Anda di halaman 1dari 5

PEMANFAATAN BULU BABI DALAM BENTUK MAKANAN BRONIS SEBAGAI

PENJAGA SISTEM IMUNITAS ( Kekebalan )

Ilham Habibullah

1913511061

Program Studi Ilmu Kelautan

Universitas Udayana

habibullahilham481@gmail.com

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Echinodermata merupakan salah satu biota yang berasosiasi kuat dengan ekosistem padang
lamun dan berperan dalam siklus rantai makanan di ekosistem tersebut. Tingginya tutupan
vegetasi lamun di perairan memungkinkan kehadiran berbagai biota yang berasosiasi dengan
ekosistem padang lamun termasuk bulu babi untuk mencari makan, tempat hidup, memijah dan
tempat berlindung untuk menghindari predator (Supono dan Arbi, 2010: 331).

Bulu babi merupakan kelompok hewan


lunak bercangkang dan termasuk dalam filum
Echinodermata serta tidak memiliki tulang
belakang (Avertebrata) (Radjab dkk, 2010).

Hewan yang memiliki nama internasional sea urchin atau


edible sea urchin ini tidak mempunyai lengan.
Tubuhnya umumnya berbentuk seperti bola
dengan cangkang yang keras berkapur dan
dipenuhi duri-duri (Nontji, 2005).

Bulu babi tersebar di hampir semua zone lautan. Hewan dalam filum Echinodermata ini sangat
beragam. Diketahui ada sekitar 800 spesies bulu babi di dunia. Di Perairan Indo-Malaya
(Perairan Indonesia, Malaysia, Filipina, sebagian wilayah Australia Utara) diketahui berjumlah
sekitar 316 spesies (Clark & Rowe, 1971).

Bulu babi hidup di ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga) dan lamun. Bulu babi
ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan merupakan penghuni sejati laut
dengan batas toleransi salinitas antara 30-34 ‰ (Aziz, 1995).
Bulu babi umumnya hewan nocturnal atau aktif di malam hari, sepanjang siang mereka
bersembunyi di celah-celah karang dan keluar pada malam hari untuk mencari makanan
(Zakaria, 2013: 384).

Bulu babi dewasa mempunyai lima sisi simetri radial, berulit keras dan plat berkapur disebut test.
Bulu babi mempunyai badan berbentuk bulat dan tulang belakang yang panjang menyebar dari
badan. Tulang belakang digunakan untuk perlindungan, bergerak dan mengapung mengerat
ganggang untuk makanan. Makanan bulu babi sebagian besar adalah ganggang, tetapi dapat juga
hidup dengan cakupan luas dari hewan tak bertulang belakang seperti kupang, spons (bunga
karang), bintang rapuh dan crinoids. Bulu babi akan merusak lingkungan jika tanpa makroalgae
dan asosiasi fauna. Bulu babi merupakan spesies kunci bagi ekosistem terumbu karang.
Menurunnya populasi bulu babi diduga akan menyebabkan matinya terumbu karang populasi
makroalgae akan meningkat dengan drastis sehingga makroalgae akan mendominasi menutupi
karang.

Bulu babi sangat berperan dalam keseimbangan ekosistem habitatnya. Seperti peran Diadema
antillarum bagi terumbu karang diantaranya yaitu, peningkatan jumlah populasi jenis ini
mengakibatkan kematian larva atau karang muda. Bila populasinya turun (absence grazing)
karang akan ditumbuhi oleh alga yang dapat berakibat pada kematian karang dewasa dan tidak
adanya tempat bagi larva karang.

Kehadiran populasi jenis Diadema antillarum penting bagi terumbu karang sebagai
penyeimbang. Keseimbangan populasi ini akan menjaga keseimbangan populasi alga dan karang.
Sedangkan kematian massal Diadema antillarum berdampak pada penurunan drastis tutupan
karang, menurunnya kehadiran Invertebrata yang biasanya menetap di wilayah ini. Selain itu,
terumbu karang dapat didominasi oleh alga. Pada tahun 1995 ternyata ditemukan bahwa populasi
Diadema antillarum yang sangat sedikit (pemulihannya membutuhkan waktu lebih dari 10
tahun). Hilangnya induk menyebabkan jumlah larva juga sangat kurang. Meski telah mulai ada
pemulihan Diadema, namun belum dapat diketahui apakah akan dapat mengembalikan terumbu
karang yang hilang.

Tubuh bulu babi memiliki bentuk setengah bulat dan terlindung oleh suatu struktur berupa
cangkang dan duri yang bervariasi. Didalam cangkang terdapat beberapa organ termasukorgan
reproduksi berupa gonad yang dapatdikonsumsi. Secara umum variasi tersebut dianggap sebagai
respon tiap individu terhadapfluktuasi lingkungan lokal, ketersediaan makanan, dan faktor
lingkungan perairan lainnya.

Kerangka luarnya mengandung zat kapur dan mempunyai duri yang banyak. Duri-duri tersebut
hampa dan mudah patah (retak) serta mempunyai lubang sendi yang cekung padadasarnya.
Biasanya ujung duri-duri itu bulat atau runcing dan mempunyai zat perangsang atau bisa. Bentuk
duri dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan hidupnya (Suwignyo dkk, 2005) .

PEMANAFAATAN BULU BABI


Pemanfaatan gonad bulu babi sebagai bahan makanan di Indonesia sebenarnya sudah dilakukan
sejak lama. Biasanya dikonsumsi segar atau dalam keadaan yang sudah dimasak misalnya
digoreng, dibakar, dan dikukus (Chasanah dan Andamari,1997).

Masyarakat Jepang sangat mengemari produk bulu babi terutama telur atau gonadnya. Telur bulu
babi terasa lembut dan lezat serta mempunyai nilai gizi yang tinggi. Produk ini dikenal dengan
“uni” mempunyai harga jual yang sangat mahal. Untuk satu kilogram uni harganya berkisar
antara 50 sampai 500 US dolar, yang dinilai dari kualitas telur, terutama warna dan tektur. Bulu
babi tidak hanya disukai oleh masyarakat Jepang, juga dikonsumsi oleh masyarakat yang tinggal
di California Amerika Serikat, Chili, Rusia, Kanada dan Korea Selatan.

Bulu babi memiliki beragam manfaat.Sebagian memiliki manfaat sebagai bahan pangan, ekologi,
ekonomi dan sifat racun. Sebagian lain telah dimanfaatkan sebagai organisme model, hewan hias
dan digunakan dalam bidang kesehatan terutama untuk pengobatan penyakit pada manusia.
Bahkan beberapa ahli biologi, biokimia, biologi molekul, lingkungan telah memanfaatkan bulu
babi untuk berbagai kepentingan.

Bulu babi memiliki gonad yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Gonad tersebut
terdapat dalam cangkang bulu babi jantan dan betina dengan ukuran panjang dapat mencapai 2
inci dan lebar satu inci. Di dalam gonadtersebut terdapat sel-sel makanan.

Oleh sebab itu dilakukan penelitian struktur dan komposisi, yang merupakan informasi awal
untuk melakukan pembudidayaan. Sebab, jika bulu babi dimanfaatkan secara ekonomis dan
berkelanjutan tanpa adanya upaya pembudidayaan, kelestariannya di perairanakan terganggu.
Terganggunya kelestarianbulu babi yang merupakan salah satu bagian rantai makanan di
perairan pantai, terutama di ekosistem terumbu karang, otomatis akan menggangu keseimbangan
ekosistem tersebut.

BROWNIS

Brownies merupakan salah satu jenis cake yang berwarna cokelat kehitaman. Brownies
mempunyai tekstur lebih keras dari pada cake, karena brownies tidak membutuhkan
pengembangan gluten. Struktur brownies sama seperti cake, yaitu ketika dipotong terlihat
keseragaman tekstur, berwarna menarik dan jika dimakan terasa lembut (Sunaryo; 1985)

Bahan utama pembuatan brownies yang sudah umum adalah dengan menggunakan tepung
terigu, namun tepung terigu adalah produk impor karena budidayanya di Indonesia
belum begitu berkembang. Permasalahan ini sebenarnya dapat ditekan dengan memanfaatkan
komoditi pangan lokal sebagai bahan baku yang bernilai gizi dengan harga yang relatif murah,
dapat menghasilkan produk baru yang bernilai ekonomis, dan bergizi. Oleh karena itu,
perlu adanya pemanfaatan sumber daya lokal dari dalam negeri, salah satunya adalah dengan
memanfaatkan ubi kayu sebagai bahan baku dalam pembuatan brownies (Sunarto; 2002).

Salah satu makanan yang sedang digemari oleh masyarakat adalah aneka jenis kue, hal ini
dikarenakan oleh banyak variasi kue dan roti yang sudah beredar di berbagai toko penjual aneka
macam kue dan roti. Salah satu jenis kue yang paling banyak diminati oleh masyarakat dan
mudah ditemui adalah kue brownies. Brownies merupakan kue yang berbahan dasar coklat yang
telah banyak beredar dan dijual di berbagai toko kue dan roti karena digemari oleh banyak orang.
Brownies biasanya terbuat dari campuran bahan adonan seperti tepung terigu, cokelat masak,
cokelat bubuk, telur, dan gula. Brownies merupakan kue bolu cokelat yang tidak diberi bahan
pengembang atau baking powder dan dibuat dengan proses pemanggangan. Salah satu bahan
Brownies adalah tepung terigu yang merupakan salah satu bahan dasar untuk pembuatan kue dan
roti. Pada jaman sekarang terdapat aneka macam kue dan roti dengan bahan pengganti tepung
terigu, seperti tepung ubi merah, tepung kacang, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A.1995. Beherapa Catatan Mengenai Fauna Echinodermata di Lombok. Pengembangan


dan Manfaat Potensi Kelautan, Potensi Biota, Teknik Budidaya dan Kualitas Perairan.
Oseanologi LIPI Jakarta.

Chasanah E, Andamari R. 1997. Komposisi kimia, profi l asam lemak, dan asam amino gonad
bulu babi Tripneustes gratilla dan Salmacis sp. dan potensi pengembangannya. Prosiding
Seminar Kelautan LIPI-UNHAS ke-1. Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi-
LIPI: 269-274.

Clark, A.M. and Rowe, F.W. 1971. Shallow Water Indo-West Pacific Echinoerms. Publication
No. 690. Trusteas of the British Museum Natural History, London.

Rahman, M.A., A. Arshad dan F.Md Yusoff. 2014. Sea Urchins (Echinodermata: Echinoidea):
Their Biology, Culture dnd Bioactive Compounds. International Conference on Agricultural,
Ecological and Medical Sciences (AEMS-2014) July 3-4 2014 London (United Kingdom).

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta :Penerbit Djambatan. Jakarta. Hal. 201 - 209.

Radjab, A.W., Khouw, A.S., Mosse, J.W., Uneputty, P.A. 2010. Pengaruh Pemberian Pakan
Terhadap Pertumbuhan dan Reproduksi Bulu Babi (Tripneustes gratilla L) di Laboratorium.

Sunarto.2002. Membuat Kerupuk Singong dan Keripik Kedelai. Yogjakarta : Penerbit Kanisius.

Sunaryo, E.1985. Pengelolaan Produk Serealia dan Biji – Bijian. Bogor : Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Supono dan U.Y. Arbi. 2010. Jenis-jenis Ekinodermata di Padang Lamun Perairan Kema,
Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 36(3): 329-341.

Suwignyo S., Bambang, W., Yusli, W dan Majariana, K. 2005. Avertebrata Air Jilid 2. Penebar
Swadaya Jakarta

Zakaria, I.J. 2013. Komunitas Bulu Babi (Echinoidea) di Pulau Cingkuak, Pulau Sikuai dan
Pulau Setan Sumatera Barat. Prosiding SEMIRATA FMIPA Universitas Lampung. Lampung.

Anda mungkin juga menyukai