Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN EKOTOKSIKOLOGI

UJI TOKSISITAS BERBAGAI MACAM DETERJEN


TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN LELE

DISUSUN OLEH :
NAMA : MAIYANA FRANSISKA
NIM : 08041181621017

LABORATORIUM EKOTOKSIKOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Deterjen dalam arti luas adalah bahan yang digunakan sebagai pembersih,
termasuk sabun cuci piring alkali dan cairan pembersih. Definisi yang lebih
spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa
petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan merupakan bahan pembersih
utama yang terdapat di dalam deterjen. Penggunaan deterjen mempunyai efisiensi
pembersihan yang baik, terutama jika digunakan di dalam air sadah atau kondisi
lainnya yang tidak menguntungkan bagi sabun biasa Pengaruh negatif deterjen
terhadap kondisi fisik dan kimia perairan yang teraliri limbah dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa pengaruh limbah deterjen terhadap
lingkungan antara lain gangguan terhadap estetika oleh adanya busa putih di
permukaan perairan (Prarikesran, 2016).
Air limbah rumah tangga merupakan sumber yang banyak ditemukan
dilingkungan. Salah satu komponennya yang dapat berdampak buruk bagi
lingkungan berasal dari deterjen karena manusia pasti menggunakan deterjen
setiap harinya sebagai bahan pembersih di rumah tangga. Jenis deterjen yang
banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian dan bahkan
piring adalah deterjen merek Rinso anti noda. Deterjen jenis ini mengandung
ABS
(alkyl benzene sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen
tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan perairan yang tercemar
limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota
tersebut (Halang, 2004).
Deterjen merupakan pembersih sintesis yang terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Dibandingkan dengan produk terdahulu yaitu sabun,
deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih
baik serta tidak mempengaruhi kesadahan air. Deterjen adalah bahan untuk

Universitas Sriwijaya
mencuci. Namun dalam perkembangannya, deterjen digunakan untuk
membedakan sabun cuci, sabun mandi, dengan bahan pembersih lainnya.
Awalnya, bahan pembersih terbuat dari air, minyak dan bahan kasar seperti pasir
basah atau clay basah. Deterjen ada yang bersifat kationik, anionik, maupun
nonionik. Semuanya membuat zat yang lipolifik mudah larut dan menyebar
diperairan (Khairul dan Manulang, 2019).
Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh berbagai kegiatan
masyarakat yang membuang limbah ke dalam perairan tanpa mengetahui akibat
yang akan terjadi pada kualitas perairan tersebut, kegiatan rumah tangga dapat
membuat pencemaran perairan sehingga mengganggu kegiatan budidaya perairan
disungai, danau dan lainnya. Deterjen dengan bahan-bahan aktifnya mempunyai
sifat toksik dan mempunyai efek akut pada ikan, sedangkan pada konsentrasi
rendah secara kronis dapat menimbulkan pengaruh terhadap organ tubuh yaitu
hati dan insang (Handayani, 2020).
Pembuangan limbah ke sungai atau sumber-sumber air tanpa penyaringan
sebelumnya, mengandung tingkat polutan organik yang tinggi serta
mempengaruhi kesesuaian air sungai untuk digunakan manusia dan merangsang
pertumbuhan alga maupun tanaman air lainnya. Selain itu deterjen dalam badan
air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi
ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun
(Borut dan Sahetapy, 2018).
Limbah detergen juga berpotensi terhadap organ ikanlainnya pada hati. Hati
merupakan organ yang banyak berhubungan dengan senyawa kimia sehingga
mudah terkena efek toksik. Hal ini dikarenakan zat toksik detergen yang
mempengaruhi sistem metabolisme gonad ikan. Selain itu deterjen dalam badan
air dapat merusak. Kelangsungan hidup ikan. Limbah detergen terhadap
organisme air dapat menyebabkan kerusakan jaringan organisme pada organ
ikan seperti insang dan hati Kelangsungan hidup adalah jumlah individu dalam
pupolasi yang mati selama periode waktu tertentu. Dalam studi populasi
biologiwan lebih tertarik pada mengapa organisme mati pada usia tertentu
(Saputra et al., 2013).

1.2. Tujuan Praktikum

Universitas Sriwijaya
Praktikum ini bertujuan untuk menguji toksisitas berbagai macam deterjen
terhadap kelangsungan hidup ikan dan membedakan toksisitas masing-masing
deterjen.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deterjen
Deterjen merupakan bahan pembersih yang umum digunakan oleh usaha
industri ataupun rumah tangga. Produksi deterjen terus meningkat setiap
tahunnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pembersih. Deterjen
merupakan gabungan dari berbagai senyawa dimana komponen utama dari
gabungan tersebut adalah surface active agents atau surfaktan zat aktif yang
menyebabkan turunya permukaan tegangan permukaan cairan, khususnya air.
Surfaktan deterjen yang paling sering digunakan adalah LAS atau
Linier Alkilbenzen Sulfonat (Borut dan Sahetapy, 2018).

2.2. Kandungan Senyawa Kimia Deterjen


Umumnya detergen tersusun atastiga komponen yaitu, surfaktan (sebagai
bahan dasar detergen) sebesar 20 sampai dengan 30%, builders (senyawa fosfat)
sebesar 70 sampai dengan 80%, dan bahan aditif (pemutih dan pewangi) yang
relatif sedikit yaitu 2 sampai dengan 8%. Surface Active Agent (surfaktan) pada
detergen digunakan untuk proses pembasahan dan pengikat kotoran, sehingga
sifat dari detergen dapat berbeda tergantung jenis surfaktannya. Deterjen dalam
jumlah tertentu dapat mencemari lingkungan (Darmono, 2001).
2.3. Dampak Negatif Deterjen Bagi Kelangusngan Hidup Ikan
Pencemaran deterjen di perairan dapat berpengaruh pada berbagai organ ikan
dan tingkat kerusakan yang timbul pada pada organ tersebut tergantung pada
konsentrasi pencemaran dan waktu pemaparan. Beberapa organ ikan yang secara
nyata dapat mengalami degradasi fungsi dengan adanya pencemaran deterjen
dalam air adalah kulit insang, organ pencernaan, dan bahkan hati. Kadar toksik
deterjen pada setiap biota air berlainan, untuk fitoplankton berkisar 10 sampai
dengan 100 mg/L, makrofita 0,8 sampai dengan 100 mg/L, krustasea dan anelida

Universitas Sriwijaya
0,1 sampai dengan 10 mg/L, sedangkan untuk ikan berkisar 9 sampai dengan 100
mg/L
(Taufik, 2006).
Detergen memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan
menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan
parasit. Deterjen juga dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan
ikan akan mati bila konsentrasi deterjen 15 bagian per juta. Deterjen dengan
konsentrasi rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan
yang terkandung dalam deterjen akan mengurangi kemampuan perkembangbiakan
organisme perairan. Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan
kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol, hanya dengan
konsentrasi 2 ppm saja dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia
lainnya. Contoh nyata efek buruk dari limbah deterjen adalah Danau Toba. Seperti
sama kita ketahui, eceng gondok tumbuh subur nyaris tidak terkendali (Bumi
Mina Tani, 2015).

2.4. Kerusakan Pada Insang


Insang ikan adalah respirasi utama yang bekerja dengan mekanisme difusi
permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara darah dan
air, dengan demikian peubahan-perubahan lingkungan perairan akan secara
langsung berdampak kepada struktur. Pengaruh zat toksik terhadap ikan
menyebabkan morfologi insang berubah dan menyebabkan kematian dalam
periode panjang. Selain itu, zat toksik dapat merusak fungsi respirasi dari insang
sehingga proses metabolisme dalam tubuh terganggu. Deterjen yang bereaksi
dengan air akan menimbulkan busa pada bagian permukaan air sehingga secara
langsung menghambat proses difusi udara bebas ke dalam media air dalam
akuarium. Hal ini berdampak pada menipisnya persediaan oksigen terlarut dalam
air sehingga ikan mas kesulitan bernapas (Kusriani et al., 2012).

2.5. Kerusakan Pada Hati


Hati merupakan organ yang banyak berhubungan dengan senyawa kimia
sehingga mudah terkena efek toksik. Limbah detergen menyebabkan zat toksik
yang masuk kedalam metabolisme memicu hati untuk bekerja lebih keras
sehingga menimbulkan peradangan dan pembengkakan. Liver Somatic Index

Universitas Sriwijaya
(LSI) mencerminakan status metabolisme. Ukuran hati yang semakin besar
menunjukkan aktifitas metabolisme yang tinggi. Organ selanjutnya yang
berpontensi terkena limbah detergen yaitu gonad atau IGS (Larsson, 2005).

BAB 3

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 4 November 2020. Praktikum
dilaksankan pukul 10.00 sampai dengan 12.00 WIB. Praktikum di lakukan di
Laboratorium Ekotoksikologi.

3.2. Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum adalah akuarium dan aerator. Bahan
yang digunakan pada praktikum adalah air, deterjen, dan ikan lele.

3.3. Cara Kerja


Pertama disiapkan aquarium dan aerator sebagai tempat untuk hewan yang
akan diuji pada praktikum ini. Kedua masukkan air ke dalam aquarium sebanyak
8 liter, kemudian masukkan ikan lele sebanyak 3 ekor ke dalam tiap-tiap
aquarium. Setelah itu masukkan deterjen sebanyak 100 ppm atau 0,8 gram ke
dalam aquarium yang telah diisi air dan ikan lele. Terakhir amati perubahan
morfologi dan tingkah laku ikan lele serta catat waktu perubahan sampai waktu
kematian ikan lele tersebut.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai