Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN GROUP PROJECT PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI PROTEIN PADA BEKATUL PADI DAN BEKATUL JAGUNG


UNTUK PAKAN TERNAK UNGGAS

Oleh :

Kelompok IV

1. Mita Nuralfiani (17304241022)


2. Emi Wulandari (17304241024)
3. Soleh Saputra (17304241039)
4. Miftakhul Khasanah (17304244003)
5. Ana Maulidya Fitriany (17304244022)
Kelas : Pendidikan Biologi C 2017

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKATA

2018
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI ................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Protein ................................................................................................ 4
B. Bekatul Padi ....................................................................................... 6
C. Bekatul Jagung ................................................................................... 7
D. Uji Kualitatif Protein .......................................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 11
B. Alat dan Bahan ................................................................................. 11
C. Langkah Kerja .................................................................................. 11
D. Sasaran Pengamatan ......................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 16
B. Pembahasan ...................................................................................... 18
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 21
B. Saran .............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 22
LAMPIRAN .............................................................................................. 24

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu penentu sukses atau tidaknya usaha


peternakan. Pakan yang baik akan memberikan hasil yang baik pula.
Dalam beternak, pakan merupakan kunci utama (Redaksi Agromedia,
2003: 37).

Pakan harus memiliki kandungan nutrisi yang lengkap yaitu


karbohidrat, protein, mineral dan vitamin. Kandungan pada pakan ternak
unggas yang lengkap itu dapat memenuhi kebutuhan ternak unggas yang
mengkonsumsinya. Pakan mempunyai fungsi sebagai penumbuh energi,
pengganti sel yang mati, dan pengembang biak keturunan (Redaksi
Agromedia, 2003: 38). Jika pakan yang diberikan pada ternak unggas
kurang, tentu akan menurunkan produksi. Begitu juga jika kandungan
nutrisi pada pakan tidak lengkap, produksi juga akan mengalami
penurunan. Oleh karena itu dibutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi
yang lengkap untuk ternak unggas.

Untuk pakan ternak unggas biasanya digunakan bekatul padi dan


bekatul jagung. Para peternak biasanya menggunakan bekatul sebagai
sumber karbohidrat. Selain memerlukan karbohidrat, ternak unggas juga
memerlukan protein yang cukup. Bekatul tidak hanya mengandung
karbohidrat saja, pada bekatul padi juga terdapat air, protein, lemak, abu,
serat, dan kalori. Sedangkan pada bekatul jagung terdapat air, kalori,
protein, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, Ca, Fe, dan P.Selain
dijadikan sumber karbohidrat, bekatul juga dapat dijadikan sumber
protein, karena bekatul juga mempunyai kandungan protein.Jika
kebutuhan protein tidak terpenuhi dapat mengakibatkan penurunan
pertumbuhan dan jika protein yang diberikan berlebihan akan
menyebabkan pakan yang diberikan pada ternak unggas menjadi tidak

1
efisien. Protein dalam pakan ternak unggas, sangat essensial bagi
keperluan tubuh unggas. Fungsi protein dalam tubuh ternak unggas adalah
untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan, metabolisme, dan berfungsi
sebagai enzim – enzim(Murtidjo, 2002: 33) . Hal ini dilakukan karena para
peternak biasanya menggunakan bekatul padi untuk pakan ternak unggas.
Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji
kandungan protein dan membedakan kandungan protein di dalam bekatul
padi dan bekatul jagung untuk menentukan diantara bekatul padi dan
bekatul jagung tersebut mana yang mempunyai kandungan protein yang
lebih tinggi untuk pakan ternak unggas agar pertumbuhan ternak unggas
tersebut lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah kandungan protein pada bekatul padi dan bekatul jagung?
2. Manakah yang lebih tinggi kandungan protein antara bekatul padi dan
bekatul jagung?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja kandungan protein pada bekatul padi dan bekatul
jagung.
2. Mengetahui kandungan protein mana yang lebih tinggi antara bekatul
padi dan bekatul jagung.

D. Manfaat Penelitian
Bagi Praktikan :
1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan
teori uji protein yang telah didapatkan dari mata kuliah dan
merealisasikan ke dalam penelitian yang dilaksanakan.
2. Mengetahui perbandingan kandungan protein terbanyak antara bekatul
dengan bekatul jagung.

2
3. Mengetahui pengaruh pemberian gizi makananan terbaik antara
bekatul dengan bekatul jagung dalam pakan terhadap kecernaan bahan
organik dan serat kasar pada ternak unggas.

Bagi Masyarakat :

1. Memberikan informasi tentang kandungan protein dan kandungan


protein yang lebih tinggi antara bekatul padi dan bekatul jagung.
2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya para peternak
unggas tentang kandungan protein mana yang lebih banyak diantara
bekatul padi dan bekatul jagung.
3. Meningkatkan produktivitas hasil panen ternak unggas dengan
penggunaan pakan yang tepat.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. PROTEIN
Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos, yang diartikan
utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh Geraldus
Mulder yang merupakan seorang ahli kimia (1802 - 1880), ia berpendapat
bahwa protein merupakan zat yang paling penting pada organisme
(Sumbono, 2016: 87).
Protein merupakan salah satu unsur makromolekul penting di
dalam sel yang mempunyai struktur rangkaian asam amino(Sismindari,
2017: 25). Protein secara biologis merupakan polimer aktif yang terdiri
dari asam amino yang dihubungkan oleh ikatan kovalen peptida
(Sumbono, 2016: 96). Protein juga merupakan makromolekul yang paling
berlimpah di dalam sel hidup (Julianto, 2015: 44).
Protein sebagai bagian dari kelompok senyawa organik kompleks,
terdiri atas gabungan asam-asam amino dalam ikatan peptida yang
mengandung C, H, O, N dan kadang-kadang S. Protein mengandung 50%
– 55% unsur karbon (C), 6% - 7% unsur hidrogen (H), 20% - 23% unsur
oksigen (O), 12% - 19% unsur nitrogen (N) dan 0,2 - 3,0 unsur belerang
atau sulfur (S) (Awwaly, 2017: 4).
Protein memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai enzim yang
mampu mengatalisis suatu reaksi kimia, yaitu mengubah substrat menjadi
produk. Misalnya reaksi degradasi glikogen, biosintesis nukleotida, dan
metabolisme lemak. Selain itu protein juga berfungsi sebagai pertahanan,
contohnya adalah imunoglobulin dan interferon yang mampu
mempertahankan tubuh mamalia dari infeksi bakteri dan virus. Hormon
juga mempunyai struktur protein, misalnya insulin dan human growth
hormon. Protein juga mampu melakukan regulasi proses sintesis DNA
(replikasi) maupun sintesis RNA (transkripsi) (Sismindari, 2017: 25).
Tetapi pada umumnya protein ini dikenal sebagai bagian dari makanan
yang digunakan sebagai pengganti jaringan sel (Martoharsono, 2015: 40).

4
Fungsi utama protein makanan bagi tubuh adalah sebagai sumber
asam-asam amino esensial yang digunakan untuk sintesis asam amino non
esensial dan sintesis protein dalam tubuh. Protein yang disintesis tersebut
berfungsi sebagai zat pembangun tubuh, zat pengatur di dalam tubuh,
mengganti bagian-bagian tubuh yang rusak serta mempertahankan tubuh
dari mikroba penyebab penyakit sebagai antibodi. Protein dikatakan
sebagai zat pembangun tubuh karena protein merupakan bahan pembentuk
jaringan baru yang selalu terjadi di dalam tubuh. Protein berfungsi sebagai
zat pengatur dalam tubuh, karena protein merupakan bahan pembentuk
enzim dan hormon yang akan bekerja sebagai zat pengatur metabolisme di
dalam tubuh. Fungsi protein untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit, karena protein merupakan bahan pembentuk antibodi (Awwaly,
2017: 6).
Sumber protein digolongkan menjadi dua macam, yaitu sumber
protein konvensional dan non konvensional. Sumber protein konvensional
berupa hasil pertanian pangan serta produk hasil olahannya. Berdasarkan
sifatnya, protein konvensional ini dibagi menjadi dua golongan yaitu
sumber protein nabati seperti biji-bijian dan kacang-kacangan, dan sumber
protein hewani seperti daging, susu, keju dan telur. Sedangkan sumber
protein non konvensional merupakan sumber protein baru yang
dikembangkan untuk menutupi kebutuhan penduduk, yang termasuk ke
dalam protein ini adalah sumber protein yang dianggap sebagai hasil
buangan misalnya bungkil kacang-kacangan dan sumber protein yang
dahulu tidak dimanfaatkan (Awwaly, 2017: 6).
Protein merupakan rangkaian asam amino yang disebut
polipeptida. Asam amino yang menyusun protein terdiri dari 20 jenis asam
amino. Protein dapat tersusun dari satu atau lebih polipeptida, seperti
hemoglobin yang terdiri dari 4 unit polipeptida, 2 unit alfa globin, dan 2
unit beta globin. Serta insulin yang terdiri dari 2 unit polipeptida yang
dihubungkan dengan 2 ikatan disulfida (Sismindari, 2017: 25).
Selain memerlukan karbohidrat, ternak unggas juga memerlukan
protein yang cukup. Bekatul tidak hanya mengandung karbohidrat saja,

5
pada bekatul padi juga terdapat air, protein, lemak, abu, serat , dan kalori.
Sedangkan pada bekatul jagung terdapat air, kalori, protein, lemak,
vitamin A, vitamin B, vitamin C, Ca, Fe, dan P.Selain dijadikan sumber
karbohidrat, bekatul juga dapat dijadikan sumber protein, karena bekatul
juga mempunyai kandungan protein. Jika kebutuhan protein tidak
terpenuhi dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan jika protein
yang diberikan berlebihan akan menyebabkan pakan yang diberikan pada
ternak unggas menjadi tidak efisien. Protein dalam pakan ternak unggas,
sangat essensial bagi keperluan tubuh unggas. Fungsi protein dalam tubuh
ternak unggas adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan,
metabolisme, dan berfungsi sebagai enzim - enzim (Murtidjo, 2002 : 33).

B. BEKATUL PADI

Bekatul (rice brand) adalah lapisan terluar dari beras yang terlepas
saat proses penggilingan gabah (padi) atau hasil samping penggilingan
padi yang terdiri dari lapisan aleuron, endosperm dan germ. Gabah padi
terdiri dari dua bagian yaitu butiran beras dan kulit padi (sekam). Tujuan
dari penggilingan padi adalah memisahkan antara beras dengan sekam.
Penggilingan terbagi menjadi dua tahap, yaitu penyosohan pertama yang
menghasilkan dedak bertekstur kasar dan masih mengandung sekam lalu
pada penyosohan kedua menghasilkan bekatul (rice bran) yang memiliki
tekstur yang halus dan tidak mengandung sekam(Auliana, 2011: 1-2).
Bekatul yang baik untuk digunakan sebagai pakan ternak yaitu yang
partikelnya halus dan rata, tidak menggumpal, baunya segar dan tidak
tengik serta tidak terlihat adanya campuran sekam. Untuk bekatul yang
baik apabila digenggam dengan tangan akan menggumpal, sedangkan
yang kualitas rendah tidak dapat menyatu karena adanya campuran sekam
dalam bekatul (Kushartono, 2000: 221).
Selama ini masyarakat menggunakan bekatul padi sebagai pakan
ternak karena didalam bekatul padi mengandung berbagai zat yang penting
bagi pertumbuhan ternak.Para peternak biasanya menggunakan bekatul
sebagai sumber karbohidrat. Bekatul padi mengandung 2,49 % air; 8,77 %

6
protein; 1,09 % lemak; 1,60 % abu; 1,69 % serat; 84,36 % karbohidrat;
kalori (Sadad, 2014: 137). Selain memerlukan karbohidrat, ternak unggas
juga memerlukan protein yang cukup. Jika kebutuhan protein tidak
terpenuhi dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan jika protein
yang diberikan berlebihan akan menyebabkan pakan yang diberikan pada
ternak unggas menjadi tidak efisien. Protein dalam pakan ternak unggas,
sangat essensial bagi keperluan tubuh unggas. Fungsi protein dalam tubuh
ternak unggas adalah untuk memperbaiki jaringan, pertumbuhan,
metabolisme, dan berfungsi sebagai enzim - enzim (Murtidjo, 2002: 33).
Bekatul termasuk ke salah satu bahan pakan sumber asam linolenat.
Meskipun begitu, bekatul memilik faktor pembatas, yaitu memiliki serat
kasar yang tinggi sehingga nilai kedcernaan nutrisinya rendah. Maka,
untuk memaksimalkan kecernaan nutrisi bekatul padi dapat dilakukan
dengan proses fermentasi (Yosi, 2014: 7).
Bagi ternak unggas petelur, produksi telur yang tinggi sangat
dipengaruhi oleh kualitas pakan yang dikonsumsi terutama protein.
Pemanfaatan protein pada ternak dapat didekati melalui retensi Nitrogen
(N). Namun,retensi N pada masing – masing bahan pakan selain
dipengaruhi oleh kandungan N dalam pakan tapi juga dipengaruhi oleh
kandungan energinya (Susanti, 2007: 142).

C. BEKATUL JAGUNG
Tanaman jagung termasuk tanaman monokotil dari genus Zea
yang tumbuh dengan baik pada tanah yang bertekstur latosal dengan
tingkat kemiringan 5- 8 %; tingkat keasaman 5,6 – 7,5 serta suhu antara
27˚C – 32˚C. Jagung merupakan sumber energi dan penyusun utama
dalam campuran pakan untuk ayam pedaging (50% dalam ransum) juga
digunakan sebagai sumber energi dalam pakan konsentrat untuk ternak
non ruminansia lainnya seperti babi dan di negara Amerika sebagai bahan
pakan ruminansia. Maiz / Corn bran adalah hasil samping dari industri
tepung jagung atau semolina. Dedak jagung ini terdiri dari bagian luar biji

7
jagung sebagai komponen utama yang tercampur dengan beberapa
fragmen germ dan partikel endosperm (Umiyasih, 2008: 128-131).
Bekatul jagung memiliki kandungan 1% air; 356 kalori; 9%
protein; 8,5 % lemak; 64,5 % karbohidrat; 200 mg Ca; 10 mg Fe; 500 mg
P; 51 mg/ 100 g bahan vitamin A; 1,2 mg vitamin B dan vitamin C (Sadad,
2014: 137).

D. UJI KUALITATIF PROTEIN

Uji – uji yang dilakukan pada percobaan protein adalah uji


kualitatif:

1. Reaksi Biuret
Jika larutan protein encer yang dibuat basa dengan larutan
natrium hidoksida ditambah dengan beberapa tetes larutan tembaga
sulfur encer, larutan tersebut akan terbentuk warna merah muda sampai
violet. Reaksi ini disebut reaksi biuret sebab senyawa yang terbentuk
sama dengan warna senyawa biuret bila ditambah larutan natrium
hidroksida dan tembaga sulfat (Sumardjo, 2008: 186).
Warna merah muda atau merah jambu terbentuk apabila larutan
protein yang diselidiki mempunyai molekul yang kecil, misalnya
proteosa dan pepton. Warna violet terbentuk apabila larutan protein
yang diselidiki mempunyai molekul yang besar, misalnya gelatin
(Sumardjo, 2008: 186).
Reaksi biuret positif untuk semua jenis protein dan hasil-hasil
antara hidrolisisnya jika masih mempunyai dua atau lebih ikatan
peptide, dan negatif untuk asam amino (Sumardjo, 2008: 186).
2. Reaksi Ninhidrin
Ninhidrin (triketonhidrindene hidrat) adalah oksidator yang
menyebabkan dekarboksilasi oksidatif dari alpha-asam amino dengan
mengeluarkan CO2, NH3, dan aldehid. Ninhidrin yang tereduksi
kemudian bereaksi dengan NH3 bebas membentuk senyawa kompleks
biru (Suryani dan Pramiadi, 2015: 24).

8
Zat pengoksidasi ninhidrin dengan larutan protein
membentuk larutan berwarna ungu sampai biru. Reaksi ini berjalan
dengan sempurna pada PH 5-7 dan sedikit pemanasan. Reaksi ini
berlaku untuk semua protein, hasil antara hidrolisisnya, dan hasil
akhir hidrolisisnya, yaitu asam amino. Khusus untuk asam amino
prolin dan hidroksi prolin akan terbentuk warna kuning (Sumardjo,
2008: 186).
3. Reaksi Xantoprotein
Uji xantoprotein dilakukan untuk menunjukan adanya asam
amino dengan inti benzena. Prinsip dasar percobaan ini adalah
reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna kuning setelah
penambahan HNO3 dan pemanasan. Pada penambahan alkali
memberikan warna orange/jingga. Reaksi ini terjadi karena nitrasi
inti benzena (cincin fenil) pada asam amino. Protein yang
mengandung asam amino dengan inti benzena akan beraksi positif
(Suryani dan Pramiadi, 2015: 26).
Protein yang mengandung residu asam amino dengan
radikal fenil dalam struktur kimianya (protein yang mengandung
asam amino fenilalanin atau tirosin) jika ditambahkan dengan asam
nitrat pekat akan terbentuk gumpalan warna putih. Pada
pemanasan, warna gumpalan putih tersebut akan berubah menjadi
kuning, yang akhirnya berubah menjadi jingga jika ditambah
larutan basa. Sebenarnya, proses ini adalah proses nitrasi inti
benzena pada asam amino penyusun protein tersebut. Proses ini
dapat terjadi jika kulit terkena asam nitrat pekat, yang segera
kuning karena terjadinya proses nitrasi inti benzena pada asam
amino penyusun kulit (Sumardjo, 2008: 187).
4. Reaksi Millon
Reaksi millon digunakan khusus untuk protein yang
mengandung asam amino radikal hidroksi fenil sebagai
penyusunnya. Oleh karena itu, reaksi ini khusus untuk protein yang
struktur kimianya mengandung residu tirosin. Jika larutan protein

9
ini ditambahkan dengan pereaksi millon (larutan merkuri nitrit dan
merkuri nitrat dalam campuran asam nitrit dan asam nitrat),
gumpalan berwarna putih akan terbentuk dan segera berubah
menjadi merah pada pendidihan, protein derivate sekunder, seperti
proteosa dan pepton dengan pereaksi ini pada pemanasan hanya
terbentuk larutan berwarna merah (Sumardjo, 2008: 187).
Senyawa- senyawa yang mengandung hidroksibenzena
akan bereaksi dengan pereaksi millon membentuk kompleks warna
merah. Hanya asam-asam amino phenolic seperti halnya terosine
memberikan reaksi positif terhadap uji ini. Warna merah yang
terbentuk mungkin adalah garam merkuri dari tirosin yang
ternitrasi (Suryani dan Pramiadi, 2015: 22).

10
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan pada hari Rabu 18 April 2018, bertempat
di laboratorium Biologi Dasar FMIPA UNY.
B. Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan dalam penelitian yang akan kami lakukan adalah
1. Tabung reaksi kecil (10 buah)
2. Pipet tetes (6 buah)
3. Penjepit tabung reaksi (2 buah)
4. Rak tabung reaksi (1 buah)
5. Gelas ukur 5 mL (6 buah)
6. Lampu spiritus (2 buah)
7. Vorteks (1 buah)
8. Gelas beker 250 mL (2 buah)
9. Gelas beker 50 mL (5 buah)

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian yang akan kami lakukan adalah
1. Ekstrak bekatul jagung (120 mL)
2. Ekstrak bekatul padi (120 mL)
3. NaOH pekat (10%) (10 mL)
4. Larutan HN𝑂3 pekat (10 mL)
5. Pereaksi Millon (5 mL)
6. Larutan Ninhidrin 0.1% (5 mL)
7. Pereaksi Biuret (10 mL)
C. Langkah Kerja
1. Pembuatan Ekstrak Bekatul

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, seperti gelas beker,


sendok pengaduk, air, serbuk bekatul padi halus dan serbuk bekatul
jagung halus.

11
Memasukkan bekatul padi sebanyak 30 gram ke dalam gelas beker.

Menambahkan 120mL air ke dalam gelas beker.

Menghomogenkan campuran menggunakan sendok pengaduk.

.
Mengulangi langkah di atas untuk bekatul jagung

2. Prosedur Kerja Penelitian


Cara kerja atau prosedur kerja yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Uji Biuret

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian.

Menambahkan 2mL pereaksi Biuret ke dalam tabung reaksi yang


berisi 3mL ekstrak bekatul padi.

Mengaduk dengan vorteks

Mengamati perubahan warna larutan

Mengulangi langkah diatas untuk ekstrak bekatul jagung

12
b. Uji Ninhidrin

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian

Menambahkan 5 tetes larutan ninhidrin 0,01% ke dalam 1 mL


ekstrak bekatul padi

Memanaskan larutan tersebut menggunakan lampu spiritus hingga


mendidih

Mendiamkan larutan sampai dingin, dan mengamati perubahan


warna yang terjadi

Mengulangi langkah di atas untuk ekstrak bekatul jagung

c. Uji Milon

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian

Menambahkan 5 tetes pereaksi millon ke dalam 1,5 mL ekstrak


bekatul padi

Mengocok larutan tersebut sampai terbentuk endapan putih

Memanaskan larutan menggunakan lampu spiritus

Mengamati perubahan yang terjadi

13
Mengulangi langkah di atas untuk ekstrak bekatul jagung

d. Uji Xanthoprotein

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian

Menambahkan 1 mL HN𝑂3 pekat ke dalam 3 mL ekstrak bekatul


padi

Memanaskan larutan menggunakan lampu spiritus

Mendinginkan larutan dengan air keran

Menambahkan setetes demi setetes larutan NaOH (10%) sampai


terjadi perubahan warna.

Mengamati perubahan yang terjadi

Mengulangi langkah di atas untuk ekstrak bekatul jagung

D. Sasaran Pengamatan
1. Pada biuret : Pengamatan ditunjukan pada perubahan warna
larutan, jika positif menghasilkan warna ungu.
2. Pada ninhidrin : Pengamatan ditunjukan pada perubahan warna
larutan, jika positif menghasilkan warna biru / keunguan.

14
3. Pada millon : Pengamatan ditunjukan pada perubahan warna
larutan, jika positif akan menghasilkan warna dan pembentukan
endapan merah.
4. Pada xantoprotein : Pengamatan ditunjukan pada perubahan warna jika
positif maka akan menghasilkan warna kuning dan jika ditambah alkali
maka akan berwarna orange.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Tabel 1. Uji Biuret

No Sampel Pengulangan Hasil Pengamatan

1 Ekstrak bekatul padi + 1 Sedikit violet (+)


pereaksi biuret 2 Sedikit violet (+)

3 Sedikit violet (+)

2 Ekstrak bekatul jagung 1 Violet (++)


+ pereaksi biuret 2 Violet (++)

3 Violet (++)

Tabel 2. Uji Ninhidrin

No Sampel Pengulangan Hasil Pengamatan

1 Ekstrak bekatul padi + 1 Ungu (+)


pereaksi ninhidrin 2 Violet (+)

3 Violet (+)

2 Ekstrak bekatul jagung 1 Violet (+)


+ pereaksi ninhidrin 2 Ungu-biru (+)

3 Ungu-biru (+)

16
Tabel 3. Uji Xanthoprotein

No Sampel Pengulangan Hasil Pengamatan

1 Ekstrak bekatul padi + 1 Kuning, setelah penambahan


NaOH 15 tetes menjadi berwarna
pereaksi Xanthoprotein orange (+)

2 Kuning, setelah penambahan


NaOH 20 tetes menjadi berwarna
orange (+)

3 Kuning, setelah penambahan


NaOH 15 tetes menjadi berwarna
orange (+)

2 Ekstrak bekatul jagung 1 Kuning, setelah penambahan


NaOH 50 tetes menjadi berwarna
+ pereaksi orange (+)
Xanthoprotein
2 Kuning, setelah penambahan
NaOH 40 tetes menjadi berwarna
orange (+)

3 Kuning, setelah penambahan


NaOH 25 tetes menjadi berwarna
orange (+)

Tabel 4. Uji Millon

No Sampel Pengulangan Hasil Pengamatan

1 Ekstrak bekatul padi + 1 Merah bata (++)


pereaksi millon 2 Merah bata (++)

3 Merah bata (++)

2 Ekstrak bekatul jagung 1 Merah (+)


+ pereaksi millon 2 Merah (+)

3 Merah (+)

17
B. Pembahasan
Pada hari Rabu, 18 April 2018 pukul 13:40 – 15:20 WIB di
Laboratorium Biologi Dasar telah dilakukan percobaan yang berjudul
Uji Protein pada Bekatul Padi dan Bekatul Jagung untuk Pakan Ternak
Unggas. Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui apa saja
kandungan protein pada bekatul padi dan bekatul jagung serta
mengetahui kandungan protein mana yang lebih tinggi antara bekatul
padi dan bekatul jagung. Adapun alat dan bahan yang digunakan
dalam percobaan ini antara lain tabung reaksi kecil sebanyak 10 buah,
pipet tetes sebanyak 6 buah, penjepit tabung jepit sebanyak 2 buah, rak
tabung reaksi sebanyak 1 buah, gelas ukur 5 ml sebanyak 6 buah,
lampu spiritus sebanyak 2 buah, vorteks sebanyak 1 buah, gelas beaker
250 ml sebanyak 2 buah, gelas beaker 50 ml sebanyak 5 buah, ekstrak
bekatul jagung sebanyak 120 ml, ekstrak bekatul padi sebanyak 120
ml, NaOH pekat 10% sebanyak 10 ml, larutan HNO3 pekat sebanyak
10 ml, pereaksi millon sebanyak 5 ml, larutan ninhidrin 0,1% sebanyak
5 ml, dan pereaksi biuret sebanyak 10 ml.
Percobaan pertama yaitu uji biuret, uji biuret ini bertujuan untuk
mengetahui adanya asam amino yang memiliki dua atau lebih ikatan
peptida. Reaksi positif pada uji biuret ditunjukkan adanya warna
violet, warna violet ini dihasilkan dari protein dalam suasana basa
yang ditambah dengan tembaga sulfur. Pada percobaan uji biuret
didapatkan hasil pada ekstrak bekatul padi yang ditambah dengan
pereaksi biuret menghasilkan warna violet dengan intensitas warna
yang rendah. Sedangkan pada ekstrak bekatul jagung menghasilkan
warna violet dengan intensitas warna yang lebih tinggi daripada
bekatul padi. Hal ini menyatakan bahwa pada bekatul jagung memiliki
dua atau lebih ikatan peptida yang lebih banyak daripada bekatul padi,
hal ini dapat dilihat dari warna violet pada bekatul jagung lebih terlihat
jelas dibandingkan dengan bekatul padi.

18
Pada percobaan kedua adalah uji ninhidrin, uji ini bertujuan untuk
menunjukkan adanya asam amino secara umum. Hasil positif dari uji
ninhidrin ini adalah terbentuknya kompleks warna ungu sampai biru,
warna ini dihasilkan dari ninhidrin yang tereduksi kemudian bereaksi
dengan NH3 bebas. Pada percobaan uji ninhidrin didapatkan hasil pada
ekstrak bekatul padi yang ditambah dengan pereaksi ninhidrin
menghasilkan warna ungu. Sedangkan pada ekstrak bekatul jagung
yang ditambah dengan pereaksi ninhidrin menghasilkan warna biru-
violet. Hal ini menyatakan bahwa kandungan asam amino pada bekatul
jagung lebih banyak daripada bekatul padi. Hal ini dapat dilihat dari
warna pada ekstrak bekatul jagung yang menunjukkan hasil biru-violet
atau lebih biru daripada ekstrak padi.
Pada percobaan ketiga adalah uji xanthoprotein yang bertujuan
untuk mengetahui adanya asam amino dengan inti benzen. Hasil positif
uji xanthoprotein ini ditandai dengan terbentuknya warna kuning
setelah penambahan HNO3 dan pemanasan. Setelah penambahan alkali
akan berubah warna menjadi orange atau jingga. Reaksi ini terjadi
karena proses nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun protein
tersebut Pada percobaan uji xantoprotein ini didapatkan hasil pada
ekstrak bekatul padi yang ditambah dengan HNO3 pekat
menghasilkan warna kuning terang setelah penambahan NaOH dengan
rata-rata 17 tetes larutan berubah warna menjadi orange. Sedangkan
pada ekstrak bekatul jagung yang ditambah dengan HNO3 pekat
menghasilkan warna kuning gelap yang setelah penambahan NaOH
dengan rata-rata 38 tetes larutan berubah warna menjadi orange. Hal
ini menyatakan kedua bekatul memiliki inti benzen, dan kandungan
inti benzen pada bekatul padi lebih tinggi dari bekatul jagung, karena
dilihat dari jumlah tetesan NaOH yang dibutukan untuk merubah
warna larutan menjadi orange.
Pada pecobaaan keempat adalah uji millon yang bertujuan untuk
mengetahui adanya inti tirosin pada asam amino. Hasil positif pada uji
millon ditandai dengan terbentuknya endapan merah setelah

19
pemanasan, warna merah yang terbentuk mungkin adalah garam
merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Pada percobaan uji millon ini
didapatkan hasil pada ekstrak bekatul padi yang telah ditambahkan
pereaksi millon dan dilakukan pemanasan menghasilkan endapan
merah, yang warna-nya lebih pekat dari warna hasil uji pada bekatul
jangung sedangkan pada ekstrak bekatul jagung yang telah
ditambahkan pereaksi millon dan dilakukan pemanasan juga, yaitu
menghasilkan endapan warna merah yang kurang pekat. Hasil tersebut
membuktikan bahwa kandungan garam merkuri akibat dari tirosin
yang ternitrasi pada bekatul padi lebih tinggi dari bekatul jagung.
Hasil percobaan ini masih kurang teliti karena ekstrak bekatul padi
yang terlalu kental sehingga warna hasil reaksi menjadi gelap dan tidak
terlihat jelas.

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pada bekatul padi dan bekatul jagung mengandung asam amino
prolin,mengandung asam amino dengan inti benzene, mengandung
asam amino radikal hidroksi fenil (tirosine) dan memiliki molekul
kecil seperti proteosa dan pepton.
2. Kandungan protein yang terdapat didalam bekatul jagung lebih besar
daripada kandungan protein yang terdapat didalam bekatul padi yang
ditunjukkan dengan warna setiap ujinya bekatul jagung lebih pekat
daripada warna uji protein yang terdapat didalam bekatul padi.
B. Saran
Pada ekstrak bekatul padi yang digunakan terlalu kental maka
diperlukan pengenceran agar hasil lebih terlihat dengan jelas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, Redaksi.2003. Beternak Itik Tanpa Air. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Awwaly, Khothibul Umam Al. 2017. Protein Pangan Hasil Ternak dan
Aplikasinya. Malang: UB Press.

Julianto, Tatang. 2015. Biokimia. Yogyakarta: Deepublish.

Kushartanto, Bambang. 2000. Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan dengan


Cara Organoleptik. Bogor: Balai Penelitian Ternak.

Martoharsono, Soeharsono. 2015. Biokimia. Yogyakarta: UGM Press.

Murtidjo, Bambang Agus. 2002.Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta:


Kanisius.

Sadad, Anwar, dkk. 2014. Pemanfaatan Bekatul Padi, Bekatul Jagung dan Kulit
Ari Biji Kedelai sebagai Media Pertumbuhan Miselium Cendawan
Metarhizium anisopliae dalam
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabiodiunduh pada 28 Maret 2018
pukul 19:35.
Sari, Mayang.2011. Identifikasi Protein Menggunakan Fourier Transform
Infrareddalam lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306347-s42221-
identifikasi%20protein.pdfdiunduh 28 maret 2016 pukul 19:35.

Sismindari. 2017. Biokimia Farmasi. Jakarta: Grasindo.

Sumbono, Aung. 2016. Biokimia Pangan Dasar. Yogyakarta: Deepublish.

Suryani, Yoni dan Pramiadi, Drajat. 2015. Petunjuk Praktikum Biokimia.


Yogyakarta: FMIPA UNY.

Umiyati, Uum. 2008. Pengolahan dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman Jagung
Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Bogor: Balai Penelitian Ternak.

Yosi F, Sahara dan Sandi. 2014. Analisis Sifat Fisik Bekatul dan Ekstrak Minyak
Bekatul Hasil Fermentasi Rhizopus sp. Dengan Menggunakan Inokulum
Tempe dalam

22
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/peternakan/article/view/1721
diunduh pada 28 Maret 2018 pukul 19:35.

23
LAMPIRAN

EKSTRAK EKSTRAK
JAGUNG PADI

A. UJI BIURET

EKSTRAK JAGUNG EKSTRAK PADI

24
B. UJI NINHIDRIN

EKSTRAK JAGUNG

EKSTRAK PADI

C. UJI MILLON

EKSTRAK PADI EKSTRAK JAGUNG

25
D. UJI XANTOPROTEIN
 SEBELUM PENAMBAHAN NaOH

EKSTRAK PADI EKSTRAK JAGUNG

 SESUDAH PENAMBAHAN NaOH

EKSTRAK PADI EKSTRAK JAGUNG

26

Anda mungkin juga menyukai