MAKALAH
untuk memenuhi tugas matakuliah Pengelolahan Sumber Daya Alam
yang diampu oleh Prof. Ir.Suhadi, M.Si
Oleh:
Kelompok 4 Off H 2014
Achmad Fauzi Mubarok (140342601199)
BAB II
PEMBAHASAN
Hutan pegunungan atau hutan montana (montane forest) adalah salah satu
formasi hutan tropika basah yang terbentuk di wilayah pegunungan. Salah satu
cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya pada ketinggian atap tajuk
(kanopi)nya. Pepohonan dan tanah di hutan ini acapkali tertutupi oleh lumut, yang
tumbuh berlimpah-limpah. Oleh sebab itu, formasi hutan ini juga dinamai hutan
lumut, hutan kabut, atau hutan awan (cloud forest)
Seseorang yang mendaki ke puncak gunung, bila jeli mengamati, akan
melihat perubahan-perubahan dan perbedaan pada fisiognomi hutan sejalan
dengan meningkatnya ketinggian tempat (elevasi). Pohon-pohon mulai banyak
digelayuti lumut, epifit, termasuk berjenis-jenis anggrek. Atap tajuk mulai
memendek, setinggi-tingginya sekitar 30-an meter. Sembulan (emergent) semakin
jarang didapati, begitu juga banir (akar papan) dan kauliflori, yakni munculnya
bunga dan buah di batang pohon (bukan di cabang atau pucuk ranting). Dan yang
menyolok, mulai pada elevasi tertentu, cabang dan ranting pohon akan bengkak-
bengkok dan daun-daunnya akan mengecil ukurannya
Para ahli berbeda pendapat mengenai ketinggian tempat ditemukannya
hutan-hutan pegunungan ini. Whitmore (1984) menyebutkan elevasi sekitar 1.200
m (kadang-kadang turun hingga serendah 750 m), hingga ketinggian 3.000
(3.350) m di atas muka laut, sebagai tempat tumbuhnya [2]. Van Steenis (2006)
menuliskan angka ketinggian 1.000 m hingga 3.400 m untuk kawasan Malesia[3],
sementara Anwar dkk. (1984) memperoleh ketinggian 1.200 m hingga lebih dari
3.000 m mirip dengan Whitmore untuk vegetasi pegunungan di Sumatra
Hutan
Hutan Hutan Hutan
Karakter dataran
submontana montana subalpin
rendah
Tinggi tajuk 2545 m 1533 m 1,518 m 1,59 m
Tinggi pohon
67 m 45 m 26 m 15 m
sembulan
notofil atau
Kelas ukuran daun mesofil mikrofil nanofil
mesofil
umum
Banir (akar tidak umum biasanya tak
dijumpai, tidak ada
penopang) atau kecil ada
besar
Kauliflori umum jarang tidak ada tidak ada
Daun majemuk berlimpah dijumpai jarang tidak ada
Daun berujung dijumpai atau jarang atau tak
berlimpah tidak ada
penetes umum ada
biasanya tak
Liana berkayu berlimpah tidak ada tidak ada
ada
Tumbuhan biasanya umum atau
sangat jarang tidak ada
merayap berlimpah berlimpah
Anggrek-
umum berlimpah umum sangat jarang
anggrekan
dijumpai atau biasanya
Lumut dan liken dijumpai berlimpah
berlimpah berlimpah
Zona ini memiliki kekayaan jenis pohon yang semakin sedikit. Semakin ke atas,
formasi vegetasi semakin terbuka. Sinar matahari memungkinkan masuk ke dalam lantai
hutan, sehingga keberadaan rumput dan terna semakin banyak. Selain terdiri dari
lapisan tebal campuran dari pohon-pohon kerdil dan semak-semak dengan
beberapa pohon berbentuk payung (familia Ericacae) yang menjulang tersendiri
serta beberapa jenis tundra, anggrek dan lumut.
Semakin ke puncak gunung pada zona sub alpin, pepohonan semakin
kerdil. Bentuk batang tidak teratur. Kerapatan tumbuh juga menyebar,
menciptakan banyak ruang kosong. Tinggi pohon berkisar 8-20 m dengan
komposisi spesies lebih sedikit dibandinkan dengan dua zona di bawahnya.
b) Kelembaban udara
umumnya sangat sangat besar dalam hutan pegunungan tinggi, terutama
malam hari karena penurunan suhu. Cahaya matahari pada ekosistem pegunungan
berperan penting dalam pertumbuhan tanaman.Untuk suhu di pegunungan tinggi
secara alami suhu rata-rata turun dengan bertambahnya elevasi, dipuncak-puncak
fruktuasi suhu sangat besar terutama suhu harian panjang musim kemarau.
Tutupan awan atau kabut selama satu jam akan berpengaruh dan menyebabkan
penurunan suhu (Steenis, 2006).
No Kelembaban udara harian (%)
Bulan
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
1. April 86 84 84 84 86 85 85
2. Mei 85 71 74 73 74 74 74
3. Juni 79 78 85 74 74 85 84
4. Juli 82 84 85 71 71 74 74
5. Agustus 87 84 83 85 76 84 85
6. September 83 82 85 85 85 76 84
7. Oktober 84 82 85 84 84 78 79
8. November 85 84 82 79 78 78 79
9. Desember 82 84 85 71 71 74 74
10. Januari 87 84 83 85 76 84 85
11. Februari 83 82 85 85 85 76 84
12. Maret 84 82 85 84 84 78 79
Table 2 : Rata-rata kelembaban udara (%)
d) Curah hujan
Curah hujan adalah banyaknya air yang tersedia di bumi. Kecukupan air
disepanjang tahun atau dimusim tumbuh menyebabkan pembentukan hutan-hutan.
Curah hujan memberi peranan dan konstribusi jika curah hujan cukup maka hutan
didaerah dengan iklim yang lebih tinggi masih dapat bertahan. Didaerah yang
hujannya turun pada musim panas dan di daerah lain yang periode keringnya
panjang disitu terbentuk perumputan dengan selingan hutan-hutan pada tempat-
tempat yang tanahnya basah.
2. Suksesi
Suksesi yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam komunitas atau
ekosistem yang menyebabkan tibulnya penggantian dari satu komunitas atau
ekosistem oleh komunitas atau ekosistem yang yang lain (Kaendeigh, 1980).
Selanjutnya menurut Irwan, 1992 suksesi yaitu proses perubahan dalam
komunitas yang berlangsung meuju kesatu arah, berlangsung lambat, teratur,
pasti, dan dapat diramalkan. Kemudian suksesi primer adalah suksesi yang terjadi
diatas lahan atau wilayah yang mula-mula gundul atau terbuka
Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi pada lahan atau wilayah yang
pada awalnya bervegetasi lengkap sempurna, kemudian mengalami kerusakan
oleh bencana seperti peletusan vulkanik, banjir, tanah longsor, gempa bumi,
kebakaran, tetapi bencana itu tidak sampai merusak tempat tumbuh secara
keseluruhan, sehingga ditempat tersebut masih ada substrat lama dan organism
hidup.
Gambar 5 : Hutan Pegunungan Yang Mangalami Konversi Menjadi Lahan
Pertanian
3. Faktor Edaphis
Menurut Rayes (2006), tanah merupakan salah satu sumber daya alam
yang memiliki banyak fungsi penting dalam ekosistem, diantaranya adalah
sebagai pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad tanah, media bagi konstruksi
atau rekayasa, sistem daur ulang bagi unsur hara dan sisa-sisa organik serta
system bagi pasokan dan penyaringan/penjernihan air. Tanpa tanah, manusia tidak
dapat bertahan hidup. Mengingat tanah memainkan peranan amat penting dalam
ekosistem maka harus berhati-hati dalam mengelola dan melindunginya dari
kerusakan. Setiap tahun beratus-ratus bahkan beribu-ribu ton tanah hilang karena
erosi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, tanah yang terdapat pada
daerah pegunungan tinggi adalah jenis tanah Vulkanik. Tanah vulkanik adalah
tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur
mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dijumpai di sekitar gunung
berapi. Tanah vulkanik merupakan tanah yang banyak mengandung unsure hara.
Apabila tanah vulkanik diberi tambahan pupuk organic atau kotoran
hewan kondisi tanah akan menjadi lebih prima untuk pertanian dilereng gunung
merapi. Warnanya lebih gelap; berasal dari gunung berapi yang meletus; sangat
mudah menyerap air; sangat subur untuk lahan pertanian.
Gambar 6 : tekstur tanah gunung merapi (arsip : 6A biologi 2014)
Tingkatan
Ciri-Ciri Tanah Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
C-organik (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01 - 3,00 3,01 5,00 > 5,00
N-total (%)
Mineral < 0,10 0,10-0,20 0,21 - 0,50 0,51 0,75 > 0,75
a. Mineral < 4,5 4,5 5,5 5,6 6,6-7,5 7,6 -8,5 > 8,5
6,5
Sangat masam Sedang Tinggi
pH (H2O)
Keterangan :
Tabel 5 : Kisaran Nilai dan Tingkat Penilaian Analisis Agregat Kimia Tanah
Gunung Marapi Kabupaten Agam Sumatera Barat
Salah satu diantara sekian banyak jenis tanah adalah tanah vulkanik, yaitu
lapisan bumi yang terbentuk dari materi-materi letusan gunung berapi yang telah
lapuk. Tanah vulkanis sangat subur karena mengandung unsure-unsur hara yang
tinggi. Kita bisa menjumpai tanah vulkanis diwilayah-wilayah sekitar lereng
gunung berapi.
Ketika sebuah gunung api meletus, ia akan memuntahkan aneka partikel
yang panas keudara. Kemudian, menyebar kelingkungan sekitarnya. Salah satu
material yang dikeluarkan gunung berapi adalah abu vulkanik. Ketika pertama
kali muncul, abu yang sangat panas dan pekat ini bisa membahayakan sehingga
harus dihindari namun, begitu kondisi mendingin abu yang melapisi permukaan
tanah tersebut akan menunjukkan keajaiban dalam meningkatkan kesuburan.
Sifat fisik abu merapi yang khas adalah apa bila jatuh kepermukaan tanah
menyebabkan abua kan cepat mengeras dan sulit ditembus oleh air baik dari atas
atau dari bawah permukaan bawah permukaan tanah. Hal ini lah yang
menyebabkan bagian dalam tanah cukup tinggi. Sedangkan ruang pori total pada
lapisan 1 yang mengandung banyak abu merapi,memiliki kondisi yang baik
sehingga tingkat kesuburan tanah didaerah pegunungan tinggi subur karena
kandungan unsur yang terdapat didalamnya diantaranya yaitu (Na, Ca, K, C
organik, N dan Mg). Tanah nya berwarna coklat kehitaman yang mengandung
diantaranya magnesium, fosfor, C-organik yang baik untuk pertumbuhan tanaman
dan para pendatang biasanya menjadikannya lahan hutan konservasi yang
ditanami tanaman sayur- mayur dan buah dan tanaman itu menjadi tumbuh subur.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA