Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 22 November 2022

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Layar belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan kehidupan liar (wild life), yang terdiri dari fauna
(satwa) dan flora, termasuk keragaman speciesnya, serta komunitas ekologis darat, laut dan air
dimana mereka berada, misalnya hutan tropis, hutan beriklim sedang, danau air tawar, lahan
basah dan sebagainya. Kekayaan tersebut dikenal sebagai Keanekaragaman hayati (biological
diversity).1 Kekayaan keanekaragaman hayati sangat penting keberadaannya bagi manusia karena
dia merupakan sumber kehidupan, baik berupa makanan maupun obat-obatan dan sumber
genetika. Disamping itu, keanekaragaman hayati juga berguna bagi lingkungan hidup sendiri yaitu
untuk saling menopang sistem kehidupan dalam satu ekosistem.2
Keberadaan kekayaan keanekaragaman hayati berada dalam suatu ancaman kepunuhan
disebabkan oleh tingkah laku dan keserakahan manusia terutama dalam upaya memburu
peradabannya.3 Dalam memburu peradabannya, manusia sering merubah hutan atau lahan
pertanian menjadi kawasan industri atau perumahan. Perbuatan ini menimbulkan akibat fatal
karena di hutan yang dijadikan lahan perindustrian itu bisa jadi terdapat beberapa jenis umbuhan
yang berguna untuk dijadikan bahan dasar untuk mengobati penyakit tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian keanekaragaman hayati?
2. Bagaimana ancaman terhadap keanekaragaman hayati?
3. Bagaiamana upaya perlindungan terhadap keanekaragam hayati?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keanekaragaman hayati
2. Untuk mengetahui ancaman terhadap keanekaragaman hayati
3. Untuk mengetahui upaya perlindungan terhadap keanekaragam hayati

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kenakearagam hayati


Keanekaragaman hayati adalah istilah payung untuk derajat keanekaragaman
sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekosistem, spesies dan
genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Mc Neely, 1992). Kottelat et al, (1993)
keanekeragaman hayati adalah suatu ukuran untuk mengetahui keanekaragaman
kehidupan yang berhubungan erat dengan jumlah spesies suatu
komunitas. Keanekeragaman hayati tersebut dapat dibagi ke dalam tiga taraf yang
berbeda : keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies dan
keanekaragaman genetik.
Keanekaragaman ekosistem berhubungan dengan keanekaragaman habitat
dan kesehatan komplek-komplek habitat spesies yang berbeda-beda. Ekosistem
perairan mengadakan suatu siklus-siklus nutrien (rantai makanan) dan siklus air,
oksigen, karbondioksida (mempengaruhi iklim) dan siklus biogeokimia. Proses-
proses ekologis sangat menentukan besarnya produksi primer dan sekunder (arus
energi), mineralisasi, bahan-
bahan organik dalam sedimen dan penyimpanan dan transport mineral serta
biomassa. Upaya-upaya untuk melestarikan spesies spesies ikan dan binatang air
lainnya adalah menjaga kelestarian ekosistem habitat mereka yang menjadi bagian
kehidupan spesies (McNeely, 1992).
Keanekaragaman spesies adalah konsep variabelitas ikan-ikan yang hidup
diper-airan tawar, payau dan laut, dan diukur dengan jumlah seluruh
spesies. Diperkirakan sekitar 40.000 spesies ikan yang hidup diseluruh dunia dan
sekitar 19.000 spesies lebih yang sudah teridentifikasi dan diberi nama secara
ilmiah. Di Indonesia telah ditemukan > 8.500 dari 19.000 spesies ikan (45 %
spesies) ( Barber et al., 1997). Spesies ikan air tawar dari seluruh perairan Indonesia
bagian barat telah teridentifikasi dan diberi nama ilmiah : Kalimantan berjumlah >
394 spesies / 149 endemik (38 %), Sumatera ber-jumlah 272 spesies / 30 spesies
endemik (11 %), Jawa berjumlah 132 spesies / 12 spesies endemik (9%) dan
Sulawesi berjumlah 68 spesies / 52 spesies endemik (76 %) (Kottelat et al, 1993).
Keanekaragaman genetik merupakan konsep variabelitas di dalam suatu
spesies yang diukur oleh variasi genetik atau unit-unit biokimia dan informasi
keturunan yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain, di dalam
spesies, varietas, subspecies atau keturunan tertentu (McNeely, 1992). Pada
prinsipnya semakin besar ukuran populasi spesies ikan, semakin besar
keanekaragaman genetik didalamnya. Akan tetapi peningkatan spesies tertentu dapat
menjurus kepenurunan populasi ikan lain, bahkan sampai kepengurangan
keanekaragaman spesies ikan tertentu. Hal ini tidak mungkin mendapat keduannya,
baik keanekaragaman spesies maksimum maupun keanekaragaman genetik
maksimum.
B. Ancaman terhadap keanekaragaman hayati
1. Perubahan habitat
Perubahan habitat dapat terjadi akbitat dari ekosistem alami yang beragama
menjadi monokultur. Hal ini merupakan anacaman yang paling penting dan
sering berkaitan dengan perubahan tataguna lahan perairan pada skala
regional yang menyebabkan perubahan fungsi perairan pada suatu
kawasan seperti daerah pemijahan, asuhan dan perlindungan bagi anak-
anak ikan.
Kebakaran hutan rawa gambut di Kalimantan, Sumatera dan pulau-pulau
lainnya di Indonesia merupakan ancaman yang sangat serius terhadap spesies-spesies
ikan, tumbuhan hutan dan binatang lainnya dan habitatnya, akibatnya terjadi
perubahan ekosistem pada suatu kawasan hutan rawa sampai keekosistem perairan
lainnya. Hal-hal ini menyebabkan spesies-spesies ikan tertentu dan binatang lainnya
tertekan (stress), karena harus beradaptasi dengan keadaan habitat dan ketersediaan
makanan alami yang berubah. Bila ikan dan binatang air lainnya tidak dapat
beradaptasi dengan perubahan lingkungan, maka ikan dan binatang lainnya akan
punah. Artinya perubahan habitat dan keanekaragaman spesies-spesies ikan air
tawar, tumbuhan hutan rawa dan binatang lainnya terus terancaman, sedangkan
tindakan pencegahan baik oleh pihak masyarakat, perusahaan dan pemerintah belum
terlihat dengan nyata. Hal-hal ini mempelihatkan bahwa keanekaragaman ekosistem,
spesies dan genetik terus terancam, padahal sumbangan keanekaragaman hayati
sangat besar terhadap perekonomian nasional.
Perubahan habitat hutan rawa gambut menjadi lahan pertanian dalam arti
luas, sering terjadi karena terdorong untuk meningkatkan pendapatan atau perluasan
lahan pertanian untuk mengimbangi pertambahan penduduk yang tanpa
memperhitungkan nilai-nilai ekologis. Perubahan habitat, kasawan hutan rawa
gambut 1 juta hektar di Kalimantan Tengah tersebut sebagian besar tidak digunakan,
tetapi kebakaran hutan dikawasan tersebut hampir memusnahkan seluruh
keanekaragaman tumbuhan hutan rawa gambut dan mengancam punahnya spesies-
spesies ikan dan binatang lainnya dihabitat tersebut. Hilangnya habitat untuk daerah
pemijahan, perlindungan dan asuhan bagi anak-anak ikan dan binatang air lainnya,
maka pertambahan individu populasi suatu komunitas ikan dan binatang
lainnya tidak dapat terjadi dengan baik. Perubahan habitat ikan dan binatang air
lainnya sering dihubungkan dengan dalih meningkatkan produk pertanian
dan tingkat pendapatan masyarakat, hal ini sudah umum terjadi dimasa orde baru,
sehingga sekarang ini meninggalkan dampak yang dapat dirasakan oleh setiap
nelayan tradisonal dan masyarakat lokal. Perubahan habitat akan merubahan
ekosistem secara keseluruhan pada suatu kawasan, karena ia merupakan satu jaringan
yang saling berkaitan antara satu komponen ekosistem dengan komponen ekosistem
lainnyanya.

2. Penggundulan Hutan Tropis


Penggundulan hutan dan pengeringan rawa gambut serta hutan mangrov juga
merupakan ancaman bagi kehidupan ikan, tumbuhan hutan dan binatang liar lainnya
dan habitatnya. Menurut Kottelat et al, (1993) ada empat alasan yang mendukung
hal ini :
1. Banyak spesies ikan yang hidup dari tumbuhan dan binatang
lainnya yang jatuh ke dalam air dari vegetasi yang hidup di rawa dan
tumbuhan yang menggantung di atas air, dan sebagian besar dari hidupnya
tergantung baik secara langsung maupun tidak lansung kepada daun tumbuhan,
biji-bijian dan buah-buahan yang jatuh dan hanyut di dalam air. Bahan-bahan
organik tersebut yang membentuk detritus yang merupakan bahan dasar
rantai makanan bagi banyak invertebrata air dan ikan. Di samping itu banyak
insekta air dan darat yang bertelur dalam air, darat dan larvanya yang jatuh ke
permukaan perairan yang mejadi makanan alami ikan.
2. Akibat dari penggundulan
hutan rawa dan kebakaran hutan terjadi kenaikan suhu yang sangat ekstrim
(>310C), sehingga konsentrasi oksigen terlarut menurun, hal ini terjadi karena
naungan atau vegetasi pelindung permukaan perairan rawa punah. Intensitas
cahaya yang sangat tinggi di daerah tropis sangat besar pengaruhnya terhadap
suhu perairan dan metabolisme tubuh ikan dan organisme lainnya. Suhu yang
melebihi optimum sangat berpengaruh terhadap metabolisme pada ikan, karena
semakin meningkat suhu air, maka metabolisme tubuh ikan juga meningkat dan
hal ini dapat menyebabkan kematian ikan dan binatang air lainnya. Kebutuhan
oksigen juga meningkat seiring dengan meningkatnnya suhu dan di samping itu
terjadi penurunan kemampuan pemukaan perairan menyerap oksigen dari
udara. Keadaan yang seperti tersebut menyebabkan kemampuan haemoglobin
untuk mengikat oksigen semakin berkurang. Pada malam hari phytoplankton
dan tumbuhan air tidak melakukan proses fotosintesis dan konsentrasi oksigen
dapat menurun sangat drastis sampai batas minimum yang diperlukan oleh
ikan dan organisme perairan lainnya. Permasalah demikian dapat mematikan
ikan secara massal, terutama terhadap spesies-spesies ikan yang tidak memiliki
alat pernapasan tambahan (Labirint). Biasanya untuk daerah tropis, bila
oksigen terlarut mendekati batas akhir optimum biasanya ikan terlihat sering
muncul kepermukaan perairan dan terlibat sulit bernapas. Namun spesies-
spesies ikan yang hidup di daerah rawa gambut mempunyai strategi dalam
pengambilan oksigen, mereka dapat mengambil/menyaring oksigen terlarut dari
lapisan tipis dibagian permukaan air dari hasil proses diffusi dengan udara.
3. Karena terbukanya permukaantanah, air hujan langsung jatuh dipermukaan ta
nah sehingga mempercepat proses erosi pada lapisan permukaan tanah
dibandingkan dengan daerah yang bervegetasi. Partikel-partikel tanah yang terbawa
aliran air tersebut terbawa ke danau, sungai sampai ke pantai laut dan mengendap
berupa sedimentasi. Lumpur ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan
tertentu karena dapat menempel pada insang dan mengakibatkan kematian. Ketika
air mengalir lambat, maka lumpur berhenti dan mengendap di dasar sungai, danau,
cekungan rawa dan di wilayah estuarine serta menyebabkan pendangkalan dan
penyempitan sungai. Di samping itu, dapat menyebabkan pertumbuhan algae dan
pertumbuhan tanaman air cepat dan menetap serta menutup seluruh permukaan
perairan sungai dan danau (Udoidiong, 1988 dalam Kottelat et al., 1993).
4. Hutan rawa
yang tergenang dapat menciptakan relung ekologi yang beragam dan bersifa
t heterogen yang dapat tercerminkan dari keanekaragaman hayati. Perairan rawa
yang tergenang ini merupakan daerah pemijahan, perlindungan spesies-spesies
ikan sungai. Jika hutan rawa gundul karena penebangan dan kebakaran hutan dan
dikeringkan untuk lokasi perkebunan dan lahan pertanian, maka ancaman dan
kepunahan terhadap keanekaragaman ekosistem, spesies dan genetik sudah pasti
terjadi. Penebangan hutan mangrov di wilayah pesisir pantai untuk kegiatan
usaha budidaya udang dan bandeng juga salah satu faktor yang merubah
keanekaragaman ekosistem pesisir pantai, sehingga akhirnya mengancam
keutuhan keanekaragaman spesies dan genetik ikan dan binatang air lainnya.

3. Pencemaran Sungai dan Laut


Bentuk pencemaran utama disungai, danau adalah berupa bahan organic
dan anorganik yang berasal dari rumah tangga, pasar dan industri yang
limbahnya masuk melalui saluran-saluran primer, sekunder dan tersier ke ekosistem
sungai dan danau sampai ke laut. Dari buangan limbah industri logam, kimia,
pengolahan hasil produk pertanian dalam arti luas serta pertambangan dapat
menyebabkan perubahan tingkat keasaman air dan mengandung bahan bahan
beracun yang dapat mematikan spesies ikan dan binatang air lainnya pada setiap
saat. Dalam proses pembusukan bahan-bahan organik limbah rumah tangga dan
industri pengolahan hasil pertanian membutuhkan oksigen terlarut dalam jumlah
yang tinggi. Jika jumlah limbah organik sangat banyak, maka konsentrasi oksigen
terlarut menurun secara drastis dan mematikan ikan dan binatang air lainnya, karena
kekurangan oksigen terlarut yang terlalu rendah. Ikan yang dapat bertahan hidup
terutama spesies-spesies ikan yang mempunyai alat pengambil oksigen dari udara.
Proses pembusukan bahan organik dan proses oksidasi-reduksi garam-garam besi di
parairan tawar seperti di lahan rawa pasang surut juga banyak memanfaatkan oksigen
terlarut sehingga konsentrasi oksigen dapat menurun drastis. Dari hasil proses
pembusukan banyak menghasilkan senyawa-senyawa ammonia, nitrat,dan
pospor. Senyawa-senyawa dalam bentuk anorganik sacara alami di
perairan diperlukan oleh tumbuhan air dan phytoplankton. Akan tetapi jika dalam
jumlah yang besar dapat memperkaya perairan secara berlebihan, akibatnya
tumbuhan air dan algae melimpah (blooming). Sepanjang hari tumbuhan air dan
algae akan menghasilkan oksigen fotosintesis, tetapi pada malam hari membutuhkan
oksigen untuk bernapas dan konsentrasi oksigen terlarut turun sampai batas
minimum yang dibutuhkan oleh ikan dan binatang air lainnya. Keadaan perairan
yang demikian disebut eutropikasi. Pada saat tertentu ketika hara yang dibutukan
tumbuhan dan phytoplankton kurang. Tumbuhan dan phytoplankton yang melimpah
akan mati dan tenggelam didasar perairan serta membusuk, sehinggga mengurangi
ketersediaan oksigen terlarut untuk kehidupan ikan.
Bahan organik dan anorganik yang berasal dari kegiatan darat maupun laut,
seperti dari pasar, perkotaan, rumah tangga, indutri logam, kimia, pengolahan hasil
pertanian, buangan air panas dari indutri baja, perusahaan listrik, pertambangan
minyak lepas pantai, buang minyak dari kapal / kapal tenggelam dan lain-
lainnya sering merupakan penyebab kematian ikan dan binatang air lainnya (Connell
dan Miller, 1995).
Penutupan minyak yang terapung dipermukaan air juga menghambat diffusi
oksigen ke dalam air, sedangkan bila tenggelam dapat mengganggu saluran
pernapasan ikan dan binatang lainnya. Buang dari industri kimia dan logam yang
dibuang ke perairan dapat mematikan ikan, baik langsung maupun tidak langsung
karena bahan-bahan berbahaya dan beracun dapat terakumulasi di dalam jaringan
tubuh ikan dan binatang air lainnya. Jika ikan dan binatang air tersebut dimakan oleh
manusia, maka dapat meracuni manusia, bahkan dapat mematikan. Misalnya Hg, Pb,
Cu dan lain-lainnya.
4. Pestisida, Herbisida, Listrik dan Bom
Pestisida dan herbisida semakin banyak ditemukan diperairan, karena
peranannya yang penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman pertanian. Jika
jumlah dosis yang digunakan sesuai dengan yang dianjurkan maka tidak berbahaya
bagi kehidupan ikan. Namun yang sering terjadi adalah penggunaan dosis yang
melebihi yang dianjurkan. Hal ini karena insekta atau tumbuhan yang menjadi target
lebih resisten terhadap dosis yang sudah dianjurkan tersebut. Selanjutnya bahan-
bahan beracun tersebut terbawa ke perairan sungai sampai ke pantai laut oleh aliran
air sungai dan terakumulasi didasar perairan bercampur detritus serta termakan oleh
invertebrata melalui jaringan makanan tersebut, racun terakumulasi secara terus
menerus di dalam tubuh organisme hidup hingga sampai batas konsentrasi yang
mematikan.
Pengaruh jangka panjang dari bahan-bahan beracun terhadap perkembangbiakan ikan
masih belum diketahui banyak, karena sulit dalam pemantauannnya. Peningkatan
Pollutan ke dalam ekosistem perairan sampai batas tertentu menyebabkan penurunan
kemampuan perairan untuk membersihkan diri.

5. Intoduksi dan Penangkapan Ikan


Introduksi ikan bila dilakukan dengan hati-hati ke dalam perairan tawar
tidak begitu membahayakan dan pengaruhnya kecil terhadap ikan asli. Hal ini jika
dilakukan melalui penelitian lebih dulu, tetapi berdasarkan pengalaman yang telah
dilakukan diseluruh dunia, introduksi sering merugikan dan menurunkan sifat-sifat
serta kualitas genetik ikan asli. Di samping itu sering merupakan sumber penyakit,
perasit dan bahkan sebagai kompetitor bagi ikan-ikan lokal, sehingga menyulikan
secara sosial ekonomi bagi nelayan tradisonal di daerah sekitarnya. Resiko yang
paling berat, karena spesies ikan introduksi dapat berkembang cepat dan bersaing
yang sangat agresif dengan spesies ikan lokal yang ada. Hal ini juga dapat
mengancam keanekaragaman hayati.

Penangkapan ikan di laut menggunakan pukat


harimau di daerah-daerah yang terisolir masih
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan menguras
seluruh sumberdaya perikanan. Demikian pula
halnya dengan penggunaan jaring dengan ukuran
mata jaring yang beragam dan cenderung
menggunakan ukuran mata jaring yang kecil
sehingga semua ukuran ikan dari yang berukuran
besar sampai berukuran kecil habis
tertangkap. Penangkapan ikan yang berlebihan
berpengaruh terhadap pupulasi suatu komunitas
ikan dan ekosistem (Hall, 1999). Di samping itu,
terjadi penangkapan yang intensif oleh perusahaan
perikanan dan nelayan pada lokasi-lokasi tertentu
baik pada waktu pemeijahan atau tidak. Jika hal ini
terus dilakukan secara terus menerus dan ditambah
lagi dengan jumlah kapal nelayan yang terus
bertambah, maka ancaman terhadap
keanekaragaman hayati ikan tidak dapat dihindari
lagi.

C. . Upaya perlindungan keanekaragaman hayati


Salah satu cara yang paling efektif untuk melestarikan keanekaragaman
hayati adalah melindungi habitat, penegakan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berkeadilan dan tanpa pandang status sosial masyarakat di depan
hukum serta menjamin perlindungan terhadap habitat dan keanekaragaman hayati
yang terkandung di dalam habitatnya, baik diluar kawasan konservasi maupun di
dalam kawasan konservasi.
Mempertahankan kondisi habitat alami diluar wilayah konservasi dan
pemanfaatan sesuai dengan peraturan yang berlaku merupakan salah satu cara yang
paling baik untuk mempertahankan dan untuk melestarikan keanekaragaman spesies
ikan serta binatang air lainnya.
Hampir semua negara di dunia mempunyai kawasan konservasi yang
dilindungi untuk mempertahankan keanekaragaman hayatinya. Namun di Indonesia
kawasan konservasi hayati ikan lebih banyak terdapat ditaman nasional laut yang
berkaitan dengan terumbu karang, sedangkan untuk hayati ikan air tawar hampir-
hampir tidak ditemukan dan walaupun ada, itupun dalam kawasan danau, rawa dan
sungai yang relatif sangat sempit sekali dan tidak mewakili seluruh spesies
ikan. Hal-hal itu mengakibatkan banyak spesies-spesies ikan air tawar yang
menunjukkan awal tingkat kepunahan. Padahal banyak spesies ikan air tawar yang
hidup di sungai dan danau yang dapat dikembangkan untuk ikan budidaya dan dari
segi genetik tidak kalah dari spesies ikan introduksi. Padahal pakar-pakar budidaya
ikan di Indonesia sudah banyak dan bekerja di berbagai Departemen dan sebagai
peneliti maupun pendidik di perguruan tinggi di- Indonesia. Namun kemajuan dalam
melestarikan keanekaragaman hayati dan pengermbangan usaha budidaya belum
begitu nyata hasilnya,
Padahal spesies-spesies ikan air tawar seperti di daerah Kalimantan sangat
potensial sekali untuk dikembangkan menjadi ikan budidaya setempat dan tidak akan
mengganngu kenekaragaman hayati yang ada di daerah masing-masing habitat. Hal
itusangat disayangkan, karena manyarakat Indonesia cenderung aktif mengint
roduksi spesies-spesies ikan dari luas negeri untuk dibudidayakan. Sebenarnya hal
ini dapat mengganggu kelestarian keanekaragaman spesies dan genetik ikan yang
hidup di perairan tawar di seluruh Indonesia. Indonesia sendiri sudah mampu
mengembangkan sendiri spesies-spesies ikan yang dapat dijadikan ikan budidaya
pada masing-masing daerah perairannya.
Pengembangan spesies ikan budidaya tentu punya beberapa alasan terutama
untuk mengurangi penangkapan di perairan tawar dan laut. Indonesia mempunyai
keanekaragaman ekosistem yang relatif kaya dan setiap wilayah memeiliki
karakteristik perairan yang berbeda-beda antar kawasan serta memiliki kekhasan
spesies maupun habitat. Upaya-upaya pengembangan teknologi seperti tersebut di
atas sangat diperlukan di Indonesia dan kita tidak perlu tergantung dengan negara-
negara lain.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
KESIMPULAN

Keanekeragaman hayati adalah suatu ukuran untuk mengetahui


keanekaragaman ekosistem, spesies dan genetik dari suatu kehidupan yang
berhubungan erat dengan ekosistem dan jumlah spesies suatu
komunitas. Keanekeragaman hayati tersebut dapat dibagi ke dalam tiga taraf yang
berbeda : keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies dan
keanekaragaman genetik.
Kegiatan manusia yang mengancam kelestarian keragaman hayati
perairan sebagai berikut : Kebakaran hutan rawa dan penngundulan hutan rawa
serta perubahan lahan hutan mangrov menjadi lokasi budidaya udang dan
bandeng; buangan limbah industri logam dan kimia; industri pengolahan hasil
pertanian dan perikanan; limbah rumah tangga dan perkotaan; Pestisida, herbisida,
listrik dan bom ikan; Penangkapan ikan yang berlebihan dengan alat yang tidak
selektif.
Upaya perlindungan terhadap keanekaragaman hayati dapat dilakukan dengan
penegakan hukum, pengawasan yang ketat terhadap kegiatan masyarakat baik di
kawasan taman nasional maupun di luar kawasan taman nasional darat dan laut.
B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk pembacanya

Daftar Pustaka

Harteman, Edison. 2003. Ancamn manusia terhadap keanekaragam

hayati dan upaya prlindungannya di indonesia. Di akses 22 November

2022 https://www.rudyct.com/PPS702-ipb/06223/edison_harteman.htm

Anda mungkin juga menyukai