Anda di halaman 1dari 12

Volume: 02 No.1.

Juni , 2022
P-ISSN: 2089-5461 E-ISSN: 2807-3207

Pelecypoda And Gastropoda Inventory The Kenagarian Taram


Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota

Nurlaila Sitepu 1,
STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh
e-mail: lailastp1971@gmail.com

Abstract
Kenagarian Taram have ecosistems that are suitable for the habitat or places to live
different kinds of animals especially Mollusca, because for their paddy fields and
streams and various other supporting factors. During this time the community
kenagarian Taram been utilizing various of Mollusca for food. This Study aims to
determine the types of Mollusca found in Kenagarian Taram Kecamatan Harau
Kabupaten Lima Puluh Kota. This research has been conducted in Kenagarian
Taram Harau districts of Kota District Fifty April to June 2022. The research is a
qualitative descriptive method direct survey, which gives an overview of the types of
Mollusca di Kenagarian Taram. The informants are some farmers in the Kecamatan
Harau Kenagarian Taram Kabupaten Lima Puluh Kota. How sampling is done by
random sampling.
The results of this study are found 10 species of molluscs which consists of two
classes, namely classes and class Gastropoda Pelecypoda. Which in class
Pelecypoda consists of two species consisting of Corbicula sumatrana and Anadonta
sp, and the Gastropodaclass consists of 8 species consisting of Achatinafullica,
Viviparus sp, Pomacea canoliculata, Melanoides granifera, Thiara scabra,
Melanoides tuberculata, Subulina octona, Gyraulus crista
Keywords: Pelecypoda And Gastropoda, Inventory, Lima Puluh Kota

Latar Belakang

Kingdom Animalia dibagimenjadi dua, yaitu: Vertebrata dan Invertebrata. Hewan vertebrata

mempunyai tulang belakang. Sedangkan hewan invertebrata merupakan makhluk yang tidak

mempunyai tulang belakang, beranggotakan jenis hewan yang terbanyak, yaitu kira-kira 95%

dari seluruh jumlah spesies hewan yang ada di dunia.

Phylum Mollusca merupakan salah satu hewan invertebrata.Phylum Mollusca dikenal juga

dengan sebutan hewan lunak, ialah hewan yang berdaging dan tidak bertulang, ada yang

dilindungi oleh cangkang dan ada pula yang tidak bercangkang. Cangkang pada Mollusca
berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat kapur misalnya pada kerang

(Disambiguasi), tiram (Pinctada margaritifera), siput sawah (Viviparus sp) dan bekicot

(Achatina fulica). Namun, ada pula Mollusca yang tidak memiliki cangkang, seperti cumi-cumi

(Teuthida), sotong (Sepiida), gurita (Octopoda) atau siput telanjang (Vaginula). Mollusca

memiliki struktur berotot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk setiap

kelasnya (Rusyana, 2011:86).

Sistem klasifikasi modern, Mollusca dibedakan menjadi lima kelas, yakni Amphineura,

Gastropoda, Scaphopoda, Cephalopoda, (Bivalvia) Pelecypoda. Pembagian ini didasarkan pada

ciri morfologi, struktur tubuh, anatomi dan fisiologi dari hewan-hewan tersebut. Masing-masing

kelas tersebut memiliki ciri tersendiri yang sangat khas dan berbeda dengan kelas-kelas yang

lain.Kelas Gastropoda dan Pelecypodamerupakan dua kelas terbesar dari Mollusca. Bermacam-

macam Gastropodadan Pelecypodamulai dari yang berukuran besar sampai yang berukuran kecil,

menempati sungai dan sawah dengan bermacam-macam jenis dari berbagai vegetasi akuatik dan

suspensi pada lumpur.Perbedaan antara siput dengan kerang yaitu cangkang kerang ini terdiri

dari dua belahan, sedangkan cangkang siput berbentuk kerucut yang melingkar. Perbedaan

lainnya, kaki siput tipis dan rata. Fungsinya adalah untuk berjalan dengan cara kontraksi otot.

Lain hal dengan kerang yang mempunyai kaki seperti mata kapak yang dipergunakan untuk

berjalan di lumpur atau pasir. Berdasarkan hasil survey awal pada tanggal 15 April 2016 di

daerah Kenagarian Taram membuktikan bahwa di Kenagarian Taram hidup beberapa dari kelas

Gastropoda (siput), Pelecypoda (kerang), karena daerah tersebut merupakan habitat yang bagus

untuk Gastropodadan Pelecypoda. Daerah tersebut merupakan daerah yang kaya perairan dan

persawahan sehingga cocok untuk habitat hidup siput. Berdasarkan survey dengan masyarakat

setempat, juga diketahui bahwa, masyarakat belum mengetahui jenis-jenis kelas Gastropoda dan

Pelecypoda yang ada di daerah Kenagarian Taram, Masyarakat di daerah ini hanya mengenal

mollusca dengan sebutan siput saja, sedangkan di daerah ini banyak terdapat jenis-jenis spesies

Mollusca lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat setempat.

Berdasarkan masalah di atas maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul Inventarisasi

Jenis-jenis Kelas Gastropoda dan Pelecypoda yang ada Di kenagarian Taram Kecamatan Harau

Kabupaten Lima Puluh Kota.


A. Klasifikasi Mollusca

Kata Mollusca berasal dari bahasa Latin Molluscus = lunak, yaitu merupakan hewan

triploblastik selomata yang bertubuh lunak (Kabumaini, 2008:19). Prinsip tubuh hewan ini

bilateral simetris, tak beruas-ruas dan mempunyai cangkang dari Kalsium CaCO3. (Jasin, 1984:

133). Reproduksi pada Mollusca sangat rumit karena hewan ini bersifat hermaprodit (gamet

jantandan betina terdapat dalam satu tubuh). Beberapa spesies hewan dari kelompok ini bersifat

gamet, dimana gamet jantan terbentuk lebih dahulu dari gamet betina (Wiwi, 2006:126).

Sistem klasifikasi taksonomi Phylum Mollusca sebagai berikut (Dance, 1989):

Kingdom : Animalia

Subphylum : Avertebrata

Phylum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Sub Kelas : Pulmonata

Ordo :Stylomatophora

Family : Achatinidae

Genus : Achatina

Spesies : Achatina fulica

Mollusca adalah makhluk dengan cangkang keras. Mollusca memiliki sel neuroendokrin
yang terletak pada ganglia penyusun system syaraf pusat. Hewan ini juga memiliki organ
endokrin klasik, senyawa yang dilepaskan menyerupai protein dan berperan penting dalam
mengendalikan osmoregulasi, pertumbuhan, serta reproduksi (Wiwi, 2006:126).Sebagian besar
Mollusca adalah hewan laut, meskipun beberapa diantaranya hidup diair tawar, serta juga ada
keong dan slug yang ada di darat (Campbell, 2003:224)
B. Kelas Pada Mollusca
Mollusca terdiri dari 5 kelas yang dibagi berdasarkan:
1. Kelas Amphineura
Kelas ini mempunyai anggota kurang lebih 700 species, dengan habitat di laut dekat pantai (Jasin,
1984:133). Kelas Amphineura ini hidup merayap di dasar laut dan memiliki kaki yang berfungsi
untuk melekatkan diri. Reproduksinya terjadi secara seksual. Pada umumnya kelas ini peka
terhadap cahaya, karena pada pelat-pelat punggungnya terdapat banyak pori dengan mata
mikroskopis yang merupakan ujung syaraf yang peka terhadap cahaya (Setiowati, 2007:136).
a. ciri-ciri Amphineura
Tubuhnya bilateral simertris, cangkang terdiri atas 8 kepingan kapur mempunyai banyak
serabut-serabut insang yang berlapis-lapis (jasin,1984:133).

b. Stuktur tubuh Amphineura


Tubuhnya memanjang seperti elips dengan bagian kepala tereduksi, bilateral simetri,
mempunyai radula, bagian dorsal tubuhnya terdiri atas 8 segmen, kakinya pipih dan
terletak di permukaan venteral, system syaraf terdiri dari atas cincin syaraf yang
mengelilingi mulut dengan 2 pasang jala syaraf menuju ke bagian venteral, jenis kelamin
terpisah, larvanya disebut trochopora. Mulut dan anus terletak pada ujung yang
berlawanan. Pada bagian kepala terdapat mulut yang belum sempurna. Tidak mempunyai
tentakel dan tidak mempunyai mata (Rusyana, 2011:88).
c. Sistem pencernaan makanan.
Sistem pencernaan makanan dimulai dari mulut dan berakhir dengan anus. Pada
pencernaan makanan terdapat kelenjer ludah dan kelenjer hati (Rusyana, 2011:89).
2. Kelas Gastropoda
Gastropoda (Gaster = perut, podos = kaki), adalah Mollusca yang berjalan dengan
menggunakan perut. Hidupnya ada yang di air tawar, ada yang di laut dan ada pula yang hidup
di darat. Pada umumnya Gastropodamempunyai cangkang luar. Cangkangnya terdiri dari 3
lapisan yaitu, periostrachum yang tipis, lapisan prismatik dan lapisan mutiara.
Diantaranya Gastropoda ada pula yang sepanjang hidupnya tidak punya cangkang yaitu
Vaginula (Hadmadi dan marjanin, 1984:170). Namun sebagian besar dari Gastropoda
mempunyai cangkang dengan bentuk tabung yang melingkar-lingkar ke kanan searah jarum
jam. Namum, ada pula yang memilin ke kiri. Kepala dan kaki menjulur keluar bila sedang
merayap dan masuk bila ada bahaya mengancam (Kuncoro, 2004:142).
a. Ciri-ciri Gastropoda
Cangkang umumnya berbentuk special, kaki untuk merayap, bentuk kepala jelas,
dengan tentakel dan mata. Dalam ruang bukal (pipi) terdapat radula (pita bergigi).
Pernapasan dengan menggunakan insang, paru-paru, atau keduanya.
Hidup di laut, air tawar, dan darat. Kelamin terpisah, atau hermafrodit, ovipar atau
ovovivipar. Perkembangan tipikal menyangkut larva =trokopor dan larva veliger (larva
trokofor bersilia) (Brotowidjoyo, 1994:112).
b. Struktur tubuh Gastropoda
Bagian-bagian Gastropodayaitu pada kepala terdapat dua pasang alat peraba yang
dapat dipanjang-pendekkan. Pada alat peraba ini terdapat titik mata untuk membedakan
terang dan gelap. Lapisan permukaan luar cangkang halus dengan garis-garis axial
sculptureyang samar-samar. Warna cangkang coklat muda kekuningan dengan bercak-
barcak berwarna coklat tua. Body whorl besar dengan bukaan cangkang berbentuk agak
oval dan mempunyai tepi yang halus. Columella halus, berwarna putih, dan melebar.Di
dalam badannya terdapat alat-alat penting untuk hidupnya, diantaranya ialah alat
pencernaan, alat pernapasan serta alat pembiakan.Alat geraknya dapat mengeluarkan
lendir untuk memudah pergerakannya. Gastropoda mempunyai peredaran darah terbuka.
Gastropoda bernafas dengan paru-paru atau insang dimana susunan saraf masih sederhana
(Hadmadi dan Marjanin, 1984:70).
c. Sistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan meliputi rongga mulut, oesophagus, kelenjer ludah, crop, lambung,
kelenjer pencernaan, usus, rectum dan anus (Jasin, 1984:136).
Makanan berupa tumbuh-tumbuhan ,dipotong-potong oleh rahang zat tanduk (mandibula),
kemudian dikunyah oleh radula. Zat-zat makanan diserap di dalam intestine (Rusyana,
2011:92).
3. Kelas Scaphopoda
Anggota dari kelas ini hidup dengan cara membenamkan diri di pasir di laut dangkal atau sewaktu-
waktu di laut yang dalam. Beberapa species dapat mencapai ukuran lebih dari 3 inch
panjangnya, tetapi fosil-fosilnya dapat mencapai ukuran 2 kaki. Makanannya berupa hewan atau
tumbuhan yang berukuran mikroskopis (Rusyana, 2011: 99).
a. Ciri-ciri Scaphopoda
Tubuh memanjang, dorsoventral. Kepala rudimenter, kaki lancip, berlobus dan berguna untuk
menggali lumpur atau pasir, hanya hidup di Laut, kelamin terpisah ( Brotowidjoyo,
1994:112).

b. Struktur tubuh Scaphopoda


Hewan ini disebut juga cangkang gigi atau cangkang gading / taring gajah, karena
cangkangnya berbentuk tubular seperti taring atau gading gajah. Tubuhnya bulat
memanjang, ditutupi oleh mantel yang dapat membentuk cangkang tubular dan di kedua
ujungnya terbuka. Kaki menonjol berbentuk kerucut, di dekat kaki terdapat mulut. Mulut
memiliki radula dan tentakel (Rusyana, 2011: 99).
4. Kelas Cephalopoda
Dalam bahasa Yunani, Cephalopoda berarti”kaki kepala” (cephalo = kepala,podos = kaki).
Dinamakan demikian karena hewan-hewan dalam kelas ini memiliki kepala yang dilingkari oleh
kaki-kaki yang termodifikasi menjadi tentakel-tentakel. Tentakel tentakel itu berjumlah 8
Contohnya pada Octopus (gurita) atau 10 pada Loligo pealii (cumi-cumi) dan sotong.
Cephalopoda merupakan salah satu sumber protein bagi manusia. Hal ini terutama bagi bangsa
Asia Timur dan Italia (Jasin, 1984: 142).
a. Ciri-ciri Cephalopoda
Mempunyai cangkang luar ,dan mempunyai ukuran sangat besat.
b. Struktur tubuh Cephalopoda
Tubuh terdiri atas bagian: kepala, dan badan yang dihubungkan oleh leher.
c. Sistem pencernaan makanan
Saluran pencernaan makanan terdiri dari rongga mulut, faring, esophagus, lambung,
sekum, intestine, rektum dan anus. Kelenjer pencernaan terdiri dari: kelenjer ludah,
pankreas, hati. Jenis makanannya berupa udang kecil dan ikan kecil. Pada semua
Cephalopoda (kecuali Nautilus) di belakang perutnya terdapat kantung tinta. Bila hewan
ini menghadapi bahaya, cairan hitam disemburkan ke luar melalui anus ( Rusyana, 2011:
112).
5. Kelas Pelecypoda
Lamellibranchiata (pelekis = kapak kecil, podos = kaki). Pelecypoda merupakan Mollusca
berkaki pipih dan memiliki dua belahan cangkang sehingga disebut juga kelas Bivalvia.
Kelompok hewan ini bernafas dengan menggunakan lembaran insang yang berlapis-lapis
sehingga disebut dengan Lamellibranchiata. Kedua belahan cangkang dihubungkan oleh satu /
dua buah otot oduktor yang dapat memegang cangkang tersebut sehingga tertutup erat
(Setiowati, 2007:137). Kelas ini meliputi, tiram dan bangsa kepah lainnya. Beberapa jenis
membenamkan diri di pasir atau lumpur, ada juga yang bergerak pelan atau menempel pada
objek tertentu (Rusyana, 2011:100).
a. Jenis Pelecypoda memiliki ciri khas, yaitu sebagai berikut:
1) Kaki berbentuk pipih seperti kapak.
2) Jenis Pelecypoda ada yang hidup menetap dan membenamkan diri di dasar perairan.
3) Memiliki dua buah cangkang pipih yang setangkup.
4) Cangkang tersusun dari lapisan periostakum, prismatik dan nakreas.
5) Jenis Pelecypoda tidak memiliki kepala.
6) Mulutnya terdapat pada rongga mantel, dilengkapi dengan labial palpus.
7) Jenis pelecypoda tidak memiliki rahang atau radula.
8) Insangnya berbentuk lembaran, sehingga hewan ini disebut juga Lamelli branchiate.
9) Sistem saraf terdiri dari tiga pasang ganglion yang saling berhubungan, yaitu ganglion
anterior, ganglion, pedal dan ganglion posterior.
b. Struktur tubuh Pelecypoda
Cangkang terdiri atas 2 bagian, kedua cangkang tersebut disatukan oleh suatu sendi alastis
yang disebut hinge (terletak di permukaan dorsal). Bagian dari cangkang yang membesar
atau menggelembung dekat sendi disebut umbo (bagian cangkang yang umurnya paling
tua). Di sekitar umbo terdapat garis konsentris yang menunjukkan garis interval
pertumbuhan. Sel epithel bagian luar dari mantel menghasilkan zat pembuat cangkang.
Cangkang itu sendiri terdiri atas 3 lapisan,yaitu:
1. Periostrakum
Lapisan tipis paling luar yang terbuat dari bahan organik konkiolin, sering tak ada pada
bagian umbo.
2. Prismatik
Lapisan bagian tengah yang terbuat dari kristal-kristal kapur (kalsium karbonat).
3. Nakreas
Lapisan bagian dalam yang terbuat dari kristal-kristal kalsium karbonat dan
mengeluarkan bermacam-macam warna jika terkena cahaya. Sering juga disebut
lapisan mutiara. Lapisan nakreas dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel,
sedangkan lapisan periostrakum dari lapisan prismatic dihasilkan oleh bagian tepi
mantel (Rusyana, 2011:100-101).
c. Sistem pencernaan makanan
Saluran pencernaan makanan terdiri dari mulut (terletak di antara 2 pasang labial palpus
bersilia, silia ini berfungsi untuk menggiring makanan masuk ke dalam mulut), esophagus
pendek. Lambung (menerima enzyme pencernaan yang dikeluarkan oleh kelenjer
pencernaan (hati), intestin, rectum (dikelilingi oleh jantung dan perikardium), anus yang
terbuka dekat lubang tempat keluarnya air dari bagian dorsal sehingga sisa makanan
tersebut akan ke luar bersama-sama aliran air.
Jenis Pelecypoda memiliki usus berbentuk pipa dibagian anterior dan anus dibagian
posterior. Mulut berbentuk kapak dengan sepasang bibir yang disebut labial palp. Labial
palp meliputi pengambilan makanan dan pernyotiran makanan tersebut. Jenis makanan
Pelecypoda ini berupa hewan kecil dan tumbuh-tumbuhan, tetapi ia tidak mempunyai
radula. Makanannya berupa partikel-partikel organik bersama dengan air dihisap oleh
siphon dan disaring melalui insang. Di dalam makanan selain kalsium karbonat, juga
terdapat pigmen yang merupakan zat pembuat warna dari cangkang. Jadi dari makanan
dapat mempengaruhi warna serta corak cangkangnya (Ruppert dan Barnes dalam Yarni,
2010:8).
C. Peranan Gastropoda dan Pelecypoda
Selain sebagai bahan makanan yang bergizi, cangkang hewan ini bisa dimanfaatkanuntuk
membuat hiasan dinding, perhiasan wanita, atau dibuat kancing. Ada pulayang suka
mengumpulkan berbagai macam cangkang Mollusca untuk koleksiatau perhiasan. Bahkan ada
cangkang Molluscayang digunakan untuk bahan mainan, seperti kuwuk (Irnaningtyas, 2014:43).
Satu alasan yang mendasari pemanfaatan Mollusca sebagai bahan makanan adalah karena
memiliki citra rasa lezat serta kandungan gizi yang tinggi (Kusnadi, Teddy, Udhi,
2008:31).Menurut Dody dalam Kusnadi, Teddy, Udhi (2008:31) menyatakan bahwa hasil
analisis proksimat dari daging limpet (Bivalvia) diketahui 50% merupakan protein, 5% lemak,
5% abu, dan sisanya air. Selain itu, daging dari beberapa jenis Mollusca dipercaya dapat
meningkatkan stamina. (Setyono dalam Kusnadi, Teddy, Udhi, 2008:31). Bahkan, dikalangan
konsumen Asia, daging kima dianggap mempunyai khasiat meningkatkan gairah seksual (Ellis
dalam Kusnadi, Teddy, Udhi, 2008:31).
Selain itu, cangkang kerang telah digunakan sebagai bahan campuran alami untuk
menghasilkan semen dan kapur. Daging kerang telah digunakan sebagai suplemen protein untuk
budidaya udang-udangan dan makanan burung. Beberapa jenis kerang laut seperti family
Cordiidae dan Spondylidaetelah lama digunakan sebagai bahan campuran beberapa jenis
kosmetik. Kelompok Gastropoda juga banyak digunakan sebagai sumber protein dan
cangkangnya juga ada yang bernilai jual yang sangat tinggi ( Febrita, 2015:119).
METODOLOGI
Penelitian jenis-jenis mollusca kelas Gastropoda dan Pelecypoda yang hidup di air tawar dan daratan
menggunakan metode survey dengan cara mengambil langsung sampel sepanjang lokasi jalur
penelitian. Sampel Mollusca ini di ambil pada 4 (empat) habitat disekitar Kenagarian Taram,
yang mana ke 4 (empat) lokasi yang akan peneliti teliti yaitu :
1. Lokasi Sawah.
2. Lokasi perairan Kolam.
3. Lokasi Sungai/aliran sungai.
4. Lokasi lahan kering / ladang.
Pengambilan sampel menggunakan metodepengambilan sampel menurut jalur sesuai lokasi di
lapangan. Dimana sampel diambil pada empat lokasi penelitian dengan habitat yang berbeda.
Peneliti Juga melakukan wawancara secara langsung kepada petani disekitar lokasi penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Kenagarian Taram
Taram berasal dari kata RAM, karena nenek moyang nagari berdasarkan cerita yang berkembang
mula-mula menginjakkan kakinya di Nagari Taram banyak menemukan rumpun “bamboo” yang
batangnya kecil dan tipi-tipis. Batang atau rumpun bamboo tersebut jika diinjak akan
mengeluarkan bunyi “RAM”, sesuai dengan bunyinya maka nenek moyang pada waktu itu
menamai batang atau rumpun bamboo tersebut rumpun RAM.
Diperhatikan secara geografis letak Kenagarian Taram dibandingkan dengan Kenagarian
sekeliling tampak sangat rendah. Berdasarkan sisi geografisnya jalan menuju Kenagarian Taram
menurun dan sering terendam air jika curah hujan tinggi yang diakibatkan oleh limpahan air dari
dua sungai di sekeliling Kenagarian Taram. Berdasarkan analisa tersebut lama kelamaaan kata
“terendam” berubah menjadi “taharam” yang artinya rendah akhirnya menjadi TARAM (
Berdasarkan wawancara dengan wali nagari Taram, 2016).
Kenagarian Taram memiliki kondisi geografis antara lain:
1. Luas Wilayah Kenagarian Taram
Luas wilayah Kenagarian Taram adalah 50.730 Ha yang terdiri dari:
a. Tanah Sawah
1) Irigasi sawah :-
2) Irigasi setengah sawah : 781 Ha
3) Sederhana :-
b. Tanah Kering
1) Pekarangan/bangunan : 199 Ha
2) Kebun : 68 Ha
3) Padang gembala : 65 Ha
4) Tambak/ kolam : 15 Ha
5) Hutan : 44.602 Ha
2. Batas Kenagarian Taram
Kenagarian Taram yang terletak antara Kota Payakumbuh dengan propinsi Riau memiliki
batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kenagarian Bukit Limbuku
Kecamatan Harau, sebelah Selatan berbatasan dengan Kenagarian Andaleh Kecamatan Luak,
sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Payobasuang Kotamadya Payakumbuh,
sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan Kenagarian Pilubang dan Propinsi Riau.
Adapun Jorong yang terdapat di Kenagarian Taram adalah Jorong Balai Cubadak, Jorong
Tanjung Kubang, Jorong Parak Baru, Jorong Tanjung Ateh, Jorong Sipatai, Jorong Subarang (
Pemekaran Tahun 2003), dan Jorong Ganting (Pemekaran Tahun 2003).
3. Kondisi Wilayah Kenagarian Taram
Nagari Taram berada di 580-650 dpl dan koordinat kantor nagari ML= 533, LT= 00.21168,
LS= 100.69379. Wilayah nagari Taram saat ini masih banyak terdiri dari lahan hutan yang
belum terkelola dengan baik.
Wilayah Taram termasuk wilayah yang cocok untuk bertani terbukti bahwa saat ini mayoritas
penduduk nagari Taram bekerja menjadi petani sebagai mata pencariannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dikawasan persawahan, kolam, lahan kering
dan sungai di Kenagarian Taram ditemukan 8 spesies dari 6 family Kelas Gastropoda dan 2
spesies dari 2 family Pelecypoda dalam 4 lokasi penelitian. Komposisi jenis Gastropoda dan
Pelecypoda tersebut disajikan pada Tabel IV.1.
Komposisi Gastropoda ditemukan 8 spesies, jumlah spesies tertinggi yaitu terdapat pada Family
Thiaridae dengan 3 spesies (Melanoides tuberculata, Melanoides granifera, Thiaridae) namun
spesies ini sudah jarang ditemukan/mulai punah. sedangkan pada family lain hanya ada 1 spesies
saja.Spesies ini banyak ditemukan di sungai, hal ini dijelaskan dengan Febrita (2015: 121)
Gastropoda merupakan spesies yang epifauna dan sangat menyukai substrat berlumpur, sungai
dengan kandungan organik yang tinggi.
Jenis Pelecypoda air tawar yang ditemukan di Kenagarian Taram adalah dari jenis (Corbicula
sumatrana) pensi, hewan ini banyak ditemukan didaerah berpasir di sungai-sungai di Kenagarian
Taram. Menurut Suhaidi (2014:3) Pelecypoda (kerang) merupakan hewan aquatik yang hidup
pada substrat dasar perairan dan ada juga yang menempel pada substrat keras pada badan
perairan. Sedangkan menurut Musthofa (2008:1) Kerang simping ditemukan dalam substrat
lumpur dan pasir berlumpur di perairan dangkal. Simping juga dapat ditemukan di daerah estuary
dan teluk. Spesies kelas Pelecypoda ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan maka dari
itu beberapa petani menjadikan berjualan pensi sebagai mata pencaharian sampingan sehari-hari.
Beberapa dari Phylum Mollusca, seperti spesies Viviparus (keong sawah) bermanfaat sebagai
sumber protein hewani, dan spesies Pomacea canaliculata (keong mas) bisa juga sebagai pakan
ternak. Beberapa dari Phylum Mollusca ada yang merugikan manusia seperti spesies Achatina
fulica (bekicot) sebagai hama pada tanaman.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petani yaitu, semua petani di Kenagarian Taram
mengenal siput, tetapi hanyaa sebagian jenis siput yang dikenali. Banyak juga dari petani yang
memanfaatkan siput sebagai bahan makanan bahkan ada juga petani yang menjadikan siput
sebagai mata pencaharian bagi petani tersebut.
Petani juga merasa dirugikan oleh banyaknya spesies siput yang merusak tanaman padi. Petani
selalu berupaya untuk memberantas hama siput yang menyerang tanaman padi dengan cara
mengeringkan air sawah, memberi racun siput, dan membuang siput yang ada di area persawahan
tersebut.

Kesimpulan
Dari penelitian mengenai Inventarisasi jenis-jenis Mollusca yang ada di Kenagarian Taram, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari Kelas Gastropoda ditemukan 8 jenis yaitu: Achatina fulica, Pomacea
canaliculata,Melanoides tuberculata, Melanoides granifera, Thiara cabra,Viviparus sp.,
Gyraulus crista, dan Subulina octana.
2. Dari Kelas Pelecypoda, ditemukan 2 jenis yaitu: Corbicula sumatrana, Anadonta sp.

Simpulan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 telah dikumandangkan,
namun para petinggi bangsa ini belum menyadari bahwa bangsa Indonesia lepas sepenuhnya dari
tangan penjajah. Kemudian adanya keinginan Belanda untuk menguasai Indonesia kembali.
Sehingga banyak kemungkinan yang bisa terjadi dan mengancam pertahanan bangsa Indonesia.
Menurut Chatib Soelaiman, Indonesia memerlukan tentara di kemudian hari. Kemudian
Chatib Soelaiman juga bekas pemimpin Gyugun/Ko En Kai meminta Ismail Lengah bersedia
memimpin perjuangan menghadapi perlawanan baru di tanah air dan memikirkan langkah yang
segera di ambil. Maka pada tanggal 20 Agustus 1945 diadakan rapat yang dihadiri oleh para
petinggi negara antara lain: Chatib Soelaiman, Ismail Lengah, Abdullah, Inyiek Basa Bandaro.
Hasil dari rapat tersebut adalah membentuk salah satu badan bagi pemuda-pemuda yang akan
mempelopori perjuangan di Padang khususnya dan Sumatra Barat umumnya. Kemudian pada
tanggal 21 Agustus 1945 di bentuklah Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI).
Setelah BPPI resmi dibentuk dan menjadi kenyataan, maka ketua BPPI lebih Banyak
bergerak keluar menganjurkan serta menggerakkan pembentukan Keamanan Rakyat (BKR).
Dalam waktu yang singkat BKR berdiri di seluruh Sumatera Barat. Dengan adanya BKR ini
berangsur-angsur berkumpul kembali dan mengumpulkan bekas-bekas anggota Gyugun, Heiho,
dan kelompok pemuda lainnya di dalam satu wadah.
Di Kabupaten Limapuluh Kota dibentuklah suatu Batalion BKR, yang dinamakan
Batalion Payakumbuh atau lebih terkenal dengan nama Batalion Singa Harau. Singa Harau adalah
kesatuan Batalion yang pertama di Payakumbuh. Batalion ini ikut berjuang dalam kemerdekaan di
Sumatra Barat. Kesatuan Batalion Singa Harau memang lahir di Kabupaten Limapuluh Kota dan
Kota Payakumbuh, tetapi garis perjuangan telah hampir mencakupi wilayah Sumatra Barat.
Sentral perjuangan Batalion ini meliputi Padang, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota
Payakumbuh, Solok, Bangkinang, dan Sawah Lunto Sijunjung. Untuk pemberian Batalion Singa
Harau ini dilatarbelakangi oleh tempat lahirnya Batalion tersebut, yaitu salah satu daerah yang
terdapat di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh.
Peranan Batalion Singa Harau dalam melawan pasukan Belanda dapat dilihat dari
perjuangan dan usaha-usaha yang dilakukan Batalion Singa Harau di setiap peristiwa penting yang
terjadi di Payakumbuh seperti dalam agresi militer Belanda I & II di Sumatra Barat khususnya di
Payakumbuh dan sekitarnya, peristiwa PDRI, peristiwa Situjuah Batur sampai pada penyerbuan ke
Kota Payakumbuh.
Daftar Pustaka
Ahmad Husein Dkk, 1991. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di
Minangkabau/Riau, 1945-1945 I, Jakarta: Badan pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau
(BPSIM)
Ahmad Husein Dkk, 1992. Sejarah Perjaungan Kemerdekaan Republik Indonesia di
Minangkabau/Riau, 1945-1945 II, Jakarta: Badan pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau
(BPSIM)
Amirudin Jr,1957. Sejarah Perjuangan Harimau Kuranji 1945 di Sumatera Tengah,
Padang: Sri Darma
Fatimah Enar dkk. 1978 Sumatera Barat 1945-1949. Padang : Pemda Sumatera Barat
Kahin, Audrey,1989. Perjuangan Kemerdekaan Sumatera Barat Dalam Revolusi
Nasional Indonesia 1945-1950, Jakarta: Garfiti
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) 2008. Jakarta : Gramedia Utama Wesata
Marah Joenes, 2003.Mr. H. ST. Muhammad Rasjid Perintis Kemerdekaan, Pejuang
Tangguh, Berani dan Jujur. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Wijaya
Mestika Zed, 1997. PDRI Merupakan Mata Rantai Sejarah yang Terlupakan. Padang :
Dewan Harian Angkatan 45
Mestika Zed, 2005. Giyugun Cikal-Bakal Tentara Nasional Di Sumatera. Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia
Soewardi Idris, 2003. APA ADANYA, Boigrafi Brigjen (Purn) Danny, SH. Mantan
Oditur Militer tinggi, Mantan Anggota DPR/MPR dan Mantan Hakim Agung Republik
Indonesia. Jakarta: Cakrawala Jakarta
Saipul, SP, 2009. “ Luhak Lima Puluh Kota Basis PDRI ( Pemerintahan Republik
Indonesia). Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota
Herlina Zamri, Perjuangan Batalyon Singa Harau dalam Revolusi Fisik di Sumatera
Barat. Padang : Skripsi IAIN 2004
Syahnurli. S, Aksi Bumi Hangus Studi Kasus Peran BPNK Merebut dan
Mempertahankan Payakumbuh Pada Tahun 1948-1949. Payakumbuh: Skripsi STKIP Abdi
Payakumbuh 2009
Anelin, Biografi Mayor Makkinudin Husen (1943-1949). Payakumbuh: Skripsi STKIP
Abdi Payakumbuh 2011

Anda mungkin juga menyukai