dan bersih jumlah
cahaya yang dipantulkan oleh air merupakan fungsi dari panjang gelombang cahaya
dan kedalaman. Pemantulan cahaya oleh air inilah yang mengakibatkan massa-massa
air laut menjadi gelap mulai satu kedalaman tertentu pada sebagian besar laut dan
samudera (Nybakken, 1992).
o Suhu
Air mempunyai daya muat panas yang lebih tinggi daripada daratan. Akibatnya
untuk menaikan suhu sebesar 1 C, air akan membutuhkan energi yang lebih besar
daripada yang dibutuhkan oleh daratan dalam jumlah massa yang sama. Dengan kata
lain dengan jumlah pemanasan yang sama, daratan akan lebih cepat menjadi panas
daripada lautan. Demikian juga kebalikannya, lautan lebih efektif untuk menyimpan
panas yang diterima daripada daratan, sehingga pada waktu tidak ada pemanasan
(malam hari) lautan akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk menjadi dingin
daripada daratan (Hutabarat dan Evans, 1986).
Lawalata (1977) menyatakan bahwa suhu perairan merupakan suatu faktor
lingkungan yang lebih mudah dipelajari dari faktor-faktor lainnya, sebab suhu
merupakan suatu petunjuk yang berguna dari perubahan kondisi lingkungan. Menurut
Sidjabat (1978), suhu air laut, terutama lapisan permukaan, ditentukan oleh
pemanasan matahari yang intensitasnya senantiasa berubah terhadap waktu, sehingga
suhu air laut akan konsonan dengan perubahan intensitas penyinaran matahari
tersebut. Perubahan suhu ini dapat terjadi secara : (1) harian, (2) musiman, (3)
tahunan, dan (4) jangka panjang.
Selanjatnya dikatakan bahwa jika suatu perairan yang homogen dan tenang
dipanasi oleh matahari, distribusi suhu secara vertikal akan menurun eksponensial ke
bawah. Apalagi jika tidak ada gangguan pada perairan ini, keadaan perairan akan
selalu stabil karena lapisan yang paling atas yang lebih panas akan lebih rendah
densitasnya dari pada lapisan bawah (Sidjabat, 1978).
Menurut Ruyitno (1980), suhu air laut berkisar antara – 2 sampai 40 0 C. Hal ini
tergantung musim dan letak pada garis lintang. Fluktuasi suhu permukaan air laut
pada umumnya tidak lebih dari 10 C setiap harinya, sedangkan suhu maksimum
dilautan terbuka tidak akan lebih dari 300 C.
o Salinitas
Salinitas air laut didefinisikan sebagai jumlah total material padat yang
dinyatakan dalam gram yang terdapat dalam satu kilogram air laut, jika semua
karbonat telah teroksidir, bromine dan iodine dirubah menjadi kholorine dan semua
unsur organic telah teroksidir (Davis, 1987). Menurut Hutabarat dan Evans (1986),
salinitas adalah konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat didalam air laut. Di
semua samudera, salinitas bervariasi menurut lintang (Sidjabat, 1978).
Selanjutnya dikemukakan bahwa didekat khatulistiwa, salinitas mempunyai nilai
yang rendah, dan maksimum pada daerah lintang 20 0 LU dan 20 0 LS, kemudian
menurun kembali pada daerah lintang yang lebih tinggi. Keadaan salinitas yang
rendah pada daerah sekitar ekuator disebabkan oleh tingginya curah hujan.
Khususnya di perairan kepulauan, salinitas ini diperendah lagi oleh air sungai yang
mengalir ke laut. Di daerah sub tropis, terutama yang beriklim kering, dimana
penguapan lebih tinggi daripada presipitasi, salinitas dapat mencapai 45 0 /00. Hal
seperti ini dapat dijumpai di laut Merah dan Lagoon yang ada di Texas, Amerika
Serikat.
Lawalata (1977) menyatakan bahwa naik turunnya salinitas banyak
penyebabnya, antara lain karena up welling, ataupun juga karena pengaruh hujan yang
turun secara terus menerus dalam jangka waktu beberapa hari. Salinitas bersifat lebih
stabil di lautan terbuka, walaupun dibeberapa tempat kadang-kadang salinitas
menunjukan adanya fluktuasi perubahan. Sebagai contoh salinitas permukaan di
perairan Laut Mediterania dan Laut Merah, biasanya mencapai 41 0 /00 yang
disebabkan karena banyaknya air yang hilang akibat dari besarnya penguapan yang
terjadi pada waktu musim panas yang panjang. Namun menurut Hutabarat dan Evans
(1986) menambahkan bahwa salinitas akan turun secara tajam yang disebabkan oleh
besarnya curah hujan.
o Arus
Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa air.
Arus merupakan salah satu faktor terpenting dalam mempengaruhi kesuburan air
laut. Arus dapat membawa nutrisi dari suatu perairan ke perairan lainnya. Sverdrup
dkk (1972) dalam Arinardi (1979) membagi arus laut ke dalam tiga golongan besar,
yaitu : 1). Arus yang disebabkan oleh perbedaan sebaran densitas di laut. Arus ini
disebabkan oleh air yang berdensitas lebih berat akan mengalir ke tempat air yang
berdensitas kecil atau lebih ringan. Arus jenis ini biasanya membawa sejumlah besar
air dari suatu tempat ke tempat lain; 2). Arus yang ditimbulkan oleh angin yang
berhembus di permukaan laut. Arus jenis ini biasanya membawa air kesatu jurusan
dengan arah yang sama selama satu musim tertentu ; 3). Arus yang disebabkan oleh
air pasang. Arus jenis ini mengalirnya bolak-balik dari dan ke pantai, atau berputar.
Arus air pasang dipengaruhi oleh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi dan
datangnya secara periodic sehingga dapat di ramalkan.
Perubahan arah arus yang kompleks susunannya terjadi sesuai dengan makin
dalamnya kedalaman suatu perairan. Pada umumnya tenaga angin yang diberikan
pada lapisan permukaan air dapat membangkitkan timbulnya arus permukaan yang
mempunyai kecepatan sekitar 2 % dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini
akan berkurang cepat sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan
akhirnya angin menjadi tak berpengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus
(Hutabarat dan Evans, 1986).
Gerakan massa air dalam sangat berbeda dengan massa air permukaan. Massa
air dalam terisolasi dari angin, oleh karena itu gerakannya tidaklah bergantung pada
angin. Tetapi gerakan massa air dalam sebenarnya terjadi karena perubahan gerakan
air permukaan. Di daerah tertentu dan dalam keadaan tertentu pula, gerakan lateral
air yang disebabkan oleh angin juga mengakibatkan air mengalami suatu sirkulasi
vertikal atau gerakan ke atas atau up welling (Nybakken, 1992).
o Pasang Surut
Salah satu fenomena fisik dan dinamis yang selalu dijumpai di lautan adalah naik
turunnya permukaan air yang bersifat periodik selama satu interval waktu tertentu
yang disebut pasang surut (Nybakken, 1992). Pasang surut terjadi karena adanya gaya
tarik menarik antara gaya sentrifugal dan gaya grafitasi yang berasal dari bulan dan
matahari terhadap bumi.
Gaya sentrifugal adalah suatu tenaga yang didesak ke arah luar pusat bumi,
besarnya kurang lebih sama dengan tenaga yang ditarik ke permukaan bumi. Gaya
gravitasi bulan terhadap bumi dua kali lipat dibandingkan dengan gaya gravitasi
matahari terhadap bumi. Hal ini terjadi karena jarak antara bumi dan bulan lebih
dekat daripada jarak antara bumi dan matahari. Pada bagian bumi yang menghadap
bulan, gaya gravitasinya lebih kuat daripada gaya sentrifugal, sehingga air tertarik
keatas, disebut pasang naik. Adapun pada bagian bumi yang berjauhan dengan bulan
juga akan mengalami penarikan air menjauhi bumi, tetapi besarnya air yang tertarik
keluar tidak sebesar dengan penarikan air pada bagian bumi yang langsung
berhadapan dengan bulan, disebut pasang turun. Gaya grafitasi yang ada dibagian ini
lemah dan gaya sentifugalnya kuat. Pada sisi dari bagian bumi yang tidak mengalami
penarikan air, disebut surut. Dengan demikian terdapat dua pasang dan dua surut.
Pasang surut akan bergerak dipermukaan bumi. Perputarannya memerlukan
waktu selama kurang lebih 24 jam 50 menit dalam satu putaran (Hutabarat dan Evans,
1986). Selanjutnya pasang surut terdiri dari 3 jenis, yaitu : 1). Pasang surut diurnal,
yakni pasang surut yang terdiri dari satu pasang dan satu surut ; 2). Pasang surut
semidiurnal, yakni pasang surut yang mempunyai dua pasang dan dua surut per hari ;
dan 3). Pasang surut campuran, yakni percampuran antara pasang surut diurnal dan
pasang surut semidiurnal. Di tambahkan juga bahwa pasang yang memiliki tinggi
maksimum di sebut spring tide dan pasang yang memiliki tinggi minimum di sebut
neap tide.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah :

o Ikan adalah sumber makanan yang penting Sumberdaya perikanan merupakan


sumberdaya yang bersifat terbatas dan dapat pulih kembali, yang berarti bahwa
setiap pengurangan yang disebabkan kematian maupun penangkapan akan dapat
memulihkan sumberdaya tersebut ke tingkat produktivitas semula. Ikan
merupakan potensi perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
o Type dan pola penyebaran ikan yaitu Pola kehidupan ikan tidak dapat dipisahkan
dengan berbagai kondisi lingkungan. Fluktuasi keadaan lingkungan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap periode migrasi musiman, serta keberadaan ikan di
suatu tempat.
o Beberapa Faktor – Faktor yang Membatasi Sumberdaya Ikan terdapat faktor fisik-
kimiawi yaitu : cahaya, suhu, salinitas, arus, dan pasang surut.
DAFTAR PUSTAKA

Cahya, C. N., Setyohadi, D., & Surinati, D. (2016). Pengaruh parameter oseanografi
terhadap distribusi ikan. Oseana, 41(4), 1-14.

Mainassy, M. C. (2017). Pengaruh parameter fisika dan kimia terhadap kehadiran ikan
lompa (Thryssa baelama Forsskal) di Perairan Pantai Apui Kabupaten Maluku
Tengah. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 19(2), 61-66.

Sains, P. F., Tarumingkeng, I. R. C., & Coto, I. Z. (2003). KAJIAN FAKTOR FISIK YANG
MEMPENGARUHI DISTRIBUSI ICHTHYOPLANKTON (AWAL DAUR HIDUP
IKAN).

http://perikanandankelautanjaya.blogspot.com/2012/01/distribusi-ikan.html?m=

https://www.google.com/amp/s/belajarekologi.wordpress.com/2012/05/31/
distribusi- ikan-air-tawar/amp

Anda mungkin juga menyukai