TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bubalus bubalis
Spesies : Bubalus bubalis
(Kerr, 1972 dalam Hartatik,
2019)
Universitas Sriwijaya
Gambar 2. Kerbau Rawa (Bubalus bubalis) Albino
(Sumber : Fransiska, 2020)
Kerbau albino termasuk ke dalam jenis kerbau rawa (swamp buffalo). Kerbau
albino memiliki kulit berwarna putih (albino), dengan ukuran tubuh lebih kecil dari
jenis kerbau rawa lainnya, dan tidak memiliki garis kalung atau chevron. Kerbau albino
merupakan satu diantara ternak penghasil susu, daging dan sebagai hewan pekerja.
Selain itu, kerbau albino di percaya memiliki peran penting dalam masyarakat antara
lain sebagai ternak pembawa keberuntungan, urinnya dapat dijadikan obat penyakit
tertentu serta sebagai pengukur status sosial masyarakat di daerah Banten dan harga
kerbau albino lebih murah karena warnanya tidak menarik (Fadillah, 2010).
Universitas Sriwijaya
inbreeding, karena kelangkaan pejantan unggul sehingga perkawinan kerbau di
pedesaan sulit ditata (Muhakka et al., 2013).
2.2. Kerbau Di Tanjung Senai
Kerbau di Indonesia, terutama di Sumatra Selatan masih dipelihara secara
tradisional dan biasanya diwarisi dari keluarga yang turun temurun. Budidaya ternak
kerbau masih membutuhkan pengembangan. Kerbau rawa diperlihara di daerah Tanjung
Senai dengan teknik pengembalaan secara tradisional dikenal sebagai area atau pusat
produksi kerbau. Kerbau di tanjung senai dimanfaatkan warga sebagai mengelola
daging dan feses kerbau sebagai pupuk organik bagi petani di kebun. Di Tanjung Senai
jarang masyarakatnya mengelola produk susu kerbau (Windusari et al., 2019).
2.3. Endoparasit
Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang meliputi cacing atau
helminth (trematoda, nematoda dan cestoda). Karena strategi yang berbeda dari
endoparasit mereka membutuhkan adaptasi yang berbeda dalam rangka untuk
memperoleh nutrisi dari inang. Endoparasit dalam tubuh suatu organism terdapat pada
berbagai sistem di dalam tubuh inang seperti sistem pencernaan dan lain sebagainya.
Penyakit yang dapat mengganggu ternak kerbau tersebut dapat berupa infeksi bakteri,
virus maupun infeksi parasitik seperti cacing dan protozoa (Mursyid et al., 2020).
Universitas Sriwijaya
Dicrocoelium sp, Fasciola gigantica, dan Amphistomes. Ruminansia terinfeksi oleh
cacing parasit gastro intestinal dapat merugikan peternakan (Regassa et al., 2006).
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernenta
Ordo : Rhabditia
Famili : Strongyloididae
Genus : Strongyloides
Spesies : Strongyloides stercoralis
Gambar 4
(Sumber : Surja dan Wijaya, 2019)
Cacing Strongyloides stercoralis pada cacing dewasa memiliki bentuk bebas,
panjang cacing jantan ± 1 mm, esofagus pendek dengan dua bulbi, ekor cacing jantan
melingkar dengan spikula. Morfologi cacing betina panjangnya ± 7 sampai dengan 14
mm, terdapat uterus berisi telur, dan ekor lurus berujung runcing. Larva rhabditiform
Strongyloides stercoralis memiliki panjang ± 250 µm, ruang mulut pendek dan lebar,
dan esofagus dengan dua bulbi. Larva filaform Strongyloides stercoralis panjang ± 700
µm, ruang mulut tertutup, dan esofagus ½ anterior (Surja dan Wijaya, 2019).
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Echinostomida
Gambar 5. Fasciola hepatica Famili : Fasciolidea
(Sumber : Surja dan Wijaya, 2019) Genus : Fasciola
Universitas Sriwijaya
Spesies : Fasciola hepatica
Universitas Sriwijaya
2.7.2. Kualitas Kandang
Kerbau dapat dikatakan hanya dikandangkan pada musim penghujan di kandang
yang disebut kalang. Kalang merupakan kandang seperti rakit yang terdiri dari
tumpukan kayu gelondongan yang disusun bersilangan dengan lantai papan setebal
sekitar 10 cm yang ditata rapat. Tinggi kalang mencapai 5 meter tergantung dari
kedalaman air di daerah itu, dan tinggi lantai kalang sekitar 1,5 meter dari permukaan
air pada saat rawa pasang naik. Karena kerbau ini dikandangkan di kalang maka kerbau
ini dikenal dengan nama setempat (Suhardono, 2000).
Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran cacing nematoda adalah sanitasi
dan kebersihan kandang. Kotoran yang dibiarkan menumpuk didalam kandang akan
mengundang lalat dan juga memungkinkan larva nematoda berkembang didalamnya.
Apabila kulit ternak bersentuhan dengan kotoran tersebut, maka beberapa larva cacing
dapat masuk ke dalam tubuh ternak. Larva Bunostomum dan Strongyloides memiliki
kemampuan untuk menembus kulit inang (Purwaningsih et al., 2017).
Universitas Sriwijaya
pakan tidak baik maka parasit akan mulai tumbuh di saluran pencernaan. Ternak kerbau
memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan dengan pola digembalakan,
dan dapat pula diintegrasi dengan tanaman pangan dan perkebunan (Rahmi et al., 2014).
Universitas Sriwijaya