Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BEKANTAN ( Nasalis larvatus )

DOSEN PEMBIMBING:
Khairul, S.Pi.M.Si

DISUSUN OLEH:
Mellania Indrasvari
01704100015

YAYASAN UNIVERSITAS LABUHANBATU


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP )
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah yang berjudul “BEKANTAN ’’ dapat terselesaikan tepat waktu , yang
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Fisiologi Tumbuhan.

Makalah ini berisi tentang Bekantan dan tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari teman teman memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari teman teman demi
kesempurnaan makalah ini.

Rantauprapat , 18 maret 2019

Mellania Indrasvari

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan penulisan ................................................................................ 2
1.4 Manfaat penulisan .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi bekantan .......................................................................... 3
2.2 Morfologi bekantan ........................................................................... 3
2.3 Habitat bekantan ............................................................................... 5
2.4 Penyebaraannya bekantan ................................................................. 5
2.5 Reproduksinya bekantan ................................................................... 6
2.6 Pemanfaatan bekantan....................................................................... 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 7
3.2 Saran ................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bekantan (Nasalis larvatus) adalah primata yang termasuk dalam family
Cercopithecidae, subfamili Colobinae. Bekantan adalah salah satu satwa
dilindungi endemik Borneo. Penyebaran alaminya hanya terbatas di Pulau
Borneo. Bekantan berstatus satwa dilindungi baik secara nasional maupun
internasional. Secara nasional bekantan dilindungi berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 7 tahun 1999 Pemerintah RI,1999. Secara internasional
bekantan termasuk dalam Appendix I CITES (Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dan sejak tahun 2000
masuk dalam kategori endangered species berdasarkan Red Book IUCN
(International Union for Conservation of Nature and Natural Resources)
Selain itu, sejak tahun 1990 bekantan ditetapkan menjadi maskot fauna
Provinsi Kalimantan Selatan. Negara tetangga kita Malaysia juga melindungi
satwa berekor panjang ini melalui Wild Life Protection Ordinance sejak tahun
1958. Habitat bekantan banyak mengalami kerusakan dan populasinya
mengalami penurunan. Kerusakan habitat lebih cepat terjadi pada habitat
bekantan yang berada di tepi sungai. Hal itu dikarenakan kawasan hutan di tepi
sungai mudah dijangkau dan dialihfungsikan menjadi areal permukiman,
tambak maupun areal pertanian. Luas kawasan yang menjadi habitat bekantan
pada awalnya diperkirakan 29.500 km2, namun, 40% diantaranya sudah
berubah fungsi dan hanya 4,1% saja yang berada di kawasan konservasi.
Kerusakan dan pengurangan habitat bekantan antara lain diakibatkan oleh
penebangan hutan illegal/legal, kebakaran hutan, pertambangan, pertambakan,
pertanian, permukiman dan pencemaran Ancaman lain adalah adanya
perburuan bekantan untuk dimakan dagingnya,

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya dalam makalah ini berupa :
1. Klasifikasi bekantan

2. Mengetahui Habitat , morfologi , Reproduksi , penyebaraan bekantan

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan penulisan ini sejalan dengan rumusan masalah tersebut. Membahas
tentang Bekantan ( Nasalis Larvatus ) , yang dimana untuk menambah ilmu
pengetahuan kita pengenalan serta pengalaman baru terhadap suatu materi
pembelajaran.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat makalah ini adalah menambah ilmu pengetahuan kita
tentang bekantan yang hampir punah di indonesia dengan ini kita dapat belajar
dan menjaga hewan hewann yang hampir punah di indonesia dam menegetahui
tentang bekantan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Bekantan


Bekantan adalah bagian dari monyet dunia lama dari famili Cercopitecinae
dan subfamili Colobinae. Marga bekantan adalah Nasalis. Posisi bekantan dalam
klasifikasi ordo primata dan diantara jenis primata yang ada di Indonesia
Bekantan memiliki klasifikasi seperti berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Famili : Cercopithecidae
Subfamili : Colobinae
Genus : Nasalis
Spesies : Nasalis larvatus

2.2 Morfologi Bekantan

Bekantan adalah jenis dengan ukuran terbesar di antara subfamily Colobinae


dan termasuk sexually dimorphic yaitu memiliki perbedaan yang jelas antara jantan
dan betina. Perbedaan tersebut baik dalam segi ukuran maupun bentuk
morfologinya. Ukuran tubuh, bentuk hidung dan betina Panjang badan-kepala
bekantan jantan adalah 66,0-76,2 cm dengan bobot 16,0 22,5 kg sedangkan betina
memiliki panjang 53,3-60,9 cm dengan bobot 7,0-11,0 kg dan panjang ekor 55,9-
76,2 cm (Nowak, 1999). Ekornya yang panjang, sekitar setengah dari panjang
kepala dan badan berfungsi untuk menjaga keseimbangan bekantan saat bergerak
atau saat diam beristirahat di atas cabang pohon. Bekantan juga memiliki morfologi
khusus pada hidungnya, seperti jenis leaf-monkeys lainnya di Asia (marga
Pygathrix, Rhinopithecus da Simias), sehingga kelompok ini disebut juga odd-
nosed leaf-monkeys Morfologi hidung yang khas pada bekantan yaitu

3
pada jantan dewasa memiliki hidung yang panjang, menonjol dan menggantung
melewati mulut, sedangkan pada betina lebih mancung dan kurang berkembang.

Fungsi bentuk hidung pada jantan ini belum diketahui dengan pasti. Jika
merujuk pada primata lainnya seperti cheek pad pada orangutan, warna perak pada
punggung gorilla atau warna pipi pada madrill, maka bentuk hidung bekantan
adalah tanda dominansi pada kelompoknya. mengibaratkan hidung pada bekantan
jantan dewasa sebagai terompet yang berfungsi untuk mengeraskan suaranya saat
mengeluarkan suara . Suara keras yang dihasilkan oleh bekantan frekuensinya
sangat tinggi, yaitu antara 1,4 6,8 kHz. Suara ini keluar saat melakukan agresi atau
digunakan sebagai alarm calls pada saat terjadi bahaya yang mengancam dalam
kelompoknya Warna rambut didominansi warna merah bata dengan kaki dan
tangan warna abu-abu muda, dahi merah kecoklatan gelap, tengkuk dan pundak
berbeda dengan bagian pipi dan leher, sedangkan wajahnya tak berambut berwarna
coklat kemerah-merahan. Bekantan yang masih bayi memiliki wajah berwarna biru
gelap, kemudian pada umur tiga bulan memudar menjadi abu-abu dan berangsur-
angsur berwarna seperti bekantan dewasa (Napier & Napier, 1967, 1985). Di antara
jari-jari kaki bekantan terdapat selaput yang berguna pada saat berenang atau
mungkin untuk berjalan pada tanah berlumpur di areal mangrove.

Bekantan juga memiliki bantalan duduk (ischial callosities) yang keras.


Bantalan duduk adalah adaptasi bekantan untuk duduk dalam waktu lama terutama
untuk mempertahankan postur tubuhnya saat tidur dengan posisi duduk di cabang
pohon. Susunan gigi bekantan sama seperti pada umumnya monyet dunia baru, kera
dan manusia yaitu terdiri dari incisors, canines, premolar, dan molar dengan rumus
struktur gigi Berdasarkan ciri organ genitalnya, bekantan jantan memiliki kelamin
berwarna merah dengan scrotum berwarna hitam. Pada betina terjadi sexual
swelling berwarna merah muda Sexual swelling adalah pembengkakan pada sekitar
organ genital betina selama terjadi estrus dimana, pembengkakan maksimal terjadi
pada saat terjadi ovulasi

4
2.3 Habitat Bekantan

Habitat merupakan kombinasi komunitas biotik dan lingkungan abiotik yang


mencakup serangkaian kondisi yang menentukan suatu spesies dapat hidup dan
bereproduksi. Pemilihan habitat oleh bekantan dipengaruhi oleh distribusi, ukuran,
dan ketersediaan sumber pakan, sedangkan distribusi dan reproduksi suatu spesies
dipengaruhi kondisi lingkungan abiotik seperti suhu dan curah hujan. Akibatnya
kondisi populasi yang menempati suatu habitat bergantung pada kondisi
perkembangan habitat Ketersediaan pakan, cover, air dan komponen habitat
dibutuhkan untuk memelihara

fungsi fisiologi dasar satwa untuk bertahan hidup dan berhabitat bekantan
bervariasi, yaitu di hutan mangrove, rawa gambut, hutan tepi sungai, hutan
Dipterocarpaceae, hutan kerangas, hutan rawa gelam, hutan karet dan hutan bukit
kapur/ Namun demikian, populasi bekantan dinyatakan terancam punah karena
wilayah sebaran yang terbatas, hanya di Borneo, serta tingkat gangguan habitat
yang sangat tinggi karena konversi lahan hutan, perambahan hutan, penebangan
hutan, dan perburuan satwa. Menurut), luas habitat bekantan telah berkurang
sebanyak 40%, yakni dari 29.500 km2 menjadi sekitar 17.700 kmproduksi sampai
menghasilkan keturunan yang menjadi anggota populasi

2.4 Penyebarann Bekantan

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 15 lokasi perjumpaan bekantan dan


dua lokasi berdasarkan informasi masyarakat . Penelitian ini menunjukkan hasil
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan hasil pengamatan langsung Yasuma
(1994) yang melaporkan sebanyak 6 lokasi perjumpaan bekantan di Sungai Sepaku,
2 lokasi di Sungai Pemaluan, 3 lokasi di Sungai Wain dan 2 lokasi di Sungai
Somber, sedangkan 7 lokasi berdasarkan informasi masyarakat. Lhota (2010)
memperkirakan populasi bekantan di teluk Balikpapan sebanyak 1.400 ekor.
Sedangkan berdasarkan Analisis PVA (Population viability analysis) menggunakan
program Vortexv 9.95 menunjukkan bahwa populasi bekantan di Teluk Balikpapan
diperkirakan akan punah dalam kurun waktu 14 tahun

5
2.5 Reproduksi bekantan

Bekantan betina dapat memproduksi individu baru setiap tahun .Bekantan


melakukan perkawinan dari Februari sampai November .Jumlah individu baru yang
dihaslkan 1 (rata-rata) .Massa kelahiran 490 gram (rata-rata) Umur kemampuan
untuk bereproduksi (betina) 1460 hari (rata-rata) Umur kemampuan untuk
bereproduksi (jantan) 7 tahun (rata-rata) .

Setiap kali melahirkan dihasilkan seekor anak dari satu induk. Anak-anak ini
dekat dengan induk sampai menjelang dewasa. Perkembangbiakannya yang rendah
dan perburuan oleh manusia membuat populasi binatang ini terus menurun,
ditambah parah oleh penebangan hutan mangrove untuk dijadikan tambak atau
diambil kayunya. Bekantan merupakan binatang endemik yang dilindungi, dan
terancam punah. Masa kehamilan 166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1
(satu) ekor anak. Setelah berumur 4-5 tahun sudah dianggap dewasa. Bekantan
hidup berkelompok/sub kelompok

2.6 Pemanfaatan bekantan

Bekantan memiliki pemanfaatan terhadap lingkungan disekitrnya terutam


sebagai seed disperser dalam meregenerasi tanaman , sebagai sumber pembelajraan
, sebagai maskot sebuah kota yamg ada di indonesia , sebagai lokasi pariwisata
karena populasi bekantan semakin menurun

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau
Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera
yang mempunyai ciri khas hidung Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan
dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik
pulau Kalimantan terutama di daerah terutama di pinggiran hutan dekat sungai,
hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan bakau, rawa, hutan pantai dan
kadang-kadang sampai jauh masuk daerah pedalaman di pulau Borneo
(Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai). Satwa ini dijadikan maskot (fauna
identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29
Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. yang panjang dan besar dengan rambut
berwarna coklat kemerahan.

3.2 Saran

Dalam makalah ini hanya membahas tentang kehidupan bekantan masih


banyak hal lain yang perlu dibahas mengenai pokok pembahasan bekantan ..
Sehinnga pengetahuan kita dapat pertambah dan bersifat mendidik. Penulis
mengharapkan adanya kritikan yang membangun untuk makalah ini agar dapat
lebih baik lagi dalam membuat suatu makalah untuk kedepannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Bismark,M.1994. Analisis populasi Bekantan( nasalis larvatus ).Insitut Pertanian


Bogor.Bogor

Ginting,F.2009.Karateristik habitat dan wilayah jelajah bekantan ( Nasalis


larvatus) kalimantan barat. Skripsi S-1.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Supriatna,J dan edy,H.2000.Panduan lapangan primata indonesia. Yayasan obor


Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai