Anda di halaman 1dari 6

ANATOMI DAN EMBRIOLOGI HIDUNG

HIDUNG LUAR

Kerangka bagian luar terdiri dari unsur tulang dan kartilago. Sepasang ossa nasalis yang
menjadi penentu pangkal hidung bersendi di bagian atas dengan ossa frontalis dan lateral
dengan processus nasalis ossis maxillaris. Konfigurasinbagian hidung lainnya terbentuk dari
empat kartilago hidung bagian luar. Dua kartilago lateral bagian atas bersendi di garis tengah
dengan bagian dorsal septum nasi, dan dua kartilago lateral bagian bawah membentuk
struktur ujung hidung.
HIDUNG BAGIAN DALAM.

Bagian dalam hidung dibagi menjadi dua rongga oleh septum nasi. Septum ini terdiri dari dua
tulang di bagian posterior (lempeng yang tegak lurus dengan ethmoid dan vomer) dan
kartilago septum bersegi empat di belah anterior. Dinding lateral hidung memiliki anatomi
yang rumit. Yang paling menonjil yaitu concha superior, media dan inferior (kadang kala ada
concha keempat, yaitu concha superma) concha inferior adalah concha yang terbesar dan
kaya pembuluh darah. Concha media kaya kelenjar mukosa dan sering mengandung sel-sel
udara.
EMBRIOLOGI HIDUNG

Perkembanagn rongga hidung secara embriologi yang mendasari pembentukan anatomi


sinonasal dapat dibagi menjadi 2 proses. Pertama, embrional bagian kepala berkembang
membentuk 2 bagian rongga hidung yang berbeda. Kedua, bagian dinding lateral hidung yang
kemudian berinvaginasi menjadi kompleks padat, yang dikenal dengan konka, dan
membentuk rongga-ronga yang disebut sinus. (Walsh WE, 2002)

Sejak kehamilan berusia 4 – 8 minggu, perkembangan embrional anatomi hidung


mulai terbentuk dengan rongga hidung sebagian bagian yang terpisah yaitu daerah
frontonasal dan baguan pertautan prosesus maksilaris. Daerah frontonasal nantinya akan
berkembang hingga ke otak bagian depan, mendukung pembentukan olfaktori. Bagian medial
dan lateral nantinya akan menjadi nares (lubang hidung). Septum nasal berasal dari
pertumbuhan garis tengah posterior frontonasal dan perluasan garis tengah mesoderm yang
berasal dari daerah maksilaris. (Walsh WE, 2002).
Ketika kehamilam memasuki usia 6 minggu, jaringan mesenkim mulai terbentuk,
yang tampak sebagai dinding lateral hidung dengan struktur yang masih sederhana. Usia
kehamilan 7 minggu, 3 garis axial yang berbentuk lekukan bersatu dan membentuk 3 konka.
Pada kehamilan 9 minggu, mulailah, terbentuk sinus maksilaris yang diawali oleh invaginasi
meatus media. Dan pada saat yang bersamaan terbentukna prosesus unsinatus dan bula
ethmoidalis yang membentuk suatu daerah yang lebar disebut hiatus emilunaris.

Usia 14 minggu ditandai dengan pembentukan sel etmoidalis anterior yang berasal
dari invaginasi bagian atap meatus media dan etmoidalis posterior yag berasal dari bagian
dasar meatus superior.dan akhirnya, pada usia kehamilan 36 minggu, dinding lateral hidung
terbentuk dengan baik dan sudah tampak jelas proporsi konka. Seluruh daerah sinus paranasal
muncul dengan tingkatan yang berbeda sejak anak baru lahir, perkembangannya melalui
tahapan yang spesifik. Yang pertama berkembang adalah sinus etmoid, diikuti oleh sinus
maksilaris, sinus sfenoid, dan sinus frontal. (Walsh We, 2002)

Ref :

Ilmu THT esensial fank e. Lucente, gady har-el edisi 5.

Sobotta.

Walsh, W.E. dan Kern, R.C. (2006) Sinonasal Anatomy, Function, and Evaluation. In:
Bailey, B.J., Johnson, J.T., Newlands, S.D. (ed). Head and Neck Surgery–Otolaryngology.
4th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai