A. Pendauhluan
Pada sebagian besar hewan, paling tidak beberapa hidrolisis terjadi melalui
pencernaan ekstraseluler, yaitu perombakan makanan di luar sel. Pencernaan
ekstraseluler terjadi di dalam kompartemen yang bersambungan melalui saluran-
saluran, dengan bagian luar tubuh hewan. Banyak hewan dengan bangun tubuh
yang relatif sederhana memiliki kantung pencernaan dengan pembukaan tunggal.
Kantung ini disebut sebagai rongga gastrovaskuler, berfungsi dalam pencernaan
dan distribusi nutrien ke seluruh tubuh. Salah satu contoh hewan yang melakukan
pencernaan estraseluler adalah Hidra yang termasuk hewan Cnidaria.
Gambar 8. Esophagus
c. Lambung
Lambung adalah kelanjutan dari esophagus, berbentuk seperti kantung.
Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding
lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan
secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut (Lihat Gambar 9). Ada 3
jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot melingkar,
dan otot menyerong. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi
pencernaan kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan
lambung. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah: Asam HCl,
mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta
merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus.
Lipase, memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang
dihasilkan sangat sedikit. Renin, mengendapkan protein pada susu (kasein) dari
air susu (ASI). Hanya dimiliki oleh bayi. Mukus berfungsi untuk melindungi
lambung dari kerusakan akbiat asam HCL.
Gambar 9. Lambung
Otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya
secara mekanis, dan mencampurnya dengan getah lambung. Getah lambung
mengandung HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk membunuh
kuman-kuman yang masuk berasama bolus akan mengaktifkan enzim pepsin.
Pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi peptone. Renin berfungsi
untuk menggumpalkan protein susu. Setelah melalui pencernaan kimiawi di
dalam lambung, bolus menjadi bahan kekuningan yang disebut kim atau
kimus (bubur usus). Kimus akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus
halus.
d. Usus Halus
Gambar: Perubahan sel-sel pada saluran pencernaan buaya pada masa hibernasi
Gambar: Struktur saluran pencernaan T. striatulus. (1) Lantai rongga mulut (Co),
rongga bucopharyngeal (Cb), menunjukkan: gigi plak (tanda bintang), lidah (T),
aparatus gigi faring (panah), lengkung cabang (I ke V), (bar = 1 cm). (2) Atap
rongga mulut (Co), bucopharyngeal (Cb) menunjukkan: barbels (B), plak gigi
(asterisk), lengkung cabang (I ke IV), peralatan gigi faring (panah), (bar = 1 cm).
Bilah putih menunjukkan batas antara rongga mulut dan bucopharyngeal. (3)
Ventral melihat struktur saluran pencernaan, menunjukkan: esofagus (O), jantung
(C), fundik (F), daerah pilor (P), usus kranial (Icr), midintestine (Im), usus
kaudal(ICD), (bar = 1 cm).
10. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinlapachai Senarat, Jes Kettratad,
Wannee Jiraungoorskul and Niwat Kangwanrangsan dengan judul “Structural
classifications in the digestive tract of short mackerel, Rastrelliger
brachysoma (Bleeker, 1851) from Upper Gulf of Thailand”, yang mana pada
penelitian ini mereka meneliti upaya yang dilakukan pertama sekali untuk
mengklasifikasi anatomi kasar dengan struktur histologis saluran pencernaan
pada Rastrelliger brastysoma. Berdasarkan analisis anatomi kasar yang telah
dilakukan, saluran pencernaan (65,68 ± 7,06 cm, n = 25) secara jelas terdiri
dari empat bagian; masing-masing terdiri dari esofagus, lambung, caeca
pilorus dan usus. Sedangkan berdasarkan analisis histologis saluran
pencernaan, terdiri dari empat lapisan: lapisan mukosa, submukosa,
muskularis dan serosa. Lapisan epitel esofagus anterior merupakan lapisan
epitel skuamosa yang sederhana sedangkan esofagus posterior, lambung dan
usus adalah lapisan epitel kolumnar sederhana. Permukaan epitel ini diwarnai
secara positif dengan Periodic Acid Schiff (PAS) dan alcian blue (AB).
Esofagus posterior secara eksklusif menunjukkan lipatan memanjang yang
tinggi dengan banyak kelenjar lambung pada lapisan mukosa, yang mirip
dengan struktur lambung (cariac dan pylorus). Sejumlah caeca pilorus sekitar
220-225 buah, terdeteksi antara daerah lambung dan usus. Akhirnya,
koefisien intestinal (IC) adalah 3,69 ± 0,47 cm. Usus anterior menyajikan
berbagai lipatan longitudinal atau berbagai sel piala. Lipatan longitudinal
pendek dari posterior usus berada pada jumlah sel piala yang lebih tinggi
daripada bagian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Huan Wang., Shengzhou Zhang., Naizhen Zhou., Chaolin Wang & Xiaobing Wu.
2014, Distribution of endocrine cells in the digestive tract of Alligator
sinensis during the active and hibernating period. Journal Tissue and
Cell
Marcella L. dos Santos., Fábio P. Arantes., Tiago C. Pessali & José E. dos Santos.
2015. Morphological, histological and histochemical analysis of the
digestive tract of Trachelyopterus striatulus (Siluriformes:
Auchenipteridae). Journal ZOOLOGIA 32 (4)
Sabuj Kanti Nath., Sujan Das., Otan Kar., Khurshida Afrin., Amith Kumar
Dash dan Sharmin Akter. 2016. Topographical and biometrical
anatomy of the digestive tract of White New Zealand Rabbit
(Oryctolagus cuniculus), Journal of Advanced Veterinary and Animal
Research Vol 3 (2).
Suntoro, Susilo H., & Djalal Tanjung Harminani. 1993. Anatomi dan Fisiologi
Hewan. Universitas Terbuka, Jakarta: Depdikbud.
Yu-Hui Wang., Jia Ji., Hong Weng., Bi-Cheng Wang & Fu-Bing Wang. 2018.
MiR-139 in digestive system tumor diagnosis and detection:
Bioinformatics and meta-analysis, Journal Clinica Chimica Acta