Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah Biologi Konservasi dan Biodiversita

RUANG TERBUKA HIJAU

Di Susun Oleh
Kelompok 1 Kelas_A
1. MUKARRAMAH (1806203010005)
2. YENNITA YULIANI (1806203010008)
3. WARDATUL HAYUNI (1806203010009)
4. KHAIRUNA (1806203010010)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI


UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM
BANDA ACEH
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan rasa puji syukur kehadhirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabat beliau, tabi’-tabi’in, dan para
penerus generasi Islam yang telah membawa kita ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan. Alhamdulillah berkat izin Allah penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Ruang Terbuka Hijau”.
Penulis menyadari, bahwa selama penulisan dan penyusunan makalah ini
tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan yang sangat
berarti dari berbagai pihak. Dalam penyusunan makalah tentunya masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
kami mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca.
Demikianlah semoga makalah ini semoga dapat berguna bagi kita semua
untuk menambah pengetahuan dalam proses belajar selaku kita mahasiswa/i dan
kami penulis mengharapkan semoga dapat berkarya yang lebih baik dimasa yang
akan datang. Aamiin.
Akhirul kalam, kepada Allah jualah penulis berserah diri semoga selalu
dilimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin Allahumma
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Banda Aceh, 27 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ruang Terbuka Hijau.............................................................. 3
2.1.1. Defenisi RTH ................................................................ 3
2.1.2. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau ..... 5
2.1.3. Luas, Penggolongan dan Jenis RTH ............................. 7
2.2 Konservasi Keanekaragaman hayati ....................................... 9
2.2.1. Pengertian Konservasi keanekaragaman Hayati......... 9

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ............................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring pertumbuhan kota, kepentingan akan keberadaan ruang terbuka
hijau aktif perkotaan semakin dirasakan. Peningkatan densitas kota telah
menyadarkan kita akan makna dari pernyataan ini. Kehidupan kota yang padat
telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk
melakukan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan di luar area privat. Model-model
perencanaan kota modern telah secara berulang-ulang menekankan akan kondisi
ini.
Ruang terbuka hijau aktif memiliki peran yang sangat penting dalam
lingkungan perkotaan dan merupakan bagian penting dari struktur pembentuk
kota, dimana memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota yang juga
diperuntukkan sebagai ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas
lingkungan dan budaya suatu kawasan. Berdasarkan Permen PU Nomor:
/PRT/M/2008, ruang terbuka hijau aktif memiliki dua fungsi, diantaranya
fungsi utama yaitu fungsi ekologis dan fungsi tambahan yaitu fungsi sosial-
budaya, ekonomi dan estetika.
Perkembangan dan pertumbuhan di wilayah perkotaan seringkali tidak
terkendali. Pemikiran ekonomi lebih dikedepankan sehingga memberi dampak
terhadap ruang terbuka hijau aktif. Pada perkembangannya ruang terbuka hijau
aktif ini semakin terdesak oleh intensitas penggunaan ruang yang semakin lama
semakin tinggi oleh aktifitas ekonomi yang padat. Hal ini memberi dampak bagi
ruang terbuka hijau aktif itu sendiri dilihat dari aspek ekologis, estetika, sosial-
budaya, dan ekonomi.
Keberadaan ruang terbuka hijau aktif menjadi dilema dalam pertumbuhan
setiap Kota. Menurut Budiharjo dan Sujarto (1999), angka pertumbuhan
penduduk dan perkembangan kota yang makin meningkat secara drastis akan
menghambat berbagai upaya pelayanan kota, dan pada waktu yang sama
juga berdampak negatif pada perlindungan alam. Hal ini ditandai dengan
keberadaan ruang terbuka hijau aktif yang semakin terjepit pembangunan.

1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan Ruang Terbuka Hijau?
1.2.2. Apakah tujuan, fungsi dan manfaat Ruang Terbuka Hijau?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Terbuka Hijau


2.1.1 Definisi
Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan bagian ruang terbuka (open
spaces). Betapa luasnya cakupan ruang terbuka ini, maka yang akan dibahas
adalah ruang terbuka di kawasan perkotaan. Berbagai referensi menyatakan
bahwa ruang terbuka adalah daerah atau tempat terbuka di lingkungan perkotaan
(Gunadi, 1995). Ruang terbuka berbeda dengan istilah ruang luar (exterior
space), yang ada di sekitar bangunan dan merupakan kebalikan ruang dalam
(interior space) di dalam bangunan.
Perbedaannya adalah bahwa ruang luar adalah ruang terbuka yang sengaja
dirancang secara khusus untuk kegiatan tertentu, dan digunakan secara intensif,
seperti halaman sekolah, lapangan olahraga, termasuk plasa (plazza) atau square.
Sedangkan ruang terbuka merupakan zona hijau yang bisa berbentuk jalur (path),
seperti jalur hijau jalan, tepian air waduk atau danau, bantaran sungai, bantaran rel
kereta api, saluran/ jejaring listrik tegangan tinggi, dan simpul kota (nodes),
berupa ruang taman rumah, taman lingkungan, taman kota, taman pemakaman,
lahan pertanian kota dan seterusnya.
Ruang terbuka yang disebut Taman Kota (park), yang berada di luar atau
diantara beberapa bangunan di lingkungan perkotaan, semula dimaksudkan pula
sebagai halaman atau ruang luar, yang kemudian berkembang menjadi istilah
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota, karena umumnya berupa ruang terbuka yang
sengaja ditanami pepohonan maupun tanaman, sebagai penutup permukaan tanah.
Tanaman produktif berupa pohon berbuah dan tanaman sayuran pun kini hadir
sebagai bagian dari RTH berupa lahan pertanian kota atau lahan perhutanan kota
yang amat penting bagi pemeliharaan fungsi keseimbangan ekologis kota. Ruang
terbuka harus ditanami tetumbuhan, atau hanya sedikit terdapat tetumbuhan,
namun mampu berfungsi sebagai unsur ventilasi kota, seperti plaza dan alun-alun.

3
Dalam Master Plan RTH Kota Bogor (2007), definisi lain mengatakan
bahwa secara umum ruang terbuka publik (open space) di perkotaan terdiri dari
ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun
introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural
yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya.
Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved)
maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun
areal-areal yang diperuntukkan khusus sebagai area genangan (retensi/ retention
basin). Selain itu menurut Purnomohadi (1995) bahwa (1) RTH adalah suatu
lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari
penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) Sebentang
lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas
geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat
tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan
pepohonan sebagai tumbuhan penciri terutama dan tumbuhan lainnya (perdu,
semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan
pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang
fungsi RTH yang bersangkutan.
RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu
wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik,
introduksi) guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang
dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Secara fisik RTH dapat
dibedakan menjadi RTH alami yang berupa habitat liar alami, kawasan lindung
dan taman-taman nasional, maupun RTH non-alami atau binaan yang seperti
taman, lapangan olah raga, dan kebun bunga.

4
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, memilki beberapa definisi terkait RTH yakni:
a. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang Iebih
luas baik dalam bentuk area/ kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka
yang pada dasarnya tanpa bangunan.
b. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat
RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang
diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi,
sosial, budaya, ekonomi dan estetika.

Pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, didefinisikan bahwa ruang


terbuka hijau adalah area memanjang/ jalur atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

2.1.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau


Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007, tujuan dialokasikannya RTH
Kawasan Perkotaan adalah:
a. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan
b. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan
di perkotaan
c. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan
nyaman.

Sedangkan fungsi dari ruang terbuka hijau antara lain:


a. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan
b. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara
c. Tempat perlindungan plasma nutfah dan keaneka-ragaman hayati
d. Pengendali tata air, dan
e. Sarana estetika kota.

5
Adapun fungsi RTH dikelompokkan menjadi empat:
a. Fungsi Ekologis, merupakan fungsi ruang terbuka hijau yang memberikan
perlindungan terhadap manusia dan lingkungannya dalam Eckbo (1964),
terdiri dari;
a) Fungsi orologis: memberikan manfaat orologis yang penting untuk
mengurangi tingkat kerusakan tanah, terutama longsor, dan Fungsi
hidrologis. Fungsi ini berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk
menyerap kelebihan air.
b) Fungsi klimatologis: menekankan bahwa fungsi ruang terbuka hijau
dapat mempengaruhi faktor-faktor iklim.
c) Fungsi edhapis: fungsi lebih mengarah pada penyediaan habitat satwa
perkotaan.
d) Fungsi hygienis: RTH mampu memberikan lingkungan yang lebih sehat
bagi manusia.
b. Fungsi Sosial, merupakan fungsi ruang terbuka hijau sebagai sarana
interaksi social masyarakat dengan lingkungan sosial sekitarnya. Komponen
RTH dapat memberikan pendidikan dan pengenalan terhadap mahkluk
hidup disekitarnya.
c. Fungsi Estetis, merupakan fungsi ruang terbuka hijau sebagai komponen
keindahan kota atau lingkungan hidup manusia, screening yaitu:
kemampuan ruang terbuka hijau untuk menyaring partikel-partikel yang
dapat mengganggu kehidupan manusia, seperti partikel debu, bau, angin
yang terlalu kencang, dan lainnya.
d. Fungsi Ekonomi, keberadaan ruang terbuka hijau tidak selalu memiliki nilai
ekonomi yang selalu rendah, namun keberadaan RTH juga mampu
meningkatkan nilai lahan karena suasana lingkungan yang tercipta akibat
keberadaannya, yaitu a) meningkatkan harga lahan, b) mengurangi biaya
penanganan bencana, c) mampu menjadi ruang untuk mata pencaharian kota.

6
2.1.3 Luas, Penggolongan dan Jenis Ruang Terbuka Hijau
Besaran luas RTH yang ideal di suatu kota berdasarkan UU No. 26 tahun
2007 Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah
kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota, pada ayat 3
berbunyi proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20
(dua puluh) persen dari luas wilayah kota.
Pola untuk pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau terdiri atas ruang terbuka
hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik
merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah
kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk
ajang terbuka hijau publik, antara lain, adalah taman kota, taman pemakaman
umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang
terbuka hijau privat, antara lain, adalah kebun atau halaman rumah atau gedung
milik masyarakat maupun swasta yang ditanami tumbuhan.

Gambar 01 Pembagian Ruang Wilayah Kota


Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga
puluh) persen dari luas wilayah kota merupakan ukuran minimal untuk menjami
keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem
nikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan

7
ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota. Untuk lebih meningkatkan fungsi dan proporsi
ruang terbuka hijau di kota, pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk
menanam tumbuhan di atas bangunan gedung miliknya. Proporsi ruang terbuka
hijau publik seluas minimal 20 (dua puluh) persen yang disediakan oleh
pemerintah daerah kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal
dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya
secara luas oleh masyarakat. Pada kenyataannya, formula rumusan penentuan luas
RTH kota yang memenuhi syarat lingkungan kota yang berkelanjutan ini, masih
bersifat kuantitatif dan tergantung dari banyak faktor penentu, antara lain:
geografis, iklim, jumlah dan kepadatan penduduk, luas kota, kebutuhan akan
oksigen, rekreasi, dan banyak faktor lain.
Bagian perencanaan kota Tucson (Tucson Planning Departement 1993)
Mengelompokkan RTH menjadi:
a. Cluster Green Open Space: RTH baik alami maupun fungsional, disediakan
untuk mengkompensasi pengurangan RTH sehingga dapat memenuhi
kebutuhan minimum RTH atau untuk mengimbangi peningkatan kepadatan
penduduk.
b. Common Green Open Space: Lahan dalam suatu areal pemukiman yang
tidak dimiliki seseorang atau didesikasikan untuk penggunaan publik,
dirancang dan diperuntukkan untuk penggunaan oleh umum atau untuk
kesenangan penduduk di sekitar permukiman.
c. Green Open Space System: Suatu jaringan komprehensif yang mencakup
taman atau daerah perlindungan yang telah ada dan direncanakan, meliputi
taman di pinggir sungai, habitat dataran banjir dan satwa liar yang
dilindungi.
d. Public Green Open Space: RTH yang dimiliki oleh lembaga publik,
misalnya City of Tucson Department of Parks and Recreation atau Dinas
Pertamanan. Dan dikelola oleh lembaga tersebut untuk digunakan bagi
kesenangan publik.

8
Ketentuan mengenai jenis-jenis RTHKP dijelaskan pada Permendagri No.1
Tahun 2007, Pasal 6, meliputi beberapa jenis yakni:
a. Taman kota
b. Taman wisata alam
c. Taman rekreasi
d. Taman lingkungan perumahan dan permukiman
e. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial
f. Taman hutan raya
g. Hutan kota
h. Hutan lindung
i. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah
j. Cagar alam
k. Kebun raya
l. Kebun binatang
m. Lapangan olah raga
n. Lahan pertanian perkotaan
o. Jalur pengaman jalan, rel kereta api
p. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara
q. Taman atap (roof garden).
Penyebaran ruang terbuka hijau ditentukan oleh wilayah pengembangan
dalam kota tersebut, kebutuhan ruang terbuka hijau dan fungsi ruang terbuka
hijau di areal perkotaan. Lokasi ruang terbuka hijau di areal perkotaan tidak
hanya terpusat pada satu tempat tetapi juga dapat menyebar atau terpisah seperti
taman kota yang kemudian dihubungkan dengan areal penghijauan penghubung
seperti jalur hijau.

2.2 Konservasi Keanekarangan Hayati


2.2.1 Pengertian Konservasi Keanekaragaman Hayati
Pengertian umum konservasi, menurut World Conservation Strategy (IUCN
1980), adalah manajemen penggunaan biospher oleh manusia yang menjamin
pemanfaatan maksimum secara lestasi bagi generasi sekarang dengan tetap

9
memelihara potensi pemanfaatan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
generasi yang akan datang. Tujuan utama kegiatan konservasi adalah
keberlangsungan manusia yang kebutuhan makan dan bahan baku lainnya sangat
tergantung pada sumberdaya alam. Jadi konservasi sumber daya hayati adalah
pengelolaan (meliputi pengawetan, pemeliharaan, pemanfaatan secara lestari,
pemulihan, dan peningkatan kualitas) tumbuhan yang menjamin pemanfaatan
secara maksimum bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Olfield (1989) menyatakan bahwa, pada prinsipnya konservasi sumberdaya
hayati dapat dilakukan dengan dua strategi, yaitu: konservasi in-situ dan
konservasi ex-situ. Konservasi in-situ adalah metode konservasi yang
mengusahakan untuk melindungi integritas genetik dari suatu sumberdaya genetik
dengan mengkonservasinya di dalam evolusi ekosistem yang bersifat dinamis dari
habitat asli atau lingkungan alaminya.
Konservasi ex-situ (off site conservation) adalah metode konservasi yang
memerlukan pengambilan sumberdaya genetik (biji, benangsari, sperma, atau
individu) dari habitat aslinya atau lingkungan alami. Memelihara komponen-
komponen keanekarangaman hayati hidup di luar habitat aslinya atau lingkungan
alaminya.
Dalam pembagunan kebun raya atau arboretum Botanical Garden
Conservation Secretariat (BGCS 1989) menyarankan agar konservasi tumbuhan
diprioritaskan pada spesies yang meliputi:
a. Spesies langka dan terancam punah, baik di tingkat lokal, nasional, regional
maupun global.
b. Spesies yang secara ekonomis penting
c. Spesies yang diperlukan bagi pemulihan atau rehabilitas ekosistem
d. Spesies kunci, yaitu spesies yang diketahui sangat penting sebagai
pemelihara dan stabilisasi ekosistem
e. Spesies yang secara taksonomi terisolasi sehingga ditinjau dari aspek ilmu
pengetahuan, kehilangannya akan berdampak serius.

10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Ruang terbuka Hijau adalah Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan
yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan
status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau
berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan
sebagai tumbuhan penciri terutama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak,
rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan
pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan
penunjang fungsi RTH yang bersangkutan.
2. Tujuan dialokasikannya RTH Kawasan Perkotaan adalah:
a. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan
perkotaan
b. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan di perkotaan
c. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah,
bersih dan nyaman.
Sedangkan fungsi dari ruang terbuka hijau antara lain:
a. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan
b. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara
c. Tempat perlindungan plasma nutfah dan keaneka-ragaman hayati
d. Pengendali tata air, dan
e. Sarana estetika kota.

11
DAFTAR PUSTAKA

Budiharjo. Eko & Sujarto. Djoko. 1999. Kota Berkelanjutan. Bandung: Alumni

Departemen Dalam Negeri. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun
2007 Tentang: Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
Jakarta.

Oldfield ML. 1989. The Value Of Conserving Genetic Resources. Sunderland,


Massachusets: Sinauer Associates, Inc. Publisher. Pp37

Purnomohadi. S. 1995. Peran Ruang Terbuka Hijau Dalam Pengendalian


Kualitas Udara di jakarta. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB Bogor

Tucson Planning Departement. 1993. Tucson, The People and the place:
Highlights from the 1990 Land Use Survey. Tucson, Az: City of Tucson,
Planning Dept

12

Anda mungkin juga menyukai