Anda di halaman 1dari 5

Tugas : Ekofisiologi

Dosen: Dr. Ir. Ramdan Hidayat, M.S

PERSAINGAN INTRASPESIFIK TANAMAN DAN INTERSPESIFIK


SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK
Disusun oleh : Eko Siswanto
Mahasiswa Prodi Magister Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN ‘Veteran’ Jawa Timur

Suatu organisme tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya dampingan atau
hubungan dengan organisme lainya dalam proses kelangsungan hidupnya. Begitu
pula pada tanaman, interaksi yang terjadi dapat terjadi pada tanaman sejenis
ataupun tidak sejenis. Interaksi yang dapat terjadi pada tanaman dapat bersifat
positif-positif, positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif.
Interaksi sendiri merupakan hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan
yang lainnya (Elfidasari,2007).
Interaksi terjadi karena makhluk hidup akan selalu membutuhkan bahan
untuk bertahan hidup, sebagai contoh tanaman tidak sekedar membutuhkan cahaya
matahari untuk tumbuh, namun juga memerlukan unsur hara dari dalam tanah untuk
dapat tumbuh secara optimal. Interaksi antar organisme dapat memberikan
keuntungan atau bahkan kerugian bagi organisme yang melakukan interaksi.
Interaksi atau hubungan antar makhluk hidup dapat berlangsung secara beragam.
Salah satu di antaranya adalah kompetisi merupakan suatu bentuk hubungan antar
mahkluk hidup yang terjadi akibat adanya keterbatasan sumber daya alam pada
suatu tempat (Elfidasari,2007).
Interaksi merupakan hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk hidup yang lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis
organisme yaitu intraspesifik dan interspesifik. Interaksi interspesifik adalah
hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan
interaksi intra spesifik adalah hubungan antara organisme yang berasal dari spesies
yang berbeda (Elfidasari,2007).
Secara garis besar, interaksi interspesifik dan intraspesifik dapat
dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, diantaranya:
≠ Netralisme yaitu hubungan antara makhluk hidup yang tidak saling
menguntungkan dan saling merugikan satu sama lain,
≠ Mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang saling
menguntungkan,
≠ Parasitisme yaitu hubungan yang hanya menguntungkan satu jenis makhluk
hidup saja, sedangkan yang lainnya dirugikan,
≠ Predatorisme yaitu hubungan pemangsaan antara satu jenis makhluk hidup
terhadap makhluk hidup lain,
≠ Kooperasi yaitu hubungan antara dua makhluk hidup yang bersifat saling
membantu antara keduanya,
≠ Komensalisme yaitu hubungan antara dua makhluk hidup yang satu mendapat
keuntungan sedang yang lain dirugikan,
≠ Antagonis yaitu hubungan dua makhluk hidup yang saling bermusuhan.

Kompetisi menujukkan suatu tipe interaksi di mana dua individu atau lebih
bersaing untuk mendapatkan makanan yang jumlahnya terbatas, tempat hidup, dan
lain-lain. Kompetisi inter spesifik bukanlah suatu kompetisi yang sederhana karena
melibatkan berbagai tipe organisme sehingga memungkinkan terjadi hasil yang
berbeda-beda. Jika dua spesies atau lebih terlibat dalam kompetisi secara langsung
untuk memperebutkan hal yang sama, salah satu dari semuanya, lebih efisien dalam
memanfaatkan sesuatu yang diperebutkan tadi maka individu itu akan bertahan
hidup, sedang yang tidak dapat memanfaatkan secara efisien yang diperebutkan tadi
akan punah (Clapham, 1973).
Dikarenakan keterbatasan sumber daya alam sehingga mengharuskan
makhluk hidup melakukan kompetisi atau persaingan dengan yang lain agar tetap
mampu bertahan hidup. Kompetisi atau persaingan yang dilakukan organisme-
organisme dapat berupa keaktifan dalam memperebutkan kebutuhan ruang/
tempat, makanan, unsur hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal,
atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-
tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya (Indriyanto,2010).
Adanya persaingan antar organisme tersebut mengakibatkan pengaruh
terhadap organisme yang terlibat dalam persaingan. Pengaruh berupa pertumbuhan
yang produktif tentunya akan didapat oleh tanaman yang mampu memperebutkan
unsur hara lebih banyak. Menurut Begon (1990) kompetisi ada dua jenis, yaitu inter
dan intra spesies. Kompetisi intra spesies merupakan suatu kompetisi yang terjadi
dalam satu spesies yang sama, sedangkan inter spesies merupakan kompetisi yang
terjadi dalam spesies yang berbeda. Hal tersebut nampak dalam sistem budidaya
tanaman secara tumpang sari. Dalam budidaya tanaman secara tumpang sari
sangatlah jelas bahwa kompetisi inter maupun intra spesifik terjadi di dalamnya.
Sebagai contoh, budidaya tanaman kacang tanah namun juga menggunakan
tanaman pendamping misalnya cabai. Dalam kasus tersebut kompetisi interspesifik
terjadi antara tanaman kacang tanah dengan cabai, sedangkan antar tanaman cabai
ataupun antar tanaman kacang tanah terjadi kompetisi interspesifik. Namun tidak
menutup kemungkinan akan terjadi kompetisi intra spesifik antara tanaman kacang
tanah dengan gulma atau cabai dengan gulma. Gulma yang dibiarkan tumbuh pada
sekitar tanaman kacang tanah akan menurunkan hasil sampai 47% (Moenandir et
al.,1996 via Murrinie, 2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pranasari, Tutik Nurhidayati, dan
Kristanti Indah Purwani (2012) bahwa kemampuan tanaman berkompetisi dengan
gulma ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persaingan,
cara budidaya dan varietas tanaman serta tingkat kesuburan tanah. Pada rumput teki
(Cyperus rotundus) yang digolongkan sebagai gulma pada jagung (Zea mays.L)
mampu menghasilkan allelkimia yang mampu mengakibatkan allelopati pada
tanaman lain (Pranasari, et.al, 2012). Akibat dari peristiwa tersebut maka tanaman
pokok budidaya akan mengalami pertumbuhan yang tidak maksimal atau bahkan
mengalami kematian karena timbulnya keadaan yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan bagi tanaman seperti salinitas yang tinggi.
Pengaruh dari kompetisi baik intra maupun inter spesifik dapat secara
fisiologi maupun morfologi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Grime
(1977) dalam Mangla (2011) bahwa kompetisi dapat berpengaruh terhadap struktur
tanaman, pada lingkungan yang minim unsur hara.. Tanaman yang menang dalam
kompetisi akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tanaman
yang kalah dalam persaingan memperebutkan unsur hara bahkan mungkin
mengalami kematian. Pengaturan jarak tanam antar tumbuhan sangat perlu
diperhatikan untuk dapat mengoptimalkan hasil budidaya tanaman. Menurut
Indriyanto (2010) bahwa kompetisi yang paling keras terjadi pada tumbuhan yang
memiliki spesies yang sama. Hal tersebut dapat terjadi karena tumbuhan yang
berspesies sama akan memerlukan unsur hara yang sama jenisnya dan jumlahnya.
Sehingga antar tanaman dengan spesies yang sama kompestisi yang terjadi sangat
keras. Di lingkungan hutan hujan tropis, hal tersebut sangat terlihat bahwa
pepohonan tua menekan perkembangan anakan dari spesies mereka sendiri
(Indriyanto,2010).
Cahaya merupakan salah satu komponen yang dapat diperebutkan antar
tanaman. Tanaman yang mampu mendapatkan cahaya matahari lebih banyak maka
pertumbuhannya akan lebih optimial, jika dibandingkan dengan tanaman yang
sedikit dalam menyerap cahaya. Cahaya berpengaruh terhadap berlangsungnya laju
fotosintesis, dengan laju fotosintesis yang tinggi karena pasokan cahaya yang
terserap banyak maka akan menghasilkan bahan materi bagi pertumbuhan tanaman
secara maksimal. Sedangkan, komponen lain seperti air, unsur hara, udara yang
berada dalam tanah, juga menjadi materi yang diperebutkan antar organisme.
Kemampuan tanaman dalam persaingan memperebutkan materi tersebut sangat
bergantung kecepatan pertumbuhan akar. Jika pertumbuhan akar suatu tanaman
sangat cepat, maka hal terseut sebanding dengan unsur hara yang diserap oleh akar
tanaman. Namun, kecepatan pertumbuhan akar tanaman sangat tergantung dari
proses fotosintesis yang berlangsung. Jadi pada dasarnya persaingan yang
dilakukan tanaman baik itu dibagian atas dan bawah tanah sangat berhubungan.
Dalam sistem budidaya tanaman, terjadinya kompetisi inter maupun intra
specifik antar tanaman sangatlah diperhatikan dalam mengatur proses penanaman.
Pengaturan jarak tanam yang tepat dapat dijadikan solusi dalam proses penanaman.
Pengaturan jarak tanam yang sesuai maka akan menekan kompetisi yang keras antar
tanaman, terlebih pada penanaman dengan spesies yang sama. Selain itu, dengan
jarak tanam yang sesuai unsur hara yang terserap oleh tanaman akan seimbang, jadi
hasil yang didapatkan akan seragam.
DAFTAR PUSTAKA

Elfidasari Dewi.2007. Jenis Interaksi Intraspesifik dan Interspesifik pada Tiga Jenis
Kuntul saat Mencari Makan di Sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang,
Propinsi Banten. Jurnal Biodiversitas 8:266-269.
Pranasari Rizka A, Tutik Nurhayati, dan Kristanti Indah Purwani. 2012. Persaingan
Tanaman
Jagung (Zea mays) dan Rumput Teki (Cyperus rotundus) pada Pengaruh Cekaman
Garam (NaCl). Jurnal Sains dan Seni ITS 1:2301-928X.
Moenandi et al. 1998. Pengantar Ilmu da Pengendalian Gulma. Dalam Murrinie,
E.D.2004. Analisis Pertumbuhan Kacang Tanah dan Pergeseran
Komposisi Gulma pada Frekuensi Penyiangan dan Jarak Tanam yang
Berbeda
Mangla Seema, Roger L. Sheley, Jeremy J. James dan Steven R. Radosevich.2011.
Intra and Interspesific Competition among Invasive and Native Spesies
during Early Stages of
Plant Grow. Jurnal Plant Ecol 212:531-542.
Indriyanto.2010.Ekologi Hutan. Cetakan Ketiga. Jakarta, PT Bumi Aksara.
Begon, Michael.1990. Ecology:individuals, populations and communities.Second
Edition

Anda mungkin juga menyukai