Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP KEPEMIMPINAN GURU

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Kepemimpinan Pendidikan


yang diampu oleh Bapak Agus Suyanto, M. Pd.I

Disusun oleh :

Anni Hafizah Hasibuan (0310171015)


Friska Wardahni (0310173108)
Kiki Widya Afrina (0310172074)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUMATERA UTARA MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
sebagai tugas mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan. Makalah ini berjudul “Konsep
Kepemimpinan Guru”.

Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan penulis, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih
baik lagi dari sebelumnya. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Bapak Agus
Suyanto, M. Pd.I sebagai dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan dan
juga kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa memberikan sumbangan pemikiran sekaligus pengetahuan bagi
para pembaca.

Medan, November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Efektivitas ................................................................................ 3

B. Tugas Guru Sebagai Pemimpin .................................................................. 4

C. Kepemimpinan Guru Dalam Pembelajaran ............................................... 5

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 25

B. Saran......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 26


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalau kita berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, pada umumnya


akan tertuju pada peran dan tugas seorang kepala sekolah. Pemahaman dan
persepsi seperti ini bisa dimaklumi karena hampir sebagian besar penelitian dan
literatur yang membahas tentang kepemimpinan pendidikan lebih cenderung
membicarakan tentang kepemimpinan kepala sekolah. Sementara penelitian dan
literatur yang mengkaji secara spesifik tentang kepemimpinan guru tampaknya
masih relatif terbatas. Lantas, apa Kepemimpinan Guru (Teacher Leadership) itu?
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya (Sudarwan Danim, 2011: 5). Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa peranan guru sangat penting dalam dunia
pendidikan karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik,
guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter
yang baik bagi anak didiknya.
Dari beberapa penjelasan di atas, bahwa guru adalah sebagai agen
pembaharuan dimana guru dapat menjadi panutan bagi peserta didik dan
lingkungan sekitarnya dimanapun berada, guru juga dapat mengajarkan banyak
hal kepada peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu sehingga berguna bagi
bangsa dan negara.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan efektivitas?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan?
3. Apa saja tugas guru sebagai pemimpin ?
4. Bagaimana konsep kepemimpinan guru dalam pembelajaran ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan.
3. Untuk mengatahui tugas guru sebagai pemimpin.
4. Untuk mengatahui konsep kepemimpinan guru dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Efektivitas Kepemimpinan
1. Pengertian Efektivitas
Berdasarkan Ensiklopedi Umum Administrasi, efektivitas berasal dari kata
kerja efektif, berarti terjadinya suatu akibat atau efek yang dikehendaki dalam
perbuatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa efektif
berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab,
dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil
mendapatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional.1
Kata efektivitas sering diikuti dengan kata efisiensi, dimana kedua kata
tersebut sangat berhubungan dengan produktivitas dari suatu tindakan atau hasil
yang diinginkan. Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil kerja berupa
barang atau jasa dengan sumber-sumber bahan/tenaga yang terpakai dalam peoses
produksi itu. Kata produktif pada umumnya diartikan sebagai kemampuan pada
seseorang atau alat untuk menghasilkan sesuatu hasil kerja yang lebih banyak dari
pada ukuran biasa yang telah umum, misalnya pengarang yang produktif.
Suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu
yang efisien belum tentu efektif. Dengan demikian istilah efektif adalah
melakukan pekerjaan yang benar dan sesuai serta dengan cara yang tepat untuk
mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan efisien adalah hasil
dari usaha yang telah dicapai lebih besar dari usaha yang dilakukan.
Dari pengertian diatas, efektivitas dapat dikatakan sebagai keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi dari 2 (dua) sudut pandang. Sudut pandang pertama,
dari segi hasil maka tujuan atau akibat yang dikehendaki telah tercapai. Kedua
dari segi usaha yang telah ditempuh atau dilaksanakan telah tercapai, sesuai
dengan yang ditentukan. Dengan demikian pengertian efektivitas dapat dikatakan
sebagai taraf tercapainya suatu tujuan tertentu, baik ditinjau dari segi hasil,
maupun segi usaha yang diukur dengan mutu, jumlah serta ketepatan waktu sesuai

1 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Halaman 82.
dengan prosedur dan ukuran–ukuran tertentu sebagaimana yang telah digariskan
dalam peraturan yang telah ditetapkan.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam


Kepemimpinan
Menurut H. Jodeph Reitz faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
pemimpin dalam kepemimpinan meliputi:
a. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pimpinan, hal ini mencakup
nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan
akan gaya. Sebagai contoh, jika ia pernah sukses dengan cara menghargai
bawahan dalam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya
kepemimpina yang berorientasi kepada bawahan/orang.
b. Pengharapan dan perilaku atasan, sebagai contoh atasan yang secara jelas
memakai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung manajer menggunakan
gaya itu.
c. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya
kepemimpinan manajer. Sebagai contoh, karyawan yang mempunyai
kemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang
direktif dari pimpinan.
d. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga mempengaruhi gaya pemimpin,
sebagai contoh bawahan yang bekerja pada bagian pengolahan data (litbang)
menyukai pengarahan yang lebih berorientasi pada tugas.
e. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
Sebagai contoh kebijakan dalam pemberian penghargaan, imbalan, dengan
skala gaji yang ditunjang dengan insentif lain (dana pensiun, bonus, cuti) akan
mempengaruhi motivasi kerja bawahan.
f. Harapan dan perilaku rekan, sebagai contoh manajer membentuk persahabatan
dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada yang merusak
reputasi, tidak mau kooperatif, berlomba memperebutkan sumber daya,
sehingga mempengaruhi perilaku rekannya.2

2 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 98-100
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan
pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat
menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan
akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi
yang baik antara atasan dan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang
yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi untuk berprestasi, kedewasaan dan
keleluasaan dalam hubungan sosial dengan sikap hubungan manusiawi.

B. Tugas Guru Sebagai Pemimpin

Pemimpin adalah orang yang dapat menyelesaikan sesuatu melalui


aktivitas orang-orang. Pemimpin dapat mendorong orang bekerja karena
dorongan dari dalam dirinya. Guru sebaiknya memiliki kecakapan memimpin,
artinya dapat mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, memotivatasi siswa
agar dapat belajar dengan target prestasi tertinggi. Siswa belajar tanpa merasa
diperintah. Mengajar merupakan serangkaian proses pendidikan untuk membantu
siswa lebih memahami dan menguasai sesuatu. Guru mendorong siswa terus
belajar bagaimana seharusnya belajar yang efektif. Guru meningkatkan
kewirausahaan belajar siswa.
Guru dalam kelas berperan sebagai pemimpin. Tugasnya adalah
mempengaruhi siswa melalui pengembangan organization of learning atau
pengorganisasian pembelajaran. Sukses pembelajaran bergantung pada
kemampuan guru memimpin dan mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas
sehingga dapat mewujudkan produk belajar sesuai dengan tujuan.
Sebagai pemimpin pendidikan, seorang guru harus menjadi pemimpin
yang disukai, dipercaya, mampu membimbing, berkepribadian, serta abadi
sepanjang masa sehingga dapat menyiapkan peserta didik untuk tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai
kemungkinan dan tantangan. Guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan, harus
menjadi guru yang kompeten karena keterlibatan guru dalam pembelajaran
memberi pengaruh yang besar terhadap proses dan prestasi belajar peserta didik.
guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didik terutama peserta didik
pendidikan dasar. Guru sebaiknya harus mempunyai sifat terbuka, melihat tren
perkembangan jaman, mau berubah, dan berpikir alternatif agar pembelajaran
mampu melahirkan lulusan yang berkepribadian. Seorang guru harus memiliki
kepribadian yang kuat dan terpuji. guru harus mempunyai keyakinan pada
kemampuan peserta didik untuk membuat semua peserta didik berhasil dan
belajar tanpa peduli latar belakang atau kondisi rumah dan sekolah peserta didik.
Sebagai pemimpin pendidikan, seorang guru tugasnya tidak hanya
menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan
layanan dan kemudahan belajar kepada peserta didik. Seorang guru harus menjadi
guru yang kompeten yaitu guru yang mempunyai kemampuan mengerjakan
semua tugas yang terdapat dalam pengajaran yang efektif (Burden & Byrd, 2003;
kennedy, 2006 dalam slavin, 2011).
Guru yang kompeten adalah guru yang bisa menjadi pemimpin yang
disukai, dipercaya, mampu membimbing, berkepribadian, serta abadi sepanjang
masa artinya peserta didik dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan,
semangat, dan berani mengemukakan pendapat sehingga peserta didik tumbuh
dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai
kemungkinan dan tantangan. Schunk (2012:364) menyatakan jika guru
memperlakukan peserta didik dengan ramah, maka ia akan cenderung menerima
sambutan yang ramah pula.
UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa profesi
guru merupakan profesi yang harus dihargai secara profesional. Guru yang
profesional adalah guru yang melakukan pemikiran yang serius, reflektif tentang
bagaimana mengajar dengan lebih efektif (Parkay, 2008:575). Gerstmer (1995
dalam Suyanto dan Jihad 2013:186) menyatakan bahwa di masa mendatang peran
guru akan mengalami perluasan, yaitu guru sebagai pelatih (Coach), konselor,
manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang
(penulis). Sebagian besar guru SD menaruh harapan-harapan yang positif bagi
peserta didik, mengusahakan banyak keberhasilan, dan sering menggunakan
pujian (Brophy & Good, 1974: 364).
Guru sebagai pemimpin pendidikan harus memiliki pemahaman
mendalam tentang materi yang mereka ajarkanan bagaimana menjadikan materi
itu dapat dipahami siswa. Guru harus memahami dan mengintegrasikan
perencanaan, praktik mengajar, dan asesmen untuk mendorong pembelajaran bagi
semua siswa. Guru harus secara rutin memeriksa karya mereka sendiri lewat
perenungan pribadi dan kerja sama dengan kolega.
Salah satu bagian penting dari pekerjaan guru adalah menentukan
kecenderungan–kecenderungan nilai peserta didik, terutama jika nilai-nilai
tersebut mencerminkan stereotype-stereotipe atau perbedaan-perbedaan kultural
(Schunk, 2012:201) artinya seorang guru memiliki tanggung jawab untuk
meningkatkan nilai-nilai terhadap prestasi dalam diri seluruh siswa; menunjukkan
pada mereka bahwa prestasi mereka dapat memberikan hasil-hasil yang positif;
dan membangun efikasi diri siswa untuk keberhasilan di sekolah dengan
mendorong peserta didik untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan
memberikan umpan balik yang menginformasikan kemajuan mereka.3
Mengajar memerlukan dukungan suasana yang kondusif dan proses yang
baik untuk mengembangkan pengalaman siswa sehingga menjadi pengalaman
yang produktif dalam interaksi sosial yang efektif. Guru dalam proses ini
berfungsi sebagai pemimpin. Suasana belajar memberikan ruang yang luas untuk
berkreasi karena hati dan pikiran siswa yang terbuka. Pembelajaran yang efektif
memerlukan dukungan yang baik dari berbagai komponen, di antaranya :
1. Kesiapan psikologis siswa atau grup untuk belajar pembelajar
2. Suasana lingkungan yang mendukung siswa beraktivitas.
3. Fasilitas, tempat dan waktu pertemuan yang jelas, buku dan bahan materi lain
untuk pembelajaran
4. Prosedur yang rapi dan dipahami bersama (rutin dan terjadwal, atau
bervariasi) yang menunjang kegiatan presentasi, diskusi dan evaluasi.
5. Pentahapan yang jelas sehingga guru dan juga siswa mengetahui bagaimana
pembelajaran akan berlangsung dan apa target yang mereka hendak capai.

3 Mulyasa. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Rosda


6. Seluruh bagian sumber daya diintegrasikan untuk mendukung pencapaian
yang optimal, pemeran pengatur di sini adalah guru.
Mengajar adalah mengorganisasikan orang-orang agar mengerahkan
pikiran, perhatian, dan usaha sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
Mengajar adalah kegiatan pengorganisasian. Hal tersebut menegaskan pentingnya
peran seorang guru yang tidak dapat digantikan dalam fungsi organisator. Tugas
seorang organisator adalah menggerakan kelompok dan individu berperan efektif
mengembangkan potensi dirinya dalam mencapai tujuan bersama.
Pemimpin yang efektif menyebabkan orang-orang mengembangkan potensi
individunya dalam kerja sama kelompok. Dalam hal ini peranan utama guru
sebagai organisator pembelajaran memiliki karakter sebagai berikut :
1. Organisator yang baik bukanlah seorang otokrat. Guru tidak membuat semua
keputusan atau mencoba mengarahkan setiap siswa secara detail mengenai
apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukan dan kapan melakukan
sesuatu. Jangan mengajari siswa memotong kayu, namun mintalah kepada
mereka membuat kapal layar yang dapat berlayar di tengah samudra.
2. Organisator yang baik menunjukkan kematangan kepemimpinan (leadership)
yang positif agar dapat berfungsi secara efektif dalam menjelaskan tujuan dan
menggerakan siswa mencapai hasil yang telah ditargetkan.
3. Pemimpin yang efektif memahami masalah atau kesulitan siswa dalam belajar
sehingga dapat menentukan formula pemecahan masalah sesuai dengan
kebutuhan siswa belajar.
4. Organisator yang baik membantu kelompok dan individu untuk menemukan,
memformulasikan, dan menjelaskan tujuan yang ingin mereka raih. Guru
tidak melulu memberitahukan siswa bahwa mereka harus belajar dan
melakukan ini itu.
5. Organisator yang baik mendelegasikan dan mendistribusikan tanggung
jawab seluas mungkin. Guru mencoba mengajarkan bagaimana siswa
mengatur diri pada urusan mereka secara kolaboratif. Mengembangkan
kolaborasi tim membutuhkan berpengalaman sebagai organisator yang juga
berfungsi sebagai pemimpin dan pengarah. Selagi kelas belajar bagaimana
bekerja secara tim, dan masing-masing individu belajar mengendalikan
pelajaran mereka, maka fungsi organisator berangsur-angsur lebih ke arah
pendamping.
6. Organisator yang baik mendorong dan menghargai inisiatif.
Membiarkan inisiatif berkembang bebas sepanjang tidak menlenceng dari
jalur untuk mencapai tujuan. Inisiatif harus terkait dalam ruang lingkup
pencapaian tujuan bersama kelas.
7. Organisator yang baik lebih mengedepankan membangun kekuatan daripada
mengidentifikasi kelemahan yang ada. Guru sebaiknya berasumsi dan
berprinsip bahwa setiap siswa mampu memberikan prestasi dan kontribusi,
walaupun prestasi tersebut sangat rendah. Oleh karena itu, pemimpin wajib
menghargai kecepatan dan perubahan serendah apa pun.
8. Organisator yang baik mendorong kritik diri dan evaluasi diri di dalam grup.
Sebagai seorang pemimpin, pengarah, dan pendamping, organisator harus
dapat mengungkapkan gambaran pencapaian yang telah diraih dan di bagian
apa mereka telah gagal. Namun demikian, organisator juga harus
mengembangkan kemampuan bagi setiap anggota grup agar mereka dapat
melihat dan menilai sendiri prestasi dan kegagalan yang telah mereka lalui.
9. Organisator yang baik memelihara kontrol, karena tanpa kontrol dan seorang
pengontrol, dan bekerja keras secara berkelanjutan untuk mengembangkan
sistem kontrol diri sendiri demi mencapai tujuan bersama.
10. Oganisator membangun tanggung jawab sehingga tiap orang berinisiatif untuk
menjaga mutu melalui optimalisasi usaha dalam memenuhi kewajibannya.4
11. Organisator mendelegasikan kewenangan kepada siswanya, memberikan
ruang kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya melalui pengembangan
inisiatif masing-masing individu sepanjang dapat menghasilkan produk yang
terbaik.
12. Organisator yang baik memantau perkembangan proses dan progres
belajar sehingga berdasarkan itu guru melalukan perbaikan pelayanan belajar
secara bekelanjutan.

4 Eggen, Paul & Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran (edisi ke enam). Jakarta: Indeks
C. Konsep Kepemimpinan Guru dalam Pembelajaran
Kepemimpinan merupakan suatu proses yang dapat mempengaruhi kegiatan-
kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian
tujuan. Kepemimpinan adalah individu dalam suatu kelompok yang memberikan
tugas pengarahan pengorganisasian yang relavan dengan kegiatan-kegiatan
kelompok. Kepemimpinan dalam pendidikan dapat diartikan sebagai usaha
Kepala Sekolah dalam memimpin, mempengaruhi dan memberikan bimbingan
kepada para personil pendidikan sebagai bawahan agar tujuan pendidikan pengajaran
dapat tercapai melalui serangkaian kegiatan yang telah direncanakan.5 Jadi,
kepemimpinan pendidikan merupakan suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integrasi
di dalam situasi pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan
untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai
secara efektif dan efisien.
Untuk mencapai sekolah yang efektif, guru-guru yang mengajar disekolah
tersebut harus memiliki kompetensi serta komitmen yang tinggi, bukan hanya sebagai
pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Guru memiliki peran penting dalam
mencerdaskan anak bangsa. Untuk mengetahui semua harapan itu, maka sekolah
harus melakukan kegiatan evaluasi secara berkala, jujur dan objektif. Jika hal
demikian dapat dilaksanakan dalam sekolah maka sekolah tersebut akan mendapatkan
dari orang tua dan masyarakat. Dengan kepercayaan itulah sekolah akun dapat
dibangun menjadi intitusi yang kuat dan martabat.
Pada sekolah efektif seluruh siswa tidak hanya yang memiliki kemampuan
tinggi dalam belajar tetapi juga harus memiliki kemampuan intelektualitas yang dapat
mengembangkan dirinya sejauh mungkin jika dibandingkan dengan kondisi awal
ketika mereka baru memasuki sekolah. Harapan ini sedikit berbeda dengan kenyataan
yang memfokuskan efektifitas sekolah pada penguasaan kemampuan intelektual yang
tercermin dari hasil Nilai Ujian Akhir yang hanya menilai aspek intelektualitas tanpa
dapat mengukur hasil belajar siswa dalam kepribadian secara utuh. Sekolah yang

5 Abdul, Wahab Aziz. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Alfabeta:Bandung.
efektif pastinya akan menjadi sekolahan yang diserbu oleh banyak calon siswa setiap
awal tahun pelajaran dimulai. Peserta didik yang efektif sengat ditentukan oleh rumah
dan sekolah yaitu rumah yang efektif dan sekolah yang efektif.6
Guru profesional menurut suhertian, memiliki ciri-ciri antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar
b. Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian
terhadap tugasnya, dan
c. Memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier serta
menjunjung tinggi kode etik jabatan guru.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi Siswa dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di dalam proses pembelajaran terdapat
usaha guru membantu siswa memperoleh ilmu dan pengetahuan, menguasi kemahiran
dan tabiat, serta membentuk sikap dan karakter siswa. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Dilihat dari
deskripsi pembelajaran di atas, tampak bahwa peran guru sangatlah penting.7
Secara spesifik, dalam undang-undangan no.14 tentang guru dan dosen
menjelaskan bahwa tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini, jalur pendidikan formal, pendidilkan dasar dan pendidikan menengah.
Berdasarkan peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru,
dinyatakan bahwa untuk menjalankan Tugasnya, Kompetensi yang harus dimiliki
oleh Guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
Dalam menjalankan tugasnya tersebut, dengan segenap kompetensi yang
dimilikinya, guru merupakan profesi yang menuntut penerapan konsep
kepemimpinan yang unik. Keunikan tersebut dibentuk karena bawahan (menurut
istilah Hersey dan Blanchard) adalah siswa, sekelompok manusia yang memiliki

6 Suparlan. 2008. Membangun Sekolah Efektif. Hikayat Publishing: Yogyakarta


7 Soemanto, Wasty dkk. 1960. Kepemimpinan Dalam Pendidikan. PT Usaha Nasional : Surabaya.
karakteristik tertentu. Selain itu, unsur situasi yang melingkupinya juga unik. Yaitu
sekolah. Sekolah merupakan satuan organisasi unik. Organisasi ini tidaklah berdiri
sendiri, tetapi merupakan satuan organisasi yang lebih luas (Depdiknas), dan hidup
dalam komteks lingkungan sosial budaya dimana sekolah itu berada. Jika sekolah
tersebut dibangun oleh organisasi masyarakat, tentu ada visi dan misi tertentu yang
juga mempengaruhi organisasinya.8
Pada tahap ini di samping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetauan
tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar,
pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik
belajar, misalnya : prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran,
penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa. Setelah
melaksanakan proses pembelajaran, tahap terakhir pembelajaran adalah
melaksanakan evaluasi. Yang dikerjakan guru dalam tahapan ini adalah memilih dan
membuat soal sesuai dengan SKL dengan memperhatikan tingkat kesukaran dan
tingkat pembeda, selanjutnya memeriksa jawaban, mengklarifikasi hasil-hasil
penilaian, menafsirkan dan menyusun program tindak lanjut hasil penilaian.
Dalam menjalankan semua tahapan pembelajaran tersebut, ada proses
pengambilan keputusan yang harus dilakukan guu. Ketika mengambil pengambilan
keputusan yang harus dilakukan guru. Ketika mengambil keputusan inilah guru
berperan sebagai seorang pemimpin yang dituntut mampu membawa para siswanya
mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang telah direncakan.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, tahapan yang dilakukan guru adalah :
a. Membuka pelajaran
b. Menyajikan Materi
c. Menggunakan media dan metode
d. Memotivasi siswa
e. Berinteraksi dengan siswa secara komunikatif
f. Menyimpulkan pelajaran
g. Melaksanakan penilaian, dan tindakan lanjut

8 Mulyono. 2009. Education Leadership. UIN Press: Malang.


Faktor-faktor yang mempengatuhi kepemimpinan menjadi dua faktor besar
yaitu faktot internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah fakor-faktor yang
muncul dari diri pemimpin, sedangkan faktor ekskternal adalah faktor-faktor yang
terkait dengan karakteristik bawahan dan situasi. termasuk didalamnya situasi
organisasi dan sosial. Faktor internal, sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu
memiliki karakter unik yang membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu
akan berpengaruh pada pandangan dan cara ia memimpin sebagai individu, ada
kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan. Faktor
Eksternal.
Faktor eksternal jika dikaitkan dengan formula Hersey dan Blachar, adalah
faktor yang disebabkan oleh karakter bawahan, di dalamnya terkait dengan status
sosial, Pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dll. Faktor-faktor itu tentu
akan menentukan bagaimana pemimpin mengatur dan mempengaruhinya. Jika
bawahan itu adalah siswa, maka pemimpin akan menjalankan pola kepemimpinan
sesuai dengan karakter siswa. Karakter siswa pun akan berbeda-beda, ada belum
dewasa sehingga pemimpin mendekatinya dengan pendekatan pedagogi, ada pula
siswa sudah dewasa sehingga memerlukan pendekatan andragogi. Kepemimpinan
kepala sekolah harus dapat menggerakkan dan memotivasi kepada :
a. Guru, untuk menyusun program, menyajikan program dengan baik, melaksanakan
evaluasi, melakukan analisis hasil belajar dan melaksanakan perbaikan dan
pengayaan secara tertib dan bertanggung jawab.
b. Karyawan, untuk mengerjakan tugas administrasi dengan baik, melaksanakan
kebersihan lingkungan secara rutin, melaksanakan tugas pemeliharaan gedung
dan perawatan barang-barang inventaris dengan baik dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab.
c. Siswa, untuk rajin belajar secara tertib, terarah dan teratur dengan penuh
kesadaran yang berorientsi masa depan dan
d. Orang tua dan masyarakat, agar mampu untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kemitraan yang lebih baik agar partsipasi mereka terhadap usaha
pengembangan sekolah makin meningkat dan dirasakan sebagai suatu kewajiban,
bukan sesuatu yang membebani.9

9 Soemanto, Wasty dkk. 1960. Kepemimpinan Dalam Pendidikan. PT Usaha Nasional : Surabaya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Efektivitas dapat dikatakan sebagai taraf tercapainya suatu tujuan tertentu,
baik ditinjau dari segi hasil, maupun segi usaha yang diukur dengan mutu, jumlah
serta ketepatan waktu sesuai dengan prosedur dan ukuran–ukuran tertentu
sebagaimana yang telah digariskan dalam peraturan yang telah ditetapkan.
Guru dalam kelas berperan sebagai pemimpin. Tugasnya adalah
mempengaruhi siswa melalui pengembangan organization of learning atau
pengorganisasian pembelajaran. Sukses pembelajaran bergantung pada
kemampuan guru memimpin dan mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas
sehingga dapat mewujudkan produk belajar sesuai dengan tujuan.

B. Saran
Terkait dengan penjelasan diatas, guru harus mempunyai jiwa
kepemimpinan, harus menjadi guru yang kompeten karena keterlibatan guru
dalam pembelajaran memberi pengaruh yang besar terhadap proses dan prestasi
belajar peserta didik.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Wahab Aziz. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan


Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
Brophy, J., & Good, T. (1974). Teacher-student relationships: Causes and consequences.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Eggen, Paul & Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran (Edisi ke enam).
Jakarta: Indeks.
Mulyasa, E. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mulyasa. E. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyono. 2009. Education Leadership. UIN Press: Malang.
Nanang Fattah. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek (Jilid 2). Jakarta: Indeks
Schunk, Daleh. 2012. Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Soemanto, Wasty dkk. 1960. Kepemimpinan Dalam Pendidikan. PT Usaha Nasional :
Surabaya.
Suparlan. 2008. Membangun Sekolah Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing
Suyanto & Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Surabaya: Erlangga
Parkay, Forrest W. 2008. Menjadi Seorang Guru. Jakarta: Indeks
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai