Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN DETERJEN TERHADAP


KELANGSUNGAN HIDUP KECEBONG

Disusun oleh :

1. Emi Wulandari ( 17304241024 )


2. Devia Khoirun Nisa ( 17304244023 )
3. Desy Putrisari ( 17304241018 )
4. Sukma Aji Pamungkas ( 17304244004 )

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan
air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai,
lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga
mengalirkan sedimen dan polutan.
Salah satu yang menyebabkan tercemarnya air adalah penggunaan deterjen.
Deterjen adalah pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak
bumi, yang terdiri dari bahan kimia yang dapat memberikan dampak negatif pada
biota yang hidup di laut ataupun sungai. Salah satu biota yang merasakan dampak dari
penggunaan deterjen tersebut adalah kecebong. Banyak kasus yang kita dengar bahwa
sering terjadi kematian biota yang hidup di sungai akibat pencemaran air yang di
sebabkan oleh penggunaan deterjen oleh ulah manusia. Deterjen tersebut bisa
membuat kecebong dan makhluk lain yang ada pada perairan menjadi terganggu,
pernafasan nya terganggu, bahkan bisa membuat ikan menjadi mabuk dan akhirnya
berujung pada kematian.
Berudu atau kecebong adalah tahap pra-dewasa (larva) dalam daur hidup
amfibia. Berudu eksklusif hidup di air dan berespirasi menggunakan insang, seperti
ikan. Tahap akuatik (hidup di perairan) inilah yang membuat amfibia memperoleh
namanya (amphibia = hidup pada tempat berbeda-beda). Kebanyakan berudu
herbivora, memakan alga dan bagian-bagian tumbuhan. Beberapa spesies merupakan
omnivora (pemakan segala. Di Indonesia kecebong banyak bisa dengan mudah kita
temukan di sungai atau di kolam ikan. Umumnya kecebong tidak dapat bertahan
hidup di air yang tercemar dengan kadar pencemaran yang cukup tinggi.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh limbah deterjen terhadap aktivitas dan kelangsungan hidup
kecebong?
C. TUJUAN PENELITIAN
- Mengetahui pengaruh limbah deterjen terhadap kelangsungan hidup kecebong.
- Mengetahui perbedaan antara kelangsungan hidup kecebong yang hidup di air
bersih dan yang hidup di air limbah deterjen
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi penulis adalah sebagai berikut :
 Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca efektif
 Melatih untuk menggabungkan bacaan dari berbagai sumber
 Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
 Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis.
 Mengetahui perbedaan antara kecebong yang hidup di air bersih dan yang
tercemar oleh limbah deterjen
 Mengetahui dampak berbahaya dari membuang limbah deterjen sembarang
yaitu akan menganggu kelangsungan hidup biota yang hidup di dalamnya

2. Bagi pembaca adalah sebagai berikut :


 Mengetahui perbedaan antara kecebong yang hidup di air bersih dan yang
tercemar oleh limbah deterjen
 Mengetahui dampak berbahaya dari membuang limbah deterjen sembarang
yaitu akan menganggu kelangsungan hidup biota yang hidup di dalamnya

3. Bagi masyarakat adalah sebagai berikut :


 Mengetahui dampak berbahaya dari membuang limbah deterjen sembarang
yaitu akan menganggu kelangsungan hidup biota yang hidup di dalamnya.
 Dari penelitian ini diharapkan perkembangan kecebong yang hidup di air bersih
dapat berkembang dengan baik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Limbah Deterjen

Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah
detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis
deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian
adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene
sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar
dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar
limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.

Pembuangan limbah ke sungai/sumber-sumber air tanpa treatment


sebelumnya, mengandung tingkat polutan organik yang tinggi serta mempengaruhi
kesesuaian air sungai untuk digunakan manusia dan merangsang pertumbuhan alga
maupun tanaman air lainnya. Selain itu deterjen dalam badan air dapat merusak
insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan
air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun.

Ada beberapa jenis pendapat tentang detergen. Bhairi (2001), menambahkan


deterjen merupakan molekul amfipatik, yaitu suatu senyawa yang mengandung
gugus polar dan nonpolar, sehingga dikenal juga sebagai surfaktan karena dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Berdasarkan gugus hidrofiliknya, deterjen
secara umum diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu;

a. Deterjen ionik, memiliki gugus muatan yang terdiri dari deterjen anionik
bermuatan negatif dan deterjen kationik bermuatan positif. Deterjen ini efisien untuk
memecah ikatan protein-protein.

b. Deterjen nonionik, tidak memiliki muatan, secara umum deterjen ini lebih
baik untuk memecah ikatan lemak-lemak atau lemak-protein dibandingkan dengan
ikatan protein-protein.
c. Deterjen zwitterionik, merupakan kombinasi antara deterjen ionik dengan
deterjen nonionik.

Alkyl Sulfate (AS) merupakan salah satu jenis surfaktan anionik deterjen yang
menjadi salah satu bahan aktif untuk produk-produk seperti shampo, pasta gigi, dan
kosmetik (ECOST, 2004). Produksi deterjen di Indonesia rata-rata pertahun sebesar
380 ribu ton, sedangkan tingkat konsumsi rata-rata perkapita di wilayah Jabotabek
pada tahun 2002 sebesar 8 232 kg (PT. Melvar Lintasnusa, 2004).

Salah satu surfaktan yang membahayakan ikan adalah LAS (Linear


Alkylbenzena Sulfonate). LAS dapat mengurangi suplai oksigen dari udara akibat
busanya yang menutupi permukaan perairan (Larson dan Woltering, 1995). Menurut
Larson dan Woltering (1995), selama 25 tahun terakhir LAS telah menjadi surfakan
anionik utama yang digunakan dalam laundry dan produk pembersihan. Penggunaan
LAS mendekati 800 juta pon tiap-tiap tahun di USA. Diperkirakan hampir 18 milyar
pon LAS telah digunakan di AS sejak pengenalannya pada pertengahan 1960-an.
Sekarang ini, LAS meliputi kira-kira 28% dari semua surfaktan yang digunakan
seluruh dunia, dengan volume produksi tahunan di USA, Jepang, dan Eropa barat
total sekitar 2,8 milyar pon. Produksi deterjen di Indonesia rata-rata per tahun
380.000 ton (Melsa, 2004). Volume penggunaan LAS yang besar di seluruh dunia,
berpotensi meningkatkan distribusi LAS dalam lingkungan (Larson dan Woltering,
1995).

Kadar deterjen jenis ABS atau lainnya di suatu perairan, terutama di sekitar
pemukiman padat, melebihi ambang, akan menimbulkan efek negatif berupa
kematian biota. lompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu zat aktif permukaan
(surfaktan) berkisar 20 -30%, bahan penguat (builders) merupakan komponen
terbesar dari deterjen berkisar 70-80% dan bahan-bahan lainnya (pemutih, pewangi,
bahan penimbul busa, (optical brigtener) sekitar 2 - 8%, dimana surfaktan
merupakan bahan pembersih utama dalam deterjen5(Sopiah, 2004: 100)
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian
menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat
karsinogen, misalnya Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan,
kandungan deterjen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak.
Deterjen umumnya tersusun atas lima jenis bahan penyusun (10). Antara lain :

1. Surfaktan yang merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang


berfungsi untuk mengangkat kotoran pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap
penguraian oleh mikroorganisme (non biodegrada)

2. Senyawa fosfat, (bahan pengisi) yang mencegah menempelnya kembali


kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan oleh semua merk
deterjen memberikan andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi
yang menyebabkan Booming Alga (meledaknya populasi tanaman air)

3. Pemutih dan pewangi (bahan pembantu) zat pemutih umumnya terdiri dari
zat natrium karbonat. Menurut hasil riset organisasi konsumen Malaysia (CAP),
pemutih dapat menimbulkan kanker pada manusia. sedangkan untuk pewangi lebih
banyak merugikan konsumen karena bahan ini membuat makin tingginya biaya
produksi, sehingga harga jual produk semakin mahal. Padahal zat pewangi tidak ada
kaitannya dengan kemampuan mencuci.

4. Bahan penimbul busa yang sebenarnya tidak diperlukan dalam proses


pencucian dan tidak ada hubungan antara daya bersih dengan busa yang melimpah.

5. Fluorescent, berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang.

(Yudo, 2010: 35)


6

Bahan kimia penyusun deterjen menjadi sorotan yang penting untuk di


perhatikan, karena gugus fungsi ini akan sangat mempengaruhi toksisitas terhadap
kesehatan dan lingkungan.6Deterjen memiliki pH yang sangat basa (9,5 - 12), bersifat
korosif, iritasi pada kulit. Semakin panjang dan bercabang rantai surfaktan, akan
semakin keras deterjen tersebut, sedangkan dari jenis gugus fungsinya, gugus fungsi
sulfonat lebih kerasdibandingkan gugus karboksilat. Bila deterjen tidak terdegradasi
secara sempurna di perairan dan masuk kedalam jaringan tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh yang bersifat toksik.
Golongan amonium kuartemer dapat membentuk senyawa nitrosamin yang bersifat
karsinogenik. Reaksi lain yang menimbulkan toksik bila terkonsumsi ke dalam
jaringan tubuh adalah dari reaksi antara sodium (auril sulfat (SLS) dan sodium laureth
sulfat (SLES) dengan senyawa golongan amonium kuarterne. (Sopiah, 2004: 101)

Limbah deterjen yang banyak di sungai ini banyak mempengaruhi biota sungai
seperti ikan, siput, dan katak. Bagi biota sungai, lingkungan yang baik sangat lah
penting seperti halnya perkembangbiakan ikan dan pada kecebong.

2. Kecebong
Kecebong atau yang dikenal dengan nama berudu adalah proses tahapan
perubahan pada siklus kehidupan amfibia yaitu tahap pradewasa atau larva yang
terjadi pada hewan amfibia seperti katak atau kodok.
 Proses Metamorfosis Pada Katak atau Kodok
a. Tahap telur

Telur kodok ditutupi dengan kapsul mirip agar-agar yang mengembang saat
menyentuh air. Pengembangan ini membuat volumenya membesar dan janin
terlindungi. Telur-telur ini bertumpuk dalam satu tumpukan agar kelangsungan
hidup lebih terjaga dan panas juga lebih dapat bertahan. Akibatnya kecebong dapat
menetas dalam waktu singkat.
b. Tahap Kecebong ( 3 hari )
Kecebong memiliki kepala besar dan tegak. Ketika masih berbentuk kecebong,
katak hidup di dalam air dan bernapas menggunakan insang. Insang tersebut
terletak di luar tubuhnya. Insang luar muncul tiga hari setelah kecebong keluar dari
telur.
c. Tahap Kecebong Lanjutan ( 4 Minggu )
Insang luarnya tertutup kulit tubuh dan digantikan oleh insang dalam. Mereka
memakan ganggang. Kaki belakang muncul.

d. Perubahan kedua (6 minggu)


Kecebong mulai terlihat seperti kodok kecil dengan ekor panjang. Mereka berenang
di tepi sungai secara berkelompok. Ekor ini kemudian memendek dan mulai
berbentuk seperti bumerang.
e. Perubahan lanjutan kedua (9 minggu)
Sejenis jaringan terbentuk dan membagi atrium jantung. Akibatnya jantungnya kini
memiliki tiga ruangan, yang membantu aliran darah antara jantung dan paru-paru.
f. Perubahan lanjutan ketiga (16 minggu)
Kecebong telah memiliki kaki belakang yang kuat. Matanya juga telah menonjol.
Ekornya sangat pendek.
g. Perubahan terakhir
Kodok-kodok dewasa berkumpul di tepian sungai sebelum meninggalkan air untuk
pertama kalinya. Mereka melakukan ini secara berkelompok.
Klasifikasi ilmiah Katak Rawa :
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Amphibia
Ordo: Anura
Famili: Ranidae
Genus: Fejervarya Bolkay, 1915
Spesies: F. cancrivora
Nama binomial
Fejervarya cancrivora
(Gravenhorst, 1829).

 Ciri Morfologi kecebong :


a. Permukaan tubuhnya berlendir
b. Permukaan tubuhnya transparan sehingga bagian dalam tubuhnya kelihatan.
c. Tubuhnya terdiri dari kepala dan ekor
d. Mempunyai dua mata di bagian kepala
e. Matanya dilindungi oleh bagian yang menyerupai selaput
f. Bagian ekornya agak lancip

B. HIPOTESIS
H0 : Limbah deterjen tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup kecebong
H1 : Limbah deterjen berpengaruh terhadap kelangsungan hidup kecebong

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU


Penelitian ini akan dilaksanakan pada 07 November 2017 pukul 10:00 – 11:30 WIB di
Tlogo kidul RT. 17 RW. 5, Prambanan, Klaten

B. VARIABEL PENELITIAN
a. Variabel terikat : Aktivitas dan kelangsungan hidup kecebong
b. Variabel bebas : Kadar detergen, jenis detergen
c. Variabel kontrol : Jumlah air murni, jenis kecebong, umur kecebong, waktu
penelitian.

C. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
1. 3 botol bekas air mineral 1,5L
2. Sendok
3. Pisau
4. Handphone
5. Alat tulis

b. Bahan :
1. 1 sdm Detergen bubuk
2. Air bersih
3. 12 ekor Kecebong
4. 1 sdm Detergen cair

D. CARA KERJA
1. Pembuatan larutan deterjen
- Menyiapkan 3 wadah dari botol bekas air mineral 1,5 L dan memotong
bagian atas botol
- Mengisi masing-masing 1 L air ke dalam 3 wadah
- Mengisi air bersih sebanyak 1 L ke dalam wadah I
- Mencampurkan 1 L air bersih dengan1 sendok makan deterjen cair untuk
wadah II
- Mencampurkan 1 L air bersih dengan 1 sendok makan deterjen bubuk
untuk wadah III
- Mengaduk masing-masing larutan deterjen hingga tercampur merata.
2. Pengaplikasian
- Menyiapkan 12 ekor kecebong
- Memasukkan 4 ekor kecebong ke masing-masing wadah
- Mengamati aktivitas pergerakan kecebong dalam masing-masing ember
setiap 2 menit sekali dalam 20 menit
- Mengamati kondisi yang tampak tubuh kecebong
- Mencatat aktivitas dan kondisi tubuh kecebong pada setiap perlakuan.

E. TABEL PENELITIAN

T Perlakuan
(menit) Air + 1 sdm deterjen Air + 1 sdm deterjen cair Air biasa
bubuk
0 Semua kecebong aktif Semua kecebong aktif Semua kecebong aktif
berenang dengan keadaan berenang dengan keadaan kulit berenang dengan
kulit berwarna abu-abu berwarna abu-abu kehitaman, keadaan kulit berwarna
kehitaman, perutnya perutnya berwarna putih, abu-abu kehitaman,
berwarna putih, berekor berekor dan berkaki. perutnya berwarna
dan berkaki. putih, berekor dan
berkaki.
2 2 ekor kecebong mulai Semua kecebong berenang Berenang pelan di dasar
kehilangan kesadaran,2 cepat ke permukaan air air
ekor kecebong lainnya
berenang cepat ke
permukaan air
4 2 ekor kecebong yang 3 ekor kecebong mulai Semua kecebong
setengah sadar melayang kehilangan kesadaran dan berdiam diri di dasar air
di tengah air dan 2 ekor seekor kecebong lainnya dan sesekali berenang
kecebong lainnya sesekali berenang cepat ke permukaan pelan dengan
berenang ke permukaan air air menggunakan ujung
ekornya
6 2 ekor kecebong yang 3 ekor kecebong yang setengah Semua kecebong
setengah sadar mulai sadar mulai tenggelam dan berdiam diri di dasar air
tenggelam, 1 ekor menggelepar dan 1 ekor dan sesekali berenang
kecebong mulai kecebong lainnya aktif menggunakan ujung
kehilangan kesadaran dan berenang ke permukaan air ekornya
1 ekor kecebong lainnya
aktif berenang
8 3 ekor kecebong berada di 1 ekor kecebong berenang Semua kecebong diam
dasar air dan tidak cepat ke permukaan air dan di dasar air dan sesekali
bergerak, 1 ekor kecebong bergerak memutar, 1 ekor berenang pelan dengan
berenang memutar di dasar kecebong lainnya berenang menggunakan ujung
air pelan di dasar wadah dan 2 ekor
ekor kecebong lainnya tidak
bergerak di dasar air
10 Semua kecebong berada di 2 ekor kecebong berenang ke Semua kecebong masih
dasar air, 3 ekor kecebong permukaan air dan 2 ekor hidup dan berdiam diri
posisi perutnya kecebong lainnya berada di di dasar air
menghadap ke atas dan dasar air dengan posisi perut
menggelembung. 1 ekor menghadap ke atas.
kecebong lainnya masih
bergerak pelan dengan
ujung ekor
12 Ke empat ekor kecebong 3 ekor kecebong berada di Semua kecebong
telah mati dengan posisi dasar air yang 2 diantarannya berenang pelan dengan
perut menghadap atas, telah mati dan 1 lainnya masih menggunakan ujung
menggelembung dan bergerak perlahan. 1 ekor ekornya.
mulutnya terbuka. Pada air kecebong memutar dengan
terdapat banyak lendir cepat ke permukaan air
yang dikeluarkan oleh
kecebong
14 Semua kecebong telah 3 ekor kecebong telah Semua kecebong
mati. Perut kecebong yang kecebong telah mati dengan berdiam diri di dasar air
menggelembung berubah posisi perut menghadap keatas dan bergerak perlahan
warna menjadi kebiruan dan mulut terbuka. 1 ekor dengan ujung ekornya
dan disekitar mata kecebong lainnya
memerah
16 Semua kecebong mati 3 ekor kecebong mati dengan Semua kecebong masih
dengan perut perut menggelembung hidup dan berdiam diri
menggelembung berwarna berwarna kebiruan ( tidak didasar air
kebiruan, kulit pada sebiru kecebong dengan
pangkal ekornya perlakuan detergen bubuk) di
mengelupas menjadi dasar air, daerah sekitar mata
berwarna putih, daerah memerah. 1 ekor kecebong
sekitar mata memerah. lainnya melayang di tengah air
dan mulai kehilangan
kesadaran
18 Semua kecebong mati 3 ekor kecebong mati dengan Semua kecebong masih
dengan perut perut menggelembung hidup dan berdiam diri
menggelembung berwarna berwarna kebiruan ( tidak didasar air dengan
kebiruan, kulit pada sebiru kecebong dengan keadaan kulit berwarna
pangkal ekornya perlakuan detergen bubuk) di abu-abu kehitaman,
mengelupas menjadi dasar air, daerah sekitar mata perutnya berwarna
berwarna putih, daerah memerah. 1 ekor kecebong putih, berekor dan
sekitar mata memerah, lainnya tenggelam didasar air berkaki.
mulutnya terbuka, dan menggelepar.
terdapat banyak lendir
didalam air yang
dikeluarkan kecebong
20 Semua kecebong mati Semua kecebong mati dengan Semua kecebong
dengan perut perut menggelembung berdiam diri di dasar air
menggelembung berwarna berwarna kebiruan, kulit pada dan bergerak perlahan
kebiruan, kulit pada pangkal ekornya mengelupas dengan ujung ekornya,
pangkal ekornya menjadi berwarna putih, daerah keadaannya masih sama
mengelupas menjadi sekitar mata memerah, seperti awal yaitu kulit
berwarna putih, daerah mulutnya terbuka, terdapat berwarna abu-abu
sekitar mata memerah, sedikit lendir dalam air. kehitaman, perutnya
mulutnya terbuka, terdapat berwarna putih, berekor
banyak lendir didalam air dan berkaki.
yang dikeluarkan
kecebong
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada tanggal 07 November 2017 pukul 10:00 sampai dengan 11:30 telah dilaksanakan
percobaan yang berjudul “Pengaruh Pemberian Deterjen Terhadap Kelangsungan Hidup
Kecebong” . Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui perbedaan antara aktivitas
kecebong yang hidup di air bersih dengan kecebong yang hidup di air limbah deterjen dan
mengetahui pengaruh limbah air deterjen terhadap kelangsungan hidup kecebong. Percobaan
ini berlokasikan di Tlogo kidul RT. 17 RW. 5, Prambanan, Klaten.

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain 3 botol air
mineral 1,5 L , 12 ekor Kecebong, Air, Deterjen bubuk, Deterjen cair, Alat tulis, Handphone.
Langkah kerja percobaan ini pertama-tama adalah membuat larutan deterjen terlebih dahulu.
Hal yang pertama adalah menyiapkan 3 wadah dari botol bekas air mineral 1,5 L yang
kemudian memotong bagian atas botol. Mengisi masing-masing 1 L air ke dalam 3 wadah.
Untuk wadah I hanya berisi air bersih. Lalu, mencampurkan 1 L air bersih dengan 1 sendok
makan deterjen cair untuk wadah II. Kemudian, mencampurkan 1 L air bersih dengan 1
sendok makan deterjen bubuk untuk wadah III. Mengaduk masing-masing larutan deterjen
hingga tercampur merata. Mengaplikasikan larutan deterjen ke objek penelitian yaitu
kecebong dengan langkah yang pertama menyiapkan 12 ekor kecebong. Lalu, memasukkan 4
ekor kecebong ke masing-masing wadah. Mengamati aktivitas pergerakan kecebong dalam
masing-masing ember setiap 2 menit sekali dalam 20 menit. Kemudian, mengamati kondisi
yang tampak tubuh kecebong. Yang terakhir mencatat aktivitas dan kondisi tubuh kecebong
pada setiap perlakuan.

Dari hasil percobaan dapat dilihat perbedaan kondisi dan pergerakan awal percobaan
dengan akhir percobaan pada menit ke 20. Pada awal percobaan semua kecebong di semua
perlakuan berenang aktif dan cepat, kondisi awal kecebong kulitnya berwarna abu-abu
kehitaman, perutnya berwarna putih, berekor dan berkaki. Sedangkan pada akhir percobaan
pada wadah yang berisi 1 L air dan ditambah 1 sendok makan detergen bubuk semua
kecebong mati dengan perut menggelembung berwarna kebiruan, kulit pada pangkal ekornya
mengelupas menjadi berwarna putih, daerah sekitar mata memerah, mulutnya terbuka,
terdapat banyak lendir didalam air yang dikeluarkan kecebong. Pada wadah yang berisi 1 L
air dan ditambah 1 sendok makan deterjen cair semua kecebong mati dengan perut
menggelembung berwarna kebiruan, kulit pada pangkal ekornya mengelupas menjadi
berwarna putih, daerah sekitar mata memerah, mulutnya terbuka, terdapat sedikit lendir
dalam air. Pada wadah yang berisi 1L air semua kecebong berdiam diri di dasar air dan
bergerak perlahan dengan ujung ekornya, keadaannya masih sama seperti awal yaitu kulit
berwarna abu-abu kehitaman, perutnya berwarna putih, berekor dan berkaki.

Kecebong mengeluarkan banyak lendir karena terjadi difusi. Difusi adalah


perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Konsentrasi larutan detergen
lebih tinggi dari sitoplasma sehingga partikel detergen berdifusi dari larutan ke sel-sel insang
kecebong. Larutan detergen terus-menerus berdifusi ke sel-sel insang dan insang pun
akhirnya membengkak. Lama kelamaan sel-sel insang mengalami plasmolisis (pecahnya sel)
karena partikel detergen terus berdifusi. Karena selnya pecah, sitoplasma pun keluar sehingga
insang kecebong terlihat mengeluarkan lendir dan mengeluarkan darah (terlihat memerah
dibagian sekitar mata). Setelah sel-sel insangnya pecah, kecebong kehilangan organ untuk
bernapas sehingga akhirnya kecebong pada limbah detergen lemas dan kemudian mati.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
- Limbah deterjen sangat berpengaruh sekali terhadap kelangsungan hidup
hidup kecebong dan kondisi fisik kecebong tersebut melemah bahkan
hingga mati. Dampak dari kondisi tesebut maka akan menyebabkan
populasi makhluk hidup di sungai berkurang. Selain itu, secara langsung
ataupun tidak langsung limbah deterjen dapat memusnahkan seluruh
orgnisme
- Kecebong yang hidup di air bersih dapat bertahan hidup lebih lama
dibandingkan kecebong yang hidup di air limbah deterjen karena limbah
deterjen merusak organ kecebong terutama organ pernapasan, yang
menyebabkan kecebong mati

B. SARAN
Dengan mengetahui bahaya dari limbah deterjen diharapkan masyarakat dapat
menggunakan deterjen dengan bijaksana dan tidak membuang limbah deterjen ke
perairan suangai yang terdapat banyak organisme.
DAFTAR PUSTAKA

Raharjo. 2005. Fisiologi Hewan Air. CV. Jakarta : Sagung Seto

Sopiah,Nida.2004.Pengelolaan Limbah Deterjen Sebagai Upaya Minimalisasi Polutan Di


Badan Air Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan. Serpong : Balai
Teknologi Lingkungan

Suparjo, Mustofa Niti. 2010. Kerusakan Jaringan Insang Ikan Nila (Oreochromis niloticus
L) Akibat Deterjen dalam Jurnal Saintek Perikanan, Vol. 5, No. 2, 1 - 7.

Supriyono, Eddy, Berlianti, dan Kukuh Nirmala. 2008. Studi Mengenai Toksisitas Surfaktan
Deterjen, Alkyl Sulfate (AS), Terhadap Post Larva Udang Windu ( Penaeus
monodon ) dalam Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia,17 Jilid 15,
Nomor 2: 141-148.

Yudo,Satmoko.2010. Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Wilayah DKI Jakarta


Ditinjau Dari Parameter Organik, Amoniak, Fosfat, Detergen dan Bakteri Coli
dalam JAL, Vol 6, No. 1, halaman 34-42

Anda mungkin juga menyukai