Anda di halaman 1dari 14

A.

Orokraniofasial
Orokraniofasial (OKF) adalah proses perkembangan wajah yang terjadi sejak janin
berkembang di rahim ibu. Perkembangan wajah bergantung dari lima facial processes
(disebut juga dengan prominences) yang terbentuk pada minggu keempat yaitu the single
frontonasal process, sepasang maxilla process dan sepasang mandibula process. Proses-
proses ini kemudian menjadi pusat pertumbuhan dan perkembangan dari wajah.
Perkembangan wajah dimulai pada minggu ke-4 dan kemudian akan dilengkapi di
minggu ke-12, saat periode fetal. Proporsi-proporsi wajah itu berkembang pada saat periode
fetal.
 Pada embrio yang berumur 3 minggu:
Terdapat bulatan yang menonjol yang terbentuk oleh forebrain merupakan
bagian terbesar dari wajah. Bagian ini ditutupi oleh lapisan ectoderm dan sebuah
lapisan tipis mesoderm. Di bawah bulatan yang menonjol tersebut, terdapat sebuah
alur yang dalam, yaitu alur mulut primitive, yang disebut stomatodeum. erubahan
pertama yang signifikan didalam perkembangan wajah disebabkan oleh proliferasi
cepat dari lapisan mesoderm.
 Pada embrio yang berumur 4 minggu:
Tonjolan yang merupakan bagian tengah dari upper-face dikenal sebagai
frontonasal process. Tahap selanjutnya terbentuk formasi yang dangkal dan alur oval
yang dalam, yang disebut nasal pits. Nasal pits membagi frontonasal process menjadi
sebuah medial nasal process dan dua lateral nasal process.
 Pada embrio yang berumur 5 minggu:
Terjadi fusi antara medial nasal dan maxillary processes yang menyempit ke
arah nasal pit. Medial nasal process tumbuh ke bawah lebih cepat daripada lateral
nasal processes
 Pada embrio yang berumur 6 minggu:
Terjadi fusi antara medial dan lateral nasal processes yang menyempitkan
lebih banyak nostrils. Medial nasal process berkurang. Mata berada di tepi wajah.
 Pada embrio yang berumur 7 minggu:
Nasal area agak menonjol. Nasal septum lebih banyak berkurang. Mata berada di
permukaan depan wajah.
 Pada embrio yang berumur 8 minggu:

1
Kelopak mata berada di permukaan depan wajah. Jaraknya relative berkurang.
Mandibula kecil.
 Pada embrio yang berumur 12 minggu:
Kelopak mata tertutup. Nostrils tertutup oleh proliferasi lapisan epitel.
Hubungan maksila dan mandibula normal.
 Pada wajah orang dewasa:
Perbedaan-perbedaan dari medial nasal process, lateral nasal process,
maxillary process, dan mandibular arch terlihat jelas.

2
Pertumbuhan Nasal
Pada minggu keempat, frontonasal prominence yang merupakan pembentukan awal
wajah bagian atas membentuk placode yang disebut nasal placode. Jaringan di sekitar nasal
placode di frontal prosesus inilah yang melakukan perkembangan hidung. Placode kemudian
disintegrasi dan membentuk lubang nasal atau disebut juga olfactory pits. Nasal pits ini yang
kemudian menjadi rongga hidung.
Di minggu keenam, lubang hidung bagian dalam akan menghasilkan nasal sac yang
tumbuh secara internal menuju otak yang berkembang. Awalnya, nasal sac dipisahkan oleh
oleh membran oronasal. Kemudian membran sementara ini lenyap, beriringan dengan
pembentukan daerah choanae primitif, bagian posterior dari primary palate. Pada
perkembangan selanjutnya choanae primitive ini akan berpindah ke belakang primary palate.
Dengan adanya pertumbuhan secondary palate dan primitive nasal chambers, choanae
definitif sekarang berada di perbatasan rongga hidung dan faring. Di waktu yang sama,
superior, middle, dan inferior chonchae berkembang di dinding lateral dari rongga nasal.
Di bagian tengah jaringan sekitar nasal placodes akan membentuk dua bentuk sabit
yang membesar di antara nasal pits. Bagian tengah ini dinamakan medial nasal prosesus.
Selanjutnya medial nasal prosesus akan berfusi secara eksternal untuk membentuk bagian
tengah dari hidung, mulai dari pangkal sampai apex dan bagian tengah bibir atas serta
philtrum. Bagian luar nasal pits juga membentuk dua bentuk bulan sabit bernama lateral nasal
prosesus. Lateral nasal processus akan membentuk alae, atau sisi dari hidung.
Paranasal sinus akan berkembang sebagai diverticula dari lateral nasal wall, dan
memanjang menjadi tulang maxilla, ethmoid, frontal, dan sphenoid. Paranasal sinus mencapai
pertumbuhan maksimal pada masa pubertas dan berperan penting pada pembentukan wajah.
1. Frontal sinus
Terdapat di tulang frontal di atas rongga orbital, dan setiap orang memiliki ukuran
dan bentuk yang berbeda – beda. Pada masa kelahiran, sinuses ini belum ada. Kira – kira
setelah umur 2 tahun, 2 anterior ethmoid sinuses ini tumbuh kearah tulang frontal dan
membentuk tulang sinus di setiap sisi. Frontal sinuses mulai kelihatan pada umur 7 tahun
di radiograf. Frontal sinuses akan selesai berkembang pada umur 14 – 17 tahun.

2. Ethmoid sinus
Disebut juga ethmoid air cells karena bukan merupakan sepasang sinuses tetapi
memiliki banyak kompartemen kecil. Ethmoid bones memiliki bagian anterior, middle,
dan posterior. Di saat pertumbuhan frontal bone, bagian posterior dari ethmoid sinuses
3
akan tumbuh ke sphenoid bone dan membentuk sphenoid sinuses. Ethmoid bones mulai
tumbuh ketika umut 6 – 8 tahun.
3. Sphenoid sinus
Berada di badan tulang sphenoid, di bawah kelenjar pituitary.
4. Maxilllary sinus
Merupakan sinuses terbesar dari paranasal sinuses. Saat bayi lahir, maxillary
sinuses akan sebesar biji kacang polong. Namun sinuses tersebut akan membesar dan
tumbuh sampai masa puber dan sampai semua gigi permanen tumbuh.
Fungsi dari sinuses yaitu menghangatkan udara saat melalui sistem respirasi, namun
fungsi ini merupakan fungsi minimal. Pertumbuhan sinuses penting karena mengubah bentuk
dan ukuran hidung saat remaja. Sinuses juga berpengaruh pada gema di suara saat puber.

Pertumbuhan dan Perkembangan Cavum Nasi


Dimulai pada embrio umur kurang dari 6 minggu sebagai proses invaginasi pada nasal
placode sebagai dasar lekukannya. Mula-mula dibentuk nasal pit, kemudian lekukan semakin
meluas membentuk saccus nasalis. Saccus nasalis ini masih belum berhubungan dengan
cavum oris karena masih dipisahkan oleh membrane oro nasal. Setelah embrio berusia 7
minggu membrane oro nasal pecah sehingga terjadilah hubungan antara cavum nasi dengan
cavum oris. Batas hubungan cavum nasi dan cavum oris di belakang palatum primer disebut
primitive choanae.
Selain proses tersebut, pada dinding cavum nasi terbentuk pula tonjolan-tonjolan yang
terbagi menjadi tiga yaitu:

 Conchae Nasalis Superior


 Conchae Nasalisi Medius

4
 Conchae Nasalis Inferior
Dinding epitel atas cavum nasi (lapisan ectoderm) juga mengalami diferensiasi
membentuk serabut-serabut saraf N. Olfactorius. Setelah palatum sekunder kanan dan kiri
selesai berfusi dengan septum nasi, maka terbentuklah cavum nasi yang sempurna. Batas
hubungan cavum nasi dan cavum oris di belakang palatum sekunder dan disebut Definitive
Chonchae.
Perkembangan Palatum
Perkembangan palatum dimulai pada minggu ke-5 pada periode embrionik dan
berakhir pada minggu ke-12 pada periode fetal. Palatum terbentuk dari 2 struktur embrionik
yang terpisah yaitu Primary palate dan Secondary palate.
 Perkembangan Primary Palate
Selama minggu ke-5 periode prenatal, terbentuklah intermaxillary segment
yang merupakan fusi dari 2 tulang medial nasal. Intermaxillary Segment kemudian
membentuk premaksila yang merupakan 1/3 bagian dari keseluruhan palatum.
 Perkembangan Secondary palate
Selama minggu ke-6 periode prenatal, bilateral maxillary processes
membentuk kedua palatal shelves. Kedua palatal shelves tersebut akan memanjang ke
arah satu sama lain dan berdusi membentuk secondary palatal. Secondary palate ini
membentuk 2/3 bagian dari palatum durum, palatum mole, dan uvula. Median
palatine suture pada orang dewasa adalah bukti penggabungan kedua palatal shelf ini.

Pada akhirnya, secondary palate akan bergabung dengan primary palate pada akhir
minggu ke-12 periode prenatal. Oral cavity akhirnya terpisah dengan nasal cavity. Osifikasi
pada palatum durum yang anterior dimulai segera setelah fusi kedua palatum selesai.

5
Perkembangan Lidah
Selama periode yang sama dengan perkembangan muka bagian luar, lidah dibentuk
dari empat pembengkakan yang independen pada dinding ventral faring primitif.
Pembengkakan pertama yang tampak adalah tunas lidah median yang kecil (tuberkulum
impar) yang terbentuk di antara dan kaudal dari lengkung mandibularis. Setelah itu, dibentuk
dua tunas lidah lateral pada ujung ventral lengkung yang sama. Ketiga benih itu tumbuh
menjadi besar dan bergabung satu sama lain membentuk dua pertiga anterior lidah dewasa.
Pada bagian lidah itulah berkembang semua papila lidah. Sepertiga bagian posterior lidah
timbul dari eminensia hipobronkial (kopula), yaitu dengan terbentuknya peninggian di daerah
medial pada bagian ujung kaudal dari tunas lidah median di antara ujung-ujung ventral
lengkung brankial kedua, ketiga, dan keempat.

6
Bagian ini dipisahkan dari tunas lidah median oleh suatu cekungan dimana akan
berkembang duktus tiroglossus. Cekungan itu menetap pada lidah dewasa sebagai cekungan
median yang disebut dengan foramen saekum. Bagian kaudal eminensia hipobronkial
dipisahkan oleh suatu alur melintang dan membentuk epiglotis. Dari sisa eminensia, tampak
suatu penonjolan berbentuk huruf V mendekat dengan tunas lidah lateral disebelah kranialnya
bertemu dan berfusi pada sepanjang garis itu, sulkus terminalis, membentuk bagian posterior
dan faringeal lidah.
Selama proses ini endoderm dan mesoderm lengkung ketiga tumbuh melampaui
bagian-bagian dari lengkung kedua dan memisahkan mereka dari lidah. Ektoderm mulut
sepanjang tepi ventral dan lateral lidah tumbuh ke dalam mesenkim di bawahnya dan
membentuk perkembangan alur linguogingiva yang memisahkan lidah dari dasar mulut.
Epitel dan jaringan ikat lidah berasal dari aparatus brankial tetapi otot bercorak tidak
berasal dari sana. Diduga bahwa otot-otot lidah berasal dari somit oksifitalis, bermigrasi ke
arah ventral mengitari faring dan masuk ke dalam lidah membawa nervus hipoglossal
bersamanya.

Perkembangan Maksila
 Pre-Natal
Maksila juga berkembang dari pusat osifikasi di maxillary process yang terapat di
branchial arch pertama. Untuk maksila, tidak ada kartilago primer (primary cartilage)
yang ada, tetapi pusat osifikasi nya dekat dengan kartilago dari nasal capsule. Proses
osifikasi dari maksila sama dengan proses osifikasi mandibula. Dari pusat osifikasi,
formasi tulang menyebar secara posterior menuju zygoma, secara anterior menuju incisor,

7
dan secara superior menuju ke frontal process. Akibat dari perkembangan ini terjadi
deposisi tulang pada bagian posterior. Osifikasi juga berkembang menuju palatine process
untuk membentuk palatum primer. Dalam pertumbuhan maksila lebih lanjut, terdapat
kartilago sekunder (secondary cartilage) yang berpengaruh besar yaitu zygomatic/malar
cartilage. Kartilago ini muncul pada saat perkembangan tulang zygomatic dan dalam
waktu yang singkat dapat berkontribusi dalam perkembangan maksila.
 Post-Natal
Pertumbuhan maksila dipengaruhi oleh pertumbuhan otak, pertumbuhan
tulang cranial, dan nasalseptal guidance, yang memberikan pengaruh signifikan
terhadap pergerakan maju mundur maksila dari lahir hingga umur 7 tahun. Setelah
umur 7 tahun hingga dewasa pengaruh-pengaruh tersebut berkurang secara dramatis
seiring pertumbuhan sutural dan pertumbuhan permukaan intramembranosa
mengambil alih.

Pertumbuhan dan Perkembangan Mandibula

 Pre-Natal
Tulang kartilago dari branchial arch pertama yaitu Meckel's cartilage membentuk
rahang bawah. Di saat minggu ke-6 masa kehamilan, perkembangan tulang kartilago ini
meluas sebagai batang hyaline cartilage, dilapisi oleh kapsul fibroselular, dari tempat
perkembangan telinga (otic capsule) hingga midline dimana mandibula bersatu. Saraf
mandibular terbagi menjadi lingual dan cabang alveolar inferior. Cabang alveolar inferior
dibagi lagi menjadi dua, yaitu incisor dan mental branches.

8
Di minggu ke-6, bagian lateral Meckel's cartilage mengalami kondensasi dari
mesenkim di sudut yang dibentuk oleh divisi dari saraf alveolar inferior, incisor, dan
mental branches. Pada 7 minggu osifikasi intramembranous dimulai dalam kondensasi
ini, membentuk tulang pertama dari mandibula. Dari pusat osifikasi ini, formasi tulang
menyebar cepat secara anterior menuju ke midline dan secara posterior menuju titik
dimana saraf mandibula dibagi menjadi lingual dan cabang alveolar inferior.
Perkembangan formasi tulang ini terjadi di sepanjang bagian lateral dari Meckel's
cartilage, membentuk sebuah palung yang terdiri dari plate lateral dan medial yang
bersatukan diantara incisor. Lalu perkembangan tulang ini berlangsung hingga menuju
midline. Dua pusat osifikasi yang tersisa dipisahkan oleh mandibular symphysis sampai
bayi akan lahir.
Perpanjangan Meckel's cartilage yang mengarah ke belakang, nantinya akan
menjadi sebuah saluran yang berisi saraf alveolar inferior. Ramus mandibula
dikembangkan oleh osifikasi secara posterior menuju mesenkim dari branchial arch
pertama. Titik perbedaan ini ditandai oleh lingula pada mandibula dewasa. Meckel's
cartilage akan menjadi malleus di telinga dalam dan sphenomalleolar ligament.
Pertumbuhan mandibula lebih lanjut dipengaruhi oleh tiga kartilago sekunder
(secondary cartilage), yaitu :
1. Kartilago Kondilar (condylar cartilage)
Kartilago kondilar muncul pada saat minggu ke-12 masa perkembangan dan secara
cepat membentuk cone yang berperan besar dalam perkembangan ramus. Kartilago
ini dapat berkembang menjadi tulang sejati melalui osifikasi endokondral. Tidak
semua kartilago kondilar mengalami osifikasi, akibatnya ada sisa kartilago yang
bertahan hingga 20 tahun. Sisa kartilago kondilar ini berguna untuk mekanisme
pertumbuhan mandibula.

2. Kartilago Koronoid (coronoid cartilage)


Kartilago koronoid muncul saat bulan ke-4 dari masa perkembangan. Kartilago
Koronoid ini ukurannya melebihi batas anterior dari koronoid process. Kartilago ini
bersifat sementara dan akan hilang sebelum lahir.

3. Kartilago Symphyseal

9
Kartilago ini muncul di jaringan ikat diantara ujung Meckel's cartilage tetapi
sepenuhnya “berdiri” sendiri (tidak bergantung pada Meckel's cartilage). Mereka akan
hilang setelah setahun pertama kelahiran.
 Post-Natal
Pertumbuhan mandibula terjadi oleh proses remodeling tulang. Pertumbuhan
panjangnya ukuran mandibula terjadi karena adanya bone deposition di permukaan
posterior (ramus) dengan pengimbangan apsorption pada permukaan anterior. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan mandibula memanjang ke belakang.
Pertumbuhan lebar mandibula terjadi karena adanya bone deposition pada
permukaan luar mandibula dan apsorption pada permukaan dalam. Walaupun
mandibula merupakan single bone, namun mandibula merupakan sebuah skeletal
units yang masing-masing berhubungan dengan jaringan-jaringan halus di sekitar
yang disebut dengan functional matrices. Functional matrices merupakan penentu
utama pertumbuhan skeletal units.
Mandibula memiliki ciri the most delayed growth dan the most post-natal
growth dari semua tulang wajah. Bagian kanan dan kiri mandibula pada bayi yang
baru lahir masih terpisah, kemudian menyatu pada midline mental symphisis selama
tahun pertama. Lokasi utama pertumbuhan post-natal mandibula adalah
o endochondral apposition pada tulang rawan condylar
o intramembraneous apposition pada aspek posterior
Pada saat lahir, mandibular condylers tumbuh lebih secara horizontal
sehinggan condylar tumbuh memanjang Sedangkan, pada anak-anak, pertumbuhan
lebih secara vertical sehingga pertumbuhan condylar meninggi. Pertumbuhan
mandibula berlangsung hingga akhir masa remaja, sekitar umur 20 tahun.

10
Perkembangan Bibir
Bibir atas terbentuk dari maxillary processes di kedua sisi embrio, dan medial nasal
process. Maksila yang pada awalnya terletak di lateral embrio akan bergeser ke arah medial
dan menekan medial nasal process ke arah garis tengah. Bibir bawah terbentuk dari
penggabungan dua alur dari ektomesenkim dari mandibular processes.
Pertumbuhan bibir atas pada awalnya lebih cepat dibandingkan dengan bibir bawah.
Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan maxilla yang juga lebih cepat daripada mandibula.
Saat Embrio berusia sekitar 7-8 minggu, mandibula masih terlihat kecil dan terletak lebih ke
belakang dibandingkan maxilla. Hal ini disebabkan karena kepala embrio masih menekuk ke
bawah sehingga mandibula belum bisa tumbuh secara maksimal. Ketika embrio berumur
kira-kira 9 minggu, kepala sudah terangkat dan mandibula akan tumbuh cepat untuk

11
menyamakan posisinya dengan maxilla, dengan demikian posisi maxilla dan mandibula akan
sejajar, begitu juga dengan bibir atas dan bibir bawah.

B. Tahap Perkembangan Gigi

Tahap perkembangan gigi adalah sebagai berikut:

1. Inisiasi (bud stage)


Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel tertentu pada
lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat daripada sel sekitarnya.
Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio bukal lengkung gigi dan meluas
sampai seluruh bagian maksila dan mandibula.

Gambar 2. Tahap Inisiasi (bud stage)


2. Proliferasi (cap stage)
Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami proliferasi,
memadat, dan bervaskularisasi membentuk papila gigi yang kemudian membentuk
dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ
gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi
sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar.

Gambar 3. Tahap Proliferasi (cap stage)


3. Histodiferensiasi (bell stage)
Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel email dalam
(inner email epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai

12
ameloblas yang akan berdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari
13apilla gigi menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.

Gambar 4. Tahap Histodiferensiasi (early bell stage)


4. Morfodiferensiasi
Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk menghasilkan
bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum deposisi matriks
dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun
sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan
gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel junction
mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap macam gigi.
Terdapat deposit email dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas dan
odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya.

Gambar 5. Tahap Morfoodiferensiasi (late bell stage)


5. Aposisi
Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan sementum.
Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi dan telah
terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.

13
B. Tahap Erupsi Gigi

Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari awal
pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut. Ada dua fase
yang penting dalam proses erupsi gigi, yaitu erupsi aktif dan pasif. Erupsi aktif adalah
pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan ke arah vertikal, sejak mahkota gigi bergerak
dari tempat pembentukannya di dalam rahang sampai mencapai oklusi fungsional dalam
rongga mulut, sedangkan erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke arah apeks yang
menyebabkan mahkota klinis bertambah panjang dan akar klinis bertambah pendek sebagai
akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di daerah apikal.
Gigi desidui yang juga dikenal dengan gigi primer jumlahnya 20 di rongga mulut,
yang terdiri dari insisivus sentralis, insisivus lateralis, kaninus, molar satu, dan molar dua
dimana terdapat sepasang pada maksila dan mandibula masing-masing. Pada usia 6 bulan
setelah kelahiran, gigi insisivus sentralis mandibula yang merupakan gigi yang pertama
muncul di rongga mulut, dan berakhir dengan erupsinya gigi molar dua maksila. Erupsi gigi
permanen pada umumnya terjadi antara usia 5 sampai 13 tahun kecuali gigi permanen molar
tiga (erupsi antara 17 sampai 21 tahun), juga seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
pubertas. Erupsi gigi permanen pada umumnya terjadi antara usia 5 sampai 13 tahun kecuali
gigi permanenmolartiga (erupsi antara 17 sampai 21 tahun),juga seiring dengan pertumbuhan
dan perkembangan pubertas.

DAFTAR PUSTAKA

Nanci, Antonio. 2008. Ten Cate’s Oral Histology 8th Edition. Missouri, USA: Elsevier
Health Sciences.
Ivar A. Mjor, Ole Fajerskov. 1990. Embriologi dan Histology Rongga Mulut. Jakarta:
Widya Medika.
Itjingningsih W. H., Drg. Anatomi Gigi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:1991

14

Anda mungkin juga menyukai