Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Tujuan pembangunan nasional sebagaimana yang tercantum dalam GBHN
adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kepuasan
lahiriah saja seperti sandang, pangan, papan, dan kesehatan saja ataupun mengejar
kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat
yang bertanggung jawab dan rasa keadilan saja, melainkan antara pembangunan
lahiriah dan batiniah tersebut haruslah berjalan seiring secara serasi.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum
di atas, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini
pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas tersebut. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan, karena pendidkan itu sifatnya mutlak dalam
kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan
Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya
pendidikan yang terdapat pada suatu bangsa tersebut.
Sebagaimana dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) nomor 20 Tahun 2003, Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mecapai tujuan pendidikan nasional tersebut, guru sebagai ujung
tombak pelaksana pendidikan di lapangan sangat menentukan keberhasilannya.
Dalam hal ini guru dapat dikatakan sebagai pemegang peranan utama dalam
proses pendidikan yang tercermin dalam proses belajar-mengajar di sekolah.
Proses belajar-mengajar di sekolah melibatkan banyak factor. Dapat
dijelaskan bahwa masukan (raw input) yang merupakan bahan dasar diberikan
pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar, dengan harapan dapat

1
2

berubah menjadi keluaran (expected input) yang berupa hasil belajar yang
diharapkan. Dalam proses belajar-mengajar diharapkan pula sejumlah faktor
sarana dan factor lingkungan guna menunjang tercapainya keluaran yang
dikehendaki.
Pada saat proses belajar mengajar maka akan terjadi hubungan timbal
balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu tentunya akan
mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh
tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung
guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap
motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif
pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep
selama ini, media dan metode mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan
suatu bahan, sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar. Hal
tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
proses belajar mengajar, sehingga terciptalah suasana belajar yang menyenangkan
pada diri siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Profesionalisme seorang guru bukanlah hanya mengembangkan ilmu
pengetahuan, tetapi lebih kepada kemampuanya melaksanakan pembelajaran yang
menarik untuk siswa sehingga siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran. Daya
tarik suatu pelajaran terletak pada dua hal yaitu oleh mata pelajaran itu sendiri dan
cara guru mengajar. Cara guru mengajar menjadi salah satu penentu keberhasilan
proses belajar mengajar. Salah satu caranya adalah dengan penerapan model
pembelajaran. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran. Model diartikan sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Berbicara mengenai model-model pembelajaran, banyak sekali model-
model pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru, salah satunya
adalah model inquiri. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh
yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan
individu yang penuh rasa ingintahu akan segala sesuatu. Sejak manusia lahir ke
dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya.
3

Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat


manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk
mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan
dan indera-indera lainnya Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus
menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan
yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari
oleh keingintahuan itu. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan model
inkuiri, guru sebagai “fasilitator pembelajaran”. Siswa mengajukan beberapa
pertanyaan, menimbulkan hipotesis, penelitian dan percobaan,menganalisis data,
dan memberikan penjelasan sebagai bukti.
Inquiry dibentuk dan meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan
kata lain, inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan
dalam cara lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry
mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya
merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-
sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
Johnson dalam supriyono (2011:68) membedakan discoverylearning
dengan inquiry learning. Discovery terdapat pengalaman yang disebut “ahaa
experience” yang dapat diartikan nah ini dia. Inquirylearning tidak selalu sampai
pada proses ini. Hal ini karena karenaproses akhir discovery learning adalah
penemuan, sedangkan inquiry learning proses akhirnya terletak pada kepuasan
kegiatan meneliti. Discovery learning menekankan pada pengalaman seperti yang
dialami oleh peneliti ketika melakukan penemuan suatu temuan. Inquiry berarti
guru harus menyediakan situasi sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk
melakukan prosedur yang digunakan oleh penelitian. Persamaan discovery
learning dan inquiry learning yaitu kedua pembelajaran tersebut menekankan pada
masalah konstektual dan aktivitas penyelidikan. Adapun pembahasan dalam
makalah ini mengenai pengertianinkuiri, teori-teori belajar yang melandasi
pembelajaran model inquiri,Langkah-langkah pembelajaran inquiri, kelebihan dan
kekurangan model inkuiri dan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran
inquiri.
4

1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;
1.2.1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran inkuiri
1.2.2. Untuk mengetahui aspek-aspek model pembelajaran Inkuiri
1.2.3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat model pembelajaran inkuiri
1.2.4. Untuk mengetahui ciri-ciri dan prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri
1.2.5. Untuk mengetahui jenis-jenis model pembelajaran inkuiri
1.2.6. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
inkuiri
1.2.7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
inkuiri
1.3. Manfaat
Hasil penulisan makalah ini dapat dimanfaatkan:

1.3.1. Bagi mahasiswa, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam

menambah bahan bacaan sehingga dapat membantu menjadi referensi

untuk penelitian lebih lanjut atau memenuhi tugas-tugas perkuliahan.

1.3.2. Bagi peserta didik, diharapkan penelitian ini dapat memberikan

informasi mengenai keanekaragaman serangga permukaan tanah pada

beberapa tipe habitat di Lawe Cimanok dan bermanfaat dalam

menambah bahan bacaan serta dapat digunakan dalam proses

pembelajaran.
5

BAB II LANDASAR TEORI

2.1. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry


Istilah inkuiri berasal dari Bahasa Inggris, yaitu Inquiry yang berarti
pertanyaan atau penyelidikan. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.(Trianto,
2007)
Sedangkan menurut Wina Sanjaya, inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Pembelajaran inkuiri dibangun dengan asumsi bahwa sejak lahir
manusia memiliki dorongan untuk menentukan sendiri pengetahuannya. Rasa
ingin tahu tentag keadaan alam di sekelilingnya tersebut merupakan kodrat sejak
ia lahir kedunia, melalui indra penglihatan, indra pendengaran dan indra-indra
yang lainnya. Keiingintahuan manusia terus menerus berkembang hingga dewasa
dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimilikinya akan
menjadi bermakna manakala didasari oleh keingintahuan tersebut. (Wina Sanjaya,
2006).
Gulo (2002) menyatakan bahwa strategi inquiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuan-penemuannya dengan penuh percaya diri.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat kita simpulkan bahwa
pembelajaran inquiri merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa dalam proses berfikir untuk mencarai dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan secara
sistematis, kritis dan analitis.
Inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya inquiry menempatkan siswa sebagai subyek
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima

5
6

pelajaran melalui penjelasan dari guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Pembelajaran inquiry
bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara sistematis, logis,
dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai proses dari
proses mental. Dengan demikian, siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiry yaitu (1) melibatkan
keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan
kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3)
mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam
proses inkuiri.

2.2. Aspek-Aspek Dalam Model Pembelajaran Inkuiri


Menurut Trianto, untuk melaksanakan inkuiri secara maksimal hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas (permisif) di kelas,
siswa tidak merasakan adanya tekanan/ hambatan untuk mengemukakan
pendapatnya.
2. Inkuiri berfokus hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya
semua pengetahuan bersifat tentatif, tidak ada kebenaran yang bersifat
mutlak, kebenaran selalu bersifat sementara. Apabila pengetahuan
dipandang sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar sekitar
pengujian hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan.
Inkuiri bersifat open ended jika ada berbagai kesimpulan yang berbeda
dari siswa masing-masing dengan argumen yang benar.
3. Penggunaan fakta sebagai evidensi. Di dalam kelas dibicarakan validitas
dan reliabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian
hipotesis pada umumnya.
2.3. Tujuan dan Manfaat Strategi Pembelajaran Inquiri
Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
7

memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar


rasaingin tahu mereka.(Trianto, 2007)
Selain itu inkuiri dapat mengembangkan nilai dan sikap yang sangat
dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti :
a. Keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian
data termasuk merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan
fenomena
b. Kemandirian belajar
c. Keterampilan mengekspresikan secara verbal
d. Kemampuan berpikir logis, dan
e. Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif.
Manfaat diterapkannya strategi pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
a. Merupakan suatu cara belajar siswa aktif
b. Melalui penemuan sendiri, dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan.
c. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul- betul
dikuasai dan mudah ditransfer dalam situasi lain.
d. Anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang
dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditarnsfer dalam kehidupan masyarakat.
(Suryosubroto, 2002).

2.4. Ciri-ciri dan Prinsip Pembelajaran Inkuiri


2.4.1. Ciri-Ciri Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri, diantaranya:
1. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima materi pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
8

demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai satu-


satunya sumber belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator dan
motivatorbelajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui
proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam
menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan
inkuiri. Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai
peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia
harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta
memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
3. Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam
pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat
mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai
materi pelajaran. (Ahmad Sabri, 2007)

2.5. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Inkuiri


Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini :
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari
pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan
demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar.
2. Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses
interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru,
bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip Bertanya ikuiri adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu
pertanyaan-pertanyaan yang dapat djawab dan mengantarkan pada
pengujian dan eksplorasi bermakna. Selama pembelajaran inkuiri, guru
9

dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, yang dapat


bersifat open-ended, memberi peluang siswa untuk mengarahkan
penyelidikan mereka sendiri dan menemukan jawaban-jawaban yang
mungkin dari mereka sendiri dan mengantar pada lebih banyak pertanyaan
lain. Oleh karena itu peran yangharus dilakukan guru dalam pembelajaran
inkuiri adalah sebagai penanya.Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab
setiap pertanyaan padadasarnya sudah merupakan sebagian dari proses
berpikir
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat
sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to
think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran
berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5. Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran
yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk
memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
(Ahmad Sabri, 2007)
Dengan demikian. Peran utama seorang guru dalam pembelajaran inkuiri
adalah motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan semangat dalam
berfikir, fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika seorang siswa itu mengalami
kesulitan, Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat,
Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas, Pengarah,
memimpin kegiatan siswa untuk mencapa tujuan yang diharapkan, Manajer,
mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas dan Rewarder, memberi
penghargaan pada prestasi yang dicapai oleh siswa. (Ahmad Sabri, 2007)

2.6. Teori-Teori Belajar yang Melandasi Strategi Pembelajaran Inkuiri


Adapun teori-teori belajar yang mendasari proses pembelajaran dengan
strategi pembelajaran inkuiri antara lain:
a. Teori Belajar Kontruktivisme
Menurut teori kontruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu
saja dari pikiran guru kepada pikiran siswa. Artinya siswa harus aktif secara
10

mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif


yang dimilikinya. Tasker (1992: 32) seperti dikutip oleh Hamzah (2008)
mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar kontruktivisme, sebagai
berikut.
1) Peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara bermakna.
2) Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkontruksian secara
bermakna.
3) Mengaitkan antara gagasan dengan informasi yang diterima.
b. Teori Belajar Ausubel
Teori belajar Ausubel menurut Dahar ada dua jenis, yaitu 1) belajar
bermakna (meaningful learning), dan 2) belajar menghafal (rate learning). Belajar
bermakna merupakan suatu proses dimana setiap informasi atau pengetahuan baru
dihubungkan dengan struktur pengertian atau pemahaman yang sudah dimiliki
oleh siswa sebelumnya. Belajar bermakna terjadi bila siswa mampu
menghubungkan setiap informasi baru kedalam struktur pengetahuan mereka. Hal
ini terjadi melalui pemahaman siswa terhadap sebuah konsep, mampu mengubah
konsep melalui proses asimilasi dan akomodasi konsep. Sehingga menyebabkan
peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah. Untuk itu dapat dikatakan
teori belajar bermakna dari Ausubel sesuai dengan model pembelajaran inkuiri.
Karena siswa mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan materi secara mandiri
tanpa dibimbing oleh guru.
c. Teori Belajar Penemuan Dari Bruner
Menurut Jerome S. Bruner proses belajar siswa menempuh tiga atau fase,
yakni: (a) Fase informasi (tahap penerimaan materi); (b) Fase transformasi (tahap
mengubah materi); (c) Fase evaluasi (tahap penilaian materi).
Dalam fase informasi (information), seorang siswa yang sedang belajar
memperolah sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang di pelajari.
Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri
sendiri ada pula yang berfungsi sebagai penambah, memperhalus, dan
memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam fase
transformasi (transformation), informasi yang telah diperoleh itu dianalisis,
diubah, atau ditransfomasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual
11

supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai
dengan bimbingan guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi
kognitif yang tepat untuk mempelajari materi pelajaran tertentu. Dalam fase
evaluasi (evaluation), seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana
pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan tadi) dapat dimanfaatkan
untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
(Muhibbin Syah. 2010)

2.7. Jenis-Jenis Inkuiri


Inkuiri terbagi tiga jenis inkuiri yaitu:
a) Inkuiri Terbimbing (Guided Inkuiri)
Inkuiri terbimbing dalam pelaksanaannya dilakukan oleh siswa
berdasarkan petunjuk-petunjuk dari guru. Pentunjuk pada umumnya diberikan
dalam bentuk pertanyaan yang sifatnya membimbing siswa. Dengan inkuiri
terbimbing ini, siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari
guru sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran IPA. Pada model
pembelajaran ini siswa dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan baik melalui diskusi maupun kelompok ataupun secara individual
agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri.
(Moh. Amien,1987)
b) Inkuiri yang dimodifikasi (Modified Inkuiri)
Inkuiri jenis ini, kegiatan siswa ditekankan pada eksplorasi, merancang,
dan melaksanakan eksperimen. Pada waktu siswa melakukan proses belajar untuk
mencari jawaban dari masalah yang diajukan guru, bantuan yang dapat diberikan
guru ialah dengan teknik pertanyaan-pertanyaan, bukan berupa penjelasan. Guru
hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan pengarah yang sifatnya mengarah
kepada pemecahan masalah yang perlu dilakukan siswa.
Model ini membatasi guru dalam memberi bimbingan agar siswa berupaya
terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan
sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak
12

langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan


yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
c) Inkuiri Bebas (Free Inkuiri)
Proses pembelajaran dengan menggunakan model jenis ini, siswa
melakukan penelitian sendiri sebagai seorang ilmuwan. Kegiatan free inkuiri
dilakukan setelah siswa mempelajari dan mengerti bagaimana memecahkan suatu
masalah dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu
serta telah melakukan modified discovery-inkuiri.
Perbedaan dengan jenis inkuiri lain adalah guru sama sekali tidak
membantu siswa dalam merumuskan masalah serta memecahkan masalah, dengan
kata lain siswa bertindak mandiri sepenuhnya. Dalam model ini siswa harus
mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau
dipecahkan.
Salah satu keuntungan belajar dengan model ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai
alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana
cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan
siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh
orang lain dari masalah yang diselidiki. (Moh. Amien, 1987)

2.8. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri


Menurut Wina Sanjaya (2007), pelaksanaan pembelajaran inkuiri dapat
dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: Wina Sanjaya,
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,h.199-203

Merumuskan Merumuskan
Orientasi Masalah Hipotesis

Merumuskan Menguji Mengumpulkan


Kesimpulan Hipotesis Data
13

1. Langkah Orientasi
Beragam cara dan variasi yang dapat dilakukan uru agar dapat
mengorientasikan siswa kepada suatu permasalahan. Seringkali siswa tidak
menyadari pada suatu keadaan atau fenomena sesungguhnya terdapat pada suatu
permasalahan, atau sesuatu yang dapat dijadika pertanyaan untuk dipelajari lebih
mendalam. Untuk mengorientasikan siswa terhadap masalah ini, guru harus
memiliki kreativitas sehingga stimulus atau rangsangan yang diberikan benar-
benar menarik bagi siswa. Rasa ingin tahu akan suatu hal akan membimbing
siswa terhadap suatu permasalahan untuk dipelajari bersama-sama di kelas atau
kelompoknya.
2. Merumuskan Masalah
Ketika rangsanga atau stimulus yang diberikan oleh guru bekerja dengan
baik, maka dalam pemikiran siswa akan muncul pertanyaan-pertanyaan dan
permasalahan-permasalahan yang akan menjadi basis dan tujuan pembelajaran
tersebut. Jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa belum memenuhi
harapan guru, maka gurupun dapat memebrikan pertanyaan-pertanyaan yang akan
mengarahkan siswa pada pertanyaan besar dan penting yang seharusnya menjadi
tujuan pembelajaran itu. Memang tidaklah mudah bagi siswa untuk merumuskan
permasalahan secara baik jika mereka belum terbiasa dan terlatih. Tetapi, memang
seharusnya guru berusaha membuat mereka untuk memiliki kemampuan ini.
Kemampuan merumuskan masalah dalam pembelajaran inkuiri sangat penting
sebagai titik awal pembelajaran siswa. Pertanyaan dan permasalahan yang baik
akan membuat siswa benar-benar belajar, sehingga mereka akan memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang sedang dipelajari.
3. Mengajukan Hipotesis
Selanjutnya setelah siswa merumuskan masalah yang ingin dipelajari,
mereka kemudian diajak untuk bersama-sama merumuskan hipotesis. Erumusan
hipotesis di dasarkan pada informasi-informasi yang selama ini telah mereka
miliki. Hipotesis ini nantinya harus diuji kebenarannya. Untuk melanjutkan
sampai tahap ini, tentunya terlebih dahulu siswa harus mengumpulkan data dan
informasi-informasi yang dibutuhkan dan relevan.
14

4. Mengumpulkan Informasi
Langkah ke-4 ini merupakan tahapan yang sangat penting, karea pada
tahap ke-4 model pembelajaran inkuiri ini, siswa bersama kelompoknya harus
mengumpulkan sebanyak dan selengkap mungkin data dan informasi yang
dibutuhka. Siswa dan kelompoknya juga harus memilah-milah informasi dan data
mana yang relevan dengan tujuan dan pemecahan masalah mereka. Informasi dan
data dikumpulkan dengan beragam metode dan sumber data yag mungkin. Guru
bukanlah sumber informasi utama, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator
sehingga semua kebutuhan siswa dan kelompoknya untuk mengumpulkan data
dan informasi yang lengkap dapat berjalan dengan baik. Siswa akan lebih banyak
membaca secara mandiri, mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan dari
internet, melakukan eksperimen-eksperimen kecil dan sebagainya.
5. Menguji Hipotesis
Setelah selesai dengan beragam sumber belajar (sumber informasi) yang
tersedia dan sumber data yang ada, siswa kemudian akan diajak untuk memproses
data dan informasi yang diperoleh. Mereka dapat belajar mengorganisasikan data
kedalam tabel-tabel, daftar-daftar, atau ringkasan yang akan mempermudah
mereka dalam menguji kebenaran hipotesis yang telah mereka susun dalam
langkah sebelumnya. Di sini mungkin saja terjadi semacam perbedaan antara
informasi yang beru mereka peroleh dengan informasi yang telah mereka miliki
sebelumnya. Proses berfikir kreatif, kritis dan analitis akan dibutuhkan di tahap
ini, sehingga mereka dapat menguji hipotesis.
6. Menyimpulkan
Pada akhir langkah model pembelajaran inkuiri, siswa kemudian akan
membuat kesimpulan mereka masing-masing tentang hasil pengujian hipotesis
yang telah dilakukan.

2.9. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Inkuiri


Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan,
karena memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
a. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang,
15

sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih


bermakna.
b. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka
c. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi
e. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatka berbagai jenis sumber
yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar
f. Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dan belajar.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai
kelemahan, diantaranya:
a. Sulit untuk mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar
c. Terkadang dalam pengimplementasiannya memakan waktu yang lebih
lama dari jadwal yang sudah ditentukan. (Ahmad Sabri, 2007)

2.10. Hasil Penelitian Sebelumnya tentang Model Pembelajaran Inkuiri


1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maria A, dkk, data yang
diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang
dipengaruhi oleh motivasi siswa dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional.
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi, menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA antara siswa
yang mengikuti model pembelajaran inquiri terbimbing dengan siswa
yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu, dkk, setelah
dianalisis didapatkan hasilnya bahwa model pembelajaran inkuiri
16

memberikan hasil belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran langsung.
17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
3.1.1. Istilah inkuiri berasal dari Bahasa Inggris, yaitu Inquiry yang berarti
pertanyaan atau penyelidikan. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencarai dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
percaya diri.
3.1.2. Untuk melaksanakan pembelajaran inquiri terdapat aspek-Aspek yang
perlu diperhatikan yaitu Aspek sosial, Inkuiri berfokus hipotesis dan
penggunaan fakta sebagai evidensi.
3.1.3. Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat
mengembangkan didisiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar
rasaingin tahu mereka, Selain itu inkuiri dapat mengembangkan nilai dan
sikap yang sangat dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti:
keterampilan melakukan pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian
data termasuk merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan
fenomena, kemandirian belajar, Keterampilan mengekspresikan secara
verbal, kemampuan berpikir logis, dan, Kesadaran bahwa ilmu bersifat
dinamis dan tentatif. Adapun manfaat diterapkannya strategi pembelajaran
inquiri yaitu merupakan suatu cara belajar siswa aktif, melalui penemuan
sendiri, dan menyelidiki sendiri, maka hasil yangdiperoleh akan tahan
lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan, pengertian yang ditemukan
sendiri merupakan pengertian yang betul- betul dikuasai dan mudah
ditransfer dalam situasi lain, dan anak belajar berfikir analisis dan
mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri
3.1.4. Pembelajaran inkuiry memiliki beberapa ciri, diantaranya:
3.1.4.1. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan.

17
18

3.1.4.2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari


dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri .
3.1.4.3. Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental.
Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini :
3.1.4.4. Berorientasi pada pengembangan intelektual.
3.1.4.5. Prinsip interaksi.
3.1.4.6. Prinsip bertanya ikuiri
3.1.4.7. Prinsip belajar untuk berpikir.
3.1.4.8. Prinsip keterbukaan
3.1.5. Model pembelajaran Inkuiri terbagi atas tiga jenis inkuiri Inkuiri
Terbimbing (Guided Inkuiri), Inkuiri yang dimodifikasi (Modified Inkuiri)
dan Inkuiri Bebas (Free Inkuiri).
3.1.6. Langkah-Langkah pelaksanaan pembelajaran Inkuiri Menurut Wina
Sanjaya (2007), dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut: (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis,
(4) mengumpulkan data,(5) menguji hipotesis dan (6) menarik kesimpulan.
3.1.7. Adapun kelebihan model pembelajaran inkuiri yaitu:
a. Pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang.
b. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka
c. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Siswa menjadi aktif dalam mencari dan mengolah sendiri informasi
e. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatka berbagai jenis
sumber yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya
sumber belajar
19

f. Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki


kemampuan di atas rata-rata.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai
kelemahan, diantaranya:
a. Sulit untuk mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar
c. Terkadang dalam pengimplementasiannya memakan waktu yang lebih
lama dari jadwal yang sudah ditentukan.
3.1.8. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional

3.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah, sebagai berikut:
1. Guru harus dapat memberikan suatu rangsangan untuk memperoleh suatu
masalah sehingga dengan adanya permasalahan tersebut, siswa dapat
melatih ketrampilan berfikir kritis dan analitisnya.
2. Guru seharusnya dapat menerapkan berbaga model pembelajaran yang
inovatif sehingga siswa semakin semangat untuk mengikuti pembelajaran.
Karena dengan adanya kerjasama yang baik antara para pelaksana
pendidikan dengan masyarakat akan memperlancar proses pendidikan.
20

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Sabri, 2007, Srtrategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum
Teaching, Jakarta: ineka Cipta
B. Suryosubroto, (2002), Proses belajar mengajar di Sekolah Cet. I, Jakarta: PT
Rineka Cipta

Dahar, R. W, 1996, Teori-Tori Belajar, Jakarta: Erlangga

Dewi, dkk, (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap


Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Ipa, Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, UPG

Maria. A, dkk, 2018, Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri


Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Siswa, Jurnal Pengkajian Ilmu dan
Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram

Muhibbin Syah. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:


Remaja

Moh. Amien, 1987, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan


Menggunakan Metode “Discovery” dan Inquiry” (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, hal.135-134Rosdakarya. Hlm. 111

Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,


Jakarta: Prestasi Pustaka

Wina Sanjaya, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, Jakarta : Kencana

20

Anda mungkin juga menyukai