Anda di halaman 1dari 13

KEHIDUPAN SATWA LIAR

(Praktikum Manajemen Hidupan Liar)





Oleh

MUHAMMAD ROHIYAN
























FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012





I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang


Semua binatang yang hidup di darat dan di air yang masih mempunyai sifat liar,
baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. Pengelolaan satwa
liar adalah ilmu dan seni dalam mengendalikan karakteristik habitat dan populasi
satwa liar serta aktivitas manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Secara umum tujuan pengelolaan satwa liar adalah:
Mempertahankan keanekaragaman spesies.
Memanfaatkan jenis satwa liar tertentu secara berkelanjutan. Untuk dapat
melakukan pengelolaan satwa liar diperlukan pengetahuan mengenai biologi,
ekologi dan perilaku satwa liar. Satwa liar di alam berinteraksi dengan lingkungan
atau habitatnya, baik komponen biotik maupun abiotik. Interaksi antara satwa liar
dengan lingkungannya dinamakan ekologi satwa liar yang merupakan dasar bagi
pengelolaanya. Kondisi lingkungan yang sehat akan mendukung pertumbuhan
populasi satwa liar hingga mencapai batas maksimum kemampuannya. Populasi
satwa liar di alam dapat naik turun, atau stabil. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhinya adalah kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas), imigrasi dan
emigrasi. Selain itu dipengaruhi juga oleh faktor-faktor ekologis habitatnya, yaitu:
ketersediaan pakan, air, tempat berlindung, perubahan vegetasi, iklim,
pemangsaan, penyakit, bencana alam, dan aktivitas manusia (vandalisme). Selain
itu pola kehidupan sosial manusia memiliki pengaruh yang sangat kuat pada
pengelolaan satwaliar secara berkelanjutan, terutama yang berkaitan dengan
permintaan akan produk satwaliar, dan efek dari permintaan pada pemanenan
satwaliar tersebut. Kepadatan populasi manusia akan mempengaruhi keberadaan
satwaliar yang berhubungan dengan dampak tingkat permintaan dan tingkat
pemanenan; dimana semakin banyak jumlah manusia maka perhatian terhadap
pengelolaan satwaliar secara berkelanjutan semakin kecil.


B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis satwa liar yang ada dilokasi
praktikum yaitu FMIPA.






























II. METODE PRAKTIKUM




A. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 20 Oktober 2012 jam 08.00-
10.00 WIB bertempat di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Tally sheet, alat
tulis,kamera, satwa liar yang ada dilingkungan FMIPA dan komputer.

C. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :
1. Menuju lokasi praktikum yang telah ditentukan
2. Mengamati jenis satwa liar yang ada disekiling lokasi praktikum yaitu FMIPA
3. Mencatat jenis satwa liar pada tally sheet atau tabel pengamatan yang ada
dilokasi praktikum, dan
4. Menggambar sketsa lokasi praktikum yakni dimana ditemukannya satwa liar.








III. HASIL DAN PEMBAHASAN





A. Hasil Pengamatan


Tabel pengamatan jenis satwa liar yang ditemukan di FMIPA adalah:

No Jenis satwa Jumlah individu Keterangan
1 Burung perkutut (Geopelia striata) 3 Audio Visual
2 Burung seriti(Hirundo rustica) 5 Audio visual
3 Burung gereja(Passer ammodendri) 2 Visual
4 Jangkrik(Grillus sp) 2 Visual
5 Belalang(Tenodora sp) 1 Visual
6 Tupai (spermophilus tridecemlineatus) 3 Visual
7 Burung X 2 Visual
8 Laba-laba(Arachnida sp) 1 Visual
Total 19



B. Pembahasan



Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan /atau di air an/ atau
diudara yang masih memiliki sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun
dipelihara oleh manusia. Praktikum yang kami lakukan di Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, kami menemukan 8 jenis satwa liar meliputi burung
perkutut (Geopelia striata), Burung seriti (Hirundo rustica), Burung gereja (Passer
ammodendri), Jangkrik (Grillus sp), Belalang(Tenodora sp), Tupai (spermophilus
tridecemlineatus), Burung X, dan Laba-laba(Arachnida sp). Dari pengamatan yang
kami lakukan hal ini menunjukkan adanya keanekaragaman satwa liar, jika berbicara
tentang manajemen tentu perlu dilakukan adanya pengelolaan terhadap sawa liar
tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat mempertahankan keanekaragaman spesies dan
memanfaatkan jenis satwa liar tertentu secara berkelanjutan.


Gambar : Diagram jenis satwa liar yang ditemukan di FMIPA
Namun untuk pemanfaatan jenis satwa liar tersebut perlu didukung berupa, adanya
habitat, pakan,ruang atau tempat dan iklim mikro yang sesuai. Di lokasi praktikum
kami melihat adanya potensi untuk dikembangkannya pemanfaatan satwa liar,
terutama untuk penelitian, tujuan pendidikan dan tujuan lainnya. Hal ini bisa dilihat
dari jenis satwa liar yang ada. Seperti yang kami temukan antara lain Burung
perkutut yang Mencari makan di atas permukaan tanah di FMIPA. Burung perkutut
memakan biji-bijian, makanan berupa biji-bijian ini tentunya dapat ditemukan
disekitar FMIPA. Perkutut juga memanfaatkan pepohonan sebagai tempat bersarang.
Tetapi di lokasi pengamatan, kami tidak melihat adanya sarang burung perkutut. Ini
jenis satwa liar yang ada di
FMIPA
BURUNG SERITI
BURUNG GEREJA
BURUNG PERKUTUT
BELALANG
JANGKRIK
TUPAI
LABA-LABA
biasanya menunjukkan perkutut yang ada bukan berasal dari FMIPA, melainkan dari
daerah lain yang tujuannya hanya untuk mencari makan. Selain itu, memang
biasanya kita sering melihat burung perkutut duduk berpasangan di jalan yang
terbuka. Bila terganggu, terbang rendah di atas tanah dengan kepakan sayap pelan
yang khas. Selanjutnya kami melihat Burung gereja yang terdapat diatap gedung
FMIPA sedang mencari makan, burung ini mencapai tingkat kematangan untuk
berkembang biak satu tahun dihitung dari saat dia menetas.

Burung gereja pejantan akan menyatakan ketertarikan kepada burung betina dengan
cara berkicau merdu.
Burung gereja membangun sarang pada lubang-lubang atau rongga-rongga pada
pohon, tebing maupun bangunan. Sarang terdiri dari jerami, semak belukar, rumput,
kayu atau bahan lain dan kadang-kadang diselingi dengan bulu untuk meningkatkan
isolasi termal. Untuk membuat sarang, jenis tumbuh-tumbuhan yang terdapat di
FMIPA seperti rumput, kayu, semak belukar dan jenis tumbuhan lainnya tersedia
ditempat ini sehingga bisa dimanfaatkan oleh burung gereja. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh ketersediaan tumbuhan terutama pohon atau bangunan yang
terdapat di FMIPA untuk dijadikan burung gereja sebagai tempat bersarang, mencari
makan dan aktivitas lainnya.

Makanan yang biasa dimakan oleh burung gereja berupa jenis biji-bijian, kadang
juga memakan jenis serangga tertentu seperti belalang. Faktor lain juga bisa
mempengaruhi keberadaan burung gereja seperti predator, burung gereja mempunyai
predator alami semenjak masih berwujud telur hingga dewasa. Telur burung gereja
rawan akan ancaman tikus, kucing dan burung pemangsa telur. Setelah menetas
hingga menjadi dewasa, burung gereja inipun merupakan mangsa bagi predator-
predator burung kecil seperti burung elang, burung hantu dan ular pohon. Untuk
mengurangi risiko predasi tersebut, burung gereja hidup secara berkoloni terutama
saat mencari makan dan juga membuat sarang untuk menghindar dari satwa liar
lainnya.

Hubungan burung ini dengan manusia terkadang dipandang sebagai hama di
beberapa daerah. terutama jika musim panen meningkat seperti panen biji-bijian dan
buah-buahan namun didaerah lain orang memanfaatkan burung gereja sebagai
predator dari belalang dan hama serangga lain Jadi sebenarnya, burung gereja
mempunyai kegunaan untuk menjaga hasil panen tanaman pangan secara tidak
langsung. Jenis satwa lain yang kami temukan di lokasi pengamatan adalah
belalang,tupai,jangkrik, dan laba-laba. Belalang memanfaatkan rerumputan, daun,
bunga, kulit kayu, dan batang pepohonan yang ada di FMIPA untuk mencari makan
dan sebagai habitat, selain itu belalang juga merupakan makanan bagi satwa liar lain
seperti burung. Sehingga keberadaan belalang berpengaruh terhadap keberdaan
satwa liar yang lain.

Tupai memanfaatkan pepohonan yang ada FMIPA sebagai tempat beraktivitas,
mencari makan. Tupai memakan jenis buah-buahan hal ini didukung dengan adanya
jenis pohon yang menghasilkan buah. Selain buah ,Tupai juga banyak memangsa
serangga, sehingga dahulu dimasukkan ke dalam bangsa (ordo) Insectivora (pemakan
serangga). Jangkrik biasanya memanfaatkan tanah sebagai tempat berlindung dan
melakukan jenis aktivitas lainnya. Hal ini dilakukan untuk melindungi diri dari
pemangsa(predator) seperti burung.

Dan jenis satwa liar lainnya adalah laba-laba yang memang merupakan predator
(pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil
bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, atau lubang di tanah
yang ditutupi kamuflase. Laba-laba biasanya membuat sarang diantara kayu-kayuan,
bangunan dan jenis tempat lainnya. Makanan laba-laba biasanya berupa jenis
serangga-serangga kecil. Di FMIPA makanan, predator yang relatif kecil, dan tempat
untuk tumbuh tersedia dengan baik, sehingga laba-laba dapat hidup dan berkembang.
Namun semua jenis satwa liar akan hilang dan mengalami penurunan populasi, jika
tidak bisa dimanfaatkan dan dikelola dengan memperhatikan aspek-aspek
konservasinya.



















IV. KESIMPULAN DAN SARAN




A. Kesimpulan



Kesimpulan pada praktikum ini adalah jenis satwa liar yang ditemukan di FMIPA
adalah burung perkutut (Geopelia striata), Burung seriti (Hirundo rustica), Burung
gereja (Passer ammodendri), Jangkrik (Grillus sp), Belalang(Tenodora sp), Tupai
(spermophilus tridecemlineatus), Burung X, dan Laba-laba(Arachnida sp). Kami
melihat adanya potensi di FMIPA yang bisa dikembangkan terkait dengan
pengelolaan satwa liar yang secara umum tujuan pengelolaan satwa liar adalah
mempertahankan keanekaragaman spesies, dan memanfaatkan jenis satwa liar
tertentu secara berkelanjutan. Namun semua jenis satwa liar akan hilang dan
mengalami penurunan populasi, jika tidak bisa dimanfaatkan dan dikelola dengan
memperhatikan aspek-aspek konservasinya.

B. Saran


Sebaiknya untuk praktikum kedepannya, asisten dosen ikut mendampingi praktikan
sebagai penuntun agar praktikum manajemen hidupan liar ini lebih baik serta
peralatan praktikum tentang manajemen hidupan liar tersedia seperti binokuler, buku
panduan praktikum.




DAFTAR PUSTAKA



Basuni, S. 1994. Menetukan dan Manajemen Entitas-entitas Ekologi untuk Konservasi
Biodiversity dalam Kawasan yang Dilindungi. Makalah Utama
SeminarSehari:Implementasi Konservasi Keanekaragaman Hayati
untukPembangunan Berkelanjutan. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/pengertian-dan-ruang-
lingkup.html.diunduh tanggal 22 Ooktober jam 20.00 WIB

http://WIKIPEDIA.com/2010/10/Belalang,jangkrik,laba-laba,perkutut,tupai,burung
gereja.html.diunduh tanggal 22 Ooktober jam 20.10 WIB.

http://Pengertian Satwa liar.blogspot.com/2010/10/pengertian-dan-ruang-
lingkup.html.diunduh tanggal 22 Ooktober jam 20.00 WIB




























LAMPIRAN








Sketsa





Burung seriti
Tupai
Burung X
Burung gereja
Belalang
Perkutut
tupai
Laba-laba
jangkrik

Anda mungkin juga menyukai