Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Yenny Wuryandari, M.P
Disusun Oleh:
Eko Siswanto
NPM.20063020002
Abstrak
Kerusakan kacang tanah (Arachis hypogaea) akibat serangan hama vertebrata
banyak ditemukan pada saat panen di 164 area ladang sepanjang transek jalan di
Pakistan. Persentase tingkat kerusakan tanaman diperkirakan mencapai 5,3%.
Serangan hama tikus Bandicoot (Bandicota bengalensis) menyebabkan kerusakan
sebesar 2,4%, tikus ekor pendek (Nesokia indica) menyebabkan kerusakan sebesar
1,0%, dan serangan hama babi hutan (Sus scrofa) menyebabkan kerusakan sebesar
0,9%. Sedangkan untuk landak Crested (hystrix indica) dan gagak rumah (Corvus
splendens) menyebabkan kerusakan sebesar 1,0%. Karakteristik kerusakan masing-
masing spesies sangat beragam. Hasil pengamatan secara visual menunjukkan
bahwa tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama tikus Bandicoot
(Bandicota bengalensis) dan mol tikus gerbil (Tatera indica) menyebabkan
kerusakan dan hilangnya polong kacang tanah meskipun tingkat serangannya relatif
sangat kecil. Kehilangan hasil berdasarkan kerusakan mencapai 5,3% , setara
dengan 67 kg kacang tanah per hektar.
Pendahuluan
Kacang tanah (Arachis hypogaea) adalah tanaman biji minyak utama di
Pakistan. Ditanam sebagai tanaman komersial oleh petani. Kacang tanah tidak
hanya digunakan untuk minyak, namun juga dapat dikonsumsi secara lokal, baik
segar maupun dipanggang, serta dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam
produksi permen. Beberapa daerah yang digunakan sebagai sentra budidaya kacang
tanah mampu meninghasilkan produksi secara memuncak pada tahun 1984
(Pakistan MINFAC, 1986) ketika 72.600 ha menghasilkan sekitar 88.000 MT
senilai 686.000.000 Rupee Pakistan (US $49.000.000) di pasar grosir pada waktu
itu. Sekitar 70% dari total produksi kacang tanah di Pakistan terdapat di daerah
terkilas (Barani) distrik Attock, Chakwal dan Rawalpindi di Provinsi Punjab Utara.
Kacang tanah biasanya ditanam di tanah berpasir dan liat berpasir. Penanaman
dimulai pada bulan April dan panen pada bulan Oktober. Beberapa varietas pada
umumnya siap dipanen dalam umur 170 hst dan sebagian memerlukan waktu
hingga 200 hst. Benih yang ditabur dapat tumbuh dengan baik hingga mendekati
musim hujan pada bulan Juli, terjadi pembungaan dan proses pembentukan polong
kacang.
Kerusakan kacang tanah akibat serangan hama vertebrata di Pakistan terjadi
pada awal Juli dan berlanjut hingga panen 3 bulan kemudian. Kacang tanah sangat
rentan terhadap serangan hama vertebrata karena periode pematangan yang panjang
dan kerapatan tanaman yang tidak terlalu tinggi (5.000 - 15.000 tanaman per ha),
sehingga hama vertebrata dengan mudah merusak area lahan budidaya dalam waktu
sesingkat 1 sampai 2 minggu. Sangat minimnya mengenai informasi tentang
kerusakan hama vertebrata pada kacang tanah yang telah diterbitkan menyebabkan
pengetahuan petani di daerah setempat sangat terbatas terutama dalam tindakan
pengendalian. Ada beberapa referensi kerusakan kacang tanah akibat serangan
hama tikus yang terjadi di Senegal, Sierra Leone, Sudan, India, Thailand, Malaysia
Timur, Tonga, dan Hindia Barat tetapi tidak ada rincian ukuran yang diberikan
(Hopf et al., 1976). Penimbunan kacang tanah oleh Rattus norvegicus telah
dilaporkan dari Jepang (Yabe 1981). Di India, Bindra dan Sagar (1971)
memperkirakan rata-rata kerugian hasil kacang tanah akibat serangan tikus
lapangan di tiga desa sebesar 50 kg per ha. Data sebelumnya dari Pakistan
menunjukkan bahwa kerusakan kacang tanah akibat serangan hama tikus dan babi
hutan di Punjab dan India diperkirakan mencapai 5%, tetapi metode pengambilan
sampel tidak diindikasikan (Roberts 1981).
Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui tingkat kerusakan
kacang tanah di ladang akibat serangan hama vertebrata di utara Punjab selama
panen sehingga diharapkan (1) adanya teknik yang dapat dikembangkan untuk
menilai kerusakan pada kacang tanah, (2) untuk menghitung kerusakan dan
kehilangan hasil dan dampaknya terhadap produksi kacang tanah, dan (3) untuk
mengidentifikasi faktor lain yang mungkin memiliki relevansi dengan serangan
hama vertebrata di lahan kacang tanah.
Metode
Ladang kacang tanah yang diteliti pada awal Oktober 1986 dengan berhenti
pada interval 5 km di sepanjang jalan yang melintasi daerah yang ditanami kacang
tanah. Di setiap perhentian, dua bidang di sepanjang setiap sisi jalan yang dipilih,
satu berdekatan dengan jalan dan sekitar 100 m dari jalan. Empat kuadran
ditetapkan di setiap bidang, biasanya di dekat setiap sudut. 10-20 langkah yang
berjalan menyusuri perbatasan lapangan dan kemudian 10 langkah berjalan ke
lahan untuk menemukan setiap kuadran. Kuadran berukururan 1 x 5 m. Jumlah
tanaman yang rusak dan tidak rusak, dalam setiap kuadran dihitung. Tanaman yang
rusak menunjukkan gejala, tanaman layu, kering dan mati. Data lain yang dicatat
termasuk berbagai jenis kacang tanah (baik tegak atau menyebar), jenis tanah,
keberadaan gulma, dan ukuran masing-masing bidang. Dari masing-masing bidang
kemudian mencari karakteristik dari mana spesies hama itu muncul dan mungkin
perlu adanya diidentifikasi.
Pengamatan berikutnya dilaksanakan pada awal Juli 1986 di Pusat Penelitian
Pertanian Nasional (NARC), Islamabad, dan di ladang petani desa Tharjial Kalan
sekitar 30 mil jarak dari Islamabad. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui
kerusakan kacang tanah akibat serangan hama vertebrata di setiap plot. Catatan
terbuat dari makanan (gulma dan rumput) bahwa tikus yang memanfaatkan di
daerah perifer ke kacang tanah NARC plot dan di fanners ' ladang. Kami menduga
bahwa kerusakan kacang tanah di atas tanah memiliki tingkat serangan lebih kecil
dibandingkan kerusakan di bawah tanah. Untuk menguji ini, kami mengamati 4
kuadran dari tanaman yang rusak dan hancur di ladang kacang tanah di desa Tharjial
Kalam. 2 hitungan kuadran (2 x 5 m2) diambil di daerah aktivitas tikus yang jelas,
yaitu, Liang, jalur, tanaman mati, dan dua yang diambil di area bidang yang sama
di mana tidak ada bukti permukaan yang menunjukkan gejala kerusakan. Setelah
menghitung semua tanaman pada setiap kuadran, kacang tanah dipindahkan,
dikantongi, dikeringkan dengan udara, dan ditimbang.
Hasil
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat tujuh spesies hama
vertebrata yang merambah ke ladang kacang tanah. Deskripsi hama dan
karakteristik kerusakannya antara lain: tikus gerbil (nesokia indica) cenderung
hidup di rumput yang tertutup dan menyerang ke lahan secara bergerombol,
meninggalkan jejak gundukan bekas galihan di sekitar area pertanaman. Hama tikus
menyerang kacang tanah ditandai dengan memakan akar tanaman, merusak bagian-
bagian tanaman, atau dengan memakan kacang tanahnya saja, bekas keratan pada
tanaman yang ditinggalkan tidak akan mampu tumbuh secara produktif. Gundukan
bekas galihan Nesokia jarang meninggalkan sisa kulit kacang tanah yang dimakan.
Gundukan nesokia dapat dibedakan dari gundukan tikus Bandicoot oleh partikel
tanah pada umumnya.
Gerbils India (Tatera indica) terjadi di tanah berpasir di 11 ladang. Spesies ini
tidak pernah ditemukan berlimpah di bidang apapun dan biasanya hanya merusak
beberapa tanaman di mana ia menggali. Jumlah kerusakan yang ditimbulkan tidak
signifikan. Lebih terfokus pada kacang tanah tanpa merusak bagian tanaman yang
lain. Kacang tanah yang dimakan tampak seperti kacang yang digerogoti tikus
lainnya
Gagak, baik gagak rumah (Corvus splendens) dan gagak gunung atau hutan
(C_Macrorhvnchos) pada umumnya menyebabkan kerusakan di daerah berpasir di
mana mereka mudah mencabut kacang tanah dengan paruhnya. Mereka biasanya
tidak menggali lebih dari 2-5 cm dari tanah. Setelah mereka menggali dan memakan
kacang dan meninggalkan beberapa kulit kacang de sekitar area tanaman. Disisi
lain gagak juga dapat menyebabkan kerusakan yang tinggi pada lahan berpasir
menyerang tanaman secara bergerombol; setiap gagak dapat memakan kacang
tanah lebih dari 20 tanaman dalam beberapa jam. Bekas kerusakan yang
ditimbulkan terlihat di seluruh bidang. Gagak hutan biasanya tidak turun ke dataran
sampai awal cuaca dingin, dimana sebagian besar kacang tanah sudah dipanen.
Babi hutan (Sus scrofa) menyerang kacang tanah dari bawah tanaman,
umumnya mengeluarkan depresi dari kedalaman 5-10 cm dan berdiameter 30-40
cm diameter (gambar 1). Sangat sedikit kulit kacang tanah yang ditemukan karena
babi hutan umumnya memakan kacang beserta kulitnya. Mereka lebih suka
menyerang tanaman kacang tanah yang masih muda dan lunak (sebelum kulit
mengeras). Kerusakan tanaman akibat serangan babi hutan biasa terjadi pada awal
siklus panen dan berkurang pada saat kacang mulai masak/siap panen.
Bekas kerusakan akibat serangan babi hutan sering ditemui dari satu tanaman
ke tanaman lainnya dalam area lahan. Pada beberapa tanaman yang diserang
menimbulkan gejala; tanaman layu, kering, beberapa mati; pada tanaman lain,
kacang habis tetapi bagian tanaman yang lain tidak menimbulkan gejala kerusakan.
Dalam pengamatan satu ekor babi hutan mampu merusak 65 tanaman dalam satu
malam. Kehadiran babi liar dengan mudah dapat diidentifikasi sesuai jejak yang
ada.
Penilaian kerusakan
Kerusakan kacang tanah akibat serangan tikus dimulai di NARC dan
beberapa ladang petani pada pertengahan hingga akhir Juli. Baik tikus mol maupun
tikus bandicoot banyak ditemui diarea rumput Desmostachva bipinnata,
Echinochloa colonum, Cyperus rotundus dan pada rimpang D. bipinnata maupun
Sorgum halapense, sebelum menyerang kacang tanah. Beberapa dari rumput ini
biasa ditemukan di ladang kacang tanah dengan ditandai adanya gundukan tanah
Nesokia. Tikus hidup pada area rerumputan tersebut dan menambah makanan
mereka dengan kacang tanah. Setelah diamati dalam 164 bidang di 41 lokasi pada
saat panen pada periode 9-12 Oktober 1986 menunjukkan bahwa hama vertebrata
banyak ditemukan di 140 bidang (85,3%) dan tanaman yang terserang di 125 bidang
(76,2%). Jenis yang paling banyak adalah tikus tanah berekor pendek (69 bidang),
diikuti oleh tikus bandicoot (42), babi hutan (32), kelinci gurun (31), landak (19),
gagak (11), dan Gerbil India (11 bidang) (Tabel 1).
Jenis hama berdasarkan tingkat kerusakan diantaranya; tikus bandicoot yang
menyumbang 2,4% kerusakan pada 8.940 tanaman yang dihitung. Tikus tanah
berekor pendek telah merusak 1,0% tanaman, babi hutan menyebabkan kerusakan
0,9%, Kelinci gurun, landak jambul dan gagak rumah bersama-sama menyumbang
kerusakan 1% yang tersisa. Kerusakan total yang terlihat adalah 5,3% dari semua
tanaman yang dihitung. Kepadatan tanaman rata-rata 3,1 / m2 (kisaran 1,1-7,9 / m2).
Kepadatan tanaman yang lebih tinggi ditemukan di daerah di mana varietas kacang
tanah ditanam di tanah liat. Varietas yang menyebar umumnya ditanam di tanah
berpasir dengan kepadatan tanaman yang lebih rendah. Tikus bandicoot yang lebih
kecil tampaknya lebih sering di ladang dengan kepadatan tanaman lebih tinggi
sementara tikus mol berekor pendek lebih sering terjadi di ladang dengan kepadatan
tanaman lebih rendah.
Tikus Bandicoot cenderung masuk ke area lahan sedikit agak jauh diantara
jarak 10-20 m; 77,8% dari semua pengamatan terdapat perbedaan untuk jarak10 m.
Jarak maksimum ke lahan adalah 28 m. tikus ekor-pendek memiliki pola distribusi
yang berbeda; 42% dari semua lubang tikus berada dalam jarak 1 m. Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara jarak dan perpindahahan ke ladang untuk dua
spesies (t-Test, P > 0.05).
Gambar 1: serangan babi hutan (Sus scrofal) dan tingkat kerusakan tanaman kacang tanah