Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi merupakan kajian tentang bagaimana tanaman, binatang, dan
organisme lain yang saling berhubungan satu sama lain dalam lingkungan atau
“rumah mereka”. Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani “Oikos” yang berarti
rumah. Ekologi juga berarti kajian tentang kelimpahan dan distribusi organisme.
Ekologi dalam perkembangannya menjadi semakin dibutuhkan kehadirannya
hamper disetiap pemecahan permasalahan lingkungan dan pembangunan. Kondisi ini
sangat dimungkinkan karena ekologi menjadi dasar yang harus dimiliki dalam
menerapkan berbagai konsep, terutama penerapan konsep lingkungan, maupun
konsep-konsep tentang manusia dan mahluk hidup lain dalam hubungannya dengan
lingkungan.
Di alam atau di lingkungan sekar kita dapat ditemui berbagai jenis makhluk
hidup, baik dari golongan hewan, tumbuhan ataupun mikroorganisme. Masing-
masing makhluk hidup itu memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda dan tidak
pada tempat yang sembarangan. Antar makhluk hidup itupun juga terjadi suatu
interaksi yang saling menjalin. Masalah kehadiran jenis makhluk hidup dalam suatu
lingkungan pasti akan menghadirkan suatu kumpulan dari berbagai jenis itu yang jika
dikumpulkan dengan variasi jenis yang banyak dapat menjadi suatu satuan ekosistem
yang besar. Dalam satuan ekosistem itu, terdapat populasi yang kehadirannya akan
berkaitan dengan masalah habitat dan relung ekologi. Habitat secara umum
menunjukkan bagaimana corak lingkungan yang ditempati populasi hewan, sedang
relung ekologinya menunjukkan dimana dan bagaimana kedudukan populasi hewan
itu relatif terhadap faktor-faktor abiotik dan biotik lingkungannya itu. Habitat suatu
populasi hewan pada dasarnya merupakan totalitas sumberdaya lingkungan baik
berupa ruang termasuk, tipe substrat atau medium, cuaca dan iklimnya, serta vegetasi
yang terdapat di lingkungan yang menempati populasi hewan itu.

1
Dalam habitat yang ada di lingkungan, tiap jenis dari makhluk hidup itu
akan melakukan persaingan juga untuk mempertahankan hidupnya. Sehingga suatu
seleksi telah terjadi dalam lingkungan itu. Habitat suatu populasi hewan pada
dasarnya merupakan totalitas sumberdaya lingkungan baik berupa ruang termasuk,
tipe substrat atau medium, cuaca dan iklimnya, serta vegetasi yang terdapat di
lingkungan yang menempati populasi hewan itu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan habitat?
2. Apa saja macam-macam habitat?
3. Apa yang dimaksud dengan relung ekologi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan habitat
2. Untuk mengetahui macam-macam habitat
3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan relung ekologi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Habitat
Habitat, yaitu tempat suatu makhluk hidup. Semua makhluk hidup
mempunyai tempat hidup yang disebut habitat. Contohnya, habitat paus dan ikan hiu
adalah air laut, habitat ikan mas adalah air tawar, habitat buaya muara adalah perairan
payau, habitat monyet dan harimau adalah hutan, habitat pohon bakau adalah daerah
pasang surut, habitat pohon butun dan ketapang adalah hutan pantai, habitat cemara
gunung dan waru gunung adalah hutan dataran tinggi, habitat manggis adalah hutan
dataran rendah dan hutan rawa, habitat ramin adalah hutan gambut dan daerah dataran
rendah lainnya, pohon-pohon anggota famili Dipterocarpaceae pada umumnya hidup
di dataran rendah hingga daerah pegunungan, dan pohon durian habitatnya ditanah
darat dataran rendah.
Istilah habitat dapat juga dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh
sekelompok organisme dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas.
Sebagai contoh untuk menyebut tempat hidup suatu padang rumput dapat
menggunakan habitat padang rumput, untuk hutan mangrove dapat menggunakan
istilah habitat hutan mangrove, untuk hutan pantai dapat menggunakan hutan rawa,
dan lain sebagiannya. Dalam hal seperti ini, maka habitat sekelompok organisme
mencakup organisme lain yang merupakan komponen lingkungan biotik dan
komponen lingkungan abiotik.
Habitat adalah tempat hidup makhluk hidup. Misalnya habitat kodok adalah
didarat setelah dewasa, diair bila masih menjadi berudu atau telurnya. Dalam hal ini
kodok mempunyai dua habitat. Setiap makhluk hidup mempunyai habitat yang sesuai
dengan kebutuhannya. Apabila terjadi gangguan atau perubahan yang cepat makhluk
hidup tersebut mungkin akan matiatau pergi mencari habitat lain yang cocok.
Misalnya jika terjadi arus terus-menerus dipantai habitat bakau, dapat dipastikan
bakau tersebut tidak akan bertahan hidup. Akan tetapi jika terjadi perubahan secara
perlahan taua berevolusi, lama kelamaan makhluk yang ada disitu akan berusaha

3
melakukan penyesuaian diri, atau berdaptasi yang akhirnya mungkin akanterjadi jenis
baru. Habitat dapat disebut alamat makhluk hidup tersebut. Dan setiap makhluk hidup
dapat mempunyai lebih dari satu habitat.
Pengertia habitat juga di cetuskan oleh beberapa ahli ekologi, berikut
pengertian dari para ahli, yaitu:
a. Bailey (1984), habitat adalah suatu komunitas biotik atau serangkaian
komunitas-komunitas biotikyang ditempati oleh hewan atau populasi kehidupan.
Habitat yang sesuai menyediakan semuakelengkapan habitat bagi suatu
spesies selama musim tertentu atau sepanjang tahun.Kelengkapan habitat
terdiri dari berbagai macam jenis termasuk makanan, perlindungan, danfaktor-
faktor lainnya yang diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk bertahan hidup
danmelangsungkan reproduksinya secara berhasil.
b. Morrison (2002), habitat sebagai sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu
kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu species. Habitat merupakan
penghubung kehadiran spesies, populasi, atau individu (satwa atau tumbuhan)
dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi. Habitat terdiri lebih dari
sekedar vegetasi atau struktur vegetasi yang merupakanjumlah kebutuhan
sumberdaya khusus suatu spesies. Dimanapun suatu organisme diberi
sumberdaya yang berdampak pada kemampuan untuk bertahan hidup, itulah
yang disebut dengan habitat.
c. Hutto (1985), penggunaan habitat merupakan cara satwa menggunakan (atau
”mengkonsumsi” dalam suatu pandangan umum) suatu kumpulan komponen
fisik dan biologi (sumber daya) dalam suatu habitat. Penggunaan habitat
merupakan sebuah proses yang secara hierarkhi melibatkan suatu rangkaian
perilaku alami dan belajar suatu satwa dalam membuat keputusan habitat seperti
apa yang akan digunakan dalam skala lingkungan yang berbeda.
d. Krebs (1985), habitat sebagai tempat yang spesifik dimana spesies dapat hidup,
baik sementaramaupun selamanya. Setiap habitat diasumsikan memiliki
kesesuaian untuk spesies tertentu. Pada habitat yang sesuai, biasanya

4
produktivitas betina lebih tinggi dibandingkan produktivitas betina pada
habitat yang kurang sesuai. Kesesuaian habitat merupakan fungsidari densitas
individu populasi, sehingga kepadatan yang berlebihan justru akan
mengurangikesesuaian habitat. Kesesuaian suatu habitat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: suplai pakan, pelindung dan pemangsa.

2.2 Jenis-jenis Habitat


Jenis-jenis habitat dialam terdapat beberapa macam, tergantung dari segi
mana memandangnya. Masing-masing kategori utama dapat dipilih-pilihkan lagi
tergantung corak kepentingannya, mengenai aspek yang ingin di ketahui. Dari sudut
pandang dan kepentingan popuasi-populasi hewan yang menempatinya. Secara garis
besar dikenal empat tipe habitat utama, yakni: perairan tawar, perairan bahari/laut,
perairan payau dan estuaria serta daratan/terestrial.
a. Habitat Perairan Tawar
Habitat perairan tawar secara nisbi hanya bagian kecil permukaan bumi di
bandingkan dengan habitat daratan dan habitat perairan lautan, tetapi kepentingannya
bagi kehidupan makhluk terutama bagi manusia jauh lebih besar, karena: 1)
Perairan tawar tersebut adalah sumber air yang paling murah dan paling mudah untuk
keperluan rumah tangga serta untuk keperluan industri, 2) Anasir air tawar
merupakan bagian penting dalam daur hidrologik. 3) Ekosistem perairan tawar dapat
di gunakan sebagai suatu sistem pembuangan limbah yang paling murah serta paling
mudah.
Habitat perairan tawar dapat di bedakan menjadi 2 yaitu: perairan yang tidak
mengalir, contohnya: danau, kolam, rawa dan perairan yang di sebut “bog’’ dan
perairan yang mengalir, contohnya: mata air dan sungai. Ada beberapa jenis faktor
pembatas di habitat perairan air tawar yang penting untuk di ketahui adalah: Suhu,
transparansi arus, kadar gas untuk pernafasan, kadar garam biogenik.

5
b. Habitat Perairan Bahari/Laut
Lautan memiliki ciri yang penting secara ekologi sebagai berikut:
 Lautan itu luas, menutupi 70% permukaan bumi.
 Lautan itu dalam dan makhluk hidup terdapat disemua kedalaman.
 Lautan itu berkesinambungan. Habitat lautan itu tidak terpisah-pisah seperti
habitat daratan dan habitat perairan daratan. Semua lautan itu berhubungan, suhu,
salinitas, serta kedalaman merupakan barier utama untuk gerakan bebas makhluk
lautan.
 Lautan berada dalam situasi yang kontinyu. Perbedaan suhu udara diantara kutub
dan equator menimbulkan angin yang juat seperti kearah yang angin pasat, yaitu
angin bertiup kearah yang sama sepanjang tahun, yang bersama-sama dengan
rotasi bumi, menimbulkan lautan yang ditimbulkan oleh angin, masih ditambah
oleh adanya arus yang ada dilapisan air yang lebih dalam yang sebagai akibat
adanya perbedaan suhu dan salinitas, yang menimbulkan perbedaan kerapatan.
 Lautan didominasi oleh gelombang yang macamnya banyak dan oleh pasang surut
yang disebabkan oleh gaya tarik matahari. Proses pasang surt terutama penting
didalam zona yang terletak kearah pantai, yang merupakan tempat hidup makhluk
lautan yang sering berlain-lainan secara khusus pula.
 Lautan itu asin. Rerata salinitas atau kandungan garam dilautan adalah 35 bagian
garam menurut berat perseribu bagian air lautan atau 3,5%.
 Konsentrasi zat hara yang terlarut rendah dan merupakan faktor pembatas yang
penting dalam menentukan besarnya populasi makhluk lautan.
 Bersifat paradoksik.Bahwa lautan dan beberapa makhluk yang hidup didalamnya
lebih tua dari pada dasar lautan yang secara konstan berubah dan diperbaharui oleh
proses tektonik dan proses sedimenter.

6
c. Habitat Perairan Payau/Estuaria
Odum (1971) suatu estuaria (dari kata aestus = pasang), yaitu takrif yang di
modifikasikan. Dari Pritcard(1967) menyebutkan bahwa estuaria adalah suatu
perairan pantai yang semi tertutup yang memiliki hubungan dengan lautan. Estuaria
terpengaruhi oleh aktivitas pasang surut,dan di dalam habitat estuariaini air laut
tercampur dengan air tawar menghasilkan perairan payau. Contoh estuaria adalah
muara sungai,teluk dipantai,rawa pasang surut,dan perairan di belakang pantai
barrier. Estuaria disebut sebagai suatu ekosistem yang arus airnya berfluktasi.ada
yang menyebut sebagai habitat dengan “pulse-stabilized”di dalam tingkat yang muda
di dalam hal produktivitas.
Kendeigh(1980)menuliskan bahwa melalui estuaria ikan yang berkinerja
dengan migrasi dari air laut ke air tawar,misalnya ikan salmon(Samo salar),ikan
trout(Salvelinus fontinalis) disebut ikan anadrom,sedangkan ikan dari air tawar ke air
laut misalnya ikan sidat(Anguilla mauritiana) di sebut ikan katadrom.
d. Habitat Darat/Terrestrial
Odum(1971) menuliskan bahwa di dalam habitat terestrial terdapat biomassa
tumbuhannya di dalam lingkungan terestrial maka kajian ekologik cenderung
memberi tekanan pada prinsip organisasi populasi dan organisasi komunitas ,dan
proses perkembangan yang autogenik (ialah suksesi ekologi). Ciri habitat terestrial
adalah:
 Lengas secara sendirian mampu menjadi faktor pembatas di daratan. Makhluk
terrestrial secara konstan berhadapan dengan masalah dehidrasi atau kehilangan
cairan tubuh.
 Perbedaan suhu dan harga ekstrem suhu lebih nyata di lingkungan udara daripada
di medium air.
 Sirkulasi udara yang cepat di seluruh muka bumi berakibat kandungan gas
oksigen dan gas co2 yang siap bercampur dan jelas konstan.
 Tanah merupakan pendukung yang padat ,udara bukan pendukung yang padat.

7
 Daratan,tidak seperti lautan,tidak kontinyu.ada barrier yang penting untuk
perpindahan yang bebas bagi makhluk.
 Sifat subtratum terutama vital di lingkungan terestrial.tanah,bukannya udara
adalah sumber zat hara yang sangat berbeda-beda(fosfat,nitrat dan lain-lainnya)
Jenis-jenis habitat berdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi
menjadi 4 macam (Kramadibrata,1996) yaitu:
 Habitat yang konstan, merupakan yang kondisinya terus-menerus relatif baik
atau kurang baik.
 Habitat yang bersifat memusim, merupakan habitat yang kondisinya relatif
teratur berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
 Habitat yang tidak menentu, habitat yang mengalami suatu periode dengan
kondisi baik yang lamanya bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan
kondisi kurang baik yang lamanya juga bervariasi sehingga kondisinya tidak
dapat diramal.
 Habitat yang efemeral, merupakan habitat yang mengalami periode dengan
kondisi baik yang berlangsung relatif singkatdiikuti oleh suatu periode dengan
kondisi yang kurang baik yang berlangsungnya lama sekali.
Jenis-jenis habitat berdasarkan fungsi dari ruang dapat dikelompokkan
menjadi:
 Habitat yang berkesinambungan : meliputi area dengan kondisi baik luas sekali,
melebihi daerah yang dapat dijelajahi hewan.
 Habitat yang terputus-putus : menunjukan area yang berkodisi baik dan tidak
berselang seling serta hewan dengan mudah dapat menyebar dari area baik yang
satu ke yang lainnya.
 Habitat yang terisolasi : area yang terbatas dan terpisah jauh dari area lainnya
sehingga hewan tidak dapat mencapainya kecuali bila didukung factor kebetulan.
Jenis-jenis habitat berdasarkan ukuran dan bentuknya, menggunakan skala
geografi, menurut Hugget (2003) dibagi menjadi :

8
a. Microhabitat : mengacu pada kondisi habitat terkecil dimana masih terjadi
interaksi antar organism dengan lingkungannya. Luas microhabitat beberapa cm
persegi hingga beberapa meter suatu area.
b. Mesohabitat : suatu kondisi habitat yang ukurannya lebih besar daripada
microhabitat dan lebih kecil dari makrohabitat. Ukuran mesohabitat sekitar
10.000 km
c. Macrohabitat : lebih cenderung mengarah pada kondisi luasan yang sangat besar
(seperti habitat perairan dan lainnya), dimana luas areanya sekitar 1.000.000 km
d. Megahabitat : terdiri dari benua.
Habitat makhluk hidup dapat lebih dari satu, misalnya burung pipit, habitat
untuk mencari makannya adalah di sawah dan habitat untuk bertelur adalah pohon-
pohonan di kampung. Ikan salem yang terkenal di Eropa dan Amerika utara, waktu
dewasa mempunyai habitat di laut. Waktu akan bertelur ikan itu berenang ke sungai
sampai ke hulu. Di daerah hulu ikan bertelur. Anak ikan untuk beberapa tahun tinggal
di sungai. Kemudian pergi ke laut untuk menjadi dewasa sampai saatnya ikan akan
bertelur.
Contoh makrohabitat dan mikrohabitat: Organisme penghancur (pembusuk)
daun hanya hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis, sedangkan
spesies organisme penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar
daun yang sama hingga mereka hidup bebas tidak saling mengganggu. Lingkungan
sel-sel dalam selembar daun di atas disebut mikrohabitat sedangkan keseluruhan daun
dalam lingkungan makro disebut makrohabitat.
Contoh lainnya adalah ikan arwana mempunyai habitat di air tawar dan ada
pula yang di air payau. Habitat katak ketika dewasa adalah di darat, sedangkan ketika
fase telur dan berudu berada di air tawar. Pohon ramin (Gonystylus bancanus)
mempunyai habitat di hutan gambut juga di hutan-hutan daratan dengan tanah
berpasir, ketinggian tempat 2-100 m dari permukaan laut. Pohon Matoa (Pometia
pinnata) mempunyai habitat di pinggir sungai, juga di daerah yang bertanah liat,
tanah pasir atau lempung di hutan daratan dataran rendah hingga di hutan

9
pegunungan (ketinggian tempat kurang dari 1.700 m dpl.). Pohon kempas
(Koompassia malaccensis) mempunyai habitat di hutan rawa, juga di hutan daratan
dengan tanah liat atau pasir yang ketinggian tempatnya adalah 0-600 m dpl.
Istilah habitat dapat dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok
organisme dari berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas. Misalnya, kita boleh
mengunakan istilah habitat padang rumput, habitat hutan mangrove, dan sebagainya.
Dalam hal ini habitat sekelompok organisme mencakup lingkungan abiotik dan
lingkungan biotik.
Habitat suatu organisme itu pada umumnya mengandung faktor ekologi yang
sesuai dengan persyaratan hidup organisme yang menghuninya. Persyaratan hidup
setiap organisme merupakan kisaran faktor-faktor ekologi yang ada dalam habitat dan
diperlukan oleh setiap organisme untuk mempertahankan hidupnya. Kisaran faktor-
faktor ekologi bagi sefiap organisme memiliki lebar berbeda yang pada batas bawah
disebut titik minimum, batas atas disebut titik maksimum, di antara titik minimum
dan tifik maksimum disebut titik optimum. Ketiga titik tersebut dinamakan titik
kardinal. Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum atau maksimum,
makhluk hidup itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain. Misalnya jika terjadi
arus terus-menerus di pantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan
bertahan hidup. Apabila perubahannya lambat, misalnya terjadi selama beberapa
generasi, makhluk hidup umumnya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru di
luar batas semula. Melalui proses adaptasi itu sebenarnya telah terbentuk makhluk
hidup yang mempunyai sifat lain yang disebut varietas baru atau ras baru bahkan
dapat terbentuk jenis baru.

2.3 Pengertian Relung Ekologi


Relung (niche) dalam ekologi merujuk pada posisi unik yang ditempati oleh
suatu spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan peranan yang
dilakukan di dalam komunitasnya. Konsep ini menjelaskan suatu cara yang tepat dari
suatu organisme untuk menyelaraskan diri dengan lingkungannya. Habitat adalah

10
pemaparan tempat suatu organisme dapat ditemukan, sedangkan relung adalah
pertelaan lengkap bagaimana suatu organisme berhubungan dengan lingkungan fisik
dan biologisnya. Ekologi dari suatu individu mencakup variabel biotik (makhluk
hidup seperti tumbuhan, hewan, manusia, baik yg mikro maupun yang makro) dan
abiotik (benda tidak hidup). Relung menentukan bagaimana spesies memberi
tanggapan terhadap ketersediaan sumberdaya hidup dan keberadaan pesaing dan
pemangsa dalam suatu ekosistem. Kata "relung" mulai mendapat arti ilmiah pada
tahun 1933 oleh tulisan Charles Sutherland Elton, seorang ahli ekologi yang
mempelajari ekologi komunitas dan populasi, lewat pernyataannya, "relung suatu
organisme adalah mode dari kehidupan organisme tersebut dalam hal peran atau
profesinya dalam suatu komunitas manusia."
Istilah relung (niche) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Grinnell pada
tahun 1917. Menurut Grinner, relung merupakan bagian dari habitat yang disebut
dengan mikrohabitat. Dengan pandangan seperti ini, Grinnell mengatakan bahwa
setiap relung hanya dihuni oleh satu spesies. Pandangan relung yang dikemukakan
oleh Grinnell inilah yang disebut dengan relung habitat. Contoh, jika kita mengatakan
relung habitat dari kalajengking, maka kita akan menjelaskan mikrohabitat
kalajengking tersebut. Dengan demikian kita harus menjelaskan pada suhu dan
kelembaban berapa kalajengking hidup, apakah dia tahan terhadap cahaya atau tidak,
apakah dia hidup di tanah dalam lubang, atau di pohon, dan sebagainya.
Para ahli ekologi lainnya juga mengemukakan mengenai definisi dari relung
ekologi, yaitu sebagai berikut:
 Soetjipto (1992), relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik
(mikrohabitat) dankaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis untuk
aktivitas hidup dan eksistensiyang berkesinambungan dalam komunitas.
 Sukarsono (2009), relung ekologi suatu hewan (individu, populasi) adalah status
fungsional hewan itu dalam habitat yang ditempatinya sehubungan dengan
adaptasi-adaptasi fisiologi, structural dan pola prilakunya.

11
 Charles Elton (1927), relung adalah “status fungsional suatu organisme dalam
komunitas tertentu”. Dalam penelaahan suatu organisme, kita harus mengetahui
kegiatannya, terutama mengenai sumber nutrisi dan energi, kecepatan
metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh terhadap organisme lain bila
berdampingan atau bersentuhan, dan sampai seberapa jauh organisme yang kita
selidiki itu mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses dalam
ekosistem.
 Kandeigh (1980), relung ekologi adalah suatu populasi atau spesies hewan
adalah status fungsionalhewan itu dalam habitat yang ditempatinya berkaitan
dengan adaptasi-adaptasi fisiologis,struktural atau morfologi, dan pola perilaku
hewan itu. Atau relung ekologi merupakan posisiatau status suatu organisme
dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakanakibat adaptasi
struktural, tanggap fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Jadi
relungsuatu organisme bukan hanya ditentukan oleh tempat organisme itu hidup,
tetapi juga olehberbagai fungsi yang dimilikinya. Dapat dikatakan, bahwa secara
biologis, relung adalahprofesi atau cara hidup organisme dalam lingkungan
hidupnya.
 Heddy dan Kurniati (1996), relung ekologi dikatakan sebagai terminologi yang
lebih inklusif, yang tidak hanyameliputi ruangan atau tempat yang ditinggali
organisme, tetapi juga peranannya dalamkomunitas, misalnya kedudukan
pada jenjang makanan. Relung ekologi suatu organismetidak hanya tergantung di
mana organisme tadi hidup, tetapi juga pada apa yang dilakukanorganisme,
bagaimana organisme mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi,
mengubahlingkungan fisik maupun biologi dan bagaimana organisme
dihambat oleh spesies lain.
 Hutchinson (1957), relung ekologi dikatakan sebagai jumlah dari semua
interaksi antara suatu organismedengan lingkungan biotik dan abiotiknya. Relung
ekologi memiliki dua defenisi yaitu relung dasar dan relung nyata. Relung dasar
didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisikyang memungkinkan

12
populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing. Relung dasartidak dapat
dengan mudah ditentukan karena dalam suatu komunitas persaingan
merupakanproses yang dinamis dan kondisi fisik lingkungan yang beragam
mempengaruhi kehidupan suatu organisme. Relung nyata didefinisikan sebagai
kondisi-kondisi fisik yang ditempatioleh organisme-organisme tertentu secara
bersamaan sehingga terjadi kompetisi. Keterbatasan suatu organisme
pada suatu relung tergantung pada adaptasinya terhadapkondisi
lingkungan tersebut.
Niche (relung) ekologi mencakup ruang fisik yang diduduki organisme,
peranan fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta posisinya
dalam kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain dari keberadaannya itu.
Ketiga aspek relung ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat,
relung trofik dan relung multidimensi atau hypervolume.
- Ruang relung multidimensional, tiap kondisi atau sumber daya yang
mendefinisikan relung dari suatu organisme berkontribusi satu dimensi bagi
ruang dimana organisme itu akan berada. Mempertimbangkan semua dimensi
secara bersama-sama mendefinisikan secara penuh relung milik organisme dan
hal ini disebut ruang relung multidimensional atau ‘n-dimensional hipervolume’
- Relung fundamental, ruang relung suatu organisme dapat mengisi ketiadaan
kompetisi atau predasi yang disebut sebagai relung fundamental.
- Relung sesungguhnya, ruang relung yang dimiliki oleh suatu organisme ketika
kompetisi dan predasi terjadi adalah relung sesungguhnya, dimana selalu ada
sub-set dari relung fundamental.
Oleh karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak hanya tergantung pada
dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana dia merubah energi,
bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan fisik serta
abiotiknya), dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya. Hutchinson (1957)
telah membedakan antara niche pokok (fundamental niche) dengan niche yang
sesungguhnya (relized niche). Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok

13
kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan
niche sesungguhnya didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang
ditempati oleh organisme-organisme tertentu secara bersamaan.
Dimensi-dimensi pada niche pokok menentukan kondisi-kondisi yang
menyebabkan organisme-organisme dapat berinteraksi tetapi tidak menentukan
bentuk, kekuatan atau arah interaksi. Dua faktor utama yang menetukan bentuk
interaksi dalam populasi adalah kebutuhan fisiologis tiap-tiap individu dan ukuran
relatifnya. Empat tipe pokok dari interaksi diantara populasi sudah diketahui yaitu:
kompetisi, predasi, parasitisme dan simbiosis.
Agar terjadi interaksi antar organisme yang meliputi kompetisi, predasi,
parasitisme dan simbiosis harusnya ada tumpang tindih dalam niche. Pada kasus
simbion, satu atau semua partisipan mengubah lingkungan dengan cara membuat
kondisi dalam kisaran kritis dari kisaran-kisaran kritis partisipan yang lain. Untuk
kompetitor, predator dan mangsanya harus mempunyai kecocokan dengan parameter
niche agar terjadi interaksi antar organisme, sedikitnya selama waktu interaksi.
Menurut Odum (1993) tidak ada dua spesies yang adaptasinya identik sama
antara satu dengan yang lainnya, dan spesies yang memperlihatkan adaptasi yang
lebih baik dan lebih agresif akan memenangkan persaingan. Spesies yang menang
dalam persaingan akan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara optimal sehingga
mampu mempertahankan eksistensinya dengan baik. Spesies yang kalah dalam
persaingan bila tidak berhasil mendapatkan tempat lain yang menyediakan sumber
daya yang diperlukannya dapat mengalami kepunahan lokal.
Berjenis makhluk hidup dapat hidup bersama dalam satu habitat. Akan tetapi
apabila dua jenis makhluk hidup mempunyai relung yang sama, akan terjadi
persaingan. Makin besar tumpang tindih relung kedua jenis makhluk hidup, makin
intensif persaingannya. Dalam keadaan itu masing-masing jenis akan mempertinggi
efisiensi cara hidup atau profesinya.Masing-masing akan menjadi lebih spesialis,
yaitu relungnya menyempit. Jadi efek persaingan antar jenis adalah menyempitnya
relung jenis makhluk hidup yang bersaing, sehingga terjadi spesialisasi.

14
Akan tetapi bila populasi semakin meningkat, maka persaingan antar individu
di dalam jenis tersebut akan terjadi pula. Dalam persaingan ini individu yang lemah
akan terdesak ke bagian niche yang marginal. Sebagai efeknya ialah melebarnya
relung, dan jenis tersebut akan menjadi lebih generalis. Ini berarti jenis tersebut
semakin lemah atau kuat. Makin spesialis suatu jenis semakin rentan makhluk
tersebut.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari isi makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Habitat adalah tempat yang spesifik dimana spesies dapat hidup maupun tempat
tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang membentuk suatu
komunitas baik sementaramaupun selamanya. Setiap satwa menggunakan
(atau ”mengkonsumsi” dalam suatu pandangan umum) suatu kumpulan
komponen fisik dan biologi (sumber daya) dalam suatu habitat yang di
tempatinya. Setiap habitat diasumsikan memiliki kesesuaian untuk spesies
tertentu.
2. Jenis-jenis habitat, secara garis besar dikenal empat tipe habitat utama, yakni:
perairan tawar, perairan bahari/laut, perairan payau dan estuaria serta
daratan/terestrial. Berdasarkan varias habitat menurut waktu dibagi menjadi
Habitat yang konstan, Habitat yang bersifat memusim, Habitat yang tidak
menentu, dan Habitat yang ephemeral. Habitat berdasarkan fungsi dari ruang
dapat dikelompokkan menjadi Habitat yang berkesinambungan Habitat yang
terputus-putus dan Habitat yang terisolasi. Habitat berdasarkan ukuran dan
bentuknya menggunakan skala geografi, dibagi menjadi :Microhabitat,
Mesohabitat, Macrohabitat dan Megahabitat.
3. Relung Ekologi adalah pertelaan lengkap bagaimana suatu organisme
berhubungan dengan lingkungan fisik dan biologisnya. Ekologi dari suatu
individu mencakup variabel biotik (makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan,
manusia, baik yg mikro maupun yang makro) dan abiotik (benda tidak hidup).
Relung menentukan bagaimana spesies memberi tanggapan terhadap
ketersediaan sumberdaya hidup dan keberadaan pesaing dan pemangsa dalam
suatu ekosistem.

16
3.2 Saran
Demikia makalah ini disusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
pembaca. Untuk ulasan lebih mendalam, silahkan mencari sumber-sumber terpercaya
yang berkaitan mengenai bacaan ini, dan untuk menyempurnakan pembuatan
makalah selanjutnya maka kritik dan saran daripembaca sangat diharapkan.

17

Anda mungkin juga menyukai