Anda di halaman 1dari 7

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerbau Rawa (Bubalus bubalis)


Kerbau merupakan hewan asli Afrika dan Asia, termasuk salah satu hewan primitif
dari famili Bovidae. Ciri-ciri kerbau rawa adalah memiliki kebiasaan berendam dalam
rawa atau kubangan. Kerbau ini mempunyai kulit yang berwarna abu-abu dengan warna
yang lebih cerah pada bagian kaki, bagian bawah dagu dan leher kerbau mempunyai
warna yang lebih cerah. 95% dari populasi kerbau terdapat di Asia yang bergantung
pada spesies ini, baik untuk daging, susu, atau tenaga kerjanya. Populasi kerbau di
Indonesia terdiri dari kerbau perah dan kerbau potong. Populasi kerbau perah (river
buffalo) sangat sedikit, hanya sekitar 5% dari populasi yang ada, sedangkan populasi
kerbau potong dan kerja (berupa kerbau lumpur atau swamp buffalo) mencapai 95%
(Susilorini et al., 2008).

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bubalus bubalis
Spesies : Bubalus bubalis
(Kerr, 1972 dalam Hartatik,
2019)

Gambar 1. Kerbau Rawa (Bubalus bubalis carabauesis)


(Sumber : Fransiska, 2020).

Universitas Sriwijaya
Gambar 2. Kerbau Rawa (Bubalus bubalis) Albino
(Sumber : Fransiska, 2020)

Kerbau albino termasuk ke dalam jenis kerbau rawa (swamp buffalo). Kerbau
albino memiliki kulit berwarna putih (albino), dengan ukuran tubuh lebih kecil dari
jenis kerbau rawa lainnya, dan tidak memiliki garis kalung atau chevron. Kerbau albino
merupakan satu diantara ternak penghasil susu, daging dan sebagai hewan pekerja.
Selain itu, kerbau albino di percaya memiliki peran penting dalam masyarakat antara
lain sebagai ternak pembawa keberuntungan, urinnya dapat dijadikan obat penyakit
tertentu serta sebagai pengukur status sosial masyarakat di daerah Banten dan harga
kerbau albino lebih murah karena warnanya tidak menarik (Fadillah, 2010).

Gambar 3. Kerbau Rawa (Bubalus bubalis) Hitam


(Sumber : Fransiska, 2020)
Adapun karakteristik morfologis kerbau pampangan di Sumatera Selatan adalah
warna bulu hitam atau hitam keabu-abuan, bentuk tubuh besar, temperamen tenang,
kepala besar dan telinga panjang, tanduk ada yang tegak panjang dan melingkar ke arah
belakang dan ada juga yang arah ke bawah. Kerbau-kerbau di pedesaan telah terjadi

Universitas Sriwijaya
inbreeding, karena kelangkaan pejantan unggul sehingga perkawinan kerbau di
pedesaan sulit ditata (Muhakka et al., 2013).
2.2. Kerbau Di Tanjung Senai
Kerbau di Indonesia, terutama di Sumatra Selatan masih dipelihara secara
tradisional dan biasanya diwarisi dari keluarga yang turun temurun. Budidaya ternak
kerbau masih membutuhkan pengembangan. Kerbau rawa diperlihara di daerah Tanjung
Senai dengan teknik pengembalaan secara tradisional dikenal sebagai area atau pusat
produksi kerbau. Kerbau di tanjung senai dimanfaatkan warga sebagai mengelola
daging dan feses kerbau sebagai pupuk organik bagi petani di kebun. Di Tanjung Senai
jarang masyarakatnya mengelola produk susu kerbau (Windusari et al., 2019).

2.3. Endoparasit
Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang meliputi cacing atau
helminth (trematoda, nematoda dan cestoda). Karena strategi yang berbeda dari
endoparasit mereka membutuhkan adaptasi yang berbeda dalam rangka untuk
memperoleh nutrisi dari inang. Endoparasit dalam tubuh suatu organism terdapat pada
berbagai sistem di dalam tubuh inang seperti sistem pencernaan dan lain sebagainya.
Penyakit yang dapat mengganggu ternak kerbau tersebut dapat berupa infeksi bakteri,
virus maupun infeksi parasitik seperti cacing dan protozoa (Mursyid et al., 2020).

2.4. Endoparasit Pada Hewan Ternak


Endoparasit dalam tubuh inang mungkin terdapat dalam macam-macam sistem
organ tubuh yaitu sistem pencernaan, sirkulasi dan respirasi. Berdasarkan habitat parasit
dalam tubuh inang satwa liar dan ternak domestik maka analisis endoparasit dapat
dilakukan melalui pemeriksaan feses. Feses dapat digunakan untuk mengetahui parasit
yang hidup disaluran pencernaan dan sangat penting dalam proses identifiksi
keberadaan endoparasit (Marquard, 2007).

2.5. Jenis-Jenis Endoparasit


2.5.1. Jenis Cacing Yang Ada Di Saluran Pencernaan Ternak
Infeksi cacing pada ternak ruminansia sebagian besar disebabkan oleh nematoda
seperti Ostertagia ostertagi, cacing Capillaria sp, cacing Trichuris sp, dan
Strongyloides sp, Cestoda seperti Moniezia sp, dan Taenia saginata, dan Trematoda

Universitas Sriwijaya
Dicrocoelium sp, Fasciola gigantica, dan Amphistomes. Ruminansia terinfeksi oleh
cacing parasit gastro intestinal dapat merugikan peternakan (Regassa et al., 2006).

2.5.2. Klasifikasi Cacing Strongiloides stercoralis

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernenta
Ordo : Rhabditia
Famili : Strongyloididae
Genus : Strongyloides
Spesies : Strongyloides stercoralis

Gambar 4
(Sumber : Surja dan Wijaya, 2019)
Cacing Strongyloides stercoralis pada cacing dewasa memiliki bentuk bebas,
panjang cacing jantan ± 1 mm, esofagus pendek dengan dua bulbi, ekor cacing jantan
melingkar dengan spikula. Morfologi cacing betina panjangnya ± 7 sampai dengan 14
mm, terdapat uterus berisi telur, dan ekor lurus berujung runcing. Larva rhabditiform
Strongyloides stercoralis memiliki panjang ± 250 µm, ruang mulut pendek dan lebar,
dan esofagus dengan dua bulbi. Larva filaform Strongyloides stercoralis panjang ± 700
µm, ruang mulut tertutup, dan esofagus ½ anterior (Surja dan Wijaya, 2019).

2.5.3. Klasifikasi Cacing Fasciola hepatica

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Echinostomida
Gambar 5. Fasciola hepatica Famili : Fasciolidea
(Sumber : Surja dan Wijaya, 2019) Genus : Fasciola

Universitas Sriwijaya
Spesies : Fasciola hepatica

Besar badan ± 2 ½ sampai dengan 5 cm. Fasciola hepatica mempunyai


cephalic cone, caeca bercabang-cabang. Testis dua buah tersusun atas bawah, dan
bercabang-cabang. Granula vitellaria hampir mengisi seluruh bagian tubuhnya. Bentuk
telur besarnya 140 x 80 µm, bentuk ovoid operkulum kecil, dan berisi germ cell
(Surja dan Wijaya, 2019).

2.6. Akibat Serangan Parasit


Kerusakan jaringan oleh parasit dapat bersifat langsung maupun tidak langsung
berupa, kerusakan sel dan jaringan, perubahan fungsi fisiologis dari inang, penurunan
daya tahan terhadap agen penyakit lain, masuknya agen penyakit sekunder setelah
terjadinya kerusakan mekanik lain dan parasit mampu menyebarkan mikroorganisme
patogen. Infestasi parasit cacing dapat menyebabkan penurunan bobot badan dan
gangguan lambung (gastritis). Gejala-gejala yang timbul pada ternak yang terinfestasi
cacing gastro intestinal antara lain badan lemah, nafsu makan kurang, bulu rontok, dan
kulit pucat (Purwanta et al.,2006).

2.7. Faktor-Faktor Serangan Parasit


2.7.1. Lingkungan
Lingkungan yang tidak sesuai dan tidak tertata sangat mungkin akan mengalami
perkembangan penyakit, termasuk penyakit yang dikaibatkan oleh parasit. Hal ini di
dorong juga oleh vektor atau agen penyakit dalam penyebarannya sangat di dukung
keadaan lingkungan tersebut, sangat mudah mewabah. Peningkatan penyebaran
penyakit, terutama parasit cacing yang menyerang ternak dalam beberapa tahun terakhir
bisa dihubungkan dengan perubahan iklim (Mithell dan Somerville, 2005).
Musim kemarau sangat berhubungan dengan tingkat kejadian kecacingan yang
cukup rendah karena pada musim kemarau dapat mengganggu perjalanan siklus hidup
cacing, kondisi tanah yang kering dan atmosfer yang cukup panas menyebabkan feses
cepat mengering sehingga telur cacing menjadi rusak dan mati. Berbeda pada saat
musim hujan atau kondisi lingkungan yang lembab (Padondan, 2016).

Universitas Sriwijaya
2.7.2. Kualitas Kandang
Kerbau dapat dikatakan hanya dikandangkan pada musim penghujan di kandang
yang disebut kalang. Kalang merupakan kandang seperti rakit yang terdiri dari
tumpukan kayu gelondongan yang disusun bersilangan dengan lantai papan setebal
sekitar 10 cm yang ditata rapat. Tinggi kalang mencapai 5 meter tergantung dari
kedalaman air di daerah itu, dan tinggi lantai kalang sekitar 1,5 meter dari permukaan
air pada saat rawa pasang naik. Karena kerbau ini dikandangkan di kalang maka kerbau
ini dikenal dengan nama setempat (Suhardono, 2000).
Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran cacing nematoda adalah sanitasi
dan kebersihan kandang. Kotoran yang dibiarkan menumpuk didalam kandang akan
mengundang lalat dan juga memungkinkan larva nematoda berkembang didalamnya.
Apabila kulit ternak bersentuhan dengan kotoran tersebut, maka beberapa larva cacing
dapat masuk ke dalam tubuh ternak. Larva Bunostomum dan Strongyloides memiliki
kemampuan untuk menembus kulit inang (Purwaningsih et al., 2017).

2.7.3. Kualitas Pakan


Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam peternakan karena
produktivitas ternak sebagian besar ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pakan yang
dikonsumsi. Munculnya berbagai kasus penyakit pada hewan ternak yang dipelihara di
lahan gambut seperti gangguan pertumbuhan, pedet lahir lemah, kesulitan melahirkan,
kelumpuhan, patah tulang, dan gangguan reproduksi diduga sebagai akibat dari
rendahnya kualitas pakan yang diberikan. Rendahnya kesuburan tanah gambut akan
memengaruhi kualitas hijauan yang tumbuh diatasnya, sehingga hewan ternak yang
kebutuhan nutriennya hanya bergantung pada hijauan yang tumbuh di lahan gambut
berpotensi mengalami kekurangan gizi dan defisiensi mineral (Adrial et al., 2020).
Rerumputan didapat dari sekitar ladang, pinggiran jalan atau dengan
menggembala. Makanan yang diperoleh dengan cara tersebut tentunya kurang diketahui
tingkat kebersihanya. Cacing dapat dengan mudah menjangkiti hewan ternak terutama
hewan kerbau pada saat penggembalaan. Rerumputan hijau yang melimpah tentunya
menjadi penunjang pertumbuhan dan perkembangan ternak yang sangat baik, karena
sebagai sumber makanan utama bagi ternak, tetapi pada kenyataanya tidak menjamin
kesehatan pada sapi karena masih sering terjadi permasalahan kesehatan ternak. Bila

Universitas Sriwijaya
pakan tidak baik maka parasit akan mulai tumbuh di saluran pencernaan. Ternak kerbau
memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan dengan pola digembalakan,
dan dapat pula diintegrasi dengan tanaman pangan dan perkebunan (Rahmi et al., 2014).

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai