SISTEM IMUN
Disusun Oleh :
1. Naluri Anjarwati : 17304241013
2. Emi Wulandari : 17304241024
3. Vyna Himatul F : 17304241007
4. Yuni Riyanto : 17304241011
5. Miftakhul Khasanah: 17304244003
6. Sri Yunani : 17304244013
Segala puji hanya milik Allah SWT. Tuhan seluruh alam karena atas rahmat dan
karunia-Nya yang tidak terkira, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Biologi Sel dan Molekuler.
Adapun makalah ini berjudul “Sistem Imun”. Dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penyusun dengan senang hati menerima
kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah yang akan dibuat ke depannya.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca maupun bagi yang penyusun, serta dapat berguna dikemudian hari.
A. Latar Belakang
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup yang dianggap asing bagi
tubuh (Baratawidjaja, 2000; Benjamini et al., 2000). Jika sistem kekebalan bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,
serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh.
Dengan makalah ini akan menjelaskan tentang sruktur fungsi dan jenis sistem imun
sehingga membantu mempermudah dalam memahami mekanisme kerja sistem
imun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem imun?
2. Bagaimana struktur fungsi sistem imun?
3. Apa saja macam – macam sistem imun?
4. Bagaimana mekanisme kerja sistem imun?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem imun.
2. Mengetahui struktur fungsi sistem imun.
3. Mengetahui macam – macam sistem imun.
4. Mengetahui mekanisme kerja sistem imun.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata imun berasal dari bahasa Latin immunis yang berarti bebas dari
beban(Benjamini et al., 2000). Dahulu imunitas diartikan sebagai daya tahan
realtifhospes terhadap mikroba tertentu (Bellanti, 1985). Sistem imun adalah semua
mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya sebagai
perlindungan terhadap bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan
hidup yang dianggap asing bagi tubuh (Baratawidjaja, 2000; Benjamini et al., 2000).
Mekanisme tersebut melibatkan gabungan sel, molekul,dan jaringan yang berperan
dalam resistensi terhadap infeksi yang disebabkan oleh berbagai unsur patogen yang
terdapat di lingkungan sekitar kita seperti virus,bakteri, fungus, protozoa dan parasit
(Kresno, 1996; Baratawidjaja & Rengganis, 2009). Sedangkan reaksi yang
dikoordiansi oleh sel-sel, molekul-molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba
disebut dengan respon imun (Baratawidjaja &Rengganis, 2009).
Sistem imun memiliki tiga fungsi yaitu fungsi pertahanan (melawan patogen),
fungsi homeostasis (mempertahankan keseimbangan kondisi tubuhdengan cara
memusnahkan sel-sel yang sudah tidak berguna) dan pengawasan (surveillance). Pada
fungsi pengawasan dini (surveillance) sistem imun akan mengenali sel-sel abnormal
yang timbul di dalam tubuh dikarenakan virus maupun zat kimia. Sistem imun akan
mengenali sel abnormal tersebut dan memusnahkannya. Fungsi fisiologis sistem imun
yang terpenting adalah mencegah infeksi dan melakukan eradikasi terhadap infeksi
yang sudah ada(Abbas et al., 2014). Respon imun ada dua yaitu imunitas alamiah atau
nonspesifik/ natural/ innate/ native/ nonadaptif dan imunitas dapatan atau spesifik/
adaptif/ acquired.
a. Sistem Pertahanan
Fungsi utama dari sistem ini adalah sebagai sistem pertahanan tubuh, baik
itu penyakit yang dapat menular atau yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
b. Keseimbangan Homeostatis
Homeostatis adalah keseimbangan yang ideal dalam tubuh yang berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan cara berinteraksi dengan seluruh
sistem yang terdapat dalam tubuh. Sehingga imunitas ini berfungsi untuk
menjaga keseimbangan homeostatis agar bekerja dengan baik.
c. Perbaikan Jaringan
Fungsi ketiga adalah untuk memperbaiki jaringan dengan cara
mengeliminasi jaringan sel yang sudah mati atau rusak dalam tubuh. Selain itu
juga untuk mengeliminasi sel yang tidak normal.
- Sumsum tulang
Sumsum tulang adalah jaringan lunak berada dalam bagian rongga interior
tulang. Sebenarnya ada dua jenis sumsum: sumsum merah memproduksi
sel darah merah, trombosit, dan sebagian besar sel darah putih, sedangkan
sumsum kuning menghasilkan sedikit jenis sel darah putih. Sel kekebalan
dibedakan dari sel punca secara bertahap. Proses ini dimulai dengan sel
punca hematopoetic, dan dari sana satu sel berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis sel, termasuk sel-sel mieloid dan sel limfoid. Masing-
masing dapat lebih berdiferensiasi menjadi lebih jenis sel tertentu – antara
lain sel mieloid dalam fagosit dan granulosit, dan sel-sel limfoid menjadi
sel B, sel T, dan sel-sel pembunuh alami. Begitu mereka telah sepenuhnya
dibedakan, limfosit keluar dari sumsum darah dan melakukan perjalanan
ke organ kekebalan tubuh lainnya: sel T ke timus, dan sel B ke limpa. Di
sini, mereka akan menjalani proses pematangan lebih lanjut. Jenis sel
kekebalan Sebagian besar lainnya meninggalkan sumsum tulang sel-sel
dewasa yang berfungsi penuh.
- Timus
Timus adalah organ kecil yang terletak di belakang bagian atas tulang
dada. Timus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia
yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio
sesudah mendapat sel induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang terbentuk
mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami kematian, yang
hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid
sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. sel-sel T matang
melalui proses rumit yang disebut seleksi thymus. Setelah proses selesai,
sel T dewasa sepenuhnya dan mulai beredar dalam aliran darah. Pada titik
ini, yang pernah diaktifkan oleh antigen, mereka disebut sebagai sel naive.
b. Limfoid sekunder adalah Organ yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya proses-proses reaksi imun. Jaringan limfoid sekunder
berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami
diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten yang
berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh. Jaringan limfoid yang terdapat
dalam tubuh sebagian besar contohnya yaitu limfa,tonsil, limfonodus. Organ
utama adalah MALT yang meliputi jaringan limfoid ekstranodul yang
berhubungan dengan mukosa diberbagai lokasi seperti SALT (kulit), BALT
(bronkus), GALT (saluran cerna, mukosa hidung, mamae dan serviks uterus).
- Limfa
Sel B belum matang keluar sumsum tulang dan perjalanan ke limpa, di
mana mereka menjalani proses pematangan yang sama sekali berbeda dari
yang dialami sel T. Dalam kedua kasus, limfosit mati jika mereka
mengenali antigen diri, yang membantu untuk menghilangkan
kemungkinan bahwa sistem akan menghasilkan sel yang reaktif pada diri
sendiri (ketika sistem ini gagal, hasilnya mungkin penyakit autoimun).
- Tonsil
Tonsil disebut juga amandel. Tonsil terletak di bagian kiri dan kanan
pangkal tenggorokan. Tonsil mensekresikan kelenjar yang banyak
mengandung limfosit, sehingga tonsil dapat berfungsi untuk membunuh
bibit penyakit dan melawan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas
dan faring. Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut
faucia. Di daerah ini membran mukosa tractus digestivus banyak
mengandung kumpulan jaringan limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil
diseluruh bagian di daerah tersebut.
- Limfonodus
Nodus limfa terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut
nodulus. Nodulus terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang
disebut sinus. Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi
nodus limfa adalah untuk menyaring mikroorganisme yang ada di dalam
limfa. Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-
deret sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan
kumpulan yang mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi
imunologis secara spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval
dengan ukuran 1-2,5 mm. Bagian yang melekuk ke dalam disebut hillus,
yang merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah. Pembuluh
limfe aferen masuk melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe
eferen keluar melalui hillus. Nodus lymphaticus tersebar pada ekstrimitas,
leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan abdomen dan daerah
mediastinum.
- Pembuluh Dan Kelenjar Getah Bening
Pembuluh limfatik membawa cairan bening yang disebut getah bening,
yang menggenangi jaringan-jaringan tubuh, dan juga berfungsi sebagai
jaringan transportasi untuk sel-sel kekebalan. Kelenjar getah bening adalah
benjolan kecil jaringan yang putus-putus sepanjang sistem limfatik.
Kelenjar adalah pusat kegiatan dimana limfosit terus beredar dari jaringan
ke kelenjar getah bening dan kembali lagi, melalui aliran darah dan
pembuluh limfatik. Ketika tubuh menjadi terinfeksi, antigen-presenting sel
bermigrasi ke kelenjar getah bening, di mana mereka mulai menyajikan
antigen ke limfosit yang beredar. Jika limfosit mengenali antigen, mereka
menjadi aktif. Mereka berhenti beredar di seluruh tubuh dan sebaliknya,
tinggal di kelenjar getah bening dan mulai memperbanyak, sehingga
melepaskan respon imun (ini adalah mengapa kelenjar getah bening
menjadi bengkak dan lembut sebagai akibat dari infeksi).
- Jaringan Limfoid Lainnya
Ada banyak bercak kecil lainnya pada jaringan kekebalan yang dihiasi di
seluruh tubuh, sebagian besar yang diklasifikasikan sebagai jaringan
limfoid mukosa yang terkait, yang dikenal sebagai MALT. Jaringan ini
hanyalah serangkaian daerah kecil di seluruh tubuh di mana jaringan
limfoid terkonsentrasi, tetapi tidak dalam jumlah yang cukup besar untuk
diklasifikasikan sebagai kelenjar getah bening. Ada daerah-daerah seperti
di dalam usus, bronkus, hidung, laring, dan mata, serta pada kulit dan
dalam sistem vaskular. Selain itu ada bercak Peyer dari usus kecil, yang
memfasilitasi respon imun mukosa, dan tonsil dan adenoid, yang sekali
lagi, mirip dengan kelenjar getah bening. Amandel membantu melindungi
terhadap infeksi saluran pernapasan faring dan bagian atas, sementara
adenoid memberikan perlindungan terhadap patogen dihirup.
1. Fungsi Leukosit
a. Kemotaksis
Begitu leukosit memasuki jaringan ikat, sel ini harus mampu bermigrasi
dan menempati jaringan yang terluka. Hal ini terlaksana dengan baik oleh
kemotaksis yang bergantung pada kemampuan leukosit untuk merasakan gradien
kimiawi yang melintasi badan sel dan bermigrasi ke arah yang lebih tinggi
konsentrasi kimiawinya. Fagosit hanya merasakan sejumlah kecil bahan kimiawi
yaitu kemotaksin karena mempunyai reseptor kemotak-sin. Reseptor untuk
kemotaksis adalah protein yang tergolong dalam famili protein-G.
b. Fagositosis
Contoh sel fagosit adalah sel neutrofil, monosit, dan makrofag. Seperti tipe
lain dari sel darah putih, sel fagosit berasal dari sel pumca (stem) pluripoten dalam
sumsum merah tulang. Fagositosis oleh neutrofil lebih bersifat primitif dari pada
fagositosis oleh makrofag dalam sistem imun. Sel fagosit tertarik ke tempat infeksi
oleh proses kemotaksis. Contoh faktor kemotaksis adalah produk dari mikrobial,
sel jaringan dan leukosit yang rusak, komponen komplemen (misal C5a), dan
sitokin tertentu.
Saat mikroba dapat dicerna, mikroba ini akan dapat dibunuh. Fagosit
membunuh bakteri dengan 2 mekanisme, yaitu mekanisme berdasarkan reduksi
oksigen yang dinamakan mekanisme oksidatif dan mekanisme non-oksidatif.
Mekanisme oksidatif membutuhkan keberadaan oksigen, potensi oksidasi reduksi.
Mekanisme ini tidak optimal dilakukan di daerah krevikular gingiva. Jadi, fagosit
juga harus memiliki mekanisme pembunuh bakteri dengan mekanisme non-
oksidatif. Neutrofil tidak membutuhkan oksigen untuk energi dan dapat berfungsi
dalam kondisi anaerob. Mekanisme non-oksidatif membutuhkan penyatuan
fagosom dan lisosom membentuk fagolisosom yang menghasilkan sekresi
komponen lisosom ke dalam fagolisosom. Neutrofil mempunyai 2 macam lisosom
atau granula. Granula yang pertama adalah granula spesifik untuk sekresi
ekstraselular dan intrafagolisosom dan yang kedua adalah granula azurofil terutama
untuk sekresi in trafagolisosom. Bahan yang dicerna dikeluarkan dari sel
(eksositosis).
2. Limfosit
Tiga tipe utama limfosit dibedakan berdasarkan pada reseptor antigennya,
menjadi limfosit-T, limfosit-B, dan sel pembunuh alami (NK, natural killer).
Dalam darah, sel B dan sel T ber-sifat tidak aktif dan berukuran kecil (8-10 µm).
Sel NK dapat berdiferensiasi secara luas dalam sumsum tulang dan tampak dalam
darah sebagai suatu limfosit besar bergranular. Dengan diameter >15 µm, sel
menjadi lebih besar dari sel leukosit lainnya dalam darah.
a. Limfosit-T (sel T)
Limfosit-T merupakan 80-90% limfosit darah tepi. Juga dijumpai di daerah
parakorteks kelenjar limfe. Pengaktifan limfosit-T sama dengan limfosit-B.
Limfosit ini mempunyai reseptor permukaan untuk antigen, membentuk sel T-
memori dan limfokin (untuk merespons rangsangan antigen), dan mempunyai
imunoglobulin permukaan dalam jumlah lebih sedikit. Limfosit-T mengenali
berbagai antigen dengan menggunakan kompleks transmembran beraafinitas lemah
yaitu reseptor antigen sel T (TCR, T-cell antigen receptor). Antigen dikenali oleh
sel T dalam kaitannya baik dengan molekul MHC kelas I maupun MHC kelas II.
Sel T dibagi berdasarkan adanya ko-reseptor CD4 atau CD8. Ko-reseptor CD4
terikat secara reversibel untuk molekul MHC kelas II (HLA-DR, HLA-DP, HLA-
DQ) yang ditemukan pada sel dendritik, makrofag, dan sel B. CD4+ sel T
mengawali dan membantu respons imun dalam melakukan proliferasi dan
membedakan sinyal. Ko-reseptor CD8 untuk molekul MHC kelas I yang berada
pada semua sel. CD8+ sel T terutama adalah sel T sitotoksik yang terlibat dalam
pengontrolan antigen intrasel (misal, bakteri, fungi, hifa jamur, dan virus).
c. Antibodi
Neutrofill berumur pendek (1-5 hari). Neutrofil juga dikenal dengan nama
PMN (leukosit polimorfonuklear) dan merupakan sel leukosit terbanyak dalam darah,
yaitu sekitar dua per tiga populasi leukosit (4000-8000 sel/mm3). Neutrofil memiliki
lisosom dalam sitoplasmanya. Oleh karena neutrofil tidak perlu mengalami
diferensiasi untuk melakukan fungsi-nya, sel ini cocok untuk respons segera.
Neutrofil mengadakan respons sangat cepat terhadap infeksi. Dalam merespons
infeksi, sumsum tulang membentuk neutrofil 1-2x1011 per hari. Jumlah neutrofil
tidak berkurang dengan bertambah usia. Ketika neutrofil meninggalkan darah, sel ini
selalu mempertahankan ukurannya yang kecil dan karenanya di-namakan mikrofag.
Neutrofil hanya memfagosit patogen yang kecil seperti virus atau bakteri. Neutrofil
memiliki reseptor untuk metabolit dari molekul komplemen C3 dan membentuk
reseptor komplemen 1,3,4 (CR1, CR3, CR4). Reseptor-reseptor ini membuat neutrofil
dapat berpartisipasi dalam respons radang dan mencerna molekul asing dan sel asing
dalam proses fagositosis.
Makrofag merupakan bagian non-spesifik dari sistem imun yang
memusnahkan dan merusak secara tidak selektif atau berusaha untuk merusak
organisme asing atau debris. Telah disepakati bahwa monosit dianggap sebagai
makrofag saat sel ini meninggalkan darah. Monosit menyempurnakan diferensiasinya
dalam jaringan lokal dan diameternya men-jadi lebih besar dari 22 µm, didesain
sebagai makrofag. Kontras dengan neutrofil, makrofag (‘big eaters’) dalam jaringan
yang berasal dari darah, merespons lebih lambat terhadap rangsang kemotaktik, tetapi
lebih efisien dalam mefagosit sisa jaringan patogen yang masih hidup dan yang sudah
mati. Makrofag membunuh agen infeksi melalui be-berapa mekanisme, seperti sekresi
molekul yang sangat banyak, misalnya interferon (antivirus) atau lisosim (anti-
bakteri) dan membentuk radikal oksigen, asam nitrat, serta produk yang mengandung
klorin. Makrofag yang teraktivasi membentuk sejumlah sitokin (IL-1, IL-8, TNF dan
IFN) yang menstimulasi respons in!amasi dan menambah tentara dari sel imun dan
molekul ke tempat infeksi agar lebih efektif memusnahkan patogen penyerang.
Makrofag hidup menetap dalam jaringan tertentu (sel kupffer dalam hati,
mikroglia dalam otak) atau bergerak ke seluruh tubuh untuk mencari patogen
(makrofag patroli). Karena makrofag mengalami diferensiasi dan hidup dalam
jaringan lokal, sel ini cocok untuk berkomunikasi dengan limfosit dan sel lain di
sekitarnya. Makrofag hidup bulanan atau tahunan, cukup panjang untuk menyajikan
antigen ke sel T. Sangat penting dalam aktivasi respons imun adaptif melawan
patogen dengan menyajikan fragmen antigen yang diproses pada permukaan selnya
yang berkaitan dengan molekul MHC-II, ke CD4+ limfosit-T, menyebabkan aktivasi
CD4+ limfosit T-helper, sehingga terjadi stimulasi respons imun selular dan humoral
melawan agen infeksius.
Sel T-
supresor Sel yang menurunkan respons imun
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya sebagai perlindungan terhadap bahaya yang
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup yang dianggap asing bagi
tubuh
2. Sistem imun terdiri dari limfoid primer dan limfoid sekunder yang memiliki
fungsi pertahanan, homeostassis, dan perbaikan jaringan.
3. Terdapat 2 jenis sistem imun yaitu sistem imun non spesifik dan sistem imun
spesifik.
4. Mekanisme respons imun yaitu ketika antigen masuk atau menginvasi tubuh kita,
yang merupakan pertahanan pertama adalah respons non-spesifik. Ketika respons
non-spesifik tidak dapat mengeliminasi maka respons spesifik akan mengambil
alih. Makrofag akan memfagosit antigen tersebut. Setelah di fagosit, fragmen-
fragmennya dpresentasikan atau dikenalkan bersama-sama dengan MHCII ke
permukaan dan diperkenalkan serta mengaktifkan limfosit Th.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., & Pillai, S., 2014.Basic Immunology, Fourth Edition.
Philadelphia : Elsevier,Saunders.
Baratawidjaja, K.G. & Rengganis, I., 2009, Imunologi Dasar, Edisi VIII. Jakarta : Balai
PenerbitKedokteran Universitas Indonesia.
Bellanti, J.A., 1985, Imunologi III, diterjemahkan oleh Samik Wahab, 7-9, 28, 203
211. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Benjamini, E., Coico, R., Sunshine, G., 2000.Immunology A Short Course, Forth Edition.
New York : Wiley-Liss, A John Wiley & Sons, Inc.,
Kresno, J.B. 1991.Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, Edisi Kedua. Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kresno, S.B., 1996.Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, Edisi III. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka
Rihama.
Saraswati, Citra.2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper croatum)
Dosis Bertingkat Terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag Mencit BALB/C yang Terinfeksi
Salmonella typhimurium. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah. Semarang : Fakultas
Kedokteran Universita Diponegoro.
Sudoyo, Aru. 2009. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta : Interna
Publisisng.
Sudiono, janti. 2014. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/sistemimun.pdf
https://www.sridianti.com/organ-sistem-kekebalan-tubuh.html
https://dosenbiologi.com/manusia/sistem-imun