Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PEMBUATAN NATA DE COCO

Oleh

Hanifah Nofita Ulfasari 1141720012

Kelompok II

1. Dandi Abdul Syaid 1141720008


2. Diki Rustandi 1141720009
3. Fauzan Abdurrahman 1141720010
4. Irfan Surya Saputra 1141720014
5. JP. Glorialdo Fourdian K. 1141720015
6. Kiki Putri Agung 1141720016

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SERPONG

2019
I. Judul Praktikum
Pembuatan Nata de Coco

II. Tujuan
Mengetahui cara pembuatan nata de coco, dan dapat menghitung rendemen yang dihasilkan.

III. Dasar Teori

Nata de coco merupakan jenis makanan hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter
xylinum. Acetobacter xylinum dalam pertumbuhan dan aktivitasnya membentuk nata
memerlukan suatu media yang tepat memiliki kandungan komponen-komponen yang
dibutuhkan sehingga produksi nata yang dihasilkan dapat secara optimal. Komponen
media nata yang dibutuhkan sebagai syarat media nata antara lain memiliki sumber
karbon dapat berupa gula, sumber nitrogen dapat berupa penambahan urea atau ZA,
mineral dan vitamin yang mendukung pertumbuhan bakteri acetobacter xylinum.
Pada fermentasi nata kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh karena bakteri
acetobacter xylinum memiliki kondisi optimum lingkungannya untuk tumbuh baik itu
suhu, pH, cahaya, oksigen dan lain-lainnya. (Jacobs MB. 1985).

Nata adalah produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum pada substrat
yang mengandung gula. Bakteri tersebut menyukai kondisi asam dan memerlukan
nitrogen untuk stimulasi aktifitasnya. Glukosa substrat sebagian akan digunakan
bakteri untuk aktifitas metabolisme dan sebagian lagi diuraikan menjadi suatu
polisakarida yang dikenal dengan “extracelluler selulose” berbentuk gel. Polisakarida
inilah yang dinamakan nata. (Susilawati, 2002)

Nata de coco ialah sejenis makanan fermentasi yang dibuat dengan bahan dasar
air kelapa. Nata tersusun dari senyawa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter
xylinum. Acetobacter xylinum dapat hidup dalam air kelapa dan juga dalam buah-
buahan yang mengandung glokosa dalam cairan buah nenas, yang kemudian diubah
menjadi selulose dan dikeluarkan ke permukaan sel. Lapisan selulosa ini terbentuk
selapis demi selapis pada permukaan sari buah, sehingga akhirnya menebal inilah
yang disebut nata (Susilawati, 2002 ). Nata terbentuk dari aktivitas bakteri
Acetobacter xylinum dalam sari buah yang mengandung glukosa yang kemudian
diubah menjadi asam asetat dan benang-benang selulosa. Lama-kelamaan akan
terbentuk suatu massa yang kokoh dan mencapai ketebalan beberapa sentimeter.
Selulosa yang dikeluarkan ke dalam media itu berupa benang-benang yang bersama-
sama dengan polisakarida berlendir membentuk jalinan yang terus menebal menjadi
lapisan nata. Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika
ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon (C) dan Nitrogen
(N), melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan
menghasilkan enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan
rantai serat atau selulosa. (Susilawati, 2002 )

a. Jenis-jenis Produk Nata De Coco


Ada beberapa jenis nata yang sudah banyak dikenal di masyarakat yaitu antara
lain:
1. Nata de coco, yaitu nata yang diperoleh dari pemamfaatan limbah air
kelapa sebagai media pertumbuhan bakteri.
2. Nata de pina yaitu nata yang diperoleh dengan memamfaatkan sari
buah nanas sebagai media pertumbuhan bakteri.
3. Nata de Soya, yaitu nata yang diperoleh dari pemamfaatan limbah
tahu yang cair (“whey”) sebagai media pertumbuhan bakteri.

Saat ini nata yang paling banyak adalah nata yang berbahan baku air
kelapa atau yang dikenal dengan Nata de Coco, nata yang berbahan baku air tahu
atau yang dikenal dengan Nata de Soya, serta nata yang berbahan baku dari air
singkong/ketela atau sering disebut Nata de Casava. Padahal bahan pembuatan
nata itu sendiri tidak hanya terbatas dari air kelapa, air tahu maupun air singkong
saja, namun air cucian beras juga memenuhi syarat untuk tempat tumbuhnya
bakteri Acetobacter xylinum, karena di dalam air cucian beras terdapat kandungan
gula, karbohidrat, Vitamin B1 (tiamin) dan serat pangan (fiber). Prinsip utama
suatu bahan pangan dapat diolah menjadi nata adalah adanya kandungan
karbohidrat yang cukup memadahi. Dan akhirnya diperoleh temuan variasi nata
baru yaitu Nata de Lerry, yang berasal dari air cucian beras serta akan menjadi
icon baru diantara nata yang sudah ada di masyarakat.
b. Budidaya Nata De Coco
Budidaya nata ditinjau dari segi teknologi, memberikan mamfaat sebagai
berikut:
1. Mengolah limbah air kelapa secara produktif,
2. Dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, tanpa alat-alat mahal
(canggih).
3. Bersifat padat karya.
c. Manfaat
Sedangkan ditinjau dari hasil produksinya, akan memberikan maanfaat
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pendapatan keluarga,
2. Meningkatkan diet rendah kalori dan diet penderita diabetes,
3. Jika produksi secara besar-besaran, dapat merupakan salah satu
komoditas ekspor non migas yang cukup potensial.
A. Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau
Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini
dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai
tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah
sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Klasifikasi dari kelapa adalah:

Kerjaan : Plantae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Upafamili : Arecoideae

Bangsa : Cocoeae

Genu : Cocos

Spesies : C. nucifera
Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut,
tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir
pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe
monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Kayunya
kurang baik digunakan untuk bangunan. Daun tersusun secara majemuk, menyirip
sejajar tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun pendek, duduk pada batang, warna
daun hijau kekuningan. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi
oleh bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina
terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari
pangkal.Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna
kuning, hijau, atau coklat; buah tersusun darimesokarp berupa serat yang
berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang keras (disebut batok)
dan kedap air; endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi oleh membran
yang melekat pada sisi dalam endokarp. Endospermiumberupa cairan yang
mengandung banyak enzim, dan fasa padatannya mengendap pada dinding
endokarp ketika buah menua; embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap
untuk berkecambah (disebut kentos).
Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian
30m. Ia berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh
daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari
permukaan laut, namun akan mengalami pelambatan pertumbuhan. Kelapa adalah
pohon serba guna bagi masyarakat tropika. Hampir semua bagiannya dapat
dimanfaatkan orang. Akar kelapa menginspirasi penemuan teknologi penyangga
bangunan Cakar Ayam (dipakai misalnya pada Bandar Udara Soekarno Hatta)
oleh Sedyatmo. Daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun
muda kelapa, disebut janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan
ketupat atau berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik, terutama oleh
masyarakat Jawa danBali dalam berbagai upacara, dan menjadi bentuk kerajinan
tangan yang berdiri sendiri (seni merangkai janur). Tangkai anak daun yang sudah
dikeringkan, disebut lidi, dihimpun menjadi satu menjadi sapu. Tandan bunganya,
yang disebut mayang (sebetulnya nama ini umum bagi semua bunga palma),
dipakai orang untuk hiasan dalam upacara perkawinan dengan simbol tertentu.
Bunga betinanya, disebut bluluk (bahasa Jawa), dapat dimakan. Cairan manis
yang keluar dari tangkai bunga, disebut (air) nira atau legèn (bhs. Jawa), dapat
diminum sebagai penyegar atau difermentasi menjadi tua.
B. Bakteri Acetobacter Xylinum
Acetobacter adalah sebuah genus bakteri penghasil asam asetat, ditandai dengan
kemampuannya mengubah etanol (alkohol) menjadi asam asetat (asam cuka)
dengan bantuan udara. Ada beberapa bakteri dari golongan lain yang mampu
menghasilkan asam asetat dalam kondisi tertentu, namun semua anggota genus
Acetobacter dikenal memiliki kemampuan ini. Bakteri-bakteri Acetobacter
dikenal penting secara komersial, antara lain:
a. Dapat digunakan dalam produksi cuka (dengan sengaja mengubah etanol
pada anggur menjadi asam asetat.
b. Namun dapat juga merusak anggur, dengan menghasilkan asam asetat atau
etil asetat, yang merusak rasa anggur tersebut.

Pertumbuhan Acetobacter pada anggur dapat dicegah dengan sanitasi yang


efektif, pemisahan udara dari anggur secara sempurna, maupun penggunaan
secukupnya sulfur dioksida sebagai pengawet pada anggur. Di laboratorium,
Acetobacter dikenali dengan mudah dengan pertumbuhan koloninya di medium
yang mengandung 7% etanol, dan ditambahi kalsium karbonat secukupnya untuk
memburamkan medium sebagian. Ketika koloni tersebut membentuk asam asetat
yang cukup, kalsium karbonat kemudian melarut sehingga terbentuk daerah
bening yang jelas pada medium. Klasifikasi Bakteri

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Alphaproteobacteria

Order : Rhodospirillales

Family :Acetobacteraceae

Genus : Acetobacter
Specific descriptor : aceti

Subspecies : xylinum

Scientific name : – Acetobacter aceti xylinum

a. Ciri – Ciri Bakteri


1. Bakteri gram negative karena mengandung subtansi lipid yang lebih tinggi
serta dinding selnya lebih tipis, lebih rentan pada antibiotic, penghambatan
warna basa kurang dihambat, pertumbuhan nutriennya relative sederhana
dan tahan terhadap perlakuan fisik.
2. Bakteri autotrof karena sumber nutriennya mengandung unsure C,H,O,N
atau karbohidrat sebagaipenyusun protoplasma , Sumber energy untuk
pertumbuhannya memerlukan cahaya, sumber karbon untuk
pertumbuhannya membutuhkan CO2.
3. Bersifat nonmotil atau polar ialah bakteri yang tidak bergerak
4. Tidak bereproduksi dengan tunas(budding).
5. Tidak membentuk endospora (spora yang berdinding tebal didalam
bakter).
6. Mikroaerofilik artinya bakteri ini dapat tumbuh baik bila ada sedikit
oksigen atmosferik.
7. Katalase positif artinya terdapat enzim yang mengubah H2O2 menjadi O2
dan H2O.
8. Kelompok bakteri asam asetat melalui proses oksidasi metal alcohol dapat
menghasilkan asam asetat.
9. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan
transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin
yang kokoh menutupi sel koloninya.
b. Morfologi Bakteri
1. Berbentuk basilus yaitu berbentuk batang
2. Membentuk streptobasilus yaitu rantai pendek dengan 6- 8 sel
3. Memiliki panjang dan lebar 2 mikron
4. Memiliki permukaan dinding sel yang berlendir
5. Bakteri bewarna transparan atau tidak berpigmen.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puslitbang Biologi LIPI, kandungan gizi
nata de coco per 100 gram nata mengandung 80% air, 20 gram karbohidrat, 146 kalori,
20 gram lemak, 12 mg kalsium, 2 mg fosfor dan 0,5 mg ferrum (besi). Sedangkan
kandungan gizi 100 gram nata de coco yang dikonsumsi dengan sirup adalah 67,7%
air, 12 mg kalsium, 0,2% lemak, 2 mg fosfor, 5 mg zat besi dan 0,01 mg
(Kristianingrum, 2004).
IV. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Kompor 5. Nampan
2. Panci 6. Neraca
3. Saringan
4. Beaker Glass

b. Bahan
1. Air Kelapa
2. Gula Pasir
3. ZA
4. Asam Cuka
5. Stater Nata (Acetobacter xylinum)
V. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Nata De Coco
1. Air kelapa 1 liter disaring dengan menggunakan saringan air kelapa bersih.
2. Ditimbang gula pasir sebanyak 20 gram dan ZA sebanyak 5 gram
3. Sambil dipanaskan, air kelapa ditambahkan gula pasir dan ZA, kemudian
diaduk hingga homogen dan air kelapa mendidih.
4. Substrat didinginkan, kemudian ditambahkan asam cuka hingga pH = 3-4
5. Kemudian, substrat dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan
permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 3 cm.
6. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10%
(v/v).
7. Substrat kemudian diaduk rata dan ditutup dengan menggunakan kain basa
(boleh menggunakan kertas koran).
8. Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakkan pada tempat dan
ruang yang bersih, terhindar dari debu dan goyangan
9. Inkubasi dilakukan selama 7 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi
ini tidak boleh digoyang-goyang.
10. Pada umur 7 hari nata dapat dipanen
11. Dilakukan pengamatan warna, bau, berat nata yang terbentuk dan dihitung
randemennya
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
Randemen nata = × 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

VI. Hasil Pengamatan


1. Data Pengamatan

Nata de Coco yang sudah jadi


Ketebalan pada tiap-tiap bagian adalah
a. Kiri = 10 mm
b. Kanan = 10 mm
c. Atas = 10 mm
d. Bawah = 10 mm
e. Tengah = 10 mm
2. Perhitungan

Bahan Volume Lama Tebal Bobot Berat


Warna Aroma
Baku Awal Peram Lapisan Nata nata
940
Air Kelapa 1000 ml 7 hari Putih Asam 1,2 cm 750 gram
gram

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑛𝑎𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


Randemen nata : × 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
750 𝑔𝑟𝑎𝑚
: × 100% = 75 %
1000 𝑚𝑙

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, yaitu pembuatan nata de coco menggunakan starter nata.
Bakteri yang berperan dalam pembuatan nata de coco ini adalah bakteri
Acetobaacter xylinum yang memproduksi selulosa ekstra-seluler atau yang
kemudian disebut nata de coco. Bahan dasar dari praktikum kali ini adalah air
kelapa dan bakteri Acetobacter xylinum. Pada hari pertama dilakukan
pencampuran air kelapa, gula pasir, ZA dan asam cuka. Pada hari kedua dilakukan
penambahan Starter Nata yang mengandung bakteri Acetobacter xylinum ke
dalam substrat. Setelah 7 hari lama diperam, hasilnya menunjukkan bahwa
terdapat perubahan terhadap nata de coco yang diamati.
Dari hasil pengamatan, diperoleh keterangan sebagai berikut, dalam
pembuatan nata de coco kali ini menggunakan bakteri Acetobacter xylinum.
Selain itu bahan baku utama dalam pembuatan nata de coco ini adalah air kelapa.
Sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu
28° – 31°C. (Anonim, 2012). Bakteri Acetobacter xylinum ini akan dapat
membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya
dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol.
Pada praktikum kali ini air kelapa yang digunakan sebanyak 1000 ml
disaring/dibebaskan dari kotoran. Air kelapa ini ditambah dengan 20 gram gula
pasir dan ZA 5 gram. Gula pasir digunakan sebagai sumber nitrogen dan ZA
sebagai faktor pertumbuhan bakteri sehingga lebih cepat metabolismenya.
Kemudian dipanaskan agar gula apsir dan ZA larut sempurna dan membunuh
kuman. Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan
tumbuh optimal bila pH nya 4,3. Sehingga sebelum ditambahkan starter nata,
dicek terlebih dahulu pH larutan dan didapatkan hasil pH=4. Oleh karena itu tidak
ditambahkan asam cuka lagi karena suasana larutan sudah asam. Asam asetat atau
asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air
kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99%). Asam asetat
dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat
keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak.
Selain asam asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan.
Larutan air kelapa ini langsung dimasukkan kedalam wadah yang tetutup rapat
meski masih dalam kondisi panas. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tidak ada
kontaminasi dari udara yang dapat mengganggu pertumbuhan bakteri Acetobacter
Xylinum dalam media air kelapa. Penambahan starter dilakukan setelah larutan
benar-benar dingin (suhu ruang) agar bakteri tidak mati ketika kena panas. Starter
nata yang ditambahkan sebanyak 100 ml. Setelah dilakukan inkubasi selama 7
hari didapatkan lapiran putih kehijauan yang ada diatas larutan. Nata yang
terbentuk ditimbang dan hitung rendemennya seperti pada rumus diatas,
dihasilkan rendemen nata de coco sebesar 75%. Rendemen ini sangat kecil sekali,
biasanya pembuatan nata de coco dengan bakteri Acetobacter Xylinum bisa
mencapai 80% bahkan lebih. Ketebalan nata sudah sesuai yaitu 1 cm.
Berdasarkan pengamatan, kesalahan dalam praktikum ini bisa terjadi
dikarenakan beberapa hal, diantaranya tidak ditambahkan asam cuka pada proses
awal sehingga larutan air kelapa kurang asam dan bakteri tidak tumbuh optimal.
Suhu pada saat inkubasi tidak optimal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum. Selain itu, starter nata yang digunakan kemungkinan sudah jenuh
sehingga kurang optimal kerjanya. Starter nata ini sudah sangat lama dan belum
diregenerasi kembali. Sifat bakteri Acetobacter xylinum adalah obligatif anaerob.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi nata yang dihasilkan adalah kurang
sterilnya wadah yang digunakan sehingga menyebabkan terjadinya kontaminasi
pada starter yang dibuat, keadaan wadah yang terlalu tertutup sehingga
mungkinkan proses metabolisme yang dillakukan oleh bakteri terganggu dalam
artian kurang suplai oksigen. Bau nata de coco yang dihasilkkan ini sangat
menyengat dan asam.
Agar bakteri Acetobacter xilynum dapat bekerja dengan baik, yaitu
mengubah glukosa menjadi selulose atau dalam pembentukan lapisan nata maka
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nata de coco yaitu kondisi peralatan
serta ruangan yang cukup steril. Apabila kondisi ruangan kurang steril sehingga
memungkinkan sirkulasi udara berjalan seperti biasa maka peluang untuk
terjadinya kontaminasi pada nata yang diproduksi cukup besar, begitu pula jika
peralatan yang digunakan kurang steril maka juga dapat menimbulkan
kontaminasi (kerusakan pada lapisan nata yang diproduksi)
(Anonim1,2012).Adapun rekasi yang terjadi adalah :
a. Reaksi Biokimia Yang Terjadi
Substrat + mikroorganisme produk baru
Air kelapa + acetobacter xylinum Nata decoco
Nata decoco merupakan selulosa bakteri yang terbentuk sebagai aktifitas
bakteri acetobacter xylinum terhadap air kelapa. Selulosa ini merupakan
produk bakteri untuk membentuk slime (menyerupai kapsul) yang pada
akhirnya bakteri tersebut terperangkap di dalam masa fibrilar selulosa
tersebut.
b. Sintesis
Air kelapa + acetobacter xylinum selulosa
Acetobacter xylinum merupakan suatu model sistem untuk mempelajari enzim
dan gen yang terlibat dalam biosintesis selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut
membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Ketebalan jalinan selulosa
sebagai hasil dari proses fermentasi meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah bekatul yang ditambahkan pada medium fermentasi.
c. Nutrient(C,H,O,N)
Air kelapa + acetobacter xylinum jumlah selulosa semakin banyak
Ketersediaan nutrien yang cukup pada medium tumbuh menyebabkan bakteri
mampu melakukan metabolisme dan reproduksi yang cukup tinggi, sehingga
produk metabolismenya pun semakin banyak. Asam asetat dimanfaatkan oleh
Acetobacter xylinum sebagai substrat agar tercipta kondisi yang optimum
untuk pertumbuhannya dan untuk membentuk CO2 dan H2O.
Asam asetat + acetobacter xylinum CO2 + H2O.
Bakteri Acetobacter xylinum bersifat “overoxidizer” yaitu dapat mengubah
asam asetat dalam medium fermentasi menjadi CO2 dan H2O, apabila gula
dalam medium fermentasi telah habis dimetabolisir. Sehingga pada percobaan
ini diperoleh nata de coco dengan ketebalan 5 mm.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter Xylinum mengalami
pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat
keasaman media temperature, dan udara (oksigen. Senyawa karbon yang
dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida.
Sumber dari karbon ini yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber
nitrogen bias berasal dari bahan organic seperti ZA, urea. Meskipun bakteri
Acetobacter Xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh
optimal bila pH nya 4,3. Sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri
Acetobacter Xylinum pada suhu 28 – 31 0 C. Bakteri ini sangat memerlukan
oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya
ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat
mengakibatkan kontaminasi zat-zat yang tidak diinginkan sehingga akan
membuat nata de coco gagal membentuk lapisan.
VIII. Simpulan
Dari praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa Nata de coco dibuat dengan
bahan baku air kelapa yang ditambahkan gula pasir, ZA, dan asam asetat. Dengan
bantuan Bakteri Acetobacter xylinum yang akan membentuk serat nata jika
ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen
melalui proses yang terkontrol. Rendemen nata adalah 75%.

IX. Daftar Pustaka


Anonim. 2015. LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN NATA DE
COCO. http://lensianasari18.blogspot.com/2015/06/laporan-praktikum-
pembuatan-nata-de-coco.html .Diakses pada tanggal 26 Juli 2019.
Septidiana, Lisa. 2016. LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
“Pembuatan Nata de Coco,Enumerasi Total Bakteri dan Yeast”. Serpong.
Thayib, Soeminarti dkk. 1997. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Teknik.
Serpong. ITI

Anda mungkin juga menyukai