DOSEN PEMBIMBING:
Khairul, S.Pi.M.Si
DISUSUN OLEH:
Mellania Indrasvari
01704100015
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah yang berjudul “BEKANTAN ’’ dapat terselesaikan tepat waktu , yang
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Fisiologi Tumbuhan.
Makalah ini berisi tentang Bekantan dan tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari teman teman memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Mellania Indrasvari
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi bekantan .......................................................................... 3
2.2 Morfologi bekantan ........................................................................... 3
2.3 Habitat bekantan ............................................................................... 5
2.4 Penyebaraannya bekantan ................................................................. 5
2.5 Reproduksinya bekantan ................................................................... 6
2.6 Pemanfaatan bekantan....................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya dalam makalah ini berupa :
1. Klasifikasi bekantan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pada jantan dewasa memiliki hidung yang panjang, menonjol dan menggantung
melewati mulut, sedangkan pada betina lebih mancung dan kurang berkembang.
Fungsi bentuk hidung pada jantan ini belum diketahui dengan pasti. Jika
merujuk pada primata lainnya seperti cheek pad pada orangutan, warna perak pada
punggung gorilla atau warna pipi pada madrill, maka bentuk hidung bekantan
adalah tanda dominansi pada kelompoknya. mengibaratkan hidung pada bekantan
jantan dewasa sebagai terompet yang berfungsi untuk mengeraskan suaranya saat
mengeluarkan suara . Suara keras yang dihasilkan oleh bekantan frekuensinya
sangat tinggi, yaitu antara 1,4 6,8 kHz. Suara ini keluar saat melakukan agresi atau
digunakan sebagai alarm calls pada saat terjadi bahaya yang mengancam dalam
kelompoknya Warna rambut didominansi warna merah bata dengan kaki dan
tangan warna abu-abu muda, dahi merah kecoklatan gelap, tengkuk dan pundak
berbeda dengan bagian pipi dan leher, sedangkan wajahnya tak berambut berwarna
coklat kemerah-merahan. Bekantan yang masih bayi memiliki wajah berwarna biru
gelap, kemudian pada umur tiga bulan memudar menjadi abu-abu dan berangsur-
angsur berwarna seperti bekantan dewasa (Napier & Napier, 1967, 1985). Di antara
jari-jari kaki bekantan terdapat selaput yang berguna pada saat berenang atau
mungkin untuk berjalan pada tanah berlumpur di areal mangrove.
4
2.3 Habitat Bekantan
fungsi fisiologi dasar satwa untuk bertahan hidup dan berhabitat bekantan
bervariasi, yaitu di hutan mangrove, rawa gambut, hutan tepi sungai, hutan
Dipterocarpaceae, hutan kerangas, hutan rawa gelam, hutan karet dan hutan bukit
kapur/ Namun demikian, populasi bekantan dinyatakan terancam punah karena
wilayah sebaran yang terbatas, hanya di Borneo, serta tingkat gangguan habitat
yang sangat tinggi karena konversi lahan hutan, perambahan hutan, penebangan
hutan, dan perburuan satwa. Menurut), luas habitat bekantan telah berkurang
sebanyak 40%, yakni dari 29.500 km2 menjadi sekitar 17.700 kmproduksi sampai
menghasilkan keturunan yang menjadi anggota populasi
5
2.5 Reproduksi bekantan
Setiap kali melahirkan dihasilkan seekor anak dari satu induk. Anak-anak ini
dekat dengan induk sampai menjelang dewasa. Perkembangbiakannya yang rendah
dan perburuan oleh manusia membuat populasi binatang ini terus menurun,
ditambah parah oleh penebangan hutan mangrove untuk dijadikan tambak atau
diambil kayunya. Bekantan merupakan binatang endemik yang dilindungi, dan
terancam punah. Masa kehamilan 166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1
(satu) ekor anak. Setelah berumur 4-5 tahun sudah dianggap dewasa. Bekantan
hidup berkelompok/sub kelompok
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau
Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera
yang mempunyai ciri khas hidung Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan
dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik
pulau Kalimantan terutama di daerah terutama di pinggiran hutan dekat sungai,
hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan bakau, rawa, hutan pantai dan
kadang-kadang sampai jauh masuk daerah pedalaman di pulau Borneo
(Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai). Satwa ini dijadikan maskot (fauna
identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29
Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. yang panjang dan besar dengan rambut
berwarna coklat kemerahan.
3.2 Saran
7
DAFTAR PUSTAKA