Anda di halaman 1dari 12

praktikum Brachiopoda

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Brachiopoda berasal dari kata brachys yang berarti pendek dan pousyang artimya
kaki. Jadi Brachiopoda adalah hewan laut yang hidup didalam setangkup cangkang
terbuat dari zat kapur atau zat tanduk. Mereka biasanya hidup menempel pada substrak
dengan semen langsung atau dengan tangkai yang memanjang dari ujung cangkang
(Suhardi, 2002)
Brachiopoda memiliki kemiripan yang berbeda dengan Mollusca jenis Bivalvia di
mana pada bagian terlindungi secara eksternal oleh sepasang convex yang
dikelompokkan ke dalam cangkang yang dilapisi dengan permukaan yang tipis dari
periostacum organik, yang berkisar hingga 100 tahun yang lalu (invertebrata
palaeontologi). Hewan Brachiopoda merupakan kelompok hewan lain selain Ectoprocta
yang terkait dengan fosil-fosil dari zaman Cambria. Hewan tersebut dinamakan demikian
karena anggapan yang salah bahwa hewan ini menggunakan lengan-lengan mereka yang
menggulung untuk bergerak. Dalam kelompok ini lebih banyak yang menjadi fosil dari
pada yang masih hidup (Aslan, dkk., 2010).
Lingula unguis merupakan salah satu marga (genus) dari phylum Brachiopoda
yang keberadaannya sampai sekarang masih hidup di zona intertidal dan mendapat
sebutan fosil hidup atau dalam istilah lainnya Living Fossil. Hewan ini lazimnya
disebut Kerang Lentera (lamp shell). Hal ini karena bentuknya yang menyerupai lampu
minyak pada zaman kerajaan romawi kuno. Hewan ini dikenal sebagai hewan yang
hidup di dalam liang pada dasar lumpur atau pasir berlumpur. Lingula unguis termasuk
hewan penggali pasir dengan menggunakan semacam tangkai berotot yang terbuat dari
organ lunak (Aslan, dkk., 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu di adakan pratikum mengenai filum
Brachiopoda yaitu lingula unguis untuk mengetahui morfologi dan anatomi serta dapat
mengklasifikasikannya.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan pada praktikum filum Brachiopoda adalah untuk mengetahui filum
Brachiopoda secara morfologi dan anatomi serta dapat mengetahui bagian-bagian filum
Brachiopoda.
Manfaat pada praktikum filum Brachiopoda adalah sebagai bahan dasar masukan
untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum
Brachiopoda.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.

Klasifikasi

Kerang lentera atau dalam bahasa latin dikenal dengan nama Lingula unguis tersebar
luas di daerah tropis, terletak di daerah pasifik seperti kepulauan Indonesia, Malaysia,
perairan Jepang, China, dan Filiphina (Ariadmo, 2000).
Menurut Gosner (1971) dalam Resky Wulandaris (2006) klasifisikasi Lingula unguis
sebagai berikut:
Phylum : Brachiopoda
Class : Inarticulata
Ordo : Lingulida
Famili : Lingulidae
Genus : Lingula
Spesies : Lingula unguis

Gambar 4. Kerang lentera (linggula unguis)


2.2. Morfologi dan Anatomi
Kerang lentera, tubuh bagian dalamnya terdiri atas organ-organ seperti hati, saluran
pencernaan (usus dan lambung), kelenjar pankreas, gonad dan otot-otot yang berfungsi
sebagai penggerak organ membuka dan menutup cangkang serta gerakan memutar
tubuhnya yang disebut pedikel. Di bagian depan (anterior) sebelah dalam cangkang
terdapat suatu organ yang berlipat-lipat menyerupai bentuk tapal sepatu kuda dan disebut
lafofor. Organ ini dilengkapi dengan tentakel sebagai organ respirasi dan alat untuk
menangkap makanannya, divisi dinding usus terdapat lubang kecil yang disebut
nephridium dan merupakan lubang pembuangan zat-zat tidak berguna. Nephridium selain
berguna sebagai organ ekskresi juga sebagai organ reproduksi (Romimohtarto dan
Juwana, 2001).
Bagian luar dari Brachiopoda ini juga biasa disebut lamp shell (Kerang Lampu)
hampir mirip dengan phoronids. Brachiopoda memiliki kemiripan yang berbeda dengan
Mollusca jenis Bivalvia dimana pada bagian tubuhnya terlindungi secara eksternal oleh

sepasang convex yang dikelompokkan ke dalam cangkang yang dilapisi oleh permukaan
yang tipis dari periostracum organic yang berkisar hingga 100 tahun yang lalu. Dalam
kelompok ini lebih banyak jenisnya yang menjadi fosil dari pada yang masih hidup
(Romimohtarto dan Juwana, 2005).
Tubuh bagian dalam (anatomi) Kerang Lentera (lingula unguis) terdiri dari atas
organ-organ seperti hati, saluran pencernaan (usus dan lambung), kelenjar pancreas,
gonad dan otot-otot yang berfungsi sebagai penggerak organ seperti membuka dan
menutup cangkang serta gerakan memutar tubuhnya yang disebut pendukel. Bagian
depan (anterior) sebelah dalam cangkang terdapat suatu organ yang terlipat-lipat
menyerupai bentuk tapak sepatu kuda yang disebut lofofor. Organ ini dilengkapi dengan
tentakel bulu (bercillium) sebagai organ respirasi dan alat bantu untuk menangkap
makanannya. Di sisi dinding usus terdapat lubang kecil yang disebut nephridium dan
merupakan lubang pembuangan zat-zat yang tidak berguna. Nephridium selain sebagai
organ eksresi juga sebagai organ reproduks.
Hewan Brachiopoda hidup menempel pada substratnya melalu suatu tangkai, dan
membuka cangkangnya sedikit untuk memungkinkan air mengalir di antara cangkang
dan lofofor. Semua anggota Brachiopoda yang masih hidup adalah sisa-sisa dari masah
lalu yang jauh lebih jaya; hanya sekitar 330 spesies tersebut yang diketahui, tetapi
terdapat 30.000 spesies fosil peleozoikum dan mesozoikum (Nail A Campbell, 2003).
2.3. Habitat dan Penyebaran
Lingula unguis tersebar luas di daerah tropis, terutama di daerah pasifik seperti
kepulauan Indo malayan perairan Jepang, China, dan Philipina. Kerang lentera hidup di
dasar perairan yang umunya dangkal, tidak berkoloni, daerah berlumpur dan dapat
berpindah tempat dengan pendukel yang berfungsi sebagai tongkat. Gerakan ini juga
terjadi karena adanya pasang surut. Lumpur sebagian besar merupakan partikel-partikel
zat organik untuk berbagai jenis kerang tempat hidup yang baik. Meningkatnya
kandungan lumpur yang belum mengendap menyebabkan cahaya matahari penetrasinya
terhadap dasar perairan dan kerang lentera umumnya membenamkan dirinya didalam
sedimen berpasir atau daerah berlumpur. Daerah garis pantai berpasir sebagai daerah
peralihan antara laut dan darat ternyata banyak dihuni oleh organisme ini (Ariadmo,
2000).
Kerang umumnya membenamkan diri di dalam pasir atau pasir berlumpur. Pantai
berpasir dan berlumpur memiliki beberapa perbedaan di mana pantai berpasir memiliki
ukuran butiran yang lebih besar dibandingkan daerah berlumpur yang memiliki butiran
yang sangat halus. Pantai berlumpur cenderung mengakumulasi bahan organik yang
berarti bahwa cukup banyak bahan makanan yang potensial untuk organisme penghuni
pantai, akan tetapi keadaan berlimpahnya partikel organik yang halus ini mempunyai
kemampuan untuk menyumbat permukaan alat pernapasan bagi organisme yang
membenamkan diri di dalamnya (Suhardi, 2002).
Sebanyak 30.000 spesies Brachiopoda hidup pada era paleozoikum dan mezoikum.
Fosil Brachiopoda tersebar luas dan banyak pada dasar batuan dasar laut, sekitar 335
spesies hidup sampai saat ini, semuanya hidup dilaut, soliter dan biasanya menempel
pada batu atau benda padat lainnya, beberapa spesies hidup dalam lubang pasir atau
lumpur pantai dan umumnya ditemukan di daerah pantai sedang dan dingin.

2.4. Reproduksi dan Daur Hidup


Lingula unguis bergerak lambat, mencapai panjang cangkang 5 cm dalam waktu
12 tahun. Hewan ini menjadi matang kelamin, mencapai 2,25 cm. Pemijahan terjadi
disepanjang tahun. Telur dan spermatozoa disebar akan terbentuk larva dan terjadi
pembuahan. Embrio yang dihasilkan akan terbentuk menjadi larva yang berenang bebas.
Larva ini menghanyut di permukaan laut dan makan tumbuh-tumbuhan renik yang
terdapat di laut (Romimohtarto dan Juwana, 2005).
Reproksi seksual, umumnya dioecious, gomad biasanya berupa empat kelompok
gamet yang dihasilkan dalam peritoneum, kecuali yang dierami gamet dilepaskan ke air
melalui nepridia. Pembuahan diliar tubuh, telur menetas menjadi larva yang berenang
bebas dan sudah mulai makan. Larva inarcitulata bentuknya mirip brachiopoda dewasa
tidak mengalami metamorphosa pada akhir stadia larva tumbuh pedicle serta cangkang
dan larva turun ke substrat untuk kemudian hidup dalam lubang (Aslan, dkk, 2007)
2.5. Makanan dan Kebiasaan Makan
Makanan Kerang Lentera (Lingula unguis) adalah jasad renik yang melayang di
dalam air seperti plankton, sebagai hewan bentik yang hidup menetap pada suatu dasar
atau substrat.
Lingula unguis mendapatkan makanannya dengan cara menyaring partikel-partikel
yang ada di dalam air. Cara makan lingula unguis agak berbeda dengan hewan penyaring
lainnya seperti kerang-kerangan Mollusca, karena hewan ini mempunyai organ berbulu
getar yang disebut lofofor. Dengan bantuan organ tersebut. Kerang lentera dapat
menangkap makanannya dan zat yang tidak dibutuhkan akan dihalau keluar tubuh.
Makanan yang didapat akan didorong masuk ke rongga mulut dan selanjutnya ke
dalam lambung untuk dicerna. Zat-zat sisa berupa kotoran dikeluarkan melalui lubang
kecil yang terdapat di dinding usus keluar tubuh (Romimohtarto dan Juwana, 2005).

2.6. Nilai Ekonomis


Lingula unguis merupakan salah satu spesies yang mempunyai nilai ekonomis
yaitu sebagai protein hewani, sehingga keberadaannya di perairan diambil oleh
masyarakat untuk dikonsumsi sebagai pengganti ikan. (Romimohtarto dan Juwana,
2005).
Kerang lentera umumnya dikonsumsi sebagai bahan makanan yang biasanya di
konsumsi penduduk di dekat pantai dan cangkangnya dapat di jadikan hiasan.
Branchiopoda adalah suatu kelompok primitif dan terutama binatang berkulit keras,
yang kebanyakan menyerupai udang. Ada di atas 900 jenis dikenal di seluruh dunia.
Beberapa terkenal, mencakup Artemia ( air asin udang, Sea-Monkeys ketika dijual
seperti hal-hal baru), dan Daphnia.

Lingula adalah genus dari brachiopoda dalam Lingulata kelas. Lingula


dikenal sebagai "moule--queue" (ekor kerang) di Kaledonia Baru, "bec de
tongkat" (sosor bebek) bersama beberapa pantai di Samudera Hindia, dan
"shamisen-gai" di Jepang (untuk kemiripan kepada shamisen, kecapi
Jepang). Lingula diketahui telah ada mungkin sejak Cretaceous atau
setidaknya Tersier. Seperti kerabatnya, ia memiliki dua katup fosfat
lugas dan tangkai yang panjang berdaging. Lingula tinggal di liang di
dasar laut pantai berpasir tandus dan feed oleh filter detritus dari
air. Hal ini dapat dideteksi oleh deretan pendek dari tiga bukaan di
mana dibutuhkan dalam air (sisi) dan mengusir lagi (tengah).

Filum Brachiopoda
2.1 Filum Brachiopoda
Brachiopoda adalah Bivalvia yang berevolusi pada zaman awal periode Cambrian
yang masih hidup hingga sekarang yang merupakan komponen penting organisme
benthos pada zaman Paleozoikum.

Brachiopoda berasal dari bahasa latin brachium yang berarti lengan (arm), dan poda
yang berarti kaki (foot). Brachiopoda artinya hewan ini merupakan suatu kesatuan tubuh
yang difungsikan sebagai kaki dan lengan atau dengan kata lain binatang yang tangannya
berfungsi sebagai kaki.
Filum ini merupakan salah satu filum kecil dari invertebrata. Hingga saat ini
terdapat sekitar 300 spesies dari filum ini yang mampu bertahan dan sekitar 30.000
fosilnya telah dinamai. Mereka sering kali disebut dengan lampu cangkang atau lamp
shell.
Secara umum brachiopoda merupakan salah satu fosil hewan yang sangat melimpah
keberadaannya pada sedimen yang berasal dari zaman paleozoikum. Salah satu kelasnya,
yaitu Inarticulata bahkan menjadi penciri penting (fosil index) zaman Cambrian awal.
Karakteristik Brachiopoda :

Lophoporates coelomate, enterocoelic.

Tubuh tertutup oleh 2 cangkang, satu ke arah dorsal dan yang lainnya ke arah
ventral (bilvalvia).

Biasanya melekat pada substrat dengan pedicle.

Cangkang dilapisi oleh mantel yang dibentuk oleh pertumbuhan dinding tubuh
dan membentuk rongga mantel.

Lophophoremembentuk kumparan dengan atau tanpa didukung oleh skeletel


internal.

Usus berbentuk U.

Mempunyai satu atau sepasang metanefridia.

Sistem peredaran darah terbuka.

Sebagian besar diocious, larve disebut lobate.

Ganateberkembang dari jaringan gonad pada peritonium.

Hidup soliter sebagai organisme bentik di laut.


Kehidupan Filum Brachiopoda :

Hidup di air laut: benthos sessil.

Ada yang hidup di air tawar, namun sangat jarang.

Mampu hidup pada kedalaman hingga 5.600 meter secara benthos sessil.

Genus Lingula hanya hidup pada daerah tropis/hangat dengan kedalaman


maksimal 40 meter.

Hingga saat ini diketahui memiliki sekitar 300 spesies dari Brachiopoda.

Brachiopoda modern memiliki ukuran cangkang rata-rata dari 5mm hingga 8 cm.

Kehadiran rekaman kehidupannya sangat terkait dengan proses bioconoese dan


thanathoconoese.
2.2 Klasifikasi Filum Brachiopoda

Klasifikasi Fillum Brachiopoda dibagi menjadi 2 kelas yaitu klas Articulata/Phygocaulina


dan klas Inarticulata/Gastrocaulina.
Kelas Articulata/Phygocaulina (terdapat hinge/engsel)
Cangkang atas dan bawah (valve) dihubungkan dengan otot dan terdapat selaput
dan gigi. Kelas Articulata / Pygocaulina memiliki masa hidup dari Zaman Cambrian
hingga ada beberapa spesies yang dapat bertahan hidup sampai sekarang seperti anggota
dari ordo Rhynchonellida dan ordo Terebratulida. Berikut adalah ciri-ciri dari kelas
Articulata :

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Cangkang dipertautkan oleh gigi dan socket yang diperkuat oleh otot.
Cangkang umunya tersusun oleh material karbonatan.
Tidak memiliki lubang anus.
Memiliki keanekaragaman jenis yang besar.
Banyak berfungsi sebagai fosil index.
Mulai muncul sejak Zaman Kapur hingga saat ini.

Pembagian Ordo dalam Kelas Articulata :


n Ordo Orthida (Cambrian-Permian)
n Ordo Strophomenida (Ordovician-Jurassic)
n Ordo Pentamerida (Cambrian-Devonian)
n Ordo Rhynchonellida (Ordovician-Recent)
n Ordo Spiriferida (Ordovician-Jurassic)
n Ordo Terebratulida (Devonian-Recent)
1. Ordo Orthida
Umumnya memiliki sepasang cangkang sangat biconvex dan straight hinge line.
Impunctate shell = tidak terdapat indikasi perforasi sama sekali.
Terdapat 2 suborder:
a. Orthacea (impunctate): Orthis dan Platystrophia (Ordovisium).
b. Dalmanellacea (punctate): Dalmanella (Ordovisium ~ Devonian).
2. Ordo Strophomenida
Seperti Orthida yang diperkirakan merupakan nenek moyang (ancestor)-nya, Ordo
Strophomenida ini cangkangnya umumnya juga memiliki straight hinge line.
Ciri lain dari Ordo Strophomenida ini adalah cangkangnya pseudopunctate (cangkangnya
tidak perforate/pori tetapi terdapat bentuk-bentuk kanal yang disebut taleolae), dan
umumnya salah satu cangkangnya cekung (brachial valve) dan cangkang lainnya
cembung dengan radial ribs. Kisarannya dari Ordovisium ~ Jura.

3. Ordo: Pentamerida
Ordo Pentamerida ini juga merupakan turunan langsung dari Ordo Orthida dimana
cangkangnya juga bersifat impunctate. Umumnya berukuran besar dan sangat biconvex,
memiliki hinge-line yang pendek dan delthyrium yang terbuka. Kisaran umurnya adalah
Ordovisium ~ Perm.
4. Ordo: Rhynchonellida
Genus ini memiliki cangkang impunctate(tidak memiliki perforasi) dan fibrous, spherical
dan hinge line yang pendek. Umumnya dilengkapi dengan sulcus (lubang pembuangan)
dan lipatan yang berbentuk paruh yang menonjol pada pedicle valve (rostrate).
Diperkirakan merupakan turunan dari Pentamerida sebagai nenek moyangnya (ancestor).
Pertamakali muncul pada Ordovisium Tengah dan mencapai puncak penyebarannya pada
Mesozoikum.
5. Ordo: Spiriferida
Ordo Spiriferida ini adalah kelompok fosil Brachiopoda yang terbesar dan penting,
dimana sebagian besar cangkangnya bersifat impunctate dan sebagian kecil bersifat
punctuate. Memiliki radial ribbed atau cangkang yang terlipat (folded shell) dan bersifat
strongly biconvex. Biasanya terdapat interarea yang mudah teramati (well developed
interarea) pada pedicle valve, tetapi tidak terdapat pada brachial valve. Penyebaran
vertical ordo ini adalah Ordovisium Tengah ~ Permian Atas, ada beberapa yang berhasil
survive sampai Lias.
6. Ordo: Terebratulida
Secara umum cangkangnya bersifat punctate (terdapat kanal-kanal kecil yang menerus
sampai permukaan cangkang), permukaan cangkang relatif licin (smooth), hinge line
relatif pendek, foramen (lubang) berbentuk bundar pada bagian paruh. Diasumsikan
merupakan turunan dari Kelompok Dalmanellacea (Ordo Orthida). Pemunculan pertamanya diketahui sejak Silur Atas dan mencapai puncak perkembangannya pada Zaman
Kapur.
Kelas Inarticulata/Gastrocaulina (tanpa hinge/engsel)
Cangkang atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot dan terdapat
socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput pengikat. Berikut ini adalah ciri-ciri
dari kelas Inarticulata:

a.
b.
c.

Tidak memiliki gigi pertautan (hinge teeth) dan garis pertautan (hinge line).
Pertautan kedua cangkangnya dilakukan oleh sistem otot, sehingga setelah mati
cangkang akan terpisah.
Cangkang umumnya berbentuk membulat atau seperti lidah, tersusun oleh senyawa
fosfat atau khitinan.

d.

Mulai muncul sejak Zaman Cambrian awal hingga sekarang.

Pembagian Ordo dalam Kelas Inarticulata :


n Ordo Lingulida
n Ordo Acrotretida
1. Ordo Lingulida: katu kecil memanjang.
- Genus Lingula terdapat hampir di seluruh dunia dan mulai ada sejak Ordovisium.
2. Ordo Acrotretida (Inarticulata)
Pedicle valve umumnya conicle, circular relief tinggi sampai datar, brachial valve
datar (flat). Contoh :
Orbiculoida : Ordovisium Kapur
2.3 Rekaman Filum Brachiopoda dalam Skala Waktu Geologi

Filum Brachiopoda (Cambrian-Recent)


Kelas Inarticulata (Cambrian-Recent)
Ciri-ciri:
Tidak mempunyai gigi pertautan (hinge teeth) dan garis pertautan (hinge line) pertautan
kedua cangkangnya dilakukan oleh sistem otot, sehingga setelah mati cangkang langsung
terpisah. Cangkangnya umumnya berbentuk membulat atau seperti lidah, tersusun oleh
senyawa fosfat atau khitinan. Hewan ini muncul sejak zaman Cambrian awal hingga
masa kini.
Contohnya : Khitinan.

Kelas Articulata (Cambrian-Recent).


Ciri-ciri:
Cangkang dipertautkan oleh gigi dan socket.

Cangkang umumnya tersusun oleh material karbonatan.

Tidak mempunyai lubang anus.

Mempunyai keanekaragaman jenis yang besar.

Banyak yang berfungsi sebagai fosil index.

Mulai muncul sejak Zaman Kapur hingga masa kini.

Ordo Brachiopoda Articulata

Order Orthida (Cambrian-Permian)

Order Strophomenida (Ordocivian-Jurassic)

Order Pentamerida (Cambrian-Devonian)

Order Rhynchonellida (Ordovician-Recent)


Order Spiriferida (Ordovician-Jurassic)
Order Terebratulida (Devonian-Recent)
Pada akhir Zaman Permian, terjadi kepunahan masal yang melibatkan hampir
semua golongan Brachiopoda. Hanya sedikit takson yang selama, seperti golongan
Trebratulid dan Lingula, dan masih terdapat hingga masa kini (Holosen). Brachiopoda
masa kini selalu ditemukan dalam keadaan tertambat dengan menggunakan pedikelnya,
baik pada batuan keras maupun cangkang binatang yang telah mati.

Tabel 1.1 Perbedaan Kelas Articulata dan Inarticulata

Klasifikasi

Inarticulata

Calciata
Approach

Lingulata

Three-part
Approach

Linguliformea

Ordo

Lingulida

Articulata
Calciata
Craniformea

Discinida

Craniida

Rhynchonelliformea
Terebratulida

Rhynconellida

Engsel

Tidak memiliki gigi

Gigi dan soket

Anus

Bagian depan tubuh, pada usus berbentuk U

Tidak ada

Berisi Coelom dengan otot


keluar
Pedicle

Panjang, di
dalam liang

Pendek,
melekat pada
permukaan

Tidak ada

Tidak memiliki coelom, otot


menyambung dengan badan

Tidak ada,
menyambung
pada
permukaan

Pendek, melekat pada


permukaan keras

Kitin

Protein

Periostracum

Glycosaminoglycans dan
kitin

Lapisan Primer
Cangkang

Glycosaminoglycans dan
apatit (kalsium fosfat)

Lapisan
Cangkang Dalam

Kolagen dan protein lainnya


kitin dan apatit

Kalsit

Protein dan Kalsit

Chaetae sekitar
daerah bukaan
cangkang

Ya

Tidak ada

Ya

Coelom terbagi

Ya

Tidak ada

Ya

Kalsit

2.4 Fosil Brachiopoda dan kegunaan dalam Geologi

Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil index (index fossil)
untuk strata pada suatu wilayah yang luas. Brachiopoda dari kelas Inarticulata; genus
Lingula merupakan penciri dari jenis brachiopoda yang paling tua, yaitu Lower
Cambrian. Jenis ini ditemukan pada batuan Lower Cambrian dengan kisaran umur 550
juta tahun yang lalu.
Secara garis besar, jenis filum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang
hidup pada Masa Paleozoikum, sehingga kehadirannya sangat penting untuk penentuan
umur batuan sebagai index fossil.

Anda mungkin juga menyukai