Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN BAWAH DI KAWASAN HUTAN DENGAN

TUJUAN KHUSUS (KHDTK) AEK NAULI, PEMATANG SIAN TAR

ANALYSIS OF VEGETATION UNDERGROWTH IN FOREST AREAS WITH


SPESIAL PURPOSE, AEK NAULI, PEMATANG SIANTAR

Juliana Pane, Yulvi Annisa Ahla, Adinda Dwi Astuti, Irfan Ritonga, Annisa Sahara, Aprini, Audina Rabitah, Yuli
Varananda, Selly Amelya, Jayanti Wardiyah, Annisa Apasari Anindita*

*Program Studi Tadris Biologi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan
Email: julianapane.24@gmail.com

Abstrak

Penelitian analisis vegetasi tumbuhan bawah dilaksanakan di Kawasan Hutan Dengan


Tujuan Khusus, Aek Nauli Pematang Siantar pada tanggal 29 november 2019. Yang mana
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan bawah serta
mengetahui indeks nilai penting tertinggi dan terendah pada tumbuhan bawah. Metode
yang digunakan adalah metode kuadrat dengan peletakan plot pada masing-msing kuadrat
sebanyak 5 plot. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan 6 famili dengan 6
spesies berbeda, Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada spesies Piper caducibracteum
(66,84%), dan yang paling terendah adalah spesies Glichenia linearis (21,98%).

kata kunci : analisis vegetasi, tumbuhan bawah, indeks nilai penting

Abstract

The study of vegetation analysis of undergrowth was carried out in Forest Areas with a
Special Purpose, Aek Nauli Pematang Siantar on November 29, 2019. The purpose of this
study was to determine the diversity of understorey plants and to know the index of the
highest and lowest importance value of the undergrowth. The method used is the quadratic
method by laying plots on each quadrate of 5 plots. The results of this study indicate that 6
families with 6 different species were found, the highest Importance Value Index was found
in the Piper caducibracteum species (66.84%), and the lowest was the Glichenia linearis
species (21.98%).

Keywords : vegetation analysis, undergrowth, important value index


1. PENDAHULUAN individu-individu penyusunnya terdapat

Sumber daya alam khususnya interaksi yang erat, baik diantara tumbuh-

sumber daya hutan merupakan salah satu tumbuhan maupun dengan hewan-hewan

sumber daya yang sayngat penting dan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan

potensial bagi kehidupan manusia sehingga tersebut (Bakri, 2009).

perlu dijaga keberadaannya sebagai fungsi Arrijani dkk (2006) menyatakan

penyangga system kehidupan. Selain itu, bahwa kehadiran vegetasi memberikan

hutan mempunyai pengaruh sangat luas dampak posistif bagi keseimbangan

terhadap keadaan tanah, sumber air, ekosistem dalam skala yang lebih luas.

pemukiman manusia, rekreasi, pelindung Sebagai contoh secara umum vegetasi akan

marga satwa dan pendidikan (Pradiastoro, mengurangi suatu laju erosi tanah, mengatur

2004). keseimbangan karbondioksida dan oksigen

Menurut Backer (1973) menyatakan di udara, pengaturan tata air tanah,

bahwa di dalam hutan terdapat berbagai perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologis

keanekaragaman hayati, baik satwa liar tanah. Pengaruhnya bervariasi tergantung

maupun tumbuhan. Dari sumber pada struktur dan komposisis tumbuhan

keanekaragaman sumber daya hayati di yang menyusun formasi vegetasi daerah

hutan tersebut tidak hanya terbatas pada tersebut.

jenis tumbuhan berkayu, namun juga Dalam Hilwan dkk (2013)

ditumbuhi oleh beranekaragaman tumbuhan mengatakan bahwa keberadaan tumbuhan

bawah (ground cover/ undergrowth) yang bawah di lantai hutan dapat berfungsi

memiliki keanekaragaman jenis tinggi. sebagai penahan pukulan air hujan dan

Tumbuhan bawah merupakan suatu jenis aliran permukaan sehingga meminimalkan

vegetasi dasar yang terdapat di bawah bahya erosi. Selain itu, vegetasi tumbuhan

tegakan hutan kecuali anakan pohon, bawah berperan penting dalam ekosistem

Tumbuhan bawah meliputi rumput- hutan dan menentukan iklim mikro.

rumputan, herba, semak belukar, dan paku- Kawasan Hutan Dengan Tujuan
pakuan (Yuniawati, 2013) Khusus (KHDTK) Aer]k Nauli merupakan
Vegetasi yaitu kumpulan dari salah satu dari 30 KHDTK di Indonesia
beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh yang dikelola oleh Litbang Kehutanan,
sama-sama pada suatu tempat dimana antara kementerian Kehutanan. KHDTK Aek Nauli
berfungsi sebagai bagian Daerah Tangkapan Sipanganbolon, Kabupaten Simalungan,
Air (DTA) memiliki beberapa tipe ekosistem Pematang Siantar. Identifikasi tumbuhan
yang menjadi habitat beragaman jenis dilaksanakan di Gedung Olahraga (GOR)
tumbuhan dan satwa liar dilindungi. Aek Nauli.
Beragam ekosistem di Aek Nauli dapat
dikelompokkan diantaranya hutan primer, 2.2 Alat dan Bahan
hutan sekunder, hutan tanaman/dominansi Alat yang digunakan adalah meteran,
Pinus, semak belukar, dan rerumputan. tali rafia, kompas, alat tulis, plastic
ukuran 2 kg, kertas label, patok/pacak.
Berdasarkan uraian diatas tujuan dari
Kantong kresek, kamera, parang,
penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lembar Kegiatan (LK).
struktur vegetasi tumbuhan bawah hdan
mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan
2.3 Metode Penelitian
bawah dengan melihat indeks nilai penting
Metode yang digunakan adalah
suatu tumbuhan bawah tersebut. Selain itu
metode sampling vegetasi dengan
tujuan dari penelitian mengenai analisis
menggunakan kombinasi metode
tumbuhan bawah yang mana hal tersebut
transek dan plot, Pada areal penelitian
juga merupakan kegiatan kuliah lapangan
dibagi menjadi 5 stasiun yang mana
Prodi Tadris Biologi, UINSU di kawasan
jarak antar stasiun yaitu 50 meter. Plot
hutan Aek Nauli, hal lain yang mendukung
diletakkan pada tiap stasiun secara acak
dilakukkannya penelitian ini juga belum
dengan ukuran 2 x 2 meter, sehingga
adanya diterbitkan dalam bentuk jurnal
total plot pada penelitian ini adalah
sehingga yang diharapkan pada penelitian
sebanyak 5 plot.
ini dapat memberikan banyak manfaat yaitu
bagi konservasi ataupun restorasi.
2.4 Analisis Data
Untuk mengetahui strukrur vegetasi
perlu diketahui sejumlah karakteristik
2. METODOLOGI PENELITIAN
vegetasi meliputi kerapatan, dominansi,
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
frekuensi, dan nilai penting dari masing-
Penelitian ini dilaksanakan pada Jumat
masing jenis dengan rumus berikut:
29 November 2019 di Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus, Kecamatan Girsang
Kabupaten Simalungan, Pematang Siantar
ditemukan tumbuhan bawah dengan jumlah 6
spesies yang terdiri atas 6 famili, Perhatikan
dalam table 1. Berikut :

Tabel 1. Jenis Tumbuhan Bawah


Spesies Famili Jumlah
Cyathea sp Chyatheaceae 17
Clidemia hirta Melastomatacecae 8
Piper Piperaceae 29
caducibracteum
Labisia pumila Myrsinaceae 6
Gleichenia Gleicheniaceae 6
Dengan indeks nilai pening linearis
Macaranga Euphorbiaceae 7
merupakan jumlah dari KR+FR+DR. hypoleuca
Selanjutnya untuk mengetahui
keanekaragaman jenis menggunakan Berdasarkan data dalam table di atas dapat
rumus (Indeks Shannon) : diketahui bahwa jumlah spesies terbanyak
adalah pada family piperaceae dengan jenis
spesies Piper caducibracteum yang mana
tanaman ini tergolong tumbuhan berbunga
Ketersngan : berupa semak perdu menjalar dengan ukuran
H’= Indeks keragaman Shanon yang kecil dengan tinggi kurang lebih satu
= Indeks Keanekaragaman Shannon meter.
n.i = Nilai Pening dari spesies ke i Famili Chyatecaea merupakan jenis yang
N = Total Nilai penting semua jenis. ditemukan paling banayk setelah family
Piperaceae merupakan paku tiang berhabitat

3. HASIL DAN PEMBAHASAN terrestrial memiliki panjang luring lebih


Berdasarkan hasil penelitian yang sekitar 2 meter. Memiliki ciri perawakan
dilaksanakan pada Jumat 29 November 2019 ramping, bertbatang hitam dan ditutupi akar-
di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus, akar kaar, rapat, dan tebal (Joko dkk, 2017)
Kecamatan Girsang Sipanganbolon,
Famili Melastomataceae dengan spesies Struktur Vegetasi Tumbuhan Bawah
Clidemia hirta merupakan gulma perdu
Tabel 2. Struktur Vegetasi Tumbuhan Bawah
tahunan, gulma yang tangguh dengan Spesies KR DR FR INP
perakarannya yang kuat dan batangnya yang
keras. Tumbuhan ini sering dijumpai di tepi Cyathea sp 21,58% 4,028% 20% 45,608%
hutan, semak belukar, dan ditepi jurang Clidemia hirta 11,51% 4,76% 13,33% 29,6%
daerah terbuka (Palijama, dkk 2012)
Piper 39,56% 0,68% 26,6% 66,84%
Selanjutnya Famili yang ditemukan caducibracteum
Labisia pumila 8,63% 0,024% 13,33% 21,984%
adalah Myrsinaceae dengan spesies adalah
Labisia pumila merupakan tanaman herba Gleichenia 8,63% 0,02% 21,98%
linearis 13.33%
yang tumbuh dalam kelompok rendah,
dengan batang soloter atau jarang bercabang Macaranga 10,07% 0,048% 13,33% 23,448%
hypoleuca
dan akar berbulu halus, daunnya berbentuk
lonjong, berbulu di bagian bawah dan Berdasarkan data Struktur vegetasi
panjang tumbuhan hingga 20-40 cm, tumbuhan bawah table 2. tersebut diperoleh
tanaman ini tumbuh subur dibawah naungan. nilai kerepatan relative, dominansi relative,
Fanili kelima yang ditemukan adalah frekuensi relative, dan indeks nilai penting
Gleicheniaceae dengan jenis Gleichenia pada setiap spesies yang ditemukan. Pada
linearis ditemukan pohon yang rindang spesies perrama adalah Cyathea sp dengan
dengan tempat yang lembab, paku ini nilai kerapatan relative (KR) 21,58%, nilai
merupakan tumbuhan semak yang sering dominansi relative 4,028%, frekuensi relative
mendominasi suatu daerah, Memiliki sebesar 20%, dan nilai indeks penting (INP)
percabangan yang khusus sehingga masing- sebesar 45,608%. Selanjutnya Clidemia hirta
masing cabang akan mempunyai cabang lagi diperoleh nilai KR sebesar 11,51%,
sampai menutupi tanah. kemudian nilai DR sebesar 4,76%, dan nilai
Famili ke enam yang ditemukan adalah FR sebesar 13,33%, sehingga diperoleh INP
Euphorbiaceae dengan jenis Macaranga sebesar 29,6%. Kemudian Piper
hypoleuca.yang ternayata merupakan anakan caducibracteum diperoleh hasil kerepatan
pohon. Yang mana jika tumbuh besar akan relative sebesar 39,56%, nilai dominansi
mencapai tinggi diatas 15 meter dengan relative 0,68%, nilai frekuensi relative
diameter batang 30-40 cm. sebesar 26,6%, sehingga diperoleh INP
66,84% , Piper caducibracteum merupakan menunjukkan peranan jenis tersebut dalam
nilai spesies dengn nilai INP paling tinggi suatu kawasan. Jenis yang mempunyai nilai
sehingga diketahui bahwa spesies ini INP paling besar berarti mempunyai
memiliki adaptasi yang tinggi terhadap pernanan yang paling penting di dalam
lingkungan teruatama faktor abiotic seperti khawasan tersebut, Jenis ini mempunyai
suhu dan kelembapan pada kawasan hutan pengaruh paling dominan terhadap
tersebut. perubahan kondisi lingkungan maupun
Kemudian yang Labisia pumila keberadaan jenis lainnya. Menurut Sofyan
diperoleh nilai keragaman relative sebesar (1991) jenis yang mempunyai indeks nilai
8,63%, nilai dominansi relative sebesar penting tertinggi diangtara jenis lainnya
0,024%, nilai frekuensi relative sebesar disebut jenis yang dominan. Hal ini
13,33%, dan diperoeh INP sebesar 21,984%. mencerminkan tingginya kemampuan jenis
Kemudian Spesies Gleichenia linearis tersebut dalam menyesuaikan diri dengan
dengan nilai kerapatan relative sebesar lingkungan yang ada dan dapat bersaing
8,63%, niali dominansi relative sebesar terhadap jenis lainnya.
0,02%, nilai frekuensi relative sebesar
Tabel 3. Indeks Keanekaragaman Vegetasi
13,33%, dan diperoleh nilai INP sebesar Tumbuhan Bawah
21,98%, kemudian spesies terakhir yang Indeks
Spesies Keterangan
ditemukan adalah Macaranga hypoleuca Keanekaragaman
diperoleh nilai kerapatan relative sebesar Cyathea sp 0,1439 K. Rendah
10,07%, nilai dominansi relative 0,048%, Clidemia hirta 0,1197 K. Rendah
nilai frekuensi relative sebesar 13,33, dan Piper 0,1581 K. Rendah
caducibracteum
nilai INP diperoleh sebesar 23,448%. Labisia pumila 0,1024 K.Rendah
Dari hasil diatas sehingga diperoleh
Gleichenia 0.1024 K.Rendah
tumbuhan bawah dengan nilai indeks linearis
Macaranga 0,1061 K.Rendah
penting paling tinggi yaitu Cyathea sp hypoleuca
45,608%, selanjutnya nilai indeks penting
terendah yaitu 21,98% dengan spesies
Berdasarkan data dalam table 3.
Gleichenia linearis
Diketahui bahwa seluruh spesies dalam hasil
Dalam Abdiyani (2008) mengatakan analisis menggunakan Indeks Shannon-
bahwa Indeks Nilai Penting (INP) Wiener masih tergolong keanekaragaman
yang rendah, sebagaimana dijelaskan dalam Indeks nilai penting (INP) tertinggi yaitu Cyathea
sp 45,608%, selanjutnya nilai indeks penting terendah
Muller-Dombois dan Ellenberg (1974)
yaitu 21,98% dengan spesies Gleichenia linearis.
menyatakan bahwa indeks keanekaragaman
Sedangkan pada Indeks Keanekatagaman pada
Shannon memiliki nilai berkisar 1-3 dimana seluruh vegetasi tumbuhan bawah masing tergolong
jika H’ > 3,0 tergolong keanekaragaman rendah rata-rata dengan nilai H’ > 1.
sangat tinggi, H’ > 1,4-3,0 tergolong Perlu dilakukannya penelitian secara periodic
agar dapat memberikan gambaran sruktur vegetasi
keanekaragaman tinggi, H’ 1,0-1,5 tergolong
khususnya tumbuhan bawah, yang mana hal tersebut
keanekaragaman sedang, H’ < 1 tergolong
diharapkan mampu menjadi informasi agar tumbuhan
keanekaragaman rendah, sehingga dapat bawah yang memiliki manfaat dan nilai ekonomi
disimpulkan bahwa keanekaragaman yang tinggi dapat terjaga dengan baik.
tumbuhan bawah dalam kawasan hutan Aek
Nauli masih tergolong rendah. DAFTAR PUSTAKA
Menurut Indriyanto dalam Annisa dkk
(2016) mengatakan bahwa suatu komunitas Abdiyani, S. 2008. Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat
dikatakan memiliki keanekaragaman spesies di Dataran Tinggi Dieng. Jurnal
yang rendah jika komunitas tersebut disusun Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam. 1 (5): 79-92
oleh sedikit spesies dan jika hanya ada
sedikit saja spesies yang dominan. Annisa, Novianti Samin, Cairul, dan Erizal
Sebaliknya jika suatu komunitas dikatakan Mukhtar. 2016. Analisis Vegetasi
Tumbuhan Pantai Pada Kawasan
memiliki keanekaragaman yang tinggijika Wisata Pasir Jambak Kota Padang.
komunitas tersebut disusun oleh banyak Jurnal Biocelebes. 10 (2): 32-42

spesies.
Arrijani, Dede Setiadi, dkk. 2006. Analisis
4. KESIMPULAN DAN SARAN Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman
Nasional Gunung Gede-Pangrango.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
Jurnal Biodiversitas. 7 (2): 147-153
disimpulkan bahwa vegetasi tumbuhan bawah spesies
yang ditemukan berjumlah 6 spesies yaitu Cyathea sp
sebanyak 17, selanjutnya Clidemia hirta sebanyak 8, Backer. CA. 1973. Weed Flora of Javanese
selanjutnya Piper caducibracteum sebanyak 29 Sugar-Cane Fields. Deventer: Ysel
individu, kemudian Labisia pumila sebanyak 6,
Press.
kemudian Gleichenia linearis sebanyak 6, dan
terakhir Macaranga hypolueca sebanyak 7.
Bakri. 2009. Analisis Vegetasi dan Palajima, W. dkk. 2012. Komunitas Gulma
Pendugaan Cadangan Karbon Pada Pertanaman Pala (Myristica
Tersimpan Pada Pohon di fragrans H) Belum Menghasilkan
HutanTaman Wisata Alam Eden Dan Menghasilkan Di Desa
Desa Sionggang Utara Kecamatan Hutumuri Kota Ambon. 1 (2):134-
Lumban Julu Kabupaten Toba 142
Samosir [Thesis]. Medan:
Universitas Sumatera Utara Pradiastoro, Andita. 2004. Kajian Tempat
Tumbuh Alami Palahlar Gunung
Hilwan, I. Muyana D, Pananjung WD. 2013. (Dipterocarpus retusus) di Kawasan
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Hutan Lindung Gunung Cakrabuana
Bawah Pada Tegakan Sengon Buto Kabupaten Sumedang Jawa Barat
(Entorolobium cyclocarpum Griseb) [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian
Dan Trembesi (Samanea saman Bogor
Merr) di Lahan Pasca Tambang Batu
Bara PT. Kidatin, Embalut, Kutai Sofyan, MZ. 1991. Analisis Vegetasi Pohon
Kertanegara Kalimantan Timur. Di Hutan Saloguma [Skripsi]
Jurnal Silvikultur Trovika. 4 (1): 6- Padang: Fakultas Matematika dan
10 Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Andalas
Joko, Widiyanto. Dkk. 2017. Identifikasi
Keragaman Paku Di Kawasan Yuniawati. 2013. Pengaruh Permanen Kayu
Wisata Mojosemi Forest Park. Terhadap Potensi Karbon Tumbuhan
[Prosiding Seminar Nasional]. Bawah dan Serasah Di Lahan
Madiun Jawa Tengah Gambut (Studi Kasus Di Areal HTI
Kayu PT. RAPP Sektor Pelalawan).
Muller-Dombois dan H Ellenberg. 1974. Propinsi Riau. Hutan Tropis. 1 (2)
Aims and Methods of Vegetation 2334-7771
Ecology. Jhon Wiley and Sons. New
York

Anda mungkin juga menyukai