Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER

SISTEM IMUN

Disusun Oleh :
1. Naluri Anjarwati : 17304241013
2. Emi Wulandari : 17304241024
3. Vyna Himatul F : 17304241007
4. Yuni Riyanto : 17304241011
5. Miftakhul Khasanah: 17304244003
6. Sri Yunani : 17304244013

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Tuhan seluruh alam karena atas rahmat dan
karunia-Nya yang tidak terkira, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Biologi Sel dan Molekuler.
Adapun makalah ini berjudul “Sistem Imun”. Dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penyusun dengan senang hati menerima
kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah yang akan dibuat ke depannya.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca maupun bagi yang penyusun, serta dapat berguna dikemudian hari.

Yogyakarta, 04 Desember 2018


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup yang dianggap asing bagi
tubuh (Baratawidjaja, 2000; Benjamini et al., 2000). Jika sistem kekebalan bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,
serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh.
Dengan makalah ini akan menjelaskan tentang sruktur fungsi dan jenis sistem imun
sehingga membantu mempermudah dalam memahami mekanisme kerja sistem
imun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem imun?
2. Bagaimana struktur fungsi sistem imun?
3. Apa saja macam – macam sistem imun?
4. Bagaimana mekanisme kerja sistem imun?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem imun.
2. Mengetahui struktur fungsi sistem imun.
3. Mengetahui macam – macam sistem imun.
4. Mengetahui mekanisme kerja sistem imun.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Imun

Kata imun berasal dari bahasa Latin immunis yang berarti bebas dari
beban(Benjamini et al., 2000). Dahulu imunitas diartikan sebagai daya tahan
realtifhospes terhadap mikroba tertentu (Bellanti, 1985). Sistem imun adalah semua
mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya sebagai
perlindungan terhadap bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan
hidup yang dianggap asing bagi tubuh (Baratawidjaja, 2000; Benjamini et al., 2000).
Mekanisme tersebut melibatkan gabungan sel, molekul,dan jaringan yang berperan
dalam resistensi terhadap infeksi yang disebabkan oleh berbagai unsur patogen yang
terdapat di lingkungan sekitar kita seperti virus,bakteri, fungus, protozoa dan parasit
(Kresno, 1996; Baratawidjaja & Rengganis, 2009). Sedangkan reaksi yang
dikoordiansi oleh sel-sel, molekul-molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba
disebut dengan respon imun (Baratawidjaja &Rengganis, 2009).

Sistem imun memiliki tiga fungsi yaitu fungsi pertahanan (melawan patogen),
fungsi homeostasis (mempertahankan keseimbangan kondisi tubuhdengan cara
memusnahkan sel-sel yang sudah tidak berguna) dan pengawasan (surveillance). Pada
fungsi pengawasan dini (surveillance) sistem imun akan mengenali sel-sel abnormal
yang timbul di dalam tubuh dikarenakan virus maupun zat kimia. Sistem imun akan
mengenali sel abnormal tersebut dan memusnahkannya. Fungsi fisiologis sistem imun
yang terpenting adalah mencegah infeksi dan melakukan eradikasi terhadap infeksi
yang sudah ada(Abbas et al., 2014). Respon imun ada dua yaitu imunitas alamiah atau
nonspesifik/ natural/ innate/ native/ nonadaptif dan imunitas dapatan atau spesifik/
adaptif/ acquired.

1. Respon imun nonspesifik


Respon imun nonspesifik merupakan imunitas bawaan (innate imunity)
dimana respon imun terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya
tidak pernah terpapar oleh zat tersebut (Kresno, 1996). Imunitas nonspesifik berperan
paling awal dalam pertahanan tubuh melawan mikroba patogen yaitu dengan
menghalangi masuknya mikroba dan dengan segera mengeliminasi mikroba yang
masuk ke jaringan tubuh (Abbas et al., 2014). Respon imun jenis ini akan selalu
memberikan respon yang sama terhadap semua jenis agen infektif dan tidak memiliki
kemampuan untuk mengenali agen infektif meskipun sudah pernah terpapar
sebelumnya. Yang termasukdalam respon imun nonspesifik adalah pertahanan fisik,
biokimia, humoral dan seluler (Baratawidjaja & Rengganis, 2009).
2. Respon imun spesifik
Respon imun spesifik merupakan respon yang didapat dari stimulasi olehagen
infektif (antigen/ imunogen) dan dapat meningkat pada paparan berikutnya. Target
dari respon imun spesifik adalah antigen, yaitu suatu substansi yang asing (bagi
hospes) yang dapat menginduksi respon imun spesifik (Benjamini et al., 2000).
Antigen bereaksi dengan T-cell Receptor (TCR) dan antibodi. Antigen dapat berupa
molekul yang berada di permukaan unsur patogen maupun toksin yang diproduksi
oleh antigen yang bersangkutan.
Ada tiga tipe sel yang terlibat dalam respon imun spesifik yaitu sel T, sel B
dan APC (makrofag dan sel dendritik) (Benjamini et al., 2000). Respon imun spesifik
meliputi aktivasi dan maturasi sel T, sel mediator dan sel B untuk memproduksi
antibodi yang cukup untuk melawan antigen (Kresno, 1996).Pada hakekatnya respon
imun spesifik merupakan interaksi antara berbagai komponen dalam sistem imun
secara bersama-sama. Respon imun spesifik terdiri dari respon imun seluler (cell-
mediated immunity) dan respon imun humoral. Perbedaan kedua respon imun
tersebutterletak pada molekul yang berperan dalam melawan agen infektif,
namuntujuan utamanya sama yaitu untuk menghilangkan antigen (Benjamini et
al.,2000).
Respon imun seluler diperlukan untuk melawan mikroba yang berada didalam
sel (intraseluler) seperti virus dan bakteri. Respon ini dimediasi oleh limfosit T (sel T)
dan berperan mendukung penghancuran mikroba yang beradadi dalam fagosit dan
membunuh sel yang terinfeksi. Beberapa sel T juga berkontribusi dalam eradikasi
mikroba ekstraseluler dengan merekrut leukosit yang menghancurkan patogen dan
membantu sel B membuat antibodi yang efektif (Abbas et al., 2015). Agen infektif
yang berada di luar sel dapat dilawan dengan respon imun humoral. Respon ini
dimediasi oleh serum antibodi, suatu protein yang disekresikan oleh sel B (Benjamini
et al., 2000). Sel B berdiferensiasi menjadi satu klon sel plasma yang memproduksi
dan melepaskan antibodi spesifik kedalam darah serta membentuk klon sel B memori
(Kresno, 1996). Sel B menghasilkan antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu.
Antibodi iniberikatan dengan antigen membentuk suatu kompleks antigen-antibodi
yang dapat mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan hancurnya antigen
tersebut(Kresno, 1996).
Respon imun humoral ada dalam darah dan cairan sekresi seperti mukosa,
saliva, air mata dan ASI. Elemen lain yang berperan penting dalam respon imun
humoral adalah sistem komplemen. Sistem komplemen diaktivasi oleh reaksi antara
antigen dan antibodi. Ketika aktif sistem komplemen akan melisiskan sel target atau
meningkatkan kemampuan fagositosis sel fagosit(Benjamini et al., 2000). Interaksi
respon imun seluler dengan humoral disebut antibody dependentcell mediated
cytotoxicity (ADCC) karena sitolisis baru terjadi bila dibantu antibodi. Dalam hal ini
antibodi berfungsi melapisi antigen sasaran sehingga sel NK dapat melekat pada sel
atau antigen sasaran dan menghancurkannya(Kresno,1996).

B. Struktur dan Fungsi Sistem Imun

1. Fungsi Sistem Imun.


Suatu sistem dalam tubuh tentu memiliki fungsi masing masing, berikut
adalah fungsi dari sistem imunitas tersebut:

a. Sistem Pertahanan
Fungsi utama dari sistem ini adalah sebagai sistem pertahanan tubuh, baik
itu penyakit yang dapat menular atau yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
b. Keseimbangan Homeostatis
Homeostatis adalah keseimbangan yang ideal dalam tubuh yang berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan cara berinteraksi dengan seluruh
sistem yang terdapat dalam tubuh. Sehingga imunitas ini berfungsi untuk
menjaga keseimbangan homeostatis agar bekerja dengan baik.
c. Perbaikan Jaringan
Fungsi ketiga adalah untuk memperbaiki jaringan dengan cara
mengeliminasi jaringan sel yang sudah mati atau rusak dalam tubuh. Selain itu
juga untuk mengeliminasi sel yang tidak normal.

2. Struktur Sistem Imun


Organ sistem imun berada di seluruh bagian tubuhyaitu pada bagian organ
limfoid. Organ limfoid terdiri dari limfoid primer dan limfoid sekunder.
a. Limfoid primer adalah Organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun,
yaitu kelenjar timus dan sumsum tulang. Lomfoid primer berfungsi sebagai
tempat diferensiasi limfosit yang berasal dari jaringan myeloid. Terdapat dua
jaringan limfoid primer , yaitu kelenjar thymus yang merupakan diferensiasi
limfosit T dan sumsum tulang yang merupakan diferensiasi limfosit B.

- Sumsum tulang
Sumsum tulang adalah jaringan lunak berada dalam bagian rongga interior
tulang. Sebenarnya ada dua jenis sumsum: sumsum merah memproduksi
sel darah merah, trombosit, dan sebagian besar sel darah putih, sedangkan
sumsum kuning menghasilkan sedikit jenis sel darah putih. Sel kekebalan
dibedakan dari sel punca secara bertahap. Proses ini dimulai dengan sel
punca hematopoetic, dan dari sana satu sel berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis sel, termasuk sel-sel mieloid dan sel limfoid. Masing-
masing dapat lebih berdiferensiasi menjadi lebih jenis sel tertentu – antara
lain sel mieloid dalam fagosit dan granulosit, dan sel-sel limfoid menjadi
sel B, sel T, dan sel-sel pembunuh alami. Begitu mereka telah sepenuhnya
dibedakan, limfosit keluar dari sumsum darah dan melakukan perjalanan
ke organ kekebalan tubuh lainnya: sel T ke timus, dan sel B ke limpa. Di
sini, mereka akan menjalani proses pematangan lebih lanjut. Jenis sel
kekebalan Sebagian besar lainnya meninggalkan sumsum tulang sel-sel
dewasa yang berfungsi penuh.
- Timus
Timus adalah organ kecil yang terletak di belakang bagian atas tulang
dada. Timus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia
yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio
sesudah mendapat sel induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang terbentuk
mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami kematian, yang
hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid
sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. sel-sel T matang
melalui proses rumit yang disebut seleksi thymus. Setelah proses selesai,
sel T dewasa sepenuhnya dan mulai beredar dalam aliran darah. Pada titik
ini, yang pernah diaktifkan oleh antigen, mereka disebut sebagai sel naive.
b. Limfoid sekunder adalah Organ yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya proses-proses reaksi imun. Jaringan limfoid sekunder
berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami
diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten yang
berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh. Jaringan limfoid yang terdapat
dalam tubuh sebagian besar contohnya yaitu limfa,tonsil, limfonodus. Organ
utama adalah MALT yang meliputi jaringan limfoid ekstranodul yang
berhubungan dengan mukosa diberbagai lokasi seperti SALT (kulit), BALT
(bronkus), GALT (saluran cerna, mukosa hidung, mamae dan serviks uterus).
- Limfa
Sel B belum matang keluar sumsum tulang dan perjalanan ke limpa, di
mana mereka menjalani proses pematangan yang sama sekali berbeda dari
yang dialami sel T. Dalam kedua kasus, limfosit mati jika mereka
mengenali antigen diri, yang membantu untuk menghilangkan
kemungkinan bahwa sistem akan menghasilkan sel yang reaktif pada diri
sendiri (ketika sistem ini gagal, hasilnya mungkin penyakit autoimun).
- Tonsil
Tonsil disebut juga amandel. Tonsil terletak di bagian kiri dan kanan
pangkal tenggorokan. Tonsil mensekresikan kelenjar yang banyak
mengandung limfosit, sehingga tonsil dapat berfungsi untuk membunuh
bibit penyakit dan melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas
dan faring. Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut
faucia. Di daerah ini membran mukosa tractus digestivus banyak
mengandung kumpulan jaringan limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil
diseluruh bagian di daerah tersebut.
- Limfonodus
Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut
nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang
disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi
nodus limfa adalah untuk menyaring mikroorganisme yang ada di dalam
limfa. Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-
deret sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan
kumpulan yang mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi
imunologis secara spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval
dengan ukuran 1-2,5 mm. Bagian yang melekuk ke dalam disebut hillus,
yang merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah. Pembuluh
limfe aferen masuk melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe
eferen keluar melalui hillus. Nodus lymphaticus tersebar pada ekstrimitas,
leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan abdomen dan daerah
mediastinum.
- Pembuluh Dan Kelenjar Getah Bening
Pembuluh limfatik membawa cairan bening yang disebut getah bening,
yang menggenangi jaringan-jaringan tubuh, dan juga berfungsi sebagai
jaringan transportasi untuk sel-sel kekebalan. Kelenjar getah bening adalah
benjolan kecil jaringan yang putus-putus sepanjang sistem limfatik.
Kelenjar adalah pusat kegiatan dimana limfosit terus beredar dari jaringan
ke kelenjar getah bening dan kembali lagi, melalui aliran darah dan
pembuluh limfatik. Ketika tubuh menjadi terinfeksi, antigen-presenting sel
bermigrasi ke kelenjar getah bening, di mana mereka mulai menyajikan
antigen ke limfosit yang beredar. Jika limfosit mengenali antigen, mereka
menjadi aktif. Mereka berhenti beredar di seluruh tubuh dan sebaliknya,
tinggal di kelenjar getah bening dan mulai memperbanyak, sehingga
melepaskan respon imun (ini adalah mengapa kelenjar getah bening
menjadi bengkak dan lembut sebagai akibat dari infeksi).
- Jaringan Limfoid Lainnya
Ada banyak bercak kecil lainnya pada jaringan kekebalan yang dihiasi di
seluruh tubuh, sebagian besar yang diklasifikasikan sebagai jaringan
limfoid mukosa yang terkait, yang dikenal sebagai MALT. Jaringan ini
hanyalah serangkaian daerah kecil di seluruh tubuh di mana jaringan
limfoid terkonsentrasi, tetapi tidak dalam jumlah yang cukup besar untuk
diklasifikasikan sebagai kelenjar getah bening. Ada daerah-daerah seperti
di dalam usus, bronkus, hidung, laring, dan mata, serta pada kulit dan
dalam sistem vaskular. Selain itu ada bercak Peyer dari usus kecil, yang
memfasilitasi respon imun mukosa, dan tonsil dan adenoid, yang sekali
lagi, mirip dengan kelenjar getah bening. Amandel membantu melindungi
terhadap infeksi saluran pernapasan faring dan bagian atas, sementara
adenoid memberikan perlindungan terhadap patogen dihirup.

Organ Sistem Kekebalan Tubuh

C. FUNGSI KOMPONEN SISTEM IMUN

1. Fungsi Leukosit
a. Kemotaksis
Begitu leukosit memasuki jaringan ikat, sel ini harus mampu bermigrasi
dan menempati jaringan yang terluka. Hal ini terlaksana dengan baik oleh
kemotaksis yang bergantung pada kemampuan leukosit untuk merasakan gradien
kimiawi yang melintasi badan sel dan bermigrasi ke arah yang lebih tinggi
konsentrasi kimiawinya. Fagosit hanya merasakan sejumlah kecil bahan kimiawi
yaitu kemotaksin karena mempunyai reseptor kemotak-sin. Reseptor untuk
kemotaksis adalah protein yang tergolong dalam famili protein-G.

b. Fagositosis

Contoh sel fagosit adalah sel neutrofil, monosit, dan makrofag. Seperti tipe
lain dari sel darah putih, sel fagosit berasal dari sel pumca (stem) pluripoten dalam
sumsum merah tulang. Fagositosis oleh neutrofil lebih bersifat primitif dari pada
fagositosis oleh makrofag dalam sistem imun. Sel fagosit tertarik ke tempat infeksi
oleh proses kemotaksis. Contoh faktor kemotaksis adalah produk dari mikrobial,
sel jaringan dan leukosit yang rusak, komponen komplemen (misal C5a), dan
sitokin tertentu.

Fagositosis merupakan proses multitahap dengan sel fagosit memakan dan


merusak agen infeksius. Fagositosis merupakan proses pencernaan partikel (dalam
ukuran yang dapat terlihat oleh mikroskop cahaya) oleh sel. Fagositosis dilakukan
dalam fagosom, suatu vakuola yang struktur membrannya tidak jelas dan berisi
bahan patogen.

Sistem imun melakukan opsonisasi, yaitu mekanis-me melapisi patogen


dengan suatu molekul antibodi atau protein komplemen yang membuat fagosit
dapat meng-ikat dan mencerna patogen itu. Selanjutnya proses di-lanjutkan dengan
penyatuan membran plasma sel fagosit dengan permukaan mikroorganisme.
Kemudian terjadi perluasan membran plasma (pseudopodia) dan sel fagosit
menelan patogen. Terbentuk fagosom (vakuol fagosistik) yang menyatu dengan
lisosom sehingga pa-togen dapat dicerna oleh enzim pencernaan yang sesuai
(misalnya lisosim) dan bahan kimiawi bakterisidal.

Saat mikroba dapat dicerna, mikroba ini akan dapat dibunuh. Fagosit
membunuh bakteri dengan 2 mekanisme, yaitu mekanisme berdasarkan reduksi
oksigen yang dinamakan mekanisme oksidatif dan mekanisme non-oksidatif.
Mekanisme oksidatif membutuhkan keberadaan oksigen, potensi oksidasi reduksi.
Mekanisme ini tidak optimal dilakukan di daerah krevikular gingiva. Jadi, fagosit
juga harus memiliki mekanisme pembunuh bakteri dengan mekanisme non-
oksidatif. Neutrofil tidak membutuhkan oksigen untuk energi dan dapat berfungsi
dalam kondisi anaerob. Mekanisme non-oksidatif membutuhkan penyatuan
fagosom dan lisosom membentuk fagolisosom yang menghasilkan sekresi
komponen lisosom ke dalam fagolisosom. Neutrofil mempunyai 2 macam lisosom
atau granula. Granula yang pertama adalah granula spesifik untuk sekresi
ekstraselular dan intrafagolisosom dan yang kedua adalah granula azurofil terutama
untuk sekresi in trafagolisosom. Bahan yang dicerna dikeluarkan dari sel
(eksositosis).
2. Limfosit
Tiga tipe utama limfosit dibedakan berdasarkan pada reseptor antigennya,
menjadi limfosit-T, limfosit-B, dan sel pembunuh alami (NK, natural killer).
Dalam darah, sel B dan sel T ber-sifat tidak aktif dan berukuran kecil (8-10 µm).
Sel NK dapat berdiferensiasi secara luas dalam sumsum tulang dan tampak dalam
darah sebagai suatu limfosit besar bergranular. Dengan diameter >15 µm, sel
menjadi lebih besar dari sel leukosit lainnya dalam darah.

a. Limfosit-T (sel T)
Limfosit-T merupakan 80-90% limfosit darah tepi. Juga dijumpai di daerah
parakorteks kelenjar limfe. Pengaktifan limfosit-T sama dengan limfosit-B.
Limfosit ini mempunyai reseptor permukaan untuk antigen, membentuk sel T-
memori dan limfokin (untuk merespons rangsangan antigen), dan mempunyai
imunoglobulin permukaan dalam jumlah lebih sedikit. Limfosit-T mengenali
berbagai antigen dengan menggunakan kompleks transmembran beraafinitas lemah
yaitu reseptor antigen sel T (TCR, T-cell antigen receptor). Antigen dikenali oleh
sel T dalam kaitannya baik dengan molekul MHC kelas I maupun MHC kelas II.
Sel T dibagi berdasarkan adanya ko-reseptor CD4 atau CD8. Ko-reseptor CD4
terikat secara reversibel untuk molekul MHC kelas II (HLA-DR, HLA-DP, HLA-
DQ) yang ditemukan pada sel dendritik, makrofag, dan sel B. CD4+ sel T
mengawali dan membantu respons imun dalam melakukan proliferasi dan
membedakan sinyal. Ko-reseptor CD8 untuk molekul MHC kelas I yang berada
pada semua sel. CD8+ sel T terutama adalah sel T sitotoksik yang terlibat dalam
pengontrolan antigen intrasel (misal, bakteri, fungi, hifa jamur, dan virus).

b. Limfosit-B (sel B).


Limfosit-B ditemukan dalam sumsum tulang, folikel limfoid, pulpa putih dari
limpa, dan merupakan 10-20% limfosit darah perifer. Namanya berasal dari bursa
of fabricus (organ burung yang bertanggung jawab untuk pembentukan produksi
limfosit-B). Limfosit-B membantu mengontrol antigen ekstraselular, seperti
bakteri, jamur, dan virion. Limfosit-B mengenali anti-gen yang bervariasi dengan
menggunakan reseptor antigen sel B (BCR, B-cell antigen receptor) yang
merupakan re-septor antigen berafinitas kuat. Sel B berikatan dengan re-septor
permukaan IgM, IgD untuk mengikat antigen sehingga terjadi proliferasi limfosit-
B, membentuk ekspansi klonal. Interaksi afinitas kuat antara BCR dan antigen
mampu mem-buat sel B mengikat dan mencerna antigen tanpa menyajikan antigen.
Dengan kata lain, antigen terikat kuat tanpa tereks-presi. Sebelum antigen
terekspresi, sel B mengekspresikan IgM sebagai bagian dari BCR. Antigen yang
dicerna dide-gradasi dan disajikan pada sel T.
Sesudah paparan antigen, limfosit-B berdiferensiasi membentuk sel plasma
yang terdidik untuk membentuk dan menyekresi antibodi dari isotipe IgM.
Limfosit-B lainnya, dengan adanya sel T dapat berdiferensiasi melalui jalur
memori, membentuk limfosit B-memori. Sel B memori ber-tanggung jawab untuk
serangan cepat dari respons antibodi sekunder. Sel B memori meningkatkan
populasi sel plasma saat paparan kedua dari antigen dan menghasilkan antibodi
berafinitas kuat dengan isotipe yang sesuai.

c. Antibodi

Antibodi merupakan protein (imunoglobulin). Dihasilkan oleh sel plasma


yang berasal dari proliferasi dan diferensiasi sel B yang terjadi setelah kontak
dengan antigen. Diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya, yang utama adalah
antibodi netralisasi yang berfungsi untuk melawan toksin, melapisi bakteri dengan
opsonin untuk membantu proses fagositosis antibodi dengan mengikat bakteri. IgA
merupakan antibodi utama dalam saliva, berfungsi menghalangi perlekatan bakteri
ke epitel mulut, faring, dan gastrointestinal. IgD, berperan sebagai reseptor antigen
di permukaan limfosit. IgE ditemukan dengan jumlah sangat sedikit dalam serum,
berpartisipasi dalam reaksi hiper-sensitivitas tipe I. IgG merupakan pertahanan
utama terhadap mikroorganisme dan toksin. IgM adalah antibodi pertama yang
disekresikan untuk merespons rangsangan antigen.
Gambar 3.2. Antibodi tersusun oleh 2 lengan berat
dan lengan ringan.Bagian dari lengan yang unik dan
berubah-ubah membiarkan antibodi mengenali antigen
yang sesuai.

d. Neutrofill dan Monosit/Makrofag


Neutrofil dan monosit merupakan sel fagositik dari leukosit. Perbedaan
mendasar dari keduanya adalah neutrofil meng-alami diferensiasi hampir lengkap
dalam sumsum tulang selama 14 hari, sedangkan monosit keluar dari sumsum tulang
sesudah 2 hari dalam keadaan yang relatif tidak dewasa dan berdiferensiasi dalam
jaringan. Keduanya berukuran sama (diameter 10µm) dan berada dalam darah.

Neutrofill berumur pendek (1-5 hari). Neutrofil juga dikenal dengan nama
PMN (leukosit polimorfonuklear) dan merupakan sel leukosit terbanyak dalam darah,
yaitu sekitar dua per tiga populasi leukosit (4000-8000 sel/mm3). Neutrofil memiliki
lisosom dalam sitoplasmanya. Oleh karena neutrofil tidak perlu mengalami
diferensiasi untuk melakukan fungsi-nya, sel ini cocok untuk respons segera.
Neutrofil mengadakan respons sangat cepat terhadap infeksi. Dalam merespons
infeksi, sumsum tulang membentuk neutrofil 1-2x1011 per hari. Jumlah neutrofil
tidak berkurang dengan bertambah usia. Ketika neutrofil meninggalkan darah, sel ini
selalu mempertahankan ukurannya yang kecil dan karenanya di-namakan mikrofag.
Neutrofil hanya memfagosit patogen yang kecil seperti virus atau bakteri. Neutrofil
memiliki reseptor untuk metabolit dari molekul komplemen C3 dan membentuk
reseptor komplemen 1,3,4 (CR1, CR3, CR4). Reseptor-reseptor ini membuat neutrofil
dapat berpartisipasi dalam respons radang dan mencerna molekul asing dan sel asing
dalam proses fagositosis.
Makrofag merupakan bagian non-spesifik dari sistem imun yang
memusnahkan dan merusak secara tidak selektif atau berusaha untuk merusak
organisme asing atau debris. Telah disepakati bahwa monosit dianggap sebagai
makrofag saat sel ini meninggalkan darah. Monosit menyempurnakan diferensiasinya
dalam jaringan lokal dan diameternya men-jadi lebih besar dari 22 µm, didesain
sebagai makrofag. Kontras dengan neutrofil, makrofag (‘big eaters’) dalam jaringan
yang berasal dari darah, merespons lebih lambat terhadap rangsang kemotaktik, tetapi
lebih efisien dalam mefagosit sisa jaringan patogen yang masih hidup dan yang sudah
mati. Makrofag membunuh agen infeksi melalui be-berapa mekanisme, seperti sekresi
molekul yang sangat banyak, misalnya interferon (antivirus) atau lisosim (anti-
bakteri) dan membentuk radikal oksigen, asam nitrat, serta produk yang mengandung
klorin. Makrofag yang teraktivasi membentuk sejumlah sitokin (IL-1, IL-8, TNF dan
IFN) yang menstimulasi respons in!amasi dan menambah tentara dari sel imun dan
molekul ke tempat infeksi agar lebih efektif memusnahkan patogen penyerang.

Makrofag hidup menetap dalam jaringan tertentu (sel kupffer dalam hati,
mikroglia dalam otak) atau bergerak ke seluruh tubuh untuk mencari patogen
(makrofag patroli). Karena makrofag mengalami diferensiasi dan hidup dalam
jaringan lokal, sel ini cocok untuk berkomunikasi dengan limfosit dan sel lain di
sekitarnya. Makrofag hidup bulanan atau tahunan, cukup panjang untuk menyajikan
antigen ke sel T. Sangat penting dalam aktivasi respons imun adaptif melawan
patogen dengan menyajikan fragmen antigen yang diproses pada permukaan selnya
yang berkaitan dengan molekul MHC-II, ke CD4+ limfosit-T, menyebabkan aktivasi
CD4+ limfosit T-helper, sehingga terjadi stimulasi respons imun selular dan humoral
melawan agen infeksius.

Makrofag dan limfosit membentuk respons inflamasi kronis.


Monosit/makrofag mempunyai reseptor CR1, CR3, CR4, CR5a, beberapa kelas dari
reseptor Fc dan molekul penting dalam penyajian antigen (reseptor MHC kelas I dan
CD1). Begitu makrofag mencerna organisme, bagian dari organisme yang
teridentifikasi (sebagai antigen), tampak pada permukaan makrofag pada MHC.
Antigen ini berfungsi sebagai marker yang kemudian memberi tanda pada sel T yang
secara spesifik mengenal penyerangnya.
Tabel 3.1. Sel Sistem Imun

Mencerna dan memakan benda asing/patogen


Fagosit (fagosi-
tosis), contoh: makrofag, neutro!l

Memproses dan menyajikan antigen ke


Antigen limfosit-T,
Presenting contoh: sel dendritik, makrofag, sel B
Cells

Membunuh sel tumor dan sel terinfeksi virus,


Sel Natural merupakan
sel limfosit namun bukan sel limfosit-B dan
Killer (NK) T, kurang
spesi!k dan kurang memori

Sel Limfosit- Mengekspresikan antibodi pada permukaan


B sel yang
dapat berikatan dengan antigen dan
(sel B) berdiferensiasi
menjadi sel plasma sebagai sel pembentuk
antibodi

Sel Plasma Bentuk limfosit-B yang menyekresi antibodi

Turunan sel limfosit-T (CD8+) yang


Sel T- mengenali antigen
sitotoksik asing (yang diekspresikan pada sel dan yang
(Sel berikatan
dengan molekul MHC-1) dan membunuhnya
T-Killer, Sel dengan
melepaskan sitokin perforin dan limfotoksin.
Tc) Sel T
sitotoksik juga melepas sitokin lain yang
menstimulasi
fagositosis dan menghambat replikasi virus

Turunan sel limfosit-T (CD4+) yang


Sel T-helper membentuk sitokin
untuk menstimulasi respons imun yang
(Th, T4) dimediasi sel
(CMI) dan respons imun yang dimediasi
antibodi (AMI)

Sel T- Berkembang sesudah paparan pertama oleh


memori antigen
tertentu. Menetap dalam sirkulasi dan
mengenali anti-
gen semula sampai bertahun-tahun sesudah
paparan
pertama serta merespons dengan sangat cepat
dan
e!sien pada paparan kedua dan selanjutnya

Sel T-
supresor Sel yang menurunkan respons imun

D. Macam-macam Sistem Imun


1. Sistem imun non spesifik
merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai
mikroorganisme, karena sistem imun spesifik memerlukan waktu sebelum
memberikan responnya. Sistem tersebut disebut non spesifik, karena tidak
ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu (Sudoyo, 2009). Mekanisme
pertahanan tubuh oleh sistem imun non spesifik bersifat spontan, tidak spesifik,
dan tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah paparan
berulang dengan patogen yang sama (Handayani, 2010). Umumnya merupakan
imunitas bawaan (innate immunity), dalam artian bahwa respons terhadap zat
asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat
tersebut. Sebagai contoh dapat dijelaskan sebagai berikut : salah satu upaya tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen misalnya, bakteri, adalah
dengan cara menghancurkan bakteri tersebut dengan cara nonspesifik melalui
proses fagositosis. Dalam hal ini makrofag, neutrofil dan monosit memegang
peranan yang sangat penting. Supaya dapat terjadi fagositosis, sel-sel fagositosis
tersebut harus berada dalam jarak yang dekat dengan partikel bakteri, atau lebih
tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit. Untuk
mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju sasaran. Hal ini dapat terjadi
karena dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut dengan factor
leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan
oleh neutrofil, makrofag atau komplemen yang telah berada dilokasi bakteri
(Kresno, 1991).
Imunitas nonspesifik berupa komponen normal tubuh yang merupakan
pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat
memberikan respon langsung. Selalu ditemukan pada individu sehat dan siap
mencegah bahan asing masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Disebut
nonspesifik karena tidak menunjukan spesifitas terhadap bahan asing dan mampu
melindungi tubuh terhadap banyak patogen. Sistem imun nonspesifik terdiri dari :
- Pertahanan fisik/mekanik : kulit, selaput lendir, silia saluran pernapasan
merupakan barier fisik yang sulit untuk ditembus oleh sebagian besar zat yang
dapat menginfeksi tubuh. Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan
epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba (
Saraswati, 2016)
- Pertahanan biokimia
Lisozim dan fosfolipase yang terdapat pada air mata dan saliva mampu
melisiskan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Asam lemak yang
dilepaskan oleh kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membran
sel sehingga dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi melalui kulit. Asam
hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan empedu dalam
usus halus membantu menciptakan lingkungan yang dapat mencegah infeksi
oleh mikroba (Saraswati, 2016).
- Pertahanan humoral
Pertahanan ini disebut humoral karena melibatkan molekul-molekul
yang larut untuk melawan mikroba. Biasanya molekul yang bekerja adalah
molekul yang berada di sekitar daerah yang dilalui mikroba. Contoh molekul
larut yang bekerja dalam pertahan ini adalah inteferon dan sistem komplemen.
- Pertahanan seluler
Pertahanan ini melibatkan sel-sel sistem imun dalam melawan antigen.
Sel-sel tersebut ada yang ditemukan di sirkulasi darah dan ada juga yang di
jaringan. Neutrofil, basofil, eusinofil, monosit adalah sel sistem imun non-
spesifik yang biasa ditemukan pada sirkulasi darah. Sedangkan sel yang biasa
ditemukan di jaringan adalah sel mast dan sel makrofag.

2. Sistem imun spesifik


Respon Imun Spesifik merupakan respon imun yang didapat (acquired), yang
timbul akibat dari rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar
sebelumnya. Respons imun spesifik dimulai dengan adanya aktifitas makrofag atau
antigen precenting cell (APC) yang memproses antigen sedemikian rupa sehingga
dapat menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun. Dengan rangsangan antigen yang
telah diproses tadi, sel-sel system imun berploriferasi dan berdiferensiasi sehingga
menjadi sel yang memiliki kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan
antigen (Kresno, 1991).

Walaupun antigen pada kontak pertama (respons primer) dapat dimusnahkan


dan kemudian sel-sel system imun mengadakan involusi, namun respons imun primer
tersebut sempat mengakibatkan terbentuknya klon atau kelompok sel yang disebut
dengan memory cells yang dapat mengenali antigen bersangkutan. Apabila
dikemudian hari antigen yang sama masuk kedalam tubuh, maka klon tersebut akan
berproliferasi dan menimbulkan respons sekunder spesifik yang berlangsung lebih
cepat dan lebih intensif dibandingkan dengan respons imun primer. Mekanisme
efektor dalam respons imun spesifik dapat dibedakan menjadi :

- Respons imun seluler


Telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan
berkembang biak secara intra seluler, antara lain didalam makrofag
sehingga sulit untuk dijangkau oleh antibody. Untuk melawan
mikroorganisme intraseluler tersebut diperlukan respons imun seluler,
yang diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi sel T yang disebut dengan
sel T penolong (T-helper) akan mengenali mikroorganisme atau antigen
bersangkutan melalui major histocompatibility complex (MHC) kelas II
yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini menyulut limfosit
untuk memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk diantaranya
interferon, yang dapat membantu makrofag untuk menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Sub populasi limfosit T lain yang disebut dengan
sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga berfungsi untuk menghancurkan
mikroorganisme intraseluler yang disajikan melalui MHC kelas I secara
langsung (cell to cell). Selain menghancurkan mikroorganisme secara
langsung, sel T-sitotoksik, juga menghasilkan gamma interferon yang
mencegah penyebaran mikroorganisme kedalam sel lainnya (Saraswati,
2016).
- Respons Imun Humoral
Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B
menjadi satu populasi (klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik
ke dalam darah. Pada respons imun humoral juga berlaku respons imun
primer yang membentuk klon sel B memory. Setiap klon limfosit
diprogramkan untuk membentuk satu jenis antibody spesifik terhadap
antigen tertentu (Clonal slection). Antibodi ini akan berikatan dengan
antigen membentuk kompleks antigen – antibodi yang dapat mengaktivasi
komplemen dan mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Supaya
limfosit B berdiferensiasi dan membentuk antibody diperlukan bantuan
limfosit T-penolong (T-helper), yang atas sinyal-sinyal tertentu baik
melalui MHC maupun sinyal yang dilepaskan oleh makrofag, merangsang
produksi antibody. Selain oleh sel T- penolong, produksi antibody juga
diatur oleh sel T penekan (T-supresor), sehingga produksi antibody
seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan (Saraswati, 2016).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup yang dianggap asing bagi
tubuh
2. Sistem imun terdiri dari limfoid primer dan limfoid sekunder yang memiliki
fungsi pertahanan, homeostassis, dan perbaikan jaringan.
3. Terdapat 2 jenis sistem imun yaitu sistem imun non spesifik dan sistem imun
spesifik.
4. Mekanisme respons imun yaitu ketika antigen masuk atau menginvasi tubuh kita,
yang merupakan pertahanan pertama adalah respons non-spesifik. Ketika respons
non-spesifik tidak dapat mengeliminasi maka respons spesifik akan mengambil
alih. Makrofag akan memfagosit antigen tersebut. Setelah di fagosit, fragmen-
fragmennya dpresentasikan atau dikenalkan bersama-sama dengan MHCII ke
permukaan dan diperkenalkan serta mengaktifkan limfosit Th.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., & Pillai, S., 2014.Basic Immunology, Fourth Edition.
Philadelphia : Elsevier,Saunders.

Baratawidjaja, K.G. & Rengganis, I., 2009, Imunologi Dasar, Edisi VIII. Jakarta : Balai
PenerbitKedokteran Universitas Indonesia.

Bellanti, J.A., 1985, Imunologi III, diterjemahkan oleh Samik Wahab, 7-9, 28, 203
211. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Benjamini, E., Coico, R., Sunshine, G., 2000.Immunology A Short Course, Forth Edition.
New York : Wiley-Liss, A John Wiley & Sons, Inc.,

Kresno, J.B. 1991.Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, Edisi Kedua. Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kresno, S.B., 1996.Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, Edisi III. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka
Rihama.

Saraswati, Citra.2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper croatum)
Dosis Bertingkat Terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag Mencit BALB/C yang Terinfeksi
Salmonella typhimurium. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah. Semarang : Fakultas
Kedokteran Universita Diponegoro.

Sudoyo, Aru. 2009. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta : Interna
Publisisng.

Sudiono, janti. 2014. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/sistemimun.pdf

https://www.sridianti.com/organ-sistem-kekebalan-tubuh.html

https://dosenbiologi.com/manusia/sistem-imun

Anda mungkin juga menyukai