DISUSUN OLEH :
NAMA : MAIYANA FRANSISKA
NIM : 08041181621017
LABORATORIUM EKOTOKSIKOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
mencuci. Namun dalam perkembangannya, deterjen digunakan untuk
membedakan sabun cuci, sabun mandi, dengan bahan pembersih lainnya.
Awalnya, bahan pembersih terbuat dari air, minyak dan bahan kasar seperti pasir
basah atau clay basah. Deterjen ada yang bersifat kationik, anionik, maupun
nonionik. Semuanya membuat zat yang lipolifik mudah larut dan menyebar
diperairan (Khairul dan Manulang, 2019).
Pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh berbagai kegiatan
masyarakat yang membuang limbah ke dalam perairan tanpa mengetahui akibat
yang akan terjadi pada kualitas perairan tersebut, kegiatan rumah tangga dapat
membuat pencemaran perairan sehingga mengganggu kegiatan budidaya perairan
disungai, danau dan lainnya. Deterjen dengan bahan-bahan aktifnya mempunyai
sifat toksik dan mempunyai efek akut pada ikan, sedangkan pada konsentrasi
rendah secara kronis dapat menimbulkan pengaruh terhadap organ tubuh yaitu
hati dan insang (Handayani, 2020).
Pembuangan limbah ke sungai atau sumber-sumber air tanpa penyaringan
sebelumnya, mengandung tingkat polutan organik yang tinggi serta
mempengaruhi kesesuaian air sungai untuk digunakan manusia dan merangsang
pertumbuhan alga maupun tanaman air lainnya. Selain itu deterjen dalam badan
air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi
ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun
(Borut dan Sahetapy, 2018).
Limbah detergen juga berpotensi terhadap organ ikanlainnya pada hati. Hati
merupakan organ yang banyak berhubungan dengan senyawa kimia sehingga
mudah terkena efek toksik. Hal ini dikarenakan zat toksik detergen yang
mempengaruhi sistem metabolisme gonad ikan. Selain itu deterjen dalam badan
air dapat merusak. Kelangsungan hidup ikan. Limbah detergen terhadap
organisme air dapat menyebabkan kerusakan jaringan organisme pada organ
ikan seperti insang dan hati Kelangsungan hidup adalah jumlah individu dalam
pupolasi yang mati selama periode waktu tertentu. Dalam studi populasi
biologiwan lebih tertarik pada mengapa organisme mati pada usia tertentu
(Saputra et al., 2013).
Universitas Sriwijaya
Praktikum ini bertujuan untuk menguji toksisitas berbagai macam deterjen
terhadap kelangsungan hidup ikan dan membedakan toksisitas masing-masing
deterjen.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deterjen
Deterjen merupakan bahan pembersih yang umum digunakan oleh usaha
industri ataupun rumah tangga. Produksi deterjen terus meningkat setiap
tahunnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pembersih. Deterjen
merupakan gabungan dari berbagai senyawa dimana komponen utama dari
gabungan tersebut adalah surface active agents atau surfaktan zat aktif yang
menyebabkan turunya permukaan tegangan permukaan cairan, khususnya air.
Surfaktan deterjen yang paling sering digunakan adalah LAS atau
Linier Alkilbenzen Sulfonat (Borut dan Sahetapy, 2018).
Universitas Sriwijaya
0,1 sampai dengan 10 mg/L, sedangkan untuk ikan berkisar 9 sampai dengan 100
mg/L
(Taufik, 2006).
Detergen memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan
menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan
parasit. Deterjen juga dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan
ikan akan mati bila konsentrasi deterjen 15 bagian per juta. Deterjen dengan
konsentrasi rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan. Surfaktan
yang terkandung dalam deterjen akan mengurangi kemampuan perkembangbiakan
organisme perairan. Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan
kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol, hanya dengan
konsentrasi 2 ppm saja dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia
lainnya. Contoh nyata efek buruk dari limbah deterjen adalah Danau Toba. Seperti
sama kita ketahui, eceng gondok tumbuh subur nyaris tidak terkendali (Bumi
Mina Tani, 2015).
Universitas Sriwijaya
(LSI) mencerminakan status metabolisme. Ukuran hati yang semakin besar
menunjukkan aktifitas metabolisme yang tinggi. Organ selanjutnya yang
berpontensi terkena limbah detergen yaitu gonad atau IGS (Larsson, 2005).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya