Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR


PANTAI GOSONG DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA
KEPULAUAN,KABUPATEN BENGKAYANG , PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

DISUSUN OLEH :

ELSA PIBRI JUWANTI : 161110152


RABIYATUL HASANAH : 161110915
JOKO : 182110032
ARISTIAN SAPUTRA : 161110688
RIZKI MAULID : 161110509

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Usaha ke arah pengembangan potensi sumberdaya perairan sampai saat ini terus
diusahakan. Informasi tentang bioekologi oerganisme perairan merupakan salah satu aspek
penting dalam mendukung kelestarian da pengembangan potensi sumberdaya perairan. Dengan
mendayagunakan potensi sumberdaya perairan secara bijakasana makan akan dapat
dimanfaatkan sumberdaya perairan tersebut secara berkelanjutan.
Perairan laut dihuni oleh berbagai jenis organisme bernilai ekonomis penting dan
dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan memenuhi
kebutuhannya. Beberapa jenis organisme laut yang bernilai ekonomis adalah Mollusca.
Mollusca berasal dari bahasa Latin, Mollis yang berarti lunak. Jadi, jika ditinjaudari asal
katanya, Mollusca berarti hewan yang memiliki tubuh lunak. Molluscamencakup hewan-hewan
yang bersifat triploblastik celomata dengan sebaran habitatyang sangat luas. Tubuh Mollusca
yang lunak sebagai ciri utama dari phylum iniumumnya dilindungi oleh suatu cangkang yang
keras.
Mollusca memiliki sifat kosmopolit , dimana hewan-hewan ini memiliki daerah
persebaran yang sangat luas. Mollusca dapat ditemukan di darat, air tawar, maupunair laut.
Dengan persebaran yang sangat luas tersebut, Mollusca menjadi phylum dengan anggota spesies
terbesar kedua setelah gasrthropoda.
Ukuran tubuh Mollusca sangat bervariasi mulai dari siput yang panjangnya hanya
beberepa millimeter hingga cumi-cumi raksasa yang dapat mencapai panjang 18 meter. Bentuk
tubuhnya pun sangat bervariasi walaupun bentuk dasarnya bersifat simetri bilateral. Pada
beberapa terjadi modifikasi dari massa visceral yang mengakibatkan bentuk tubuhnya bersifat
asimetris.
Dalam sistem klasifikasi modern, Mollusca dibedakan menjadi lima kelas, yakni
Gastropoda, cephalooda, bivalvia, Scaphopoda. Pembagian ini didasarkan pada ciri morfologi,
anatomi dan fisiologis dari hewan-hewan tersebut. Masing-masing kelastersebut memiliki ciri
tersendiri yang sangat khas dan berbeda dengan kelas-kelas yang lain.Mollusca memegang
peranan yang sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan. Beberapa spesies dari
phylum ini menjadi sumber protein bagi manusia. Selain itu, Mollusca dapat menjadi hama bagi
pertanian dan menjadi inang bagi beberapa cacing parasit yang sangat merugikan bagi manusia.
Umumnya masyarakat yang hidup di wiayah pesisir mengumpulkan makrozoobenthos
(Mollusca) sebagai bahan makanan, bahan hiasan, dan keperluan lainnya bagi kepentingan
manusia ( Kastoro, 1982 dalam Salama,1998.)
Berdasarkan uraian inilah, perlu diadakannya praktikum mengenai studi komposisi jenis
phylum Mollusca di zona intertidal Pantai Gosong Desa Sungai Raya yang merupakan salah satu
Desa pesisir Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan
Barat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum Avertebrata Air ini , yaitu untuk mengetahui
komposisi jenis phylum Mollusca di zona intertidal Pantai Gosong Desa Sungai Raya yang
merupakan salah satu Desa pesisir di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten
Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Avertebrata Air ini, yaitu memberikan informasi ilmiah
mengenai komposisi jenis phylum Mollusca di zona intertidal Pantai Gosong Desa Sungai Raya
yang merupakan salah satu Desa pesisir di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten
Bengkayang , Provinsi Kalimantan Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Phylum Mollusca
Menurut Dharma (1988) phylum Mollusca dibagi menjadi tujuh kelas yaitu Aplacophora,
Monoplacophora ,Polyplacophora, Scaphopoda, Gastropoda , Pelecypoda dan Cephalopoda.
Sementara itu Nontji (1993) mengatakan bahwa Mollusca terdiri atas lima kelas yakni
Amphineura, Gastropoda, Scaphopoda, Pelecypoda dan Cephalopoda. Dari kedua kalsifikasi
tersebut , klasifikasi yang paling umum digunakan adalah klasifikasi menurut Nontji ( 1993).

2.2 Morfologi Phylum Mollusca


Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Menurut Oemarjati
(1990), hewan kelas gastropoda umumnya bercangkang tunggal, yang terpilin membentuk spiral,
beberapa jenis diantaranya tidak mempunyai cangkang, Sebagian besar terbuat dari bahan
kalsium karbonat yang di bagian luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang
Gastropoda yang berputar ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral,
sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siput-
siput Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali ditemukan
dalam bentuk sinistral.
Morfologi kelas Scaphopoda terlihat pada cangkangnyayang memanjang, berbentuk
seperti tanduk yang terbuka di kedua ujungnya, mantel berbentuk tubus, kaki silindris atau
kerucut,insang tidak ada, kepala tanpa mata.
Morfologi kelas Pelecypoda memiliki ciri khas, yaitu kaki berbentuk pipih seperti
kapak.Kaki Pelecypoda dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat atau menggali pasir dan
lumpur.Pelecypoda ada yang hidup menetap dan membenamkan diri di dasar
perairan.Pelecypoda mampu melekat pada bebatuan, cangkang hewan lain, atau perahu karena
mensekresikan zat perekat.Pelecypoda memiliki dua buah cangkang pipih yang setangkup
sehingga disebut juga Bivalvia.Kedua cangkang pada bagian tengah dorsal dihubungkan oleh
jaringan ikat (ligamen) yang berfungsi seperti engsel untuk membuka dan menutup cangkang
dengan cara mengencangkan dan mengendurkan otot.Cangkang tersusun dari lapisan
periostrakum, prismatik, dan nakreas.Pada tiram mutiara, jika di antara mantel dan cangkangnya
masuk benda asing seperti pasir, lama-kelamaan akan terbentuk mutiara.Mutiara terbentuk
karena benda asing tersebut terbungkus oleh hasil sekresi palisan cangkang nakreas.Pelecypoda
tidak memiliki kepala.Mulutnya terdapat pada rongga mantel, dilengkapi dengan labial
palpus.Pelecypoda tidak memiliki rahang atau radula.Maka makanannya berupa hewan kecil
seperti protozoa, diatom, dan sejenis lainnya.Insang Pelecypoda berbentuk lembaran sehingga
hewan ini disebut juga Lamellibranchiata (dalam bahasa latin, lamella = lembaran, branchia =
insang).Lembaran insang dalam rongga mantel menyaring makanan dari air yang masuk kedalam
rongga mantel melalui sifon (corong).Sistem saraf Pelecypoda terdiri dari tiga pasang ganglion
yang saling berhubungan.Tiga ganglion tersebut adalah ganglion anterior, ganglion pedal, dan
ganglion posterior.Reproduksi Pelecypoda terjadi secara seksual.Organ seksual terpisah pada
masing-masing individu.Fertilisasi terjadi secara internal maupun eksternal.Pembuahan
menghasilkan zigot yang kemudian akan menjadi larva.
Kelas Cephalopoda tubuh cephalopoda simetri bilateral, sebuah kaki yang terbagi
menjadi lengan-lengan yang dilengkapi alat penghisap dan sistem saraf yang berkembang baik di
kepala. Cephalopoda tidak mempunyai bentuk kaki yang lebar dan datar seperti halnya mollusca
lain. Bagian anterior kaki embrio tumbuh menjadi serangkaian tangan atau tentakel yang
mengelilingi mulut, dan bagian posterior membentuk corong (funnel atau sifon) berotot pada
rongga mantel.

2.3 Habitat dan Penyebaran Phylum Mollusca


Phylum Mollusca yang masih hidup diperkirakan berjumlah 80.000 spesies dan 35.000
spesies ditemukan dalam bentuk fosil ( Barth and Broshears, 1982). Mollusca termasuk hewan
yang sangat berhasil menyesuaikan diri untuk hidup di beberapa tempat dan cuaca. Ada yang
hidup di hutan Bakau, di laut yang sangat dalam , menempel pada substrat karang, di atas pasir,
membenamkan dirinya dalam pasir, di ats tanah berlumpur dan ada yang hidup di darat
( Dharma, 1988).

2.4 Parameter Lingkungan


2.4.1 Suhu
Suhu erat kaitannya dengan cahaya.Pemanasan yang terjadi di permukaan laut yang
terjadi pada siang hari tidak seluruhnya dapat diabsorbsi oleh air laut karena adanya awan dan
posisi lintang. Energi akan cukup banyak diserap ketika matahari berada di atas ketinggian di
langit dan berkurang ketika dekat dengan horizon. Posisi matahari di daerah tropic dan subtropik
yang selalu berada di atashorizon sepanjang musim menjadikan daerah ini lebih hangat
dibandingkan umumnya di daerah kutub (Widodo dan Suadi dalam Armita, 2011).

Suhu di laut adalah factor yang amat penting bagi kehidupan orgaisme (Nybakken dalam
Armita, 2011). Selanjutnya ditambahkan Romimohtarto (2001) dalam Armita (2011) bahwa suhu
merupakan factor fisik yang sangat penting dilaut, perubahan suhu dapat member pengaruh besar
kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut.
Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis seperti CO2
dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu tinggi akibatnya kecepatan
fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang diterima permukaan laut dari sinar
matahari menyebabkan suhu di permukaan perairan bervariasi berdasarkan waktu.Perubahan
suhu ini dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan atau dalam jangka waktu panjang
(Romimohtarto dalam Armita, 2011).

2.4.2 Salinitas
Air laut dapat dikatakan larutan garam. Kadar garam air biasanya didefenisikan sebagai
jumlah (dalam garam) dari total garam terlarut yang ada dalam 1 kilogram air laut dan biasanya
diukur dengan kondiktivitas. Semakin tinggi konduktivitas semakin tinggi kadar garamnya.
Komposisi kadar garam tersebut selalu dalam keadaan yang konstan dalam jangka waktu yang
panjang. Salinitas dapat diukur menggunakan refraktometer (Vedca, 2009).Salinitas
didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam tiap kilogram air laut,
dinyatakan dalam gram per-kilogram atau perseribu (Sutika dalam Armita, 2011).

Salinitas penting artinya bagi kelangsungan hidup organisme, hamper semua organisme
laut hanya dapat hidup pada daerah yang mempunyai perubahan salinitas yang kecil (Hutabarat
dan Evans dalam Armita, 2011). Menurut Sutika(1989) dalam Armita (2011) bahwa salinitas air
laut pada umumnya berkisar 33o/oo sampai 37o/oo dan berubah-ubah berdasarkan waktu dan
ruang.Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar ke air laut, curah hujan, musim,
topografi, pasang surut dan evaporasi (Nybakken dalam Armita, 2011).

2.4.3 Derajat Keasaman (pH)

Sutika (1989) dalam Armita (2011) mengatakan bahwa derajat keasaman atau kadar ion
H dalam air merupakan salah satu faktor kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
organisme yang hidup di suatu lingkungan perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air
tergantung dalam beberapa faktor yaitu : kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi
garam-garam karbonat dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organic di dasar perairan.

Derajat keasaman merupakan faktor lingkungan kimia air yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Menurut pendapat Soesono(1988) dalam Armita
(2011) bahwa pengaruh bagi organisme sangat besar dan penting, kisaran pH yang kurang dari
6,5 akan menekan laju pertumbuhan bahkan tingkat keasamannya dapat mematikan dan tidak
ada laju reproduksi sedangkan pH 6,5 – 9 merupakan kisaran optimal dalam suatu perairan.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum Avertebrata Air ini dilaksanakan di Pantai intertidal Pantai Gosong Desa
Sungai Raya yang merupakan salah satu Desa pesisir di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan,
Kabupaten Bengkayang, Provins Kalimntan Barat. Yang dilakukan pada hari sabtu 14 Desember
2019 pukul 06.00 WIB- Selesai.

3.2 Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Avertebrat Air dapat dilihat pada table
1 berikut.
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum.

No Nama Kegunaan
.
1. Alat tulis Mencatat hasil pengukuran
2. Tali Plastik Membuat blok area
3. Kertas Label Tempat sempel
4. Botol Sample Tempat spesiemen
5. Kamera Dokumentasi kegiatan praktikum
6. Tissue Pembersih alat
7. Termometer,pH Mengukur parameter lingkungan
lakmus,Handrefraktometer
8. Roll meter Mengukur blok

3.3 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data pada praktikum ini menggunakan metode blok area dengan cara survey
jelajah untuk mengamati komposisi dari jenis filum mollusca di Pantai Gosong Desa Sungai
Raya yang merupakan salah satu Desa pesisir di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten
Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Pengambilan sampel dengan memperhatikan prosedur
kerja sebagai berikut :

 Menyiapkan alat yang di gunakan dalam praktikum.


 Menentukan lokasi survei jelajah yang dipilih untuk pengamatan. Survei jelajah terdiri
dari 1 area lokasi, di mana lokasi survei jelajah yang ditempatkan sejajar garis pantai
(horizontal) dengan Panjang 50 x 50 m².
 Mengukur parameter lingkungan
 Melakukan proses pengambilan data dengan metode survei jelajah.
 Melakukan pengambulan sampel pada organisme dari filum mollusca yang di temukan
dalam lokasi blok area.
 Mendokumentasikan kegiatan praktikum
 Melakukan identifikasi dengan menggunakan buku panduan identifikasi, dan
dokumentasi pada setiap organisme yang di temukan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN

Tabel 1. Komposisi jenis mollusca yang ditemukan.

Objek Spesies Jumlah


individu
Kerang Darah A.granosa 26
Siput zaitun Olive shells 15
Siput batu M. ternispina 3
Siput kerucut Volutidae 16
Keyhole limpets 2
Vase shells 5
Kerrang kepah Polymesoda erosa 29
Kerrang simping Placuna placenta 2
Bekicot laut A.fulica 8
Littoraria scabra 11
Melanoides torulosa 4
Top shells 1
Nerites 17
Total 139

Tabel 2. Ukuran jenis mollusca


No. Nama Ukuran
Panjang Lebar Berat
1 Kerang darah 6,3 cm 5 cm
2 Olive shells 4,5 cm 2,2 cm
3 M.ternispina 10 cm 3,2 cm
4 Volutidae 2,3 cm 1,9 cm
5 Keyhole limpets 2,5 cm 2,5 cm
6 Vase shells 3,9 cm 3 cm
7 Placuna placenta 2,4 cm 2,9 cm
8 A .fulica 6,4 cm 3,8 cm
9 Littoraria scabra 1,3 cm 1 cm
10 Melanoides torulosa 3,4 cm 1,3 cm
11 Top shells 1,4 cm 2,2 cm
12 Nerites 2,4 cm 1 cm
13 Polymesoda erosa 4,9 cm 3,5 cm

Gambar 1. Grafik komposisi jenis mollusca yang ditemukan


Chart Title
35
30
25
20
15
10
5
0
sa ls a e ts ls sa ta a
br
a a lls s
no el in da pe el ro en lic os he rit
e
sh sp ti s h e c fu sc
a ul s
gr
a
rn
i lu lim a pl
a A .
to
r p Ne
A. ive .te vo le as
e
od ria To
ol o v e s na ra des
M yh ac
u o i
Ke lym Pl Li tt
a no
Po el
M

Column2

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa jenis terbanyak yan ditemukan adalah jenis
kerrang kepah (Polymesoda erosa) dari kelas Bivalvia dengan jumlah individu sebanyak 29
individu. Sementara yang terendah adalah jenis Top Shells dari kelas Gastropoda dengan jumlah
individu sebanyak 1 individu, Placuna Placenta ( kerang simping) dari kelas Bivalvia dengan
jumlah individu sebanyak 2 individu, Keyhole Limpets dari kelas Gastropoda dengan jumlah
individu sebanyak 2 individu.

4.1 Deskripsi Komposisi Jenis


Dari praktikum Avertebrata Air di Pantai Gosong ditemukan hewan mollusca sebanyak
139 individu dan berbeda jenis. Jenis -jenis tersebut yaitu siput dan kerang . ditemukan kerang
berjumlah 57 individu dengan jenis A.granosa (kerang darah) berjumlah 26 individu,Polymesoda
erosa (kepah) berjumlah 29 individu dan Placuna Placenta ( kerang simping) berjumlah 2
individu. Sedangkan siput ditemukan sebanyak 82 individu dengan jenis ,Olive Shells berjumlah
15 individu, M.ternispina berjumlah 3 individu, Volutidae 16 individu, Keyhole Limpets
berjumlah 2 individu, Vase Shells berjumlah 5 individu, A.fulica berjumlah 8 individu, Littoraria
scabra berjumlah 11 individu, Melanoides Torulosa berjumlah 4 individu , Top shells berjumlah
1 individu dan Nerites berjumlah 17 individu. Dari hasil mollusca yang banyak ditemukan
berjenis siput dengan perbedaan spesies dibandingkan dengan kerang , tetapi kerang yang
ditemukan tidak banyak jenisnya , hanya ada 3 jenis. Sedangkan berjenis siput banyak jenis yang
berbeda ditemukan.
4.2 Deskripsi Habitat
Dari praktikum di Pantai Gosong banyak mollusca jenis kerang yang ditemukan di daerah
pantai yang berpasir dan sebagian kecilnya ditemukan di daerah pantai yang berlumpur ,
sedangkan mollusca yang berjenis siput banyak ditemukan disekitar pantai yang berlumpur dan
sedikit ditemukan didaerah pantai yang berpasir

4.3 Parameter Lingkungan


Pada lokasi yang sama dengan pengambilan sampel, juga dilakukan pengukuran
parameter kualitas air. Parameter yang diukur adalah suhu,pH dan salinitas. Data hasil
pengukuran kualitas air dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengukuran parameter lingkungan.


Parameter Waktu pengukuran Hasil pengukuran Satuan

Suhu 22 ˚C
pH 7 -
Salinitas 33 ppt

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan menyusun laporan ini yang dapat disimpulkan adalah
bahwa komposisi jenis phylum mollusca dizona intertidal pantai Gosong Desa Sungai Raya yang
merupakan salah satu Desa pesisir di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan , Kabupaten
Bengkayang , Provinsi Kalimantan Barat. Yang ditemukan adalah phylum mollusca yang
berjenis siput dan kerang. Banyak ditemukan phylum mollusca yang berjenis siput sekitar 82%
dengan jenis jenis yang berbeda dibandingkan dengan phylum mollusca yang berjenis kerang
ditemukan sekitar 57% dengan jenis yang berbeda. Total dari keseluruhan yang ditemukan
sebanyak 139 individu phylum mollusca dengan jenis siput dan kerang yang berbeda.

5.2 Saran
Dari praktikum ini , sebaiknya untuk praktikum avertebrata air kedepannya harus
memaksimalkan waktu yang lama agar mahasiswa dapat mengenal secara detail berupa jenis
jenis hewan mollusca, oleh karena itu perlu dilakukan riset atau kajian lanjutan dari praktikum
yang dilakukan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Barth, R.H and R.E Broshears. 1982. The Invertebrata World. Sauders


College Publishing, Philadelphia
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. PT Sarana Graha. Jakarta.
Hutabarat, S & Evans, S. M. (1985). Pengantar oseanografi. Jakarta:
UI-Press.
KASTORO, W. 1982. Usaha Budidaya Kerang Hijau, Mytilus viridis
di Indonesia. LONLIPI, Jakarta: 14 hal. (Tidak
dipublikasikan).
Oemarjati, Boen S., Wisnu Wardhana. Taksonomi avertebrata. 1990.
Jakarta: FKUI. h. 112.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut. PT Gramedia. Jakarta.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. PT Gramedia. Jakarta.
Nontji A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Romimohtarto, K. Dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu
Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan.
Jakarta.
Sutika, N., 1989. Ilmu Air. Universitas Padjadjarang. BUNPAD
Bandung. Bandung.
Soeseno, S. 1988. Budidaya ikan dan udang dalam tambak. PT.
Gramedia. Djakarta; 179 hal.
Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 252 hal.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai