Oleh:
Rahmad Yoga Prasetya
2214201001
Kelompok 2
NPM : 2214201001
Kelompok : 2 (dua)
Fakultas : Pertanian
Universitas : Lampung
Mengetahui,
Dosen Pengampu Asisten Dosen
2.1 Plankton
Plankton adalah kelompok organisme mikroskopis yang mengapung di dalam air
dan tidak mampu bergerak secara aktif melawan arus. Ini mencakup dua kategori
utama: fitoplankton (organisme tumbuhan mikroskopis) dan zooplankton
(organisme hewan mikroskopis). Plankton berperan penting dalam ekosistem
perairan, menyediakan makanan dasar untuk makhluk laut yang lebih besar, dan
berperan dalam siklus nutrisi global serta produksi oksigen melalui fotosintesis
fitoplankton. Mereka juga bisa digunakan sebagai indikator kesehatan lingkungan
perairan. Secara sederhana plankton diartikan sebgai hewan dan tumbuhan renik
yang hanyut di dalam suatu perairan. (Ikhsan, 2016).
2.1.1.2 Diatom
Diatom adalah jenis fitoplankton yang terdiri dari organisme bersel tunggal yang
memiliki cangkang yang keras dan terbuat dari silika (bentuk mineral). Diatom
sangat melimpah di perairan tawar dan laut, dan mereka memiliki peran penting
dalam siklus nutrisi ekosistem perairan. Diatom melakukan fotosintesis dan
menghasilkan sejumlah besar oksigen serta menjadi sumber makanan bagi
makhluk laut yang lebih besar. Selain itu, fosil diatom yang tertimbun di dasar
laut seiring waktu membentuk endapan sedimen yang disebut diatomit, yang
digunakan dalam berbagai industri, termasuk pembuatan kaca, cat, dan filter.
(Nirmala, 2018).
Diatom yang jenis fitoplankton ini mereka banyak ditemukan di perairan tawar
dan laut. Diatom melakukan fotosintesis, menghasilkan oksigen, dan menjadi
sumber makanan bagi makhluk laut lebih besar. Fosil diatom membentuk
endapan sedimen bernama diatomit, yang berguna dalam berbagai
industri.Namun, di dunia ini diperkirakan ada sekitar 1.400-1.800 jenis diatom,
tetapi tidak semua hidup sebagai plankton. Diatom memiliki keunikan dan sanagt
spesifik, karenaa arsitektur dan anatomi dinding selnya yang tersusun dari silika,
sehingga dapat tersimpan dalam kurun waktu yang sangat lama di dalam sedimen.
Diatom adalah jenis fitoplankton yang terdiri dari organisme bersel tunggal
dengan cangkang keras yang terbuat dari silika. Mereka melimpah di perairan
tawar dan laut, beragam dalam bentuk dan ukuran, dan melakukan fotosintesis
untuk menghasilkan energi. Diatom berperan penting dalam ekosistem perairan
sebagai produsen oksigen, sumber makanan bagi makhluk laut yang lebih besar,
dan pembentuk endapan sedimen yang disebut diatomit, yang digunakan dalam
berbagai industry (Kharisma, 2016).
2.1.2 Morfologi
Morfologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari struktur dan bentuk fisik
organisme atau bagian-bagian organisme. Ini mencakup penelitian tentang bentuk
eksternal dan internal, serta hubungan antara bagian-bagian organisme tersebut.
Morfologi dapat digunakan untuk menggambarkan karakteristik fisik suatu
spesies, seperti bentuk tubuh, ukuran, warna, dan struktur anatomi. Studi
morfologi membantu ilmuwan dalam mengklasifikasikan organisme ke dalam
kelompok-kelompok tertentu, memahami evolusi, dan mengidentifikasi Selain
digolongkan berdasarkan taksonominya, fitoplankton juga dapat digolongkan
berdasarkan ukurannya. Kelompok fitoplankton ini meliputi ultraplankton,
nanoplankton, mikropalnkton, mesoplankton, makroplankton, dan megaplankton.
2.1.3 Habitat
Habitat adalah lingkungan fisik atau geografis di mana sebuah organisme atau
populasi organisme tinggal, tumbuh, berkembang biak, dan berinteraksi dengan
unsur-unsur biotik (organisme lain) dan abiotik (lingkungan fisik seperti iklim
dan geologi). Habitat mencakup berbagai faktor seperti tipe tanah, iklim,
vegetasi, dan sumber daya yang tersedia. Ini adalah tempat di mana organisme
menemukan kondisi yang sesuai untuk kelangsungan hidup mereka dan
memenuhi kebutuhan mereka, termasuk makanan, air, tempat berlindung, dan
tempat berkembang biak. Habitat sangat penting dalam ekologi karena
memengaruhi distribusi dan perilaku spesies-spesies di alam. Kelimpahan
plankton dapat dijumpai pada kawasan dengan banyak kandungan nutrien (Patra,
2019).
Setiap jenis habitat memiliki karakteristik unik yang memengaruhi komunitas
organisme yang hidup di dalamnya. Pengelompokan ini membantu ilmuwan
dalam memahami keragaman ekologi dan distribusi organisme di seluruh dunia.
Habitat dari kelimpahan dan distribusi plankton sangat dipengaruhi oleh tekanan
lingkungan. Adapun tekanan lingkungan tersebut seperti limbah domestik, per-
tanian, dan industri. Selain itu, habibat dari plankton juga dipengaruhi oleh
salinitas, musim, habitat kecerahan, dan arus air (Ambarawa, 2014).
Zooplankton sebagai salah satu predator dari fitoplankton, berperan penting dalam
pengendalian besar populasi fitoplankton di suatu perairan sehingga dapat men-
cegah terjadinya blooming alga yang dapat berbahaya seluruh organisme perairan.
Beberapa jenis zooplankton yang tergolong dalam copepoda, ciliate, dan beberpa
jenis protozoa diketahui merupakan predator bagi fitoplankton penyebab HAB
(Harmful Bloom Algal). Selain itu, zooplankton merupakan konsumen tingkat
pertama yang berperan untuk memindahkan energi dari produsen primer, yaitu
fitoplankton ke tingkat konsumen yang lebih tinggi seperti larva ikan, dan ikan-
ikan kecil. Zooplankton juga berperan sebagai bioindikator perairan, ada banyak
atau sedikitnya zooplankton di suatu perairan dapat digunakan sebagai petunjuk
bahwa perairan tersebut merupaka tempat asuhan atau pemijahan bagi biota. Di
dalam kelas Copepoda, dikenal sebagai jenis indikator untuk air naik (upwelling
indikator spesies) (Hamirah, 2016).
2.2 pH
pH adalah suatu ukuran kadar keasaman dan kadar basa (alkali) dari cairan atau
larutan. Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk
menentukan kadar asam atau basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai
konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat
atau melepas sejumlah ion hydrogen akan menunjukan apakah larutan tersebut
bersifat asam atau basa. (Panji, 2016).
Nilai pH menjadi faktor yang penting dalam perairan karena nilai pada air akan
menentukan sifat air menjadi asam atau basa. Kisaran pH yang sesuai bagi
organisme akuatik tidak sama karena setiap organisme memiliki toleransi yang
berbeda-beda. Sebagian besar biota akuatik tidak peka terhadap perubahan pH
dan menyukai pH sekitar 7-7,5. Apabila pH yang ada dalam perairan bernilai 6-6,5
akan menyebabkan keanekaragaman plankton dan hewan mikrozoobentos akan
menurun. (Dimas, 2018).
Kadar pH dalam air sangat penting. Air yang sangat asam akan menimbulkan
korosi atau bahkan menghancurkan logam. Meskipun air yang terlalu basa
biasanya terasa pahit dan dapat menyebabkan endapan pada pipa dan peralatan,
pH sering digunakan sebagai indikator apakah air telah mengalami perubahan
kimia. Pada industri perlu mengetahui nilai derajat keasaman sebagai pengontrol
dari bahan baku, spesifikasi dari suatu bahan baku, atau bahan antara dalam
beberapa kasus menggunakan parameter pH yang harus diukur. (Wardi, 2015).
2.3 Suhu
Suhu mempengaruhi reaksi kimia dan biologi yang terjadi dalam perairan.
Radiasi matahari, suhu udara, cuaca, dan iklim akan mempengaruhi besarnya
suhu perairan. Radiasi matahari dibuktikan dengan adanya perbedaan suhu pada
pagi dan sore hari. Penetrasi matahari meng- akibatkan suhu meningkat tinggi
pada perairan yang dangkal. Penurunan suhu disebabkan oleh hujan juga tidak
adanya radiasi matahari dan menurunnya suhu udara, sehingga hujan juga
berperan mempengaruhi suhu di perairan (Ratih, 2017).
Tingginya suhu disebabkan oleh tingginya cahaya dan adanya pencampuran air,
serta oleh faktor aktivitas yang ada pada lingkungan tersebut. Tingginya suhu air
berkaitan dengan besarnya intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan,
karena intensitas cahaya yang masuk menentukan derajat panas. Semakin banyak
sinar matahari yang masuk maka suhu semakin tinggi dan bertambahnya kedalam-
an akan mengakibatkan suhu menurun. Peningkatan suhu menyebabkaan terjadi-
nya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba (Diran, 2016).
2.4 Kecerahan
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya
untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Apabila perairan pada per-
airan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas
fotosintesis. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesis dan
produksi primer dalam suatu perairan. Kecerahan dipengaruhi oleh zat-zat terlarut
dalam air. Makin besar kecerahan air, maka penetrasi cahaya juga makin tinggi,
sehinggaproses fotosintesis bisa berlangsung semakin dalam. Akan tetapi semakin
besar nilai kecerahan pada suatu perairan, maka suhu air semakin besar (Patihan,
2018).
menggunakan secchi disk yakni, alat yang berusaha menghitung tingkat kekeruh-
an air secara kuantitatif. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dengan suatu
nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan
dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu peng-
ukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melaku-
kan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca
cerah (Irmaya, 2020).
Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke
dalam perairan. Begitu juga sebaliknya, kecerahan adalah sebagian cahaya yang
diteruskan ke dalam air yang dinyatakan dalam % dari beberapa panjang
gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya melalui lapisan 1meter jauh
agak lurus pada permukaan air. Pada perairan kecerahan air erat hubungannya dan
berbanding terbalik dengan kelimpahan plankton terutama jenis phytoplankton
yang berada di dalam perairan tersebut, atau dengan kata lain semakin tinggi
tingkat kecerahan air maka kelimpahan phytoplankton akan semakin rendah dan
sebaliknya semakin rendah tingkat kecerahan air maka kelimpahan fitoplankton di
perairan tersebut semakin tinggi (Marina, 2017).
Masukkan secchi disc kedalam perairan, tandai tali secchi disc tepat saat warna
putih pada secchi disc tidak terlihat, kemudian dicatat kedalamannya.
Ulur sedikit lagi tali Secchi disc, kemudian ditarik secara perlahan hingga
warna hitam dan putih pada Secchi disc tepat dapat terlihat lagi, dan dicatat
kedalamannya juga didokumentasikan.
3.4.1.3 pH
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam pengambilan data pH sebagai
berikut:
Siapkan pH meter yang telah dikalibrasi.
Ambil sampel air sebanyak 5 ml pada tiga titik yang berbeda menggunakan
botol sampel.
Masukkan ujung pH meter kedalam botol berisi sampel air. Tunggu beberapa
saat hingga pH meter menunjukkan nilai yang stabil serta didokumetasikan.
Catat hasil yang didapat dan ulangi langkah yang sama pada titik dua dan tiga.
Tuangkan air kedalam plankton net, lalu diayak air yang berada didalamnya.
Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali setiap pengulangan.
Ulangi langkah yang sama pada titik dua dan tiga serta didokumentasikan.
4.I Hasil
Berdasarkan praktikum identifikasi plankton yang telah dilakukan diperoleh hasil
yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Identifikasi Plankton
Titik Ulangan Nama spesies
1 1 Salpingoeca
2 Euglena
3 -
2 1 -
2 Phytoconis
3 Daphnia
3 1 -
2 Amoeba
3 -
4 2 30 8,0 88.75
5 2 29 88,75
6 2 28 88,75
8,10 83,5
7 3 29
No Titik Suhu (°C) pH Kecerahan (%)
8 3 28 88.75
9 3 28 88,75
4.2 Pembahasan
Praktikum identifikasi plankton yang telah dilakukan memperoleh jenis spesies
plankton yaitu Salpingoeca, Euglena, Phytoconis, Daphnia, dan Amoeba. Dari 9
sampel yang diidentifikasi terdapat 5 jenis plankton yang ditemukan. Jenis
plankton yang ditemukan dapat dijadikan bioindikator perairan, hal ini dikarena-
kan plankton merupakan organisme yang sensitif terhadap perubahan lingkungan
Salpingoeca, Daphnia. Amoeba termasuk jenis zoo- plankton sedangkan Euglena
dan Phytoconis termasuk jenis fitoplankton (Anjas, 2013).
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum identifikasi plankton sebagai
berikut:
1. Komunitas plankton yang berada di Embung Laboratorium Lapang Terpadu
adalah Salpingoeca, Euglena, Phytoconis, Daphnia, dan Amoeba, di mana
Salpingoeca, Daphnia, dan Amoeba tergolong dalam zoolankton sedangkan
Euglena dan Phytoconis tergolong fitoplankton.
2. Data pH, suhu, dan kecerahan yang didapat mempengaruhi komunitas plankton
yang mendiami perairan embung, di mana suhu, pH dan kecerahan yang di-
dapat berkisar antara 28-30°C, nilai pH rata-rata sebesar 8,06 dan kecerahan
rata-rata sebesar 88,25.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikum ini adalah agar para praktikan
dapat fokus dan paham tentang materi, judul, maupun Langkah kerja agar paham
dan tahu tentang materi tersebut dan diharapkan kepada asisten dosen untuk tidak
terburu-buru pada saat penyampaian materi.
DAFTAR PUSTAKA
Diran, M. 2016. Analisis kualitas air dan daya tampung beban pencemaran Bantul.
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 10(1): 127-138.