A. Klasifikasi bekantan
Ordo primata dibagi ke dalam tiga subordo yaitu Prosimii, Tarsioidea dan
Anthropoidea yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu. Anthropoidea
memiliki tiga super famili yaitu Ceboidea, Cercopithecoidea dan Hominoidea.
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mamalia
Ordo: Primata
Famili: Cercopithecidae
Subfamili: Colobinae
Genus: Nasalis
Spesies: Nasalis larvatus
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat
mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Monyet betina berukuran 60 cm
dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari
kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan
memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.
Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.
Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam
kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 monyet. Sistem sosial
bekantan pada dasarnya adalah one-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari
satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga
terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan. Hewan
jantan yang menginjak remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung
dengan kelompok all-male. Hal itu dimungkinkan sebagai strategi bekantan untuk
menghindari terjadinya inbreeding. Bekantan juga dapat berenang dengan baik,
kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Untuk menunjang
kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaputnya.
Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik,
sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup.
B. Reproduksi bekantan
Reproduksi adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologi
yang sangat penting bagi kelanjutan suatu jenis atau bangsa hewan.
Bekantan merupakan hewan yang menunjukkan sexual dimorphism yang
sangat mencolok. Sexual dimorphism adalah perbedaan sistematis dalam
bentuk antara individu-individu dari jenis kelamin yang berbeda dalam spesies
yang sama, misalnya warna (khusus disebut sebagai dichromatism sexual),
ukuran, dan ada atau tidak adanya bagian tubuh yang digunakan dalam
menampilkan perilaku reproduksi atau perkelahian, seperti bulu hias, tanduk, atau
taring.Pada bekantan,hewan jantan berbeda sekali dengan betina.
Bekantan jantan berukuran lebih besar, hidung yang besar dan suara yang
sengau. Alat kelaminnya terlihat jelas berwarna merah dan otot lengan
dan pahanya berkembang dengan baik. Bekantan betina tetap kecil meskipun
sudah dewasa dan mempunyai puting susu yang memanjang. Perilaku kawin
Bekantan betina mencapai kematangan seksual di alam liar atau habitat
aslinya berumur sekitar 5 tahun (Murai 2004). Puncak seksual betina dapat dilihat
dari warna alat kelamin menjadi merah muda atau merah (Gorzitze 1996;
Murai 2004; 2006).
Ada beberapa indikasi musiman reproduksi pada bekantan. Dalam satu
populasi di Kalimantan Barat, ada indikasi puncak kawin dipertengahan tahun,
tapi kawin terjadi antara bulan Februari dan November. Tingkat kelahiran
sering terjadi antara bulan Maret dan Mei, mendekati akhir musim
hujan (Rajanthan dan Bennett 1990).
Keinginan untuk kawin pada bekantan didahului oleh betina diikuti dengan wajah
cemberut, mengeluarkan suara-suara agar didekati lawan jenis, dan melihat
kebagian belakangnya. (Hollihn 1973; Rajanthan & Bennett 1990; Yeager 1990a;
Boonratana 1993; Murai 2006). Betina kadang-kadang juga akan menggelengkan
kepala mereka untuk menunjukkan keinginan kawin (Yeager 1990a;
Boonratana 1993).
Kebuntingan adalah masa persiapan pertumbuhan yang terjadi di dalam
uterus dimana perkembangan embrio terjadi pada lingkungan yang stabil
pada saat yang sangat rentan. Faktor utama yang mempengaruhi lamanya
kebuntingan adalah ukuran tubuh primata tetapi korelasi absolut masih dalam
penelitian.
Bekantan mengalami masa kebuntingan selama 166-200 hari (Napier
danNapier 1985; Bennett danSebastian 1988; Ankel-Simons 2007). Plasentasi
Saat ovum yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus, lapis bagian luarnya
(korion), sangat kaya oleh vaskularisasi pembuluh darah, menembus jaringan
maternal. Plasenta akan berkembang dan berfungsi untuk menyalurkan nutrisi
kepada fetus dan membawa keluar kotoran dari fetus menuju sirkulasi
maternal. Pada Anthropoide (dan Tarsius), bentuk plasentanya adalah
haemochorial, yaitu kapiler dari korion berhubungan dengan pembuluh darah
di dinding uterus sehingga membuat kontak langsung dengan darah induk.
Karena penggabungan dua sirkulasi diatas membuat kondisi optimum bagi
perkembangan fetus. Jalan masuk nutrisi dan pembuangan hasil metabolism
antara kedua sirkulasi ini sangat lamban, yang membuat distribusi nutrisi ke
uterus sangat kurang, hal ini dinamakan non-deciduate. Pada tipe plasenta
haemochorial, karena fetus bersatu dengan jaringan induk, banyak mukus
mebran uterus dikeluarkan bersama dengan plasenta yang dinamakan
decidate.Kelahiran Pada primata non manusia terdapat beberapa tanda
mendekati waktu kelahiran. Stadium persiapan pada monyet sangat pendek
sekitar 2 jam dan bayi selalu lahir pada malam hari. Kelahiran nokturnal
menguntungkan bagi induk untuk menghindari serangan predator apabila
induk tidak mampu bersama kelompok. Kera besar melahirkan pada kapanpun
karena tidak ada ancaman serius dari serangan predator (Jolly 1972). Pada
kehidupan arboreal bayi akan lebih cepat dewasa sebelum waktunya karena
mereka diahirkan dipohon dan selalu dibawa oleh induk mereka
bergelantungan di pohon dan melompat dari satu pohonke pohon lainnya.
Kebanyakan primate melahirkan satu anak saja, pengecualian bagi marmoset
sejati yang secara alami melahirkan kembar. Perawatan bayi dilakukan oleh kedua
orangtua bekantan.
Fakta unik: bekantan dapat dijadikan indikator biologis yang berperan sangat
penting dalam penentu kualitas lingkungan hutan lahan basah