BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada dua jenis belut yang umum dikenal di Indonesia, yaitu belut sawah
merupakan binatang melata yang termasuk bangsa ikan dan bukan sejenis ular
(Sundoro, 2003). Belut merupakan hewan air yang tidak bersirip, bentuk
badannya bulat memanjang dan berlendir banyak sehingga sulit di tangkap. Belut
sawah memiliki mata kecil dan sipit, bermulut kecil seperti lipatan kulit, serta
bergigi halus dan runcing. Belut berjalan dengan mengesotkan badan serasa
berikut:
Phylum : Chordata
Classis : Pisces
Subclassis : Teleostei
Ordo : Synbranchoidea
Familia : Synbranchidae
Genus : Monopterus
Synbranchidae yaitu ikan-ikan yang tidak mempunyai sirip atau rongga untuk
bergerak. Tubuhnya panjang mirip ular, tetapi belut tidak memiliki sisik, kulitnya
licin mengeluarkan lendir. Belut mampu hidup di lumpur dan di air keruh.
Kemampuan ini didapat karena belut memiliki alat pernapasan tambahan berupa
kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulutnya. Alat ini berfungsi
oksigen dari dalam air. Kebiasaan menghirup langsung dari udara tampak ketika
tropis seperti India, China bagian utara, Malaysia, dan Indonesia. Belut dapat
melakukan survai lokasi. Setelah lokasi dirasa cocok, barulah di bangun kolam
pembudidayaan. Lokasi yang cocok untuk budidaya belut adalah lokasi yang
dekat dengan sumber air. Kolam pembesaran harus di beri media pemeliharaan.
Media ini merupakan tempat hidup belut, yang tersusun dari campuran tanah
sawah ataupun lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk
cincangan batang pisang, serta pupuk urea, dan NPK (Warisno, 2010).
Walaupun demikian, belut juga bisa hidup di air bening tanpa adanya
lumpur. Hal ini memungkinkan belut untuk hidup di air bening, tetapi
terlindungi serta selalu terpenuhi kebutuhan nutrisinya. Selain itu, bisa dilakukan
dengan menjaga suhu dan derajat keasaman air selalu sesuai dengan yang
dapat menggunakan pelepah pisang, dan eceng gondok agar menciptakan rasa
nyaman bagi belut. Hal inilah yang mendasari pemikiran untuk membudidayakan
belut di air bening atau tanpa ada unsur lumpur di dalam medianya (Junariyata,
2012).
aklimatisasi selama kurang lebih 2 minggu, yakni dengan cara menempatkan bibit
belut di media air berlumpur. Selanjutnya, sedikit demi sedikit media diubah
komposisinya sehingga semakin lama semakin bening dan pada akhirnya media
menjadi air bening secara keseluruhan. Setelah kurang lebih 2 minggu di media
karantina dan bibit belut sudah terbiasa hidup di air bening tanpa lumpur, hal yang
perlu dilakukan adalah menyiapkan media pemeliharaan berupa air bersih. Hal ini
karena kualitas air sangat menentukan kehidupan belut hingga masa pemanenan.
Untuk mengetahui kualitas air dalam kondisi baik, dapat dilihat dari warnanya
yang jernih (bening) dan tidak berbau. Air bersih tersebut bisa didapatkan dari air
pembesaran sebaiknya tidak langsung di isi penuh dengan air, tetapi cukup di isi
kira-kira setinggi satu telapak tangan terlebih dahulu, kemudian baru ditambah
lagi setelah bibit belut dimasukkan (kurang lebih 5 cm dari tinggi tumpukan
belut).
cangkang keemasan yang dianggap sebagai salah satu hama dalam produksi padi.
Keong mas disebut hama karena dapat merusak langsung terhadap batang padi.
Keong mas dapat merusak padi muda, sedangkan padi tua tidak dirusak. Keong
mas merusak tanaman padi pada waktu mulai berkecambah sampai umur 30-35
hari, dengan tingkat kerusakan dapat mencapai 100% (Susanto, 1995). Keong mas
keong-keong jenis lain yang hidup pada habitat yang sama. Keong mas dewasa
memiliki cangkang berwarna coklat dan daging berwarna putih krem hingga
makanan. Makanan keong mas umumnya berupa tanaman yang masih muda dan
lunak, misalnya bibit padi, sayuran, dan eceng gondok (Departemen Pertanian,
2001).
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Familia : Ampullaridae
Genus : Pomacea
Sulawesi, Kalimantan, Bali, Lombok, dan Irian Jaya. Keong mas senang hidup
tidak memiliki tulang belakang atau avertebrata (Simanjuntak dan Waluyo, 1982).
Hewan ini digolongkan kedalam filum Annelida karena seluruh tubuhnya tersusun
atas beberapa segmen (ruas) yang berbentuk seperti cincin. Pada setiap segmen
tubuhnya terdapat rambut yang keras dan berukuran pendek yang disebut chaeta
(seta). Jumlah segmen dan seta ini menjadi tanda pada masing-masing jenis
sebutan cacing kalung, cacing merah, dan cacing koot yang termasuk dalam genus
Pheretima. Cacing tanah merupakan hewan asli dari Asia Tenggara yang
Phylum : Annelida
Classis : Chaetopoda
Ordo : Oligochaeta
Familia : Megascolecidae
Genus : Pheretima
mempunyai kadar protein yang sangat tinggi yaitu mencapai 50-78% dari bobot
kering, dihitung dari jumlah nitrogen di dalamnya. Persentase ini lebih tinggi
daripada protein yang terdapat dalam daging ternak seperti sapi, kerbau, dan
kambing yang hanya sebesar 60%, ataupun telur, ikan, dan kacang kedelai yang
Cacing tanah sangat sensitif terhadap panas dan akan mati jika
dimasukkan ke dalam air hangat atau panas. Cacing tanah tidak memiliki hidung,
melalui kulit. Anus terdapat pada ujung posterior (Simanjuntak dan Waluyo,
1982).
tanah jenis Pheretima dengan jenis cacing tanah lainnya dapat dilakukan dengan
klitelum (penebalan pada kulit dan warna yang berbeda dari tubuhnya, biasanya
lebih pucat), letak seta, banyaknya seta, dan segmen, serta dapat dilihat dari
sampai 150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14 sampai 16. Tubuhnya
berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Beberapa cacing
tanah yang termasuk jenis ini antara lain cacing kalung, cacing merah, dan cacing
koot.
ukuran, dan aktifitas ikan, serta faktor lingkungan seperti suhu dan kadar oksigen
pakan ikan yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air. Mineral
protein digunakan sebagai sumber energi, sedangkan mineral dan vitamin yang
larut dalam air berfungsi sebagai ko-enzim pada sistem biokimia (Suhartono,
1985).
tubuh. Jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit, tapi bila kekurangan dapat
vitamin-vitamin dalam dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam lemak
(vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin yang larut dalam air (vitamin kompleks B
dan vitamin C). Fungsi vitamin bagi ikan untuk pertumbuhan normal
keseimbangan osmosis dan ketegangan sel. Makanan alami biasanya telah cukup
adalah Natrium (Na), Kapur (Ca), dan Klor (Kl), sedangkan untuk proses
asmoregulasi diperlukan juga mineral seperti Boron (Bo), Alumunium (Al), Seng
Protein (zat putih telur) sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk
sumber tenaga yang paling utama. Pada umumnya ikan membutuhkan protein
lebih banyak dari pada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan hewan
menyusui). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh terhadap jumlah
kebutuhan protein. Seperti halnya belut atau bisa dikatakan ikan pemakan daging
antara 30-36%. Apabila protein dalam makanan kurang dari 6% (berat basah),
maka ikannya tidak dapat tumbuh. Dengan sendirinya jumlah kebutuhan tersebut
Air merupakan media kehidupan ikan, kandungan air dalam pakan ikan
1999).
Tepung ikan merupakan salah satu bahan pembuatan pakan ikan terutama
dalam bentuk pelet. Untuk menunjang pertumbuhan ikan, maka dalam pakan ikan
harus tersedia kandungan zat-zat gizi terutama protein dan sumber energi lainnya
Tepung ikan biasa digunakan sebagai sumber protein hewani pada pelet.
Protein merupakan sumber energi utama bagi ikan. Selain digunakan sebagai
komponen pakan ikan, tepung ikan juga digunakan sebagai komponen pakan bagi
ternak. Tepung ikan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan biskuit
(Priyono, 2009).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membuat tepung ikan
dari ikan segar. Cara yang paling sederhana yaitu dilakukan penjemuran dibawah
sinar matahari. Metode ini di beberapa wilayah masih digunakan dengan kualitas
Komponen biaya pakan mencapai 60-80% dari biaya produksi. Jika dalam
buatan pabrik selalu mengalami kenaikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya
membuat pakan ikan sendiri. Dengan memanfaatkan bahan baku dari alam yaitu
keong mas dan cacing tanah akan dapat mengurangi biaya pakan.
pemakan daging (karnivora), (3) pemakan segala atau campuran (omnivora), (4)
(Mudjiman, 1999). Selain itu jenis pakan alami ikan yang berasal dari golongan
tergolong invertebrata anatara lain adalah copepoda, cladocera, larva insekta air,
sedangkan yang tergolong vertebrata adalah anak ikan, kecebong, dan hewan dari
budidaya belut dalam bak mendapatkan bahwa jenis pakan alami yang tersedia
Cilliata.
hewan yang aktif mencari makan pada malam hari. Belut sawah membuat lubang
untuk berlindung dan bersembunyi serta mencari makan. Belut pada dasarnya
bersifat karnivora. Pada saat masih kecil, belut memangsa jenis renik
beberapa faktor, antara lain kualitas dan kuantitas pakan. Produksi ikan dapat
meningkat tiga kali lipat jika diberikan pakan buatan. Pakan minimal harus
budidaya ikan terutama pakan dilakukan dengan menggunakan bahan baku pakan
yang murah dan mudah didapatkan, salah satunya adalah keong mas dan cacing
2.7. Pertumbuhan
berat, panjang maupun volume tubuh dalam interval waktu tertentu dan setiap
spesies mempunyai ciri-ciri yang berlainan. Bentuk tubuh ikan dari satu spesies
dengan spesies lain pada umumnya berbeda dan pertumbuhannya lebih variabel
dan fleksibel dibanding dengan hewan lain. Menurut Effendi (1979), pertumbuhan
didefinisikan sebagai suatu ukuran, dapat berupa panjang atau berat dalam kurun
waktu tertentu.
banyak dari pada yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuh dan untuk mengganti
sel-sel yang rusak (Djadjasewaka, 1990). Menurut Effendi (1979) terdapat faktor
tersedia, faktor kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta kematangan gonad.
spesies lain. Brown (1980) mengatakan bahwa pertumbuhan bobot ikan hanya
terjadi bila makanan yang dikonsumsi lebih banyak dari kebutuhan dasar untuk
rusak. Setelah itu kelebihan pakan yang masih tersisa digunakan untuk
pertumbuhan (Asmawi, 1983). Seperti halnya organisme lain, ikan maupun belut
mengetahui besarnya kenaikan berat basah tubuh ikan dengan pakan yang
dikonsumsi sebanyak satu gram. Nilai efisiensi pakan digunakan sebagai indikator
untuk menentukan efektivitas pakan yang dikonsumsi oleh ikan (Zonneveld et al.,
1991).
pakan yang dikonsumsi (Watanabe et al., 2001). Jika efisiensi pakan rendah maka
laju pertumbuhan ikan akan rendah pula. Efisiensi pakan untuk pertumbuhan
dipengaruhi oleh daya cerna pakan, jenis, dan jumlah pakan yang dikonsumsi
serta laju pencernaan dan penyerapan zat makanan dan frekuensi pemberian pakan
pakan pada ikan berarti bahwa pakan yang diberikan digunakan dengan baik
dalam tubuh ikan. Semakin besar nilai efisiensi pakan maka semakin bagus
2.9. Sintasan
hewan peliharaan dari sekian populasi dalam waktu tertentu. Faktor yang
mempengaruhi sintasan ikan adalah kondisi lingkungan yang baru, stress, dan
adanya bibit penyakit yang timbul, sedangkan faktor dari dalam tubuh ikan adalah
kemampuan ikan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan umur ikan
mortalitas. Faktor dari dalam tubuh ikan dapat mempengaruhi mortalitas yaitu
kemampuan ikan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan umur ikan
pertumbuhan makhluk hidup di air. Untuk dapat menjadi lingkungan yang baik
bagi hewan dan tumbuhan air harus memenuhi persyaratan tertentu antara lain;
mengandung oksigen terlarut yang layak untuk kehidupan organisme, suhu yang
optimum, dan bebas dari bahan buangan yang dapat menurunkan kualitas
perairan. Air untuk kehidupan ikan dipengaruhi beberapa aspek fisik, kimia dan
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh
Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah
air yang harus bersih dan kaya akan oksigen terutama untuk benih yang masih
kecil yaitu ukuran 1-2 cm, sedangkan untuk perkembangan belut dewasa tidak
memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang bersih (Wardoyo, 1978).
tetap licin sehingga dapat membantu gerak belut dan menjadi sarana melepaskan
terutama akan meningkatkan derajat keasaman atau pH air. Untuk itu, kualitas air
khusus, tetapi idealnya air yang digunakan sebagai media pembesaran belut tanpa
lumpur harus jernih, memiliki suhu antara 25-28 0C, tidak mengandung bahan
kimia berbahaya, serta kandungan pH-nya tidak lebih dari 7. Bila pH air melebihi
(Junariyata, 2012).
adalah karakteristik sifat fisika dan kimia air. Karakteristik fisika dan kimia air ini
sangat mendasar dan sangat berpengaruh pada ikan. Adapun karakteristik tersebut
terlarut, oksigen terlarut (O2), kandungan nitrogen, gas lain, material biologi, dan