Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI

KLASIFIKASI ZOOPLANKTON

OLEH :

NAMA : NUR VARIDAH

NIM : 1913020025
SEMESTER/KELAS : IV/A

PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KEALUATAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSACENDANA
KUPANG
2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan
Praktikum Planktonologi Klasifikasi Zooplankton” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Planktonologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
klasifikasi dari spesies zooplankton yang ada di perairan serta peranannya bagi kehidupan biota
laut dan ekosistem bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Planktonologi yakni
Bapak Dr. Alexander L. Kangkan., M.Si yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Saya
menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plankton adalah organisme air yang melayang-layang di kolom perairan.


Plankton meliputi dua kelompok besar yaitu fitoplankton yang merupakan
plankton yang bersifat tumbuhan dan zooplankton yang merupakan plankton yang
bersifat hewan. Arinardi dkk. (1994) mengemukakan bahwa beberapa filum
hewan yang terwakili di dalam kelompok zooplankton terdiri dari: Protozoa,
Cnidaria, Ctenophora, Annelida, Crustacea, Mollusca, Echinodermata, dan
Chordata.
Zooplankton memiliki peranan yang sangat penting di lautan, dimana
zooplankton merupakan kunci tingkatan trofik terendah (fitoplankton) ke
tingkatan trofik tertinggi (sumberdaya ikan) dalam rantai makanan di lautan.
Atmosfer dan lautan saling berinteraksi, artinya perubahan yang terjadi pada
atmosfer (iklim) akan berpengaruh pada proses-proses yang terjadi di lautan dan
sebaliknya. Perubahan karakteristik massa air laut yang disebabkan pengaruh
iklim seperti perubahan lapisan homogen (mixed layer) akan berpengaruh pada
dinamika biota laut khususnya zooplankton.
Sebaliknya, zooplankton memiliki peranan penting dalam
menyeimbangkan iklim dimana zooplankton merupakan kunci pembawa karbon
dioksida ke laut dalam karena mereka dapat berenang 500 meter ke atas dan
bawah (migrasi vertikal) dalam sehari. Seperti yang kita ketahui bahwasannya
karbon dioksida merupakan senyawa yang menyebabkan pemanasan global.
Aliran massa air yang melalui Perairan Indonesia atau disebut Arus Lintas
Indonesia (Arlindo) merupakan aliran yang menghubungkan dua massa air yang
memiliki karakteristik berbeda. Arlindo berperan sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari sirkulasi termohalin dan fenomena iklim dunia (Kaswadji, 2001).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa spesies zooplankton yang telah ditemukan dari hasil praktikum ?
2. Bagaimana klasififikasi dari spesies tersebut ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui spesies zooplankton yang telah ditemukan.
2. Mengetahui klasifikasi dari spesies tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zooplankton

Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang pada


umumnya berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan
bebas. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang
dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi
kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya
gerakan arus itu sendiri (Hutabarat dan Evans, 1986). Menurut Arinardi dkk.
(1994), istilah plankton berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengembara.
Arinardi dkk. (1994) mengemukakan bahwa beberapa filum hewan yang terwakili
di dalam kelompok zooplankton terdiri dari: Protozoa, Cnidaria, Ctenophora,
Annelida, Crustacea, Mollusca, Echinodermata, dan Chordata.
Zooplankton dan Fitoplankton merupakan bahan dasar semua rantai
makanan di dalam perairan. zooplankton menempati perairan sampai dengan 200
m dan bermigrasi vertikal untuk mencari makan yang berupa fitoplankton (Omori
dan Ikeda, 1984). Zooplankton mempunyai peranan yang sangat penting di lautan.
Seperti yang diuraikan oleh Soeroto (1993), zooplankton berperan sebagai
pengikat energi dari fitoplankton. Hal ini berhubungan dengan peranan
zooplankton sebagai predator utama bagi fitoplankton, dan juga merupakan
pengontrol dari fitoplankton. Selanjutnya diuraikan oleh Nybakken (1992) bahwa
dalam suatu perairan zooplankton berperan sebagai mata rantai antara produser
primer (fitoplankton) dengan karnivor baik besar maupun kecil. Berdasarkan
uraian tersebut di atas dapat disebutkan bahwa keberadaan zooplankton akan
menopang kehidupan hewan hewan lainnya di perairan.
Zooplankton merupakan produsen sekunder dan sebagai konsumen primer
dalam perairan yang memanfaatkan produsen primer yaitu fitoplankton, sehingga
menjadikannya penting dalam jaring makanan di suatu perairan. Fitoplankton itu
sendiri memanfaatkan nutrient melalui proses fotosintesis (Kaswadji dkk., 1993).
Pada proses selanjutnya zooplankton merupakan makanan alami bagi larva ikan
dan mampu mengantarkan energi ke jenjang tropik yang lebih tinggi. Dalam
hubungan dengan rantai makanan, zooplankton berperan sebagai penghubung
produsen primer dengan tingkat pakan yang lebih tinggi, sehingga kelimpahan
zooplankton sering dikaitkan dengan kesuburan perairan (Arinardi dkk., 1994).
Menurut Romimohtarto dan Juwana (1998), keberadaan zooplankton pada suatu
perairan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas suatu perairan,
karena kelimpahan zooplankton pada suatu perairan dapat menggambarkan
jumlah ketersediaan makanan, maupun kapasitas lingkungan/daya dukung
lingkungan yang dapat menunjang kehidupan biota. Dengan kata lain, perubahan
yang terjadi pada suatu wilayah perairan dapat diketahui dengan melihat
perubahan kelimpahan biota zooplankton.
Menurut Nybakken (1992) dan Nontji (1993), zooplankton melakukan
migrasi vertikal harian dimana zooplankton bergerak ke arah dasar pada siang
hari dan ke permukaan pada malam hari. Gerakan tersebut dimaksudkan untuk
menghindari cahaya yang kuat dari matahari pada siang hari dan mencari
makanan pada malam hari. Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton.
Meroplankton adalah hewan air yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai
plankton, khususnya pada tingkat larva, oleh karena itu disebut juga sebagai
plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau plankton tetap, yaitu biota
yang sepanjang hidupnya sebagai plankton (Raymont, 1981; Omori dan Ikeda,
1984; Arinardi dkk., 1994).
Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat
memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk
kelangsungan hidupnya, ia sangat bergantung pada bahan organik dari
fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai
konsumen bahan organik. Ukurannya paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi
ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai
lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod
(copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipid (amphipod), kaetognat
(chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan
estuaria didepan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis
hingga ke perairan kutub (Nontji, 2008).

2.2 Reproduksi dan Siklus Hidup Zooplankton

Reproduksi antara zooplankton crustacea pada umumnya unisexual melibatkan


baik hewan jantan maupun betina, meskipun terjadi parthenogenesis diantara Cladocera
dan Ostracoda. Siklus hidup copepoda Calanus dari telur hingga dewasa melewati 6 fase
naupli dan 6 fase copepodit. Perubahan bentuk pada beberapa fase naupli pertama terjadi
kira-kira beberapa hari dan mungkin tidak makan. Enam pase kopepodit dapat
diselesaikan kurang dari 30 hari (bergantung suplai makan dan temperatur) dan beberapa
generasi dari spesies yang sma mungkin terjadi dalam tahun yang sama (yang disebut
siklus hidup ephemeral) (Parsons, 1984).

Nybaken (1992) menyatakan pada estuaria, sekitar 50-60 % persen produksi


bersih fitoplankton dimakan oleh zooplankton. Pada dasarnya hampir semua fauna
akuatik muda yang terdapat pada ekosistem mangrove, dikategorikan sebagai
zooplankton. Usia muda dari fauna akuatik (larva) sebagian besar berada di ekosistem
mangrove. Dan larva dikategorikan sebagai zooplankton, karena termasuk fauna yang
pergerakannya masih dipengaruhi oleh pergerakan air, sebagaimana pengertian dari
plankton itu sendiri. Oleh karena itu juga Tait (1987) mengkategorikan Gastropoda,
Bivalva, telur ikan, dan larva ikan kedalam zooplankton.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa zooplankton dari Filum


Protozoa, memakan bakteri dan fungi yang terdapat pada ekosistem mangrove. Selain itu
taksa zooplankton yang sering dan banyak terdapat pada ekosistem mangrove adalah
Copepoda. Ikan-ikan pelagis seperti teri, kembung, lemuru, tembang dan bahkan
cakalang berprefensi sebagai pemangsa Copepoda dan larva Decapoda. Oleh karena itu,
terdapat ikan penetap sementara pada ekosistem mangrove, yang cenderung hidup
bergerombol dikarenakan kaitannya yang erat dengan adanya mangsa pangan pada
ekosistem itu sendiri (Nybakken, 1992).

Reproduksi antara zooplankton crustacea pada umumnya unisexual melibatkan


baik hewan jantan maupun betina, meskipun terjadi parthenogenesis diantara Cladocera
dan Ostracoda. Siklus hidup copepoda Calanus dari telur hingga dewasa melewati 6 fase
naupli dan 6 fase copepodit. Perubahan bentuk pada beberapa fase naupli pertama terjadi
kira-kira beberapa hari dan mungkin tidak makan. Enam pase kopepodit dapat
diselesaikan kurang dari 30 hari (bergantung suplai makan dan temperatur) dan beberapa
generasi dari spesies yang sma mungkin terjadi dalam tahun yang sama (yang disebut
siklus hidup ephemeral) (Nybakken, 1992).

2.3 Klasifikasi Zooplankton

Berdasarkan daur hidupnya zooplankton dibagi menjadi 3 kelompok menurut (Nontji,


2008) yaitu:

1. Holoplankton

Plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur,
larva, hingga dewasa. Contohnya Kopepoda, Amfipoda, dll.

2. Meroplankton

Plankton dari golongan ini menjalani kehidupannya sebagai plankton hanya pada
tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja,
beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton. Contohnya kerang dan karang.

3. Tikoplankton

Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota ini dalam
keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai bentos. Namun karena gerakan air ia bisa
terangkat lepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton.
Contohnya kumasea (Nontji, 2008).
Menurut Arinadi et al, (1997), Zooplankton dapat dikelompokkan berdasarkan
ukurannya menjadi lima sebagai berikut :

1. Mikropankton
Mempunyai ukuran 20-200 μm dan organisme utamanya yaitu Ciliata,
Foraminifera, Nauplius, Rotifera, Copepoda
2. Mesoplankton

Mempunyai ukuran 200μm - 2 m dan organisme utamanya yaitu Cladocera,


Copepoda, Larvacea.

3. Makroplankton

Mempunyai ukuran 2-20 mm dan organisme utamanya yaitu Pteropada,


Copepoda, Euphausiid, Chaetognatha

4. Mikronekton

Mempunyai ukuran 20-200 mm dan organisme utamanya yaitu Chepalopoda,


Euphausiid, Sargestid, Myctopid

5. Megaloplankton

Mempunyai ukuran >20 mm dan organisme utamanya yaitu Scyphozoa, Thaliacea

Beberapa filum hewan terwakili di dalam kelompok zooplankton (Arinardi et.al.,


1997) :

`1. Protozoa

Kingdom Protista terdiri dari protozoa, berukuran kecil, dari fauna bersel tunggal
sampai dengan beberapa filum, beberapa jenis terkenal sebagai bentuk yang dijumpai di
lautan adalah foraminifera, radiolaria, zooflagellata dan ciliata. Protozoa dibagi dalam
empat kelas yaitu: rhizopoda, ciliata, flagelata, dan sporozoa (Sachlan, 1982).
2. Arthropoda

Filum arthropoda adalah bagian terbesar zooplankton dan hampir semuanya


termasuk kelas Crustacea. Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai shell terdiri
dari chitine atau kapur, yang sukar dicernakan. Salah satu subklasnya yang penting bagi
perairan adalah Copepoda yang merupakan Crustacea holoplanktonik berukuran kecil
yang mendominasi zooplankton di semua laut dan samudera (Nybakken, 1992).

3. Moluska

Dalam dunia hewan, filum moluska adalah nomor dua terbesar (Nybakken, 1992).
Moluska bertubuh lunak, tidak beruas-ruas dan tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang
terbuat dari kalsium karbonat. Cangkang tersebut berguna untuk melindungi organ dalam
dan isi rongga perut, tetapi ada pula moluska yang tidak bercangkang. Antara tubuh dan
cangkang terdapat bungkus yang disebut mantel. Reproduksi terjadi secara seksual
dengan fertilisasi internal (Bambang, 2004).

4. Coelenterata

Coelenterata atau Cnidaria adalah invertebrata laut yang pada taraf dewasa sering
dijumpai. Biota-biota dalam filum ini meliputi hydra, ubur-ubur, anemon laut dan koral
(Nybakken, 1992). Coelenterata mempunai siklus hidup yang menarik. Proses reproduksi
aseksual maupun seksual menunjukkan suatu siklus hidup yang terkait dengan periode
planktonik (Bambang, 2004).

5. Chordata

Anggota filum Chordata yang planktonik termasuk dalam kelas Thaliacea dan
Larvacea, memiliki tubuh agar-agar dan makan dengan cara menaring makanan dari air
laut. Larvaceae membangun cangkang di sekelilingnya dan memompa air agar melalui
suatu alat penyaring di dalam cangkang ini terus menerus dibangun dan ditanggalkan
(Nybakken, 1992).
6. Chaetognatha

Chaetognatha adalah invertebrata laut dengan jumlah spesies relatif sedikit tetapi
sangat berperan terhadap jaring-jaring makanan di laut. Biota ini memiliki ciri-ciri antara
lain bentuk tubuh memanjang seperti torpedo, transparan, organ berpasangan pada
masing-masing sisi, memiliki bagian caudal yang memanjang sirip dan kepala dengan
sepasang mata dan sejumlah duri melengkung di sekeliling mulut (Bambang, 2004).

2.4 Peranan Zooplankton dalam Jaring – jaring Makanan di Laut

Dalam hubungannya dengan rantai makanan, terbukti zooplankton merupakan


sumber pangan bagi semua ikan pelagis , oleh karena itu kelimpahan zooplankton sering
dikaitkan dengan kesuburan perairan (Arinardi, 1997). Zooplankton penting karena di
perairan memanfaatkan nutrient melalui proses fotosintesis (Kaswadji, 2001).

Hewan terbesar di dunia, paus biru (Balaenoptera physalus), makanan utamanya


adalah zooplankton kecil, Euphasia superba, yang dikenal pula dengan nama “krill”, yang
bentuknya seperti udang kecil berukuran 4 – 5 cm (Nontji, 2008).

Keberadaan zooplankton sebagai produser sekunder dan konsumer primer


mempunyai ciri anatomi, morfologi dan fisiologi yang sangat spesifik. Dengan fungsi
tersebut, setiap jenis zooplankton mempunyai spesifikasi dan sumbangan yang berbeda.
Hal ini terutama karena sebagian dari fase larva biota laut masuk kedalam tahapan
zooplankton. Oleh karenanya pengenalan terhadap ciri dan karakterisitik anatomi,
morfologi dan fisiologi sangatlah diperlukan. Hal ini juga terkait dengan proses interaksi
diantara zooplankton dengan habitatnya sebagai bagian dari strategi untuk
mempertahankan kehidupan. (Rohmimohtarto, 1999).

Peranan zooplankton sebagai produsen sekunder ataupun sebagai konsumen


primer sangat besar. Zooplankton sering melakukan gerakan naik turun pada perairan
yang disebut sebagai migrasi vertical. Gerakan tersebut dimaksudkan untuk mencari
makanan yaitu phytoplankton gerakan naik ke permukaan biasanya dilakukan pada
malam hari, sedang gerakan ke dasar perairan dilakukan pada siang hari. Gerakan pada
malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya variasi makanan yaitu phytoplankton
lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena zooplankton menghindari sinar matahari
langsung. (Nontji, 1993).

2.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hidup Zooplankton

2.5.1 Fisika

1. Suhu

Pemilihan suhu yang optimal untuk budidaya pada pembesaran tergantung


dari tipe morfologinya, small type dan long type juga berbeda dalam kebutuhanya
terutama suhu optimal untuk pertumbuhannya. Suhu optimal antara 15-25oC.
pada umumnya peningkatan suhu didalam batas-batas optimal biasanya
mengakibatkan aktivitas reproduksi juga meningkat (Ekawati, 2005).

2. Kecerahan

Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat


lumpur atau lainya yang mengendap, akan merusak nilai guna dasar perairan yang
merupakan daerah pemijahan dan habitat berbgai organism (Wirawan, 1992).

Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan


permukaan air laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya
memiliki peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton (juga
zooplankton yang ada didalamnya) (Rommimohtarto dan Juwono, 2001).

2.5.2 Kimia

1. pH

Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan


organic, zooplankton alam hidup pada pH > 6,6, sedangkan pada kondisi biasa
yang optimal hidup pada kondisi pH 6-8 (Ekawait, 2005). pH merupakan salah
satu bagian dari factor yang sangat berpengaruh terhadap banyak tidaknya
kelimpahan zooplankton disuatu perairan, adapun pH optimum yang baik untuk
pertumbuhan atau kelimpahan zooplankton disuatu perairan alami adalah pH
antara 6,2-8.6 (www.research.vi.oc.id, 2005).

2. DO (Oksigen Terlarut)

Porifera merupakan salah satu zooplankton yang dapat bertahan hidup di


air dengan kadar oksigen terlarut yang rendah yakni 2mg/l. tingkat oksigen
tertinggi dalam air budidaya tergantung apda suhu, salinitas, kepadatan, jenis
makanan yang yang digunakan (Ekawati, 2005).

3. TOM

Menurut Baru (2001), sebagian besar zooplankton menggantungkan


sumber nutrisinya pada materi organic, baik berupa fitoplankton maupun detritus.

4. Menurut Owen ( 1975 ), Orthopospat larut dalam air. Fungsi fosfat antara lain
untuk:

• Pembedahan sel pertumbuhan

• Metabolisme karbohidrat

• Mempercepat kematangan sel

Menurut Andayani ( 2005 ), senyawa perairan mengandung total organik


yang lain. Phospat dihidrolisa menjadi bentuk orto dan kelarutan fosfat organik
diuraikan menjadi orthofosfat melalui aktivitas mikrobial.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Lokasi

Praktikum ini dilaksanakan dalam satu hari yaitu pada Jum’at, 14 Mei 2021 pada pukul
08.30 WITA di Pantai Tablolong.

3.2 Alat dan Bahan

a) Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1. Saringan, yang digunakan untuk menyaring sample air
2. Toples untuk mengambil sample air
3. Botol aqua untuk menyimpan sample air yang berisi larva udang sebagai
zooplankton.
4. Cermin kaca datar sebagai wadah untuk menyimpan sample zooplankton
5. Sendk kecil untuk mengambil sample zooplankton
6. Kamera untuk dokumentasi

b) Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Alkohol 70% yang digunakan untuk mengawetkan sample
zooplankton
2. Sample zooplankton untuk diamati

3.3 Metode Kerja


1. Ambilah sample zooplankton menggunakan sendk kecil
2. Lalu letakkan di atas kaca/cermin datar
3. Kemudian amati sample zooplankton tersebut dan tentukan jenis spesies nya.
4. Klasifikasikan spesies zooplankton tersebut.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari hasil pengamatan yang telah di lakukan dalam praktikum ini spesies
zooplankton yang telah di temukan adalah sebagai berikut :

 Calanus

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Crustacea

Class : Maxillopoda

Subclass : Copepoda

Infraclass : Neocopepoda

Superorder : Gymnoplea

Order : Calanoida

Family : Calanidae

Genus : Calanus (www.itis.gov)

Spesies : Calanus sp
4.2 Pembahasan

Calanoida termasuk spesies yang berperan penting dalam rantai


makanan di laut karena jumlahnya berlimpah, kosmopolit, distribusi
merata sehingga menjadikannya sebagai salah satu rantai makanan utama
bagi hewan laut. Calanoida terdiri atas 43 famili dengan sekitar 2.000
spesies (Boltovskoy et al., 1999). Di perairan laut, Calanoida sangat
penting mulai bagi protozoa yang berukuran sangat kecil sampai ikan
besar dan bahkan bagi beberapa jenis ikan paus.
Dari hasil praktikum yang telah di lakukan spesies yang didapat kan
adalah Calanus sp. Calanoida mempunyai sifat sangat mudah diisolasi dari
alam karena bentuk morfologi yang khas, yaitu bagian tubuh Copepoda
Calanoida terdiri atas prosome dan urasome dengan bagian utama terjadi
antara lima pedigerous dan genital somitel (gymnoplean position).
Urasome terdiri atas empat somite bebas pada betina dan lima somite
bebas pada jantan. Pada penyatuan antara somite ini diakhiri dengan
caudal rami (duri ekor) (Williamson & Reid, 2001). Calanoida memiliki 5-
6 segmen pada toraks dan cenderung berbentuk oval, serta memiliki
antena panjang dan bercabang serta 5 pasang kaki pada toraks. Calanoida
betina mempunyai kebiasaan unik di saat sedang bertelur, mereka akan
menyimpan telur secara bebas di laut yang kaya dengan nutrisi
fitoplankton, sehingga nauplii yang telah menetas tidak kesulitan
mendapatkan makanan, dengan tujuan untuk menjaga kelangsungan
hidupnya (Mauchline, 1998).
Ruas dada Calanoida (thoracic) terakhir berkaitan dengan ruas perut
(abdomen) dengan sendi yang bisa digerakkan. Ciri yang lebih mudah
dikenali adalah antena pertamanya yang panjang, sedikitnya sampai
sepanjang badannya. Kelompok Copepoda Calanoida ini adalah yang
paling banyak jenisnya. Sedikitnya ada 17 sub spesies yang umum
dijumpai.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Spesies zooplankton yang telah didapatkan dari hasil
praktikum adalah Calanus sp yang merupakan salah satu genus
dari copepoda. Calanoida termasuk spesies yang berperan penting
dalam rantai makanan di laut karena jumlahnya berlimpah,
kosmopolit, distribusi merata sehingga menjadikannya sebagai
salah satu rantai makanan utama bagi hewan laut. Calanoida terdiri
atas 43 famili dengan sekitar 2.000 spesies (Boltovskoy et al.,
1999). Di perairan laut, Calanoida sangat penting mulai bagi
protozoa yang berukuran sangat kecil sampai ikan besar dan
bahkan bagi beberapa jenis ikan paus.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikum ini dilakukan oleh kelompok agar
lebih mudah dalam pengambilan sample, dokumentasi dan
pengamatan sample.
Daftar Pustaka

http://zee-marine.blogspot.com/2011/06/laporan-zooplankton.html

file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/15808-31679-1-SM%20(1).pdf

file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/628-Research%20Results-2114-2-10-20181030.pdf

file:///C:/Use file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/15808-31679-1-SM
%20(1).pdfrs/Lenovo/Downloads/378-763-1-SM.pdf
LAMPIRAN

1. Foto Saat Pengambilan dan Penyaringan Sample Air

2. Foto Alat dan Bahan


3. Foto Saat Memegang Sample

4. Foto Saat Mengambil Zooplankton Untuk Di Amati


5. Foto Sample Zooplankton Yang Telah di Amati

Anda mungkin juga menyukai