Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

PERILAKU BEKICOT ( Achatina fulica ) TERHADAP RANGSANGAN

Disusun oleh :

1. Emi Wulandari ( 17304241024 )


2. Devia Khoirun Nisa ( 17304244023 )
3. Desy Putrisari ( 17304241018 )
4. Sukma Aji Pamungkas ( 17304244004 )

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semua makhluk hidup, termasuk hewan memiliki ciri-ciri makhluk hidup
salah satunya yaitu iritabilitas/menanggapi rangsang. Dengan adanya kepekaan hewan
terhadap rangsangan baik yang datangnya dari dalam maupun luar, maka hewan
tersebut akan memberikan prilaku/respon yang berbeda-beda sesuai dengan
rangsangan yang diberikan. Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan
bentuk respons terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan
perilaku bila respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang
sama terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu
organisme akibat adanya suatu stimulus. Setiap spesies yang satu dengan spesies yang
lainnya akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap suatu rangsangan, hal
ini berkaitan erat dengan habitat dan kebiasaan spesies tersebut. Adanya respon saat
terjadinya suatu rangsangan ini merupakan salah satu cara mahkluk hidup
mempertahankan diri terhadap rangsangan itu sendiri. Pertahanan diri suatu jenis
mahkluk hidup ini biasanya dilakukan dengan cara penyesuaian diri terhadap
lingkungan yang mengalami rangsangan.
Makhluk hidup tidak hanya terdiri dari satu macam jenis saja namun banyak
macamnya. Baik manusia, hewan, dan tumbuhan, semuanya hidup dan tinggal
bersama di alam ini. Banyak jenis hewan yang di pelihara maupun hidup liar. Salah
satunya hewan yang hidup liar adalah Bekicot ( Achatina fulica ). Hewan ini disebut
liar karena hidup dimana saja tanpa perlu mendapatkan perawatan khusus dari
manusia. Hewan bekicot ( Achatina fulica ) merupakan jenis hewan bertubuh lunak
dan bercangkang yang terkenal karena tubuhnya yang lunak segera masuk ke dalam
cangkang saat disentuh atau diberi rangsangan. Perilaku hanya bersifat sementara
karena setelah beberapa saat tubuhnya akan kembali keluar dari cangkangnya seperti
semula. Respon bekicot yang memasukkan dirinya ke dalam cangkang ini sebagai
bentuk perlindungan diri dari musuh. Setelah bekicot merasa aman maka bekicot akan
mengeluarkan dirinya dari cangkang.
B. RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana respon bekicot ( Achatina fulica ) terhadap rangsangan yang
diberikan?

C. TUJUAN PENELITIAN
- Mengetahui respon bekicot ( Achatina fulica ) terhadap rangsangan yang
diberikan
- Mengetahui rangsangan yang paling cepat membuat bekicot (Achatina fulica)
masuk ke dalam cangkang

D. MANFAAT PENELITIAN
- Untuk mengetahui respon dari bekicot ( Achatina fulica ) terhadap rangsang yang
diberikan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus.
Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan
lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang
dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi
perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada
suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau
pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung (Dharma, 1988
:133).

Semua organisme mempunyai kepekaan terhadap rangsangan (iritabilitas)


sehingga mereka bereaksi terhadap rangsangan. Perilaku organisme yang yang akan
dibahas di sini adalah tentang perilaku tumbuhan terhadap rangsangan /stimulus
(eksternal maupun internal) yang dikenal sebagai tropisme, dan perilaku hewan
terhadap stimulus yang disebut taksis, yang juga penting dibahas di sini adalah
perilaku hewan di alam yang disebut dengan etologi (Barnes, 2002: 83). Taksis
adalah suatu gerakan hewan menuju atau menjauhi suatu rangsangan yang terjadi.
Taksis dibagi menjadi dua berdasarkan arah orientasi dan pergerakan, yaitu taksis
positif dan taksis negatif. Taksis menurut macam rangsangannya juga dibedakan
menjadi fototaksis (rangsangan cahaya), rheoaksis (rangsangan terhadap arus air),
kemotaksis (rangsangan terhadap bahan kimia) dan geotaksis (rangsangan terhadap
kemiringan tempat) :

1. Fototaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya


rangsangan dari sumber cahanya.
2. Rheotaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan oleh adanya arus
air pada suatu tempat.
3. Geotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya kemiringan suatu
tempat.
4. Kemotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena adanya zat kimia.
Suatu gerak taksis dikatakan taksis positif jika respon yang terjadi adalh
menuju atau mendekati rangsangan, sedangkan taksis negatif jika respon yang terjadi
adalah menjauhi rangsangan . Perilaku dapat terjadi sebagai akibat suatu stimulus dari
luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus itu, syarat diperlukan untuk
mengkoordinasikan respon dan efektor itulah yang sebenarnya melakukan aksi.
Perilaku dapat juga terjadi sebagai akibat stimulus dari dalam. Lebih sering terjadi,
perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dalam
.Taksis adalah suatu bentuk sederhana dari respon hewan terhadap stimulus dengan
bergerak secara otomatis langsung mendekati atau menjauh dari atau pada sudut
tertentu terhadapnya atau dalam proses penyesuaian diri terhadap kondisi
lingkungannya.

Filum Mollusca merupakan salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota


filum ini antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput. Berdasarkan
kelimpahan spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping
arthropoda. Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah, tubuhnya bersimetri bilateral,
tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ
reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat
kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah
dorsal meluas menjadi satu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium.
Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di
dalamnya berisi ingsang.
Mollusca memiliki rumah secara umum berbetuk spesial. Kaki untuk merayap.
Bentuk kepala jelas, dengan tentakel dan mata. Dalam ruang bukal (pipi) terdapat
radula (pita bergigi). Pernapasan dengan insang, paru-paru atau keduanya. Hidup di
laut, air tawar, dan darat. Memiliki kelamin terpisah, atau hermaprodit, ovipar atau
ovovivipar. Contoh : bekicot (Helix aspersa), siput laut(Fissurella sp) dan siput air
tawar (Lymnaea j sp), Melania sp). Tidak semua hewan Mollusca memiliki cangkok.
Anggota jelas Aplacophora tidak memiliki cangkok, sedangkan kelas chepalopoda
juga tidak memiliki cangkok atau jika ada mereduksi. Pada Mollusca lainnya cangkok
terlihat nyata dan berfungsi penting yaitu penyokong tubuh Mollusca yang lunak dan
menjaga dari serangan predator (Jasin, 1989: 51).
Bekicot termasuk kedalam kingdom animalia, filum mollusca, kelas
gastropoda, ordo pulmonata, famili achanidae, genus Achatina dan spesies Achatina
fulica. Bekicot merupakan hewan yang termasuk dalam kelas Mollusca. Salah satu
indikator lingkungan yang bisa menandakan bahwa lingkungan kita masih bagus atau
sudah rusak adalah kehadiran Bekicot. Berarti hal ini mengindikasikan bahwa tempat
yang masih terdapat bekicot ini dalam keadaan bagus atau belum rusak (belum
tercemar oleh bahan-bahan kimia residu). Bekicot merupakan salah satu hewan
dengan kelimpahan spesies yang cukup besar. Hewan ini merupakan salah satu siput
darat yang memiliki cangkang. Di indonesia dikenal dua macam jenis bekicot yaitu
Achatina fulica dan Achatina variegata. Achantina fulica yang semula berasal dari
Afrika Timur telah masuk di indonesia lewat kalimantan sejak tahun 1939. Sedangkan
untuk jenis A. variegata masuk ke indonesia bersama-sama dengan masuknya tentara
jepang . Cara membedakan dua macam bekicot tersebut yakni pada A.fulica memiliki
cangkang berwarna cokelat dengan garis-garis tidak jelas dan bentuk cangkangnya
lebih langsing. Pada A.variegata memiliki cangkang dengan warna lebih cerah (lebih
muda) dengan garis cokelat kemerahan lebih jelas dan bentuk cangkangnya lebih
gemuk. Dalam hal penyebaran, A.fulica lebih luas daripada A.variegata (John
Kimbal, 1983: 267). Bekicot tercakup di dalam sub clasiss pulmonata dari clasiss
gastropoda yang merupakan kelompok mollusca yang sangat besar. Siput darat
berbeda dengan gastropoda lainnya, pertama, dalam hal pernapasan, ia sudah tidak
memiliki ctenidia, yaitu semacam insang dan fungsinya telah diganti oleh bagian
pillium yang tipis dan kaya dengan pembuluh pembuluh kapiler-kapiler darah, kedua
mengenai sistem nervosium, ganglia yang utama terkumpul membentuk bangunan
serupa cincin mengelilingi esgophagus, tanpa jaringan pengikat di dalamnya. Bentuk
cangkang siput pada umumnya seperti kerucut dari tabung yang melingkar seperti
konde. Puncak kerucut merupakan bagian yang tertua, disebut apex. Sumbu kerucut
disebut columella. Gelung terbesar disebut body whorl dan gelung kecil-kecil di
atasnya disebut spire. Di antara bibir dalam dan gelung terbesar terdapat umbilicus,
yaitu ujung culumella yang berupa celah sempit sampai lebar dan dalam. Apabila
umbilicus tertutup, maka cangkang disebut imperforate (Jasin, 1989: 54).
Bekicot dapat hidup normal kurang lebih selama 3 tahun. Bekicot bersifat
hermaphrodit ambiseksual dimana sperma dan oosit dihasilkan secara simultan.
Bekicot pada umumnya menghasilkan sperma sebelum dimulainya oogenesis
(protandri). Umur dewasa kelamin bekicot dicapai setelah cangkang mencapai ukuran
60mm. Pada ukuran tersebut bekicot telah melakukan perkawinan. Pematangan
seksual sepenuhnya dicapai pada saat ukuran cangkang mencapai 80mm.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Tempat Penelitian : Piringan Rt.02, Pendowoharjo, Sewon, Bantul, DIY
Waktu Penelitian : Selasa, 14 November 2017

B. OBJEK PENELITIAN
- Bekicot ( Achatia fulica)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Daun
2. Alat Tulis
3. Kamera
4. Stopwatch

D. CARA KERJA
1. Menyiapkan objek penelitian yaitu Bekicot ( Achatia fulica )
2. Memberikan rangsangan kepada kepada bekicot
3. Mengamati dan menghitung waktu lamanya bekicot masuk ke dalam cangkangnya
4. Mengamati dan menghitung waktu lamanya bekicot berada didalam cangkang
hingga keluar lagi dari cangkangnya.
5. Mencatat hasil pengamatan perilaku bekicot terhadap rangsangan.

E. TABEL PENELITIAN

No. Rangsangan Percobaan Lama Bekicot masuk ke Lama Bekicot kembali


ke - dalam cangkang keluar dari cangkang

1. Sentuhan tangan 1 4 21

2 3 32

3 4 29

Rata-rata Waktu 3,67 27,33

2 Sentuhan daun 1 9 31

2 10 19

3 9 23

Rata-rata Waktu 9,33 24,33


3 Angin (Ditiup) 1 14 37

2 16 38

3 11 19

Rata-rata 13,67 31,33


BAB IV

PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA

Barnes, R.D. 2002. Invertebrate Zoologi Fourth Edition. New York : Sounders College
Publishing.

Dharma, B. 1988. Indonesian Shells. Jakarta: Sarana Graha.

Jasin, Maskuri. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Avertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya Surabaya.

Kimball, John. W. 1983. Biologi Edisi Kelima. ITB: PT Gelora Aksara Pratama.

Ratnasari . 2017 . Achatina fulica dalam


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10676/6.BAB%20II.pdf?sequence=6
&isAllowed=y diakses pada 15 November 2017 pukul 21.55

Anda mungkin juga menyukai