Anda di halaman 1dari 9

PEMILIHAN ALTERNATIF PERENCANAAN PEMBUATAN JALAN DALAM

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN DAN PEMANENAN HASIL HUTAN


(Selection of Alternatif of Forest Road Pleanning in Opening of Forest Area and
Harvesting Forest Products)

FIRMAN SYAH*
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
Jalan Lingkar Akademik, Kampus IPB Dramaga, PO BOX 168, Bogor 16680

Abstrac
Opening Forest Area (OFA) are activities to provide the infrastructure to launch the activities of forest
development, forest protection and forests production by creating a network of roads (main road, the
branches trails, the twigs and skid trails). The network roads of Storage timber and a wooden hoarding
can be used at the time of forest harvesting. The harvesting plan should be done carefully and based on
the economic, ecological and social aspect. In this practice, the appracial of each assessment criteria
like economic, social and ecological aspect, the assessment of social aspects is the highest rating,
amount to 12 point, further economic aspects is 18 point and ecological aspects is 53 point. The
ranking results to the three alternative shows that alternative 2 (A-2) is the best trail network of
harvesting in PT. Inhutani I Labanan, followed by alternative 1 (A-1) as the second best rating, and
alternative 3 (A-3) as the last ratings. The best alternative of network trail is the trail who has shortest
trail. The cheapes cost of trails construction, openness minimum area, and the number of trees to be
maximum in the core should be maximum in empowering the community around the forest.

Pendahuluan tapi keterbukaan arealnya sangat tinggi dan


Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) sangat merusak lingkungan.
adalah kegiatan menyediakan prasarana untuk
melancarkan kegiatan pembinaan hutan, Filosofi PWH adalah menciptakan
perlindungan hutan, dan kegiatan produksi kondisi yang baik agar prasyarat pengelolaan
hutan dengan cara membuat jaringan jalan hutan yang lestari dapat terwujud. Konsep
(jalan utama, jalan cabang, jalan ranting dan PWH yang baik adalah harus memperhatikan
jalan sarad), TPn, dan TPK. Pemanenan hutan perpaduan aspek teknis, ekonomi, ekologi, dan
dapat berjalan dengan baik, jika perencanaan sosial budaya masyarakat setempat dalam
PWH direncanakan sesuai dengan kondisi atau pembukaan dasar wilayah hutan, pembukaan
karakteristik areal hutan (Istiqomah 2011). tegakan, pemilihan sistem pemanenan kayu,
PWH pada pengelolaan hutan lestari, penanaman, pemeliharaan, dan penjarangan
pembangunannya harus dapat digunakan pada hutan yang dipakai. Aspek teknis meliputi sifat
masa kini maupun masa yang akan datang. penggunaan sarana PWH yaitu permanen, semi
PWH yang baik adalah PWH yang mempunyai permanen, dan tidak permanen, kapasitas daya
keterbukaan hutan yang rendah dan dapat dukung jalan, lalu lintas, arah transportasi,
mengangkut hasil hutan secara maksimal. PWH jangkauan dan kecepatan transportasi. Aspek
sebelum Pengelolaan Hutan Alam Produksi ekonomis meliputi besarnya investasi prasarana
Lestari (PHAPL) adalah PWH yang dapat PWH, biaya untuk pengangkutan barang, hasil
mengangkut produksi hutan secara menyeluruh hutan, dan pemeliharaan. Aspek ekologis
mencakup kerusakan terhadap ekosistem hutan,

1
kerusakan hutan dan tanah, dan bahaya erosi pohon/ha yang tersebar merata dalam areal
(Elias 2008). Kegiatan pemanenan hutan setelah penebangan (Indrawan 2003).
dilaksanakan secara intensif dengan cara-cara Hasil hutan kayu dan non kayu yang ada
yang masih menyebabkan tingginya dampak dalam hutan akan memberikan manfaat apabila
negatif terhadap lingkungan, terutama erosi dapat dikeluarkan dari hutan yang kemudian
tanah. Tingkat erosi tanah menjadi semakin dijual kepada konsumen (industri) untuk
tinggi akibat tingginya tingkat kerentanan menjadi bahan baku yang dapat diolah menjadi
struktur dan sifat tanah hutan terhadap kegiatan produk-produk yang bermanfaat bagi manusia.
pemanenan hutan yang intensif (Suwarna Untuk memperolehnya, dilakukan Pembukaan
2009). Untuk mengantisipasi itu reknis Wilayah Hutan (PWH) yang menjadi akses
penyaradan menggunakan RIL dapat keluar masuk kegiatan pengelolaan hutan.
meningkatkan produktifitas dan menurunkan Untuk menjamin kelestarian pengelolaan dan
biaya produksi dan mengurangi kerusakan pemanfaatan hutan yang maksimal, maka akses
lingkungan. Dengan melakukan beberapa hal yang dibangun harus tersedia dengan baik
seperti penggunaan matting pada jalur sarad, sehingga hasil hutan dapat dikeluarkan dengan
arah rebah pohon saat penebangan searah lancar dan mudah.
dengan jalan sarad, dibutuhkan peta potensi Pada masa sekarang definisi pemanenan
tegakan yang akan dipanen sehingga dapat mengalami perluasan, yang lebih menekankan
dilakukan perencanaan pemanenan kayu berupa pada: (1) perencanaan sebelum pemanenan
pembuatan jalur sarad (Suhartana dan kayu termasuk di dalamnya adalah Pembukaan
Yuniawati 2011) Wilayah Hutan (PWH) yang merupakan satu
Rencana pemanenan harus dilakukan kesatuan yang tidak terpisahkan, (2) supervisi
secara cermat dan didasarkan pada aspek teknik, dan (3) pengaturan setelah pemanenan
ekonomi, ekologi dan sosial. Hubungan ini kayu. Hal ini sebagai konsekuensi perubahan
dapat dilihat pada tahap perencanaan, pendekatan manajemen hutan dari Prinsip
pembuatan, pemeliharaan dan evaluasi yang Kelestarian Hasil (“Sustained Yield”) menjadi
sesuai dengan rencana pengelolaan. Prinsip Pembangunan Hutan Lestari
Perencanaan pengelolaan hutan dibagi menjadi (“Sustainable Development of Forest”). .
Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH), Pemanfaatan hasil hutan kayu yang lestari
Rencana Karya Lima Tahun (RKL) dan adalah penebangan harus sama dengan
Rencana Karya Tahunan (RKT). permudaan atau harus sama dengan riapnya dan
Seperti yang dilakukan pada sistem meninggalkan bekas tebangan yang berada
silvikultur Tebang Pilih Indonesia (TPI) dan pada tingkat keterbukaan yang wajar. Selain itu
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) adalah juga mampu meningkatkan nilai sosial ekonomi
sistem silvikultur yang diterapkan pada areal masyarakat sekitar hutan dan menjaga fungsi
HPH, khususnya pada areal hutan hujan tropika ekologisnya.
dataran rendah dengan menebang jenis-jenis Rencana pengelolaan hutan dan
pohon dengan limit diameter 50 cm keatas Pembukaan wilayah hutan (PWH) harus
(pohon masak tebang) dari kelompok jenis dilakukan sejalan bersama-sama. Rencana
pohon komersial ditebang pada hutan produksi. pemanenan harus dilakukan secara cermat dan
TPI mulai diterapkan sejak tahun 1972. TPI didasarkan pada aspek ekonomi, ekologi dan
mengatur penataan areal, Inventarisasi hutan, sosial. Hubungan ini dapat dilihat pada tahap
pembukaan wilayah hutan, penebangan pohon, perencanaan, pembuatan, pemeliharaan dan
pembinaan tegakan tinggal yang pada evaluasi yang sesuai dengan rencana
prinsipnya adalah pembebasan pohon inti. pengelolaan hutan untuk mencapai pengelolaan
Pohon inti adalah pohon jenis komersial hutan secara lestari baik dari segi ekologi
ditebang yang berdiameter 20–49 cm, sehat, maupun sosial ekonomi masyarakat.
dan berjumlah sekurang-kurangnya 25 Perencanaan pengelolaan hutan dibagi menjadi
2
Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH), 9. Program microsoft excel untuk perhitungan
Rencana Karya Lima Tahun (RKL) dan dan penentuan skoring.
Rencana Karya Tahunan (RKT).
Kriteria Penilaian
Tujuan Salah satu tujuan dari praktek
Tujuan dari pelaksanaan praktek pemanenan hutan disini adalah untuk
pemanenan hasil hutan lanjutan ini adalah mendapatkan alternatif terbaik yang sesuai
sebagai berikut : sehingga akan diperoleh hasil hutan yang
1. Membuat desain (layout) perencanaan optimal dari nilai hutan yang di laksanakan,
kegiatan PWH di atas peta kerja yang pada akhirnya dapat menjaga pasokan
2. Membuat program (utility analisys) untuk hasil hutan untuk industri menjadi lebih stabil
memilih alternatif kegiatan PWH dan meningkatkan peluang kerja serta
berdasarkan aspek ekonomi, sosial dan meningkatkan ekonomi lokal dan regional.
ekologi. Ketiga aspek yang menjadi parameter untuk
memperoleh pemanenan hasil hutan yang ideal
Alat dan Bahan tersebut yaitu : aspek ekonomi, sosial dan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam ekologi. Masing-masing aspek akan ditentukan
praktikum ini adalah : kriteria/indikator penilaiannya berdasarkan
1. Peta dan Sebaran Pohon dan Topografi kegiatan yang dilaksanakan dalam Pembukan
Petak 36 RKT 2002 RKL IV Wilayah Hutan (PWH) dan penebangan.
Administratur PT. Inhutani I Labanan Metode yang digunakan dalam memilih jaringan
skala 1 : 2000 dan Peta Topografi jalan hutan adalah dengan menggunakan analisis
Administratur PT. Inhutani I Labanan utilitas. Total dari nilai utilitas pada setiap
skala 1 : 25.000 alternatif jaringan jalan diperoleh dengan
2. Penggaris busur menambahkan nilai utilitas secara keseluruhan
3. Penggaris lurus setelah diberikan nilai ataupun skoring (Budiman
4. Pensil dan penghapus dan Heryana 2013). Hasil perhitungan dari
5. Spidol warna-warni ketiga aspek ekonomi, sosial dan ekologi dari
6. Kalkulator alternatif pilihan dapat dilihat pada lampiran
7. Alat tulis lainnya tabel-tabel perhitungannya yaitu tabel 1, tabel 2
8. Curvimeter untuk mengukur panjang jalan dan tabel 3 berdasarkan peta-peta alternatif
utama, cabang berikut ini.

Alternatif 1 (A-1) Alternatif 2 (A-2)

Alternatif 3(A-3)
3
a. Aspek Ekonomi 1. Jumlah tenaga kerja; merupakan jumlah
Pembukaan wilayah hutan berdasarakan tenaga/orang yang dibutuhkan untuk
aspek ekonomi disini adalah merencanakan menyelesaikan pekerjaan tersebut, semakin
pembuatan jalan angkutan dan prasarana banyak orang yang dipekerjakan maka
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan semakin kecil bobot nilainya.
pengusahaan hutan. Tujuannya adalah untuk 2. Jumlah hari kerja; banyaknya hari yang
menyiapkan jaringan jalan angkutan dan dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
prasarana lainnya untuk kelancaran (HOK), semakin banyak hari kerja semakin
pembangunan dan pembinaan hutan tanaman kecil bobotnya.
serta angkutan hasil hutan seperti base camp, 3. Income dari pekerjaan; merupakan jumlah
TPK dan lain-lain. Dimana kriteria/indikator pendapatan yang diperoleh setelah
yang termasuk dalam aspek ekonomi antara lain menyelesaikan pekerjaan tersebut, dengan
seperti : fraksi tenden semakin banyak pendapatan
1. Pembuatan jalan; besarnya biaya yang yang diperoleh maka bobot nilainya semakin
dibutuhkan dalam pembuatan jalan adalah : kecil.
panjang jalan x biaya pembuatan jalan.
Fraksi tenden (asumsi) untuk pembuatan c. Aspek Ekologi
jalan makin besar biaya yang dibutuhkan Aspek yang ketiga adalah aspek ekologi
maka bobotnya semakin kecil. dimana yang menjadi kriteria/indikator
2. Pemeliharaan jalan; besarnya pemeliharaan penilaian dalam aspek ekologi adalah sebagai
jalan dihitung dari panjang jalan x biaya berikut :
pemeliharaan (Rp/km). Fraksi tenden dari 1. Vegetasi yang rusak akibat kegiatan PWH,
pemeliharaan jalan adalah semakin besar yang dimaksud disini adalah indikator
biaya pemeliharaan, semakin kecil bobot penilaian jumlah pohon dalam trase jalan.
nilainya. Fraksi tenden untuk hal ini adalah semakin
3. Panjang jalan; adalah panjang rencana banyak jumlah pohon dalam trase maka nilai
jalan yang akan dibuat, semakin panjang bobotnya kecil.
jalan yang dibuat maka bobot nilainya 2. Persen keterbukaan, angka persen
semakin kecil. keterbukaan ini diperoleh dari
4. Jarak sarad rata-rata; adalah jarak sarad menjumlahkan semua bentuk pembukaan
yang menghubungkan pohon di-tebang hutan baik pembuatan jalan ranting, jalan
dengan TPN, jalan ranting, jalan cabang cabang, jalan utama, jalan sarad maupun
atau jalan utama. Fraksi tenden untuk jarak pembuatan TPN, kemudian dibandingkan
sarad rata-rata adalah semakin panjang dengan luas petak tebang. Fraksi tenden
jarak sarad, semakin kecil bobot nilainya. untuk persentase keterbukaan adalah
5. Volume dipanen; jumlah volume pohon semakin besar keterbukaan, semakin kecil
yang dapat ditebang/dipanen, semakin bobot nilainya.
banyak volume pohon yang
diperoleh/ditebang maka semakin besar Pembobotan
bobot nilainya. Dalam proses penilaian bobot dari
masing-masing kriteria penilaian baik dari
b. Aspek Sosial aspek ekonomi, sosial dan ekologi dalam
Aspek yang kedua dalam rangka rangka untuk menentukan alternatif yang yang
menentukan alternatif kegiatan PWH atau terbaik dalam kegiatan PWH ini menggunakan
kegiatan pemanenan adalah aspek sosial skala penilaian 1-9. Dalam proses penentuan
dimana yang digunakan dalam kriteria/indikator skala penilaian ini diperoleh dengan
penilaian dalam aspek sosial dalah sebagai menggunakan metode wawancara dari beberapa
berikut :. orang (pakar) expert dibidangnya masing-
4
masing sesuai aspek penilaian agar diperoleh ekonomi, sosial dan ekologi yang mengarah
hasil pembobotan yang baik. Hasil perhitungan kepada tujuan yang ingin dicapai. Alternatif
pembobotan dari masing-masing aspek tersebut terdiri dari lima pilihan yang dianggap
(ekonomi, sosial dan ekologi) Metode yang memenuhi persyaratan sesuai dengan keadaan
digunakan dalam memilih jaringan jalan hutan lapangan.
adalah dengan menggunakan analisis utilitas. Hasil dan Pembahasan
Total dari nilai utilitas pada setiap alternatif Hasil pengambilan data dari aspek
jaringan jalan diperoleh dengan menambahkan ekonomi, sosial dan ekologi yang diambil dari
nilai utilitas secara keseluruhan setelah diberikan Peta dan Sebaran Pohon dan Topografi Petak
nilai ataupun skoring (Budiman dan Heryana 36 RKT 2002 RKL IV Administratur PT.
2013). dari ke 3 alternatif pilihan dapat dilihat Inhutani I Labanan skala 1 : 2.000 dan Peta
pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3. Topografi Administratur PT. Inhutani I
Labanan skala 1 : 25.000 dan digunakan
Alternatif Pilihan sebagai data awal untuk masing –masing
Alternatif pilihan dari tujuan yang telah alternatif sebagaimana pada tabel 1 :
ditetapkan dimaksudkan untuk dapat dilakukan Tabel 1 Kriteria, indikator dan arah preferensi
pemilihan dari beberapa alternatif pilihan dari yang digunakan dalam pemilihan alternatif
kegiatan PWH dan penebangan yang efektif jaringan jalan terbaik
(kegiatan pemamenan), sehingga nantinya
diperoleh alternatif terbaik berdasarkan aspek
Kriteria Indikator Satuan Arah preferensi
Ekologi Panjang jalan utama M minimum
Panjang jalan cabang m minimum
Kepadatan jalan utama km/ha minimum
Kepadatan jalan cabang km/ha minimum
Pembukaan area dijalan utama m2 minimum
Pembukaan area dijalan cabang m2 minimum
Pohon rusak unit minimum
Ekonomi Biaya pembuatan jalan utama Rp minimum
Biaya pembuatan jalan cabang Rp minimum
Sosial Kebutuhan tenaga kerja pembuatan jalan Hari maksimum
utama
Kebutuhan tenaga kerja pembuatan cabang hari maksimum
Institutions Kelerengan jalan sarad Skor lereng minimum
Standar pemilihan jalan hutan yang Dengan adanya pembuatan alur dan
dipakai adalah dengan melalui dari berbagai jalan sarad tersebut maka jenis apapuin yang
perhitungan. Terlalu tingginya standar jalan tidak diketahui ataupun yang merintangi
yang dipilih diperoleh dari jalan tersebut. Tetapi rencana alur dan jalan sarad dipotong-potong
telalu rendahnya standar jalan yang untuk memudahkan proses penyaratan. Hal ini
dipergunakan akan membuat biaya operasi akan menghindari dari kerusakan pohon-pohon
menjadi lebih tinggi dan pemeliharaan jalan yang berada disekitar jaln sarad berupa
akan mahal. Harus selalu diingat dan penarikan kayu menuju tempat pengumpulan
dipertimbangkan tingkat kekerasan topografi kayu (TPN). Pembuatan plot-plot penelitian
dan standar jalan yang diinginkan. Jaringan dilakukan pada daerah yang memilki topografi
jalan yang tepat akan menghasilkan datar dan terjal masing-masing sebanyak dua
penghematan biaya operasional yang lebih plot (Budiman, 1996).
besar (Darussalam, 1998).
5
Perencanaan pembukaan wilayah hutan (Elias 1998; Sist et. al. 1998; Peńa-Claros et. al.
yang baik akan mengakibatkan kegiatan yang 2008; Rendón-Carmona et. al. 2009 dalam Muhdi
akan dilakukan berjalan dengan baik mulai dari 2016).
awal sampai dengan akhir jalan hutan yang Dalam pelaksaan jaringan jalan sarad
membuka wilayah hutan secara merata dan dipasang rambu-rambu lalulintas sesuai denagn
menyeluruh sehingga menghasilkan pembukaan kepentingan. Jalan-jalan secara
wilayahyang tinggi dengan kerapatan wilayah keseluruhannnya harus merupakan satu
jalan optimal. Kegaitan pemanenan hutan kesatuan jaringan jalan sarad yang dapat
adalah kegiatan yang mengeploitasi hasil hutan menjadi hasil guna segala perhubungan dan
berupa kayu maupun bukan kayu. Kegiatan ini pengangkutan jalan yang dipakai. Dalam hail
akan sangat memberikan keuntungan ekonomi ini jaringan jalan yang berada didalam atau
yanmg sangat besar. Tetapi jika kegiatan ini diluar unit juga harus mampu membuat
dilakukan dengan satu perencanaan yang tidak keseluruhan jalan tersebut menjadi satu
baik, maka akan berdampak ekologis kesatuan jaringan jaln. Jaringan jalan yang
dikawasan hutan tersebut. Pelaksanaan teknik dimaksud adalah kegiatan penyandaran kayu
reduced impact logging diantaranya adalah gelondongan hasil penebangan baik dihutan
perencanaan jaringan jalan dan perencanaan jalan tanah kering maupun dihutan rawa
sarad. Tujuan teknik RIL diantaranya mengurangi menggunakan alat atau menekan sekecil
kerusakan tanah dan tegakan, mengurangi mungkin dan kerusakan yang terjadi pada
kerusakan pohon dan meningkatkan riap, serta pohon.
mengurangi keterbukaan tanah (Putz et al, 2008). Perhitungan data-data diatas didapatkan
Meminimalkan kerusakan tanah dapat menjamin berdasarkan asumsi-asumsi sebagaimana pada
regenerasi dan pertumbuhan tegakan komersial tabel 2. Berdasrakan tabel berikut
Alternative
Kriteria Indikator Satuan
(A-1) F (A-2) E (A-3) M
Ekologi Panjang jalan utama m 720.000 680.000 820.00
Panjang jalan cabang m 960.000 880.000 840.00
Kepadatan jalan utama km/ha 7.2 6.8 8.2
Kepadatan jalan cabang km/ha 9.6 8.8 9.6
Kepadatan area dijalan m2 82 68 82
utama
Pembukaan area dijalan m2 105 110 105
cabang
Pohon rusak Unit 37 25 37
Ekonomi Pembuatan jalan utama Rp 82.800.000 81.600.000 102.500.000
Pembuatan jalan cabang Rp 53.760.000 49.280.000 52.976.000
Sosial Kebutuhan tenaga kerja HOK
oembuatan jalan utama
43 40 49
Kebutuhan tenaga kerja HOK
pembuatan jalan cabang
57 52 50
Institutions Kelerengan jalan sarad % 2.7 1.7 1
Pemilihan jaringan jalan yang akan utama, jalan cabang dan jakan ranting yang
dinilai ada 3 alternatif seperti yang ada pada didesain llokasinya secara sistematis dan
tabel 3 yang berdasarkan gambar peta yaitu optimal (Elias 2012). Dalam perencanaan jalan
alternatif 1(A-1), alternatif 2 (A-2) dan sarad, baik jalan sarad utama atau jalan sarad
alternatif 3 (A-3). Pemilihan jaringan jalan sekunder harus mampu menjnagkau lebih atau
yang efisien harus mencakup beberapa hal sama dengan 80% dari pohon yang potensial
antara lain; a) segmen-segmen jalan lurus dan ditebang. Hal yang diseimbangi dengan
sejajar satu sama lain, b) radius belokan cukup pembuatan jalan jangan sampai dana membuat
panjang, c) mempunyai pola jaringan jalan jalan sarad utama, namun tidak menjangkau
6
banyak pohon yang sarad sehingga dalam tinggi (perjalanan keadaan) pada tanah akan
perencanaan jaln sarad perlu melihat menyebabkan fisik tanah rusak sehingga sulit
keefektifan jalann. Hal ini didukung oleh diolah dan ditangani nantinya. Jadi toleransi
pernyataan (Elias 2016) bahwa pola jaringan tertinggi empat kali. Pembuatan jalan sarad
jalan hutan hendaknya merata dan menyeluruh. harus menghindari areal yang sangat besar
Tegakan tinggal merupakan pohon inti, yang (>40%) karena sulit dijangkau oleh kendaraan
siap dipanen untuk waktuyang akn datang dan resiko kecelakaan sangat tinggi. Hal ini
sehingga keberadaannya sangat banyak. Dari didukung oleh pernyataan Muhdi (2002) dalam
hasil terbesar RKTT didapat adalah pada TPN 2 bahwa perencanaan jalan sarad tidak melalui
sebesar 18,75%. Namun hal ini tidak topografi yang curam ( kelerengan >40%).
bermasalah karena toleransi RKTT 20%
sedangkan pada yang terkecil pada TPN 5 yaitu 3.3 Perhitungan Utility Analysis
5,26%. Berdasarkan perhitungan utility analysis
Areal pemanenan merupakan jalan sarad dari skala nilai akan diperoleh bobot dari
utama karena jalan ini merupakan aeral utama masing-masing kriteria/indikator dari tiga
untuk pemanenan kayu disetiap TPN, sehingga alternatif yang diberikan. Kemudian bobot dari
jalan sarad utama harus menjangkau seluruh masing-masing kriteria/indikator dijumlahkan
TPN. Sedangkan jalan sarad cabang / sekunder untuk memperoleh nilai bobot total. Dari bobot
dapt berubah-ubah sesuai dimana pohon total akan diketahui alternatif pilihan (bobot
potensial berada. Syarat jalan cabang atau nilai tertinggi) dalam kegiatan PWH.
sekunder adalah maksimum empat kali lintasan. Perhitungan masing-masing kriteria/indikator
Alasan pembuatanseperti ini karena alat angkut dapat terlihat pada tabel 3.
kayu adalah alat berat sehingga kerapatan yang
Tabel 3. Perhitungan Utility Analysis dari 3 Alternatif Pilihan
Skor
Kriteria Indikator Satuan
(A-1) (A-2) (A-3)
Ekologi Panjang jalan utama M 7 9 1
Panjang jalan cabang M 1 6 9
Kepadatan jalan utama Km/ha 7 9 1
Kepadatan jalan cabang Km/ha 1 9 1
Kepadatan area dijalan utama M2 7 9 1
Pembukaan area dijalan cabang M2 1 6 9
Pohon rusak Unit 9 5 1
Ekonomi Pembuatan jalan utama Rp 9 9 1
Pembuatan jalan cabang Rp 1 9 2
Sosial Kebutuhan tenaga kerja oembuatan HOK
jalan utama
3 1 9
Kebutuhan tenaga kerja pembuatan HOK
jalan cabang
9 3 1
Institutions Kelerengan jalan sarad % 1 6 9
Total 56 81 45

Berdasarkan tabel 3. perhitungan utility 2. Alternatif 2 total nilai bobot adalah 81


analisis kriteria/indikator masing-masing aspek 3. Alternatif 3 total nilai bobot adalah 45
ekonomi, sosial dan ekologi diperoleh ranking Tabel diatas merupakan hasil penilaian
total bobot berurut-turut sebagai berikut : dari 3 alternatif jaringan jalan berdasarkan peta
1. Alternatif 1 total nilai bobot adalah 56 pada PT Inhutani I Labanan, Kalimantan Timur.
7
Berdasarkan hasil skoring pada tabel diatas bentang alam, kerusakan hutan dan tanah,
nilai alternatif 2 memiliki nilai tertinggi yaitu 8, bahaya erosi, longsor, penurunan kualiatas air,
sedangkan skoring nilai aternatif terendah pada sedimentasi, dan gangguan terhadap habitat
alternatif 3 (A-3) yaitu 45. Maka alternatif 1 flora dan fauna langka. Untuk memperhatikan
yang dipilih sebagai alternatif pertama dalam aspek ekologi maka inpot dan keterlibatan
melaksanakan kegiatan PWH. Total nilai beberapa spesialis dalam menyusun rencana
bobotnya adalah 81, didasarkan pada penilaian strategik dan rencana operational sangat
aspek ekonomi, sosial dan ekologi dimana total diperlukan antara lain dalam mendesain
nilai bobot dari alternatif pertama yang menjadi perencanaan hutan, menentukan areal hutan
alternatif terpilih untuk masing-masing aspek produksi dan hutan non produksi untuk
yaitu : aspek ekonomi nilai bobot sebesar 18, perlindungan.
aspek sosial nilai bobot 4 dan aspek ekologi Aspek sosial dan budaya mencakup
dengan nilai bobot sebesar 53. Hal ini bebrapa hal yaitu fungsi prasarana PWH
menunjukan bahwa A-2 memliki nilai yang sebagai Infrastruktur umum, .membuka daerah
lebih tinggi dinandingkan dengan 2 alternatif yang terisolir, sebagai poinir pengembangan
lainnya berada pada indicator total panjang wilayah, pengembangan sosial ekonomi,
jalan, biaya pembuatan jalan, serta dari segi meningkatkan masyarakat sekitar hutan
ekologinya (pembukaan areal jalan, jumlah terhadap hasil hutan non kayu, memperhatikan
pohon inti yang rusak) Namun nilai utilitas dari tempat-tempat yang dianggap keramat dam
ketiga alternatif diatas dapat saja berubah jika kemungkinan hutan berfungsi sebagai tempat
ditambahkan indikator lainnya yang relevan serta rekreasi dan wisata.
tersedianya data (Budiman dan Heryana 2013). Kelestarian hutan akan tercapai bila
Agar persyaratan-persyaran pengelolaan dalam pengelolaan hutan alam maupun hutan
hutan lestari dapat dipenuhi, konsep PWH yang buatan (hutan tanaman industry/HTI) dapat
digunakan harus memperhatikan perpaduan dilakukan denah usaha yang intensif terhadap
aspek teknis, ekonomis, ekologis dan sosial kegiatan penataan hutan, pemanenan hasil
budaya masyarakat. 1) aspek teknis mencakup hutandan pembinaan hutan (yang meliputi
beberapa hal antara lain sifat penggunaan penanaman pemeliharaan, penjarangan dan
prasarana PWH yaitu permanen, semi perlindungan huta) serta pemasaran hasil hutan.
permanen; kapasitas daya dukung jalan, lalu Agar usaha tersebut dapat dilakukan dengan
lintas, arah transport, jangkauan dan kecepatan baik maka sarana dan prasarana yang tersedia
transport. 2) aspek ekonomis mencakup harus menjamin kelancaran dan kemudahan
beberapa hal yaitu besarnya investasi prasarana pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut.
PWH, biaya pengangkutan barang, materian
dan personil keluar masuk areal hutan, biaya Kesimpulan
pengangkutan hasil hutan (terutama kayu keluar Berdasarkan praktikum yang telah
hutan), biaya pemelharaan jalan, kerusakan dilaksanakan dapat ditarik beberapa kesimpulan
barang/material yang diangkut, biaya tenaga sebagai berikut :
kerja dan biaya-biaya lainnya yang harus 1. Penentuan alternatif kegiatan PWH atau
dikeluarkan selama jangka waktu pemakaian kegiatan pemanenan yang terbaik
prasarana PWH. Dari segi ekonomis prasarana dipengaruhi oleh kriteria/indikator sehingga
PWH yang baik adalah yang dapat digunakan diperoleh nilai hutan yang optimal.
untuk kegiatan kehutanan secara lancar dengan 2. Penilaian bobot masing-masing kriteria
biaya yang dibebankan pada setiap unit penilaian, baik dari aspek ekonomi, sosial
produksi yang dihasilkan minimal atau dan ekologi, bobot penilaian aspek sosial
mendatangkan keuntungan total maksimal. 3) adalah yang tertinggi yaitu sebesar 12,
aspek ekologi mencakup beberapa hal yaitu selanjutnya aspek ekonomi sebesar 18 dan
kerusakan terhadap ekosistem hutan, kerusakan aspek ekologi sebesar 53. Hasil ranking yang
8
dilakukan terhadap ketiga alternatif diatas kehutanan. balai penelitian dan
menunjukkan bahwa alternatif 2 (A-2) pengembangan kehutanan. Bogor (ID)
merupakan jaringan jalan terbaik dalam Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. Edisi
pemanenan hutan di PT Inhutani I Labanan, I. IPB Press. Bogor.
disusul alternatif 1 (A-1) sebagai peringkat 2 Istiqamah. M. 2011. Kualitas pembukaan
serta alternatif 3 (A-3) sebagai peringkat wilayah hutan pada pengelolaan hutan
terakhir Alternatif jaringan jalan terbaik alam produksi lestari di Pt. Inhutani I
adalah jaringan jalan yang memiliki panjang Unit manajemen hutan sambarata,
jalan terpendek, biaya pembuatan jalan Berau, Kalimantan Timur. [Tesis].
termurah, keterbukaan areal minimal, dan Bogor (ID). Institut Petanian Bogor
jumlah pohon inti namun harus maksimal
Indrawan. A. 2003. Modelling System of
dalam memberdayakan masyarakat sekitar
Natural Forest Management after
hutan.
Logging in The Indonesian Selective
Cutting and Planting System I. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA
Manajemen Hutan Tropika.. IX (2) : 19-
33
Budiaman A, Heryana. 2013. Assessment of
forest road network alternatives for pine Muhdi. 2016. Pemadatan tanah akibat
resin extraction. Jurnal Manajemen penyaradan kayu dengan traktor
Hutan Tropika. 19(1):23-30 catterpillar D7G di areal hutan produksi pt
inhutani ii, kalimantan utara. Jurnal
Budiaman A. 2009. Decission Making. Bahan
Pertanian Tropik. 3(2) : 17-24
Kuliah Pemanenan Hasil Hutan
Suhartana. S., Yuniawati. 2011. Increasing
Lanjutan. Sekolah pascasarjana
logging productivity through reduced
Departemen Manajemen Hutan Fakultas
impact logging technique: A case study
Kehutanan IPB. Bogor.
at a peat swamp forest campany in West
______1996. Dasar-Dasar Teknik Pemanenan
Kalimantan. Jurnal Penelitian Hasil
Kayu Untuk Program Pendidikan
Hutan. 29(4):369-384
Pelaksanaan Pemanenan Kayu. Diktat
Suwarna. U. Arief. H., Ramadhon. M. 2009.
Kuliah Institut Pertanian Bogor. Bogor
Soil erosion caused by forest harvesting
Darusalam. 1998. keterbukaan tegakan akibat
operations . Jurnal Manajemen Hutan
pembuatan jalan. pusat penelitian dan
Tropika. XV(2): 61-65,
pengembangan hasil hutan dan sosek

Anda mungkin juga menyukai