Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI INVERTEBRATA

(Keanekaragaman Filum Moluska Di Pantai Pandawa)

NAMA KELOMPOK :
1. Ni Komang Nita Lestari (1708531013)
2. Fania Agustini (1708531014)
3. Yoseph Raymond Irawan (1708531015)
4. Nikmatun Umi (1708531017)
5. Putu Ayudina Asti Puspita (1708531043)
6. Anastesya Hartika N.S (1708531044)
7. Fernando Putra (1708531045)
8. Galih Anindita Kusumatjahja (1708531047)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Moluska merupakan salah satu penyusun ekosistem laut yang mempunyai
keanekaragaman spesies tinggi dan menyebar luas di berbagai habitat laut.
Moluska dapat dijumpai mulai dari daerah pinggiran pantai hingga laut
dalam, banyak menempati daerah terumbu karang, sebagian membenamkan diri
dalam sedimen, beberapa dapat dijumpai menempel pada tumbuhan laut.
Moluska dapat hidup pada berbagai substrat, baik substrat berpasir, berbatu
dan berlumpur. Selain itu, moluska juga memiliki daya adaptasi tinggi terhadap
tempat dan cuaca. Gastropoda merupakan salah satu moluska yang banyak
ditemukan di berbagai substrat, hal ini diduga karena Gastropoda memiliki
kemampuan adaptasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain
baik di substrat yang keras maupun lunak (Turra and Denadai, 2006).
Moluska yang diantaranya adalah Gastropoda dan Polyplacophora
merupakan salah satu Filum dari makrozoobentos yang dapat dijadikan sebagai
bioindikator pada ekosistem perairan. Selain berperan di dalam siklus rantai
makanan, ada juga jenis moluska yang mempunyai nilai ekonomi penting,
seperti berbagai jenis kerang-kerangan dan berbagai jenis keong. Moluska
memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi pada berbagai habitat,
dapat mengakumulasi logam berat tanpa mengalami kematian dan berperan
sebagai indikator lingkungan (Cappenberg, dan Aswandy, 2006). Moluska
memiliki beberapa manfaat bagi manusia diantaranya sebagai sumber protein,
bahan pakan ternak, bahan industri, dan perhiasan bahan pupuk serta untuk
obat-obatan (Dibyowati, 2009)
Pantai Pandawa terletak di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung, dengan koordinat 8o 84′ 54.74″ LS, dan 115o 18′ 50,14″
BT. Pantai Pandawa berpasir putih dan memiliki pemandangan laut yang indah
sehingga merupakan salah satu destinasi wisata. Keanekaragaman hayati di
pantai Pandawa melimpah, namun penelitian tentang Moluska di pantai
tersebut masih sangat terbatas. Mengingat pentingnya peranan Moluska dalam
rantai makanan terhadap organisme-organisme yang hidup di ekosistem pesisir,
serta minimnya informasi tentang keberadaan Moluska di daerah pantai
Pandawa, maka perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman dan
kelimpahan jenis-jenis Moluska (khususnya Gastropoda dan Polyplacophora)
di pantai Pandawa.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui keanekaragaman Moluska yang terdapat di Pantai Pandawa.
2. Mengamati morfologi dan struktur tubuh hewan-hewan yang termasuk
Filum Moluska.
3. Mengelompokkan hewan-hewan Filum Moluska ke dalam kelas yang
berbeda berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri.
4. Mengetahui ciri-ciri khas dari setiap kelas.

1.3 Manfaat Praktikum


Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai
keanekaragaman jenis Moluska yang ada di Pantai Pandawa. Penelitian ini juga
bermanfaat dalam pengambilan kebijakan dalam pelestarian Moluska dan dapat
digunakan sebagai referensi lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Moluska (dalam bahasa latin, molluscus berarti lunak) merupakan hewan yang
bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang
tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan
bentuk Moluska sangat bervariasi. Mollusca hidup secara heterotrof dengan
memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air
tawar,di laut dan di darat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit (Suwignyo,
2005).
Ciri umum yang dimiliki Moluska adalah bertubuh lunak, tubuhnya bersimetris
bilateral, tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora, tubuhnya ditutupi oleh
cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat. Cangkang tersebut berfungsi untuk
pelindung tubuh. Sistem saraf Moluska terdiri dari cincin saraf yang mengelilingi
esophagus dengan serabut saraf yang melebar. Sistem pencernaan lengkap yaitu
terdiri atas mulut, esophagus, lambung, usus, kelenjar pencernaan (hati dan
pankreas), dan anus. Memiliki sistem peredaran darah terbuka kecuali
Chepalopoda, ekskresi dilakukan oleh ginjal, memiliki kepala yang jelas dengan
organ reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh
terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh
sebelah dorsal meluas menjadi satu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau
pallium. Fungsi mantel adalah melindungi masa viseral yang di dalamnya terdapat
organ-organ dalam seperti organ pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Selain itu
mantel juga berfungsi untuk mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga
mantel yang didalamnya berisi insang (Hala, 2007).
Menurut Dharma (1988) Filum Moluska dibagi menjadi tujuh kelas yaitu:
1. Aplacophora
2. Monoplacophora
3. Polyplacophora
4. Scaphopoda
5. Gastropoda
6. Pelecypoda
7. Cephalopoda

2.1 Gastropoda
Kelas Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Moluska lebih dari 75.000
spesies yang ada yang telah teridentifikasi dan 15.000 diantaranya dapat dilihat
bentuk fosilnya. Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam habitat, dapat
disimpulkan bahwa Gastropoda merupakan kelas yang paling sukses di antara kelas
yang lain (Barnes, 1987).
Morfologi Gastropoda dapat dilihat dari morfologi cangkangnya. Sebagian
besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya
dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah
belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya
berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siput-siput
Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali
ditemukan dalam bentuk sinistral (Dharma, 1988). Pertumbuhan cangkang yang
melilin spiral disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar
berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam (Nontji, 1987). Gastropoda
mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya terletak di bagian depan,
cangkangnya dan isi perutnya terguling spiral kearah belakang. Letak mantel di
bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau perputaran pada
pertumbuhan siput Gastropoda. (Dharma, 1988).
Cangkok di buat oleh mantel dan dibedakan menjadi tiga lapisan dari dalam
menuju ke permukaan luar yaitu lapisan nacreous, lapisan prismatik dan lapisan
periostracum. Mantel membentuk lapisan nacre dengan cara mensekresi terus-
menerus larutan kalsium karbonat yang selanjutnya membentuk lapisan tipis
mineral aragonit. Oleh karena proses tersebut terjadi terus-menerus sepanjang
hidupnya, mengakibatkan lapisan nacre menebal sesuai usia hewan Moluska
(Ibrahim, 2003).
Gastropoda yang hidup di laut dapat dijumpai di berbagai jenis lingkungan dan
bentuknya telah beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Di laut dalam,
Gastropoda dapat hidup sampai pada kedalaman ±5000 meter (Hughes, 1986).

2.2 Polyplacophora
Bentuk tubuh polypacophora bulat telur, pipih,dan simetris bilateral. Mulut
tidak berkembang baik dan terletak di bagian kepala (anterior),sedangkan anus
terletak di posterior. Hewan ini tidak memiliki tentakel dan mata. Permukaan dorsal
tubuhnya tertutup mantel yang dilengkapi delapan kepingan kapur yang
mengandung berlapis-lapis serabut insang. Kadang-kadang kepingan itu dibungkus
lapisan kitin. Saluran mantel terdapat di tepi tubuh. Kakinya pipih dan biasanya
memiliki lidah parut atau radula (Bumblebee, 2013).

Sistem Organ pencernaan dimulai dari mulut yang dilengkapi radula dan gigi,
faring, perut, usus halus, anus. Kelenjar pencernaannya adalah hati yang
berhubungan dengan perut. Sistem saraf terdiri atas saraf melingkari mulut (cincin
esofagus) yang berhubungan dengan 2 pasang cabang/benang saraf ventral, ada
sel-sel ganglion pada cabang saraf tetapi tidak berbentuk ganglion. Alat indera
yang utama adalah organ subradula esthetes. Organ subradula berisi sel-sel indera
yang dapat dijulurkan untuk memeriksa subrtrat guna mendapatkan makanan
(Sirenko,2006)

Sistem peredaran darah terbuka terdiri dari jantung yang terdapat pada
rongga perikardium (terdiri dari sepasang auricle dan sebuah ventricle), aorta, dan
sebuah sinus. Darah medapat oksigen dari insang. Sistem ekskresi terdiri atas
sepang nephridia yang besar, terletak memanjang di setiap sisi tubuh kemudian
ekskresi dilakukan oleh sepasang ginjal yang bermuara ke arah posterior. Sistem
reproduksi secara seksual, yaitu dengan pertemuan sel ovum dan sel sperma yang
terdapat pada individu jantan dan betina. Hewan ini bersifat hermafrodit
(berkelamin dua), fertilisasi eksternal (pertemuan sel teur dan sperma terjadi di luar
tubuh). Contohnya Cryptochiton sp. atau kiton. Hewan ini juga mempunyai fase
larva trokoper (Sirenko,2006).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 November 2018 pukul
07:00-10:00 di Pantai Pandawa sedangkan untuk identifikasi dan klasifikasi
dilaksanakan pada hari Selasa, 13 November 2018 saat mata kuliah praktikum
taksonomi invertebrata kemudian dilanjutkan lagi pada hari Selasa, 20
November 2018 di jam yang sama bertempat di Laboratorium Hewan, Gedung
BG Kampus Biologi Universitas Udayana.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara acak disetiap titik. Sampel dikoleksi
atau diambil langsung dengan menggunakan tangan. Moluska yang diambil
adalah Moluska yang masih hidup bukan cangkang kosong ataupun yang sudah
diisi oleh kumang-kumang (Crustacea). Kemudian sampel dimasukkan
kedalam toples yang berisi air. Setelah pengambilan sampel selesai, sampel
dibersihkan kemudian sampel dimasukkan kembali kedalam toples yang berisi
alkohol 70% sehingga semua sampel terendam. Selanjutnya diberi label pada
toples dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi lebih lanjut.

3.2.2 Identifikasi
Sampel dikeluarkan dari toples, diletakkan di papan bedah kemudian
diidentifikasi menurut morfologinya seperti bentuk cangkang, warna
cangkang, apex whorl, aperture, dan collumela dan sampel diklasifikasikan
dengan menggunakan buku panduan yaitu buku “Siput dan Kerang Indonesia
1”, oleh Bunjamin Dharma. Setelah diidentifikasi sampel difoto dengan kamera
kemudian disimpan kembali ke dalam toples koleksi.
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
1. Keanekaragaman moluska yang terdapat di Pantai Pandawa yaitu Terebra
crenulata, Terebra sp., Diodora singaporensis, Cypraea annulus, Cypraea
moneta, Cypraea caputserpentis, Haliotis squamata, Turbo bruneus,
Conus muriculatus, dan Chiton sp.
2. Hewan-hewan yang termasuk Filum Moluska adalah hewan yang memiliki
struktur tubuh lunak, tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen , dan
tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat..
3. Berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri spesies yang didapatkan,
keanekaragaman Filum Moluska yang ada di Pantai Pandawa meliputi dua
kelas yaitu Gastropoda dan Polyplacophora.
4. Ciri khas dari Gastropoda yaitu cangkang yang berputar ke arah dekstral
dan sinistral. Sedangkan ciri khas dari Polyplacophora yaitu permukaan
dorsal tubuhnya tertutup mantel yang dilengkapi delapan kepingan kapur
yang mengandung berlapis-lapis serabut insang.

7.2 Saran
Disarankan agar praktikan bekerja sama dalam melakukan langkah-langkah
yang diintruksikan dosen, serta lebih teliti dalam melakukan identifikasi
sampel untuk mendapat hasil yang maksimal dalam mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Barnes, R.D. 1987. Invertebrate Zoology. Fith edition. New York: Sounders
College Publishing.
Bumblebee. 2013. Polyplacophora (chitons), Scaphopoda (tusk shells),
Chaetodermomorpha (Caudofoveata or Aplacophora), Neomeniomorpha
(Solenogastres),Monoplacophora.http://www.bumblebee.org/invertebrates/
Mollusca.htm. Diakses pada 25 November 2018.
Cappenberg,H.A.W.,A.Aznam dan I.Aswandy. 2006. Komunitas Moluska di
Perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia, No. 40:53-64.
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia Shell II. Jakarta: PT. Sarana Graha.
Dibyowati,L. 2009. Keanekaragaman Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di
Pantai Carita Pandenglang Banten. Skripsi. Bogor: IPB Bogor.
Hala, Y. 2007. Daras Biologi Umum II. Makassar: Allaludin Press.
Hughes, R.H. 1998. A Fungtional Biology of Marine Gastropods. First Published.
USA: John Hopkins University Press.
Ibrahim. 2003. Zoology Avertebrata. Malang: Universitas Malang Press.
Nontji,A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan
Sirenko, B. 2006. A New Outlook on the System of Chiton (Mollusca:
Polyplachopora). Venus: 65: 27-49.
Suwignyo, S. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Turra,A. and M.R. Denadai. 2006. Microhabitat Use by Two Rocky Shore
Gastropods in an Intertidal Sandy Substrate with Rocky Fragments. Brazil.
Journal Biology, 351-355.

Anda mungkin juga menyukai