Anda di halaman 1dari 16

Prinsip Dasar

Ekonomi Islam,
Sistem Ekonomi dan
Keuangan Islam
NURUL WIDIA ASTUTI
01  0310173124

RAMADANI
02  0310173102

Kelompok
SITI FATIMAH
03  0310171030
Delapan UMMA SELMA ZELILA
04  0310172043

WINA ULFA AULIA


05  0310173111
PRINSIP DASAR EKONOMI ISLAM

A. Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Dalam Islam


Prinsip-prinsip dasar Ekonomi Islam yang
merupakan bangunan Ekonomi Islam
didasarkan atas lima nilai universal yakni ;
tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah
(kenabian), khilafah (pemerintah) dan ma’ad
(hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi
untuk menyusun teori-teori Ekonomi Islam
Teori-teori ekonomi islam, yaitu :
Nubuwwah Prinsip Tauhid
   
Karena sifat rahim dan kebijaksanaan Allah SWT,
manusia tidak dibiarkan begitu saja di dunia tanpa Tauhid merupakan pondasi ajaran Islam. Dengan
mendapatkan bimbingan. Karena itu diutuslah para tauhid, manusia menyaksikan bahwa “Tiada
Nabi dan Rasul untuk menyampaikan petunjuk dari sesuatupun yang layak disembah selain Allah dantidak
Allah kepada manusia tentang bagaimana hidup yang t s ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada
t en Allah”, karena Allah adalah pencipta alam semesta
baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk n
kembali (taubat) keasal-muasal segala sesuatu yaitu Co dan isinya dan sekaligus pemiliknya, termasuk
Allah. s pemilik manusia dan seluruh sumber daya yang
nt ada.
n te
Co
‘Adl
Khilafah  Keadilan dalam hukum Islam berarti pula
s
Status khalifah atau pengemban amanat
  nt
n te keseimbangan antara kewajiban yang harus
Allah itu berlaku umum bagi semua Co dipenuhi oleh manusia (mukallaf) dengan
manusia, tidak ada hak istimewa bagi kemampuan manusia untuk menunaikan
individu atau bangsa tertentu sejauh t s
t en kewajiban itu. Di bidang usaha untuk
berkaitan dengan tugas kekhalifahan itu. n meningkatkan ekonomi, keadilan merupakan
Namun tidak berarti bahwa umat manusia Co
“nafas” dalam menciptakanpemerataan dan
selalu atau harus memiliki hak yang sama kesejahteraan, karena itu harta jangan hanya
untuk mendapatkan keuntungan dari alam saja beredar padaorang kaya, tetapi juga pada
semesta itu. mereka yang membutuhkan.
 
TUJUAN EKONOMI ISLAM

Tujuan Ekonomi Islam tidak bisa dilepaskan dari tujuan


penciptaan manusia di muka bumi.Ini karena, kegiatan
berekonomi tidak bisa dipisahkan dari akitivitas manusia di muka
bumi.Inilah mengapa Islam juga mengatur segala sesuatunya
yang berkaitan dengan aktivitas manusia dalam berekonomi.
Manusia diciptakan bukan semata untuk menjadi seorang
pertama yang tidak ikut dalam aktivitas keduniaan, bukan pula
sebagai manusia bumi yang tidak memperdulikan aturan Allah
dalam setiap tindak tanduknya.Namun Allah menciptakan
manusia agar manusia menjadi khalifah (wakil Allah) yang
mempunyai tugas memakmurkan bumi, yaitu menciptakan
kemakmuran dengan segala kreasi menuju kebaikan.
Adapun tujuan dan nilai-nilai Ekonomi Islam yaitu :

Kesejahteraan ekonomi dengan berpegang pada


norma moral
 

Persaudaraan dan Keadilan

Kesetaraan disribusi pendapatan


 

Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan


sosial
 
SISTEM EKONOMI DAN KEUANGAN ISLAM

Sistem Ekonomi Islam

Pengertian sistem Ekonomi Islam adalah suatu sistem


ekonomi dimana dalam pelaksanaannya berlandaskan
syariat Islam dengan berpedoman kepada Al-quran dan Al
Hadis. Dalam sistem Ekonomi Islam mengatur berbagai
kegiatan perekonomian seperti jual-bel, simpan-meminjam,
investasi, dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Pada
pelaksanaan kegiatan Ekonomi Islam, semuanya harus
sesuai dengan syariat Islam dengan menghindari
semuanya yang sifatnya Maisyir, Gharar, Haram, Dzalim,
Ikhtikar dan Riba
Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Islam
1) Adanya pengakuan terhadap hak individu,namun dibatasi agar tidak terjadi monopoli yang merugikan
masyarakat umum.
2) Adanya pengakuan akan hak umat atau umum dimana hak umat lebih diutamakan dibanding hak
lainnya.
3) Adanya keyakinan bahwa manusia hanya memegang amanah Yang Maha Kuasa. Segala kelimpahan
harta yang dimiliki manusia berasal dari Allah Sang Maha Segalanya.
4) Adanya konsep halal dan haram dimana semua produk (barang dan jasa) harus bebas dari unsur
haram yang dilarang dalam Islam.
5) Adanya sistem sedekah,yaitu distribusi kekayaan secara merata dari kaya kepada yang kurang
mampu/
6) Tidak memperboleh adanya bunga atau tambahan dari suatu pinjaman sehingga hutang-piutang
hanya memperbolehkan konsep bagi hasil.
7) Adanya larangan menimbun harta kepada umat Islam. Hal ini dianggap menghambat aliran harta dari
yang kaya kepada yang miskin dan dianggap sebagai kejahatan besar
Sistem Keuangan Islam

Keuangan Islam adalah sebuah sistem yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, serta dari
penafsiran para ulama terhadap sumber-sumber wahyu tersebut. Dalam berbagai bentuknya,
struktur keuangan Islam telah menjadi sebuah peradaban yang tidak berubah selama empat
belas abad. Selama tiga dasawarsa terakhir, struktur keuangan Islam telah tampil sebagai salah
satu implementasi modern dari sistem hukum Islam yang paling penting dan berhasil, dan
sebagai ujicoba bagi pembaruan dan perkembangan hukum Islam pada masa mendatang.
Ciri-ciri sistem keuangan Islam adalah (Qutb Ibrahim, 2007):
1) Harta publik dalam sistem keuangan Negara Islam adalah harta Allah
2) Rasul adalah orang pertama yang melakukan praktik keuangan Islam
3) Al-Qur’an dan sunah merupakan sumber yang mendasar bagi keuangan Islam
4) Sistem keuangan Islam adalah system keuangan yang universal
5) Keuangan khusus dalam Islam menopang sistem keuagan Negara Islam
6) Sistem keuangan Islam mengambil prinsip alokasi terhadap layanan sebagai sumber sumber
pendapatan Negara
7) Sistem keuangan Islam ditandai dengan transparansi
8) Sistem keuangan Negara Islam merupakan gerakan kebaikan
9) Sistem keuangan Islam adalah modal toleransi umat Islam
LARANGAN DALAM EKONOMI ISLAM

• Haram Zatnya (Objek Transaksinya)


Suatu transaksi dilarang karena objek (barang dan/
atau jasa) yang ditransaksikan merupakan objek yang
dilarang (haram) dalam hukum agama Islam. Seperti
memperjualbelikan alkohol, bangkai, babi, narkoba,
organ manusia, dll.
• Haram selain Zatnya (Cara
Bertransaksinya)
Suatu transaksi dilarang karena ada masalah pada
proses/cara transaksinya yang tidak dibenarkan dalam
hukum Islam. Berikut bentuk-bentuk transaksi tersebut
serta penjelasannya yaitu :
Riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan), juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan
menurut istilah, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa
pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa
riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjammeminjam secara batil
atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.

Maysir atau Qimār


Pelarangan maysir atau qimār oleh Allah SWT, dikarenakan efek negatifmaysir atau qimār. Ketika melakukan
perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung maupun rugi secara abnormal. Suatu saat ketika
seseorang beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih besar ketimbang usaha yang dilakukannya.
Sedangkan ketika tidak beruntung seseorang dapat mengalami kerugian yang sangat besar. Perjudian tidak
sesuai dengan prinsip keadilan dan keseimbangan sehingga diharamkan. Selain itu judi menyebabkan candu
dan membuat malas untuk bekerja
Garar
Garar adalah sesuatu yang tidak jelas dan tidak dapat dijamin atau dipastikan kewujudannya secara
matematis dan rasional baik itu menyangkut barang, harga ataupun waktu pembayaran uang atau
penyerahan barang

Bay’u Najasy
Bay’u najasy gambarannya yakni jika sekelompok orang bersepakat dan bertindak sebagai pembeli
berpura-pura menawar barang dipasar dengan tujuan untuk menjebak orang lain agar ikut dalam proses
tawar menawar tersebut.Sehingga permintaan palsu tersebut menaikkan harga jual produk dan orang
ketiga akhirnya terpancing ikut membeli barang.

Ikhtikar
Iḥtikar adalah menumpuk barang ataupun jasa yang diperlukan masyarakat dan kemudian si pelaku
mengeluarkannya sedikit-sedikit dengan harga jual yang lebih mahal dari harga biasanya dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan lebih cepat dan banyak. Sehingga memaksa para konsumen yang
membutuhkan barang tersebut untuk membeli dengan harga yang jauh lebih mahal akibat kelangkaan
tersebut.
Talaqqi al-Jalab atau Talaqqi Rukbān
Yang dimaksud dengan al-Jalab adalah barang yang diimpor dari tempat lain. Sedangkan rukbān yang dimaksud
adalah pedagang dengan menaiki tunggangan. Adapun yang dimaksud talaqqi al-jalab atau talaqqi rukbān adalah
sebagian pedagang menyongsong kedatangan barang dari tempat lain dari orang yang ingin berjualan di
negerinya, lalu ia menawarkan harga yang lebih rendah atau jauh dari harga di pasar sehingga barang para
pedagang luar itu dibeli sebelum masuk ke pasar dan sebelum mereka mengetahui harga sebenarnya

Risywah (Suap)
Risywah menurut bahasa adalah pemberian yang diberikan kepada seseorang agar mendapatkan kepentingan
tertentu.Sedangkan menurut istilah risywah berarti pemberian yang bertujuan membatalkan yang benar atau
untuk menguatkan dan memenangkan yang salah. Dari definisi di atas ada dua sisi yang saling terkait dalam
masalah risywah; al-rāsyi (penyuap) dan al-murtasyi (penerima suap), yang dua-duanya sama-samadiharamkan
dalam Islam menurut kesepakatan para ulama, bahkan perbuatan tersebut dikategorikan dalam kelompok dosa
besar.
SUMBER HUKUM DALAM EKONOMI ISLAM
 
Adapun sumber-sumber hukum dalam Ekonomi Islam yaitu :
1. Al-Qur’an, adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum Ekonomi Islam yang Allah SWT
turunkan kepada Rasul SAW guna memperbaiki, meluruskan dan membimbing Umat manusia kepada jalan
yang benar.
2. Sunnah Rasulullah atau Al-Sunnah, setelah Alquran, sumber hukum Ekonomi adalah Hadist dan Sunnah.
Yang mana para pelaku ekonomi akan mengikuti sumber hukum ini apabila didalam Alquran tidak terperinci
secara lengkap tentang hukum Ekonomi tersebut

Adapun dalildalam hukum Ekonomi Islam yaitu :


1. Ijma’, adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan konsensus baik dari masyarakat maupun
cara cendekiawan Agama, yang tidak terlepas dari Alquran dan Hadist.
2. Qiyas, merupakan usaha meneruskan setiap usaha untuk menemukan sedikit banyaknya kemungkinan
suatu persoalan syariat.
3. Istihsan, Istislah dan Istishab adalah bagian dari pada sumber hukum yang lainnya dan telah diterima oleh
sebahagian kecil oleh keempat mazhab, dll

 
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai