Anda di halaman 1dari 25

IDENTIFIKASI PLANKTON

(Laporan Praktikum Plankton dan Tumbuhan Air)

Oleh:
Rahmad Yoga Prasetya
2214201001
Kelompok 2

PROGRAM STUDI SUMBERDAYA AKUATIK


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Identifikasi Plankton

Tempat : Embung Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium


Produktivitas Lingkungan Perairan

Tanggal : Rabu, 13 September 2023

Nama : Rahmad Yoga Prasetya

NPM : 2214201001

Kelompok : 2 (dua)

Program studi : Sumberdaya Akuatik

Jurusan : Perikanan dan Kelautan

Fakultas : Pertanian

Universitas : Lampung

Bandar lampung, 13 Sepetember 2023

Mengetahui,
Dosen Pengampu Asisten Dosen

Henni Wijayanti M. , S .Pi., M.S i. Naufal Zaidan Pasha


NIP.198101012008012042 NPM.2014201016
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plankton adalah kelompok organisme mikroskopis yang mengapung di air, tidak
dapat bergerak secara aktif melawan arus air. Plankton dapat terdiri dari berbagai
jenis, termasuk fitoplankton (organisme tumbuhan mikroskopis) dan zooplankton
(organisme hewan mikroskopis). Mereka merupakan komponen penting dalam
ekosistem perairan, karena menjadi sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk
laut yang lebih besar, sedangkan zoo- plankton memanfaatkan fitoplankton
sebagai sumber makanannya. Plankton dapat dijadikan bioindikator untuk
mengetahui produktivitas primer perairan karena memiliki peran sebagai
produsen.

Plankton adalah kelompok organisme mikroskopis yang mengapung di air dan


tidak dapat bergerak secara aktif melawan arus. Mereka terbagi menjadi dua
kategori utama: fitoplankton, organisme tumbuhan mikroskopis yang melakukan
fotosintesis, dan zooplankton, organisme hewan mikroskopis yang memakan
fitoplankton atau plankton lainnya. Plankton memiliki peran penting dalam
ekosistem perairan karena menjadi dasar rantai makanan, menyediakan makanan
bagi makhluk laut yang lebih besar, dan berperan dalam siklus nutrisi global,
termasuk produksi oksigen melalui fotosintesis. Plankton juga dapat berperan
sebagai indikator kesehatan lingkungan perairan.. Plankton ini bersifat
heterotrofik di mana tidak dapat memproduksi makanannya sendiri. Plankton
memiliki peranan dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan, akan tetapi
jika jumlahnya melebihi batas maksimum akan membahayakan organisme
perairan lainnya (Hanum, 2016).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum identifikasi plankton sebagai berikut:
1. Mempelajari komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) yang terdapat
dalam badan air.
2. Mengukur parameter kualitas yang mempengaruhi komunitas plankton (pH,
temperatur, transparansi atau penetrasi cahaya).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plankton
Plankton adalah kelompok organisme mikroskopis yang mengapung di dalam air
dan tidak mampu bergerak secara aktif melawan arus. Ini mencakup dua kategori
utama: fitoplankton (organisme tumbuhan mikroskopis) dan zooplankton
(organisme hewan mikroskopis). Plankton berperan penting dalam ekosistem
perairan, menyediakan makanan dasar untuk makhluk laut yang lebih besar, dan
berperan dalam siklus nutrisi global serta produksi oksigen melalui fotosintesis
fitoplankton. Mereka juga bisa digunakan sebagai indikator kesehatan lingkungan
perairan. Secara sederhana plankton diartikan sebgai hewan dan tumbuhan renik
yang hanyut di dalam suatu perairan. (Ikhsan, 2016).

Selain itu, plankton juga dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik fisik


mereka, seperti ukuran dan bentuk tubuh. Ini adalah pengelompokkan umum
yang membantu ilmuwan dalam studi ekologi dan dinamika ekosistem perairan.
Tinggi rendahnya keanekaragaman plankton di perairan dipengaruhi oleh faktor
abiotic antara lain DO, BOD, pH, suhu, dan kecepatan arus (Anggi, 2019).

2.1.1 Pengertian Fitoplankton


Fitoplankton adalah plankton yang terdiri dari organisme tumbuhan mikroskopis.
Mereka melakukan fotosintesis menggunakan cahaya matahari dan menghasilkan
energi dari karbon dioksida dan nutrisi lainnya. Fitoplankton ini menjadi dasar
rantai makanan di ekosistem perairan karena mereka adalah produsen utama
oksigen dan sumber makanan bagi zooplankton dan makhluk laut yang lebih
besar. Plankton jenis ini merupakan dasar utama dalam rantai makanan atau
sebagai produsen primer perairan. Dalam suatu perairan (Rifqy, 2020).
Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk
mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan serta mengetahui jenis
fitoplankton yang mendominasi. Fitoplankton akan menjadi organisem pertama
yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh perairan. Ini
disebabkan karena fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan
kandungan beban masukan tersebut. Setiap kategori fitoplankton memiliki peran
dan karakteristik unik dalam ekosistem perairan, dan mereka merupakan
komponen penting dalam rantai makanan dan siklus nutrisi di lingkungan air.
(Shanty, 2015).

2.1.1.1 Pengertian Zooplankton


Zooplankton adalah plankton yang terdiri dari organisme hewan mikroskopis.
Mereka memakan fitoplankton, bakteri, dan plankton lainnya untuk mendapatkan
nutrisi. Zooplankton ini merupakan konsumen tingkat pertama dalam rantai
makanan perairan, dan mereka juga menjadi sumber makanan bagi ikan dan
hewan laut lainnya. Dalam rantai makanan di perairan, zoo- plankton berperan
sebagai rantai penghubung produser primer dengan biota yang berada pada
tingkat trofik yang lebih tinggi (Rifai, 2013).

Zooplankton adalah kelompok organisme hewan mikroskopis yang mengapung


di dalam air. Mereka merupakan konsumen tingkat pertama dalam rantai
makanan perairan, memakan fitoplankton dan plankton lainnya. Zooplankton
berperan penting sebagai pendorong siklus nutrisi di ekosistem perairan dan
menjadi sumber makanan bagi ikan dan makhluk laut lainnya. Zoooplankton
ini memiliki peran penting dalam rantai makanan perairan dan ekosistem laut
dan tawar, karena mereka menyediakan sumber makanan bagi makhluk laut
yang lebih besar dan membantu dalam peredaran nutrisi di lingkungan air.
Zooplankton dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas, karena
kelimpahan zooplankton suatu perairan dapat menunjukkan jumlah ketersedian
makanan serta daya dukung lingkungan yang dapat menunjang kehidupan setiap
biota perairan (Melani, 2018).

2.1.1.2 Diatom
Diatom adalah jenis fitoplankton yang terdiri dari organisme bersel tunggal yang
memiliki cangkang yang keras dan terbuat dari silika (bentuk mineral). Diatom
sangat melimpah di perairan tawar dan laut, dan mereka memiliki peran penting
dalam siklus nutrisi ekosistem perairan. Diatom melakukan fotosintesis dan
menghasilkan sejumlah besar oksigen serta menjadi sumber makanan bagi
makhluk laut yang lebih besar. Selain itu, fosil diatom yang tertimbun di dasar
laut seiring waktu membentuk endapan sedimen yang disebut diatomit, yang
digunakan dalam berbagai industri, termasuk pembuatan kaca, cat, dan filter.
(Nirmala, 2018).

Diatom yang jenis fitoplankton ini mereka banyak ditemukan di perairan tawar
dan laut. Diatom melakukan fotosintesis, menghasilkan oksigen, dan menjadi
sumber makanan bagi makhluk laut lebih besar. Fosil diatom membentuk
endapan sedimen bernama diatomit, yang berguna dalam berbagai
industri.Namun, di dunia ini diperkirakan ada sekitar 1.400-1.800 jenis diatom,
tetapi tidak semua hidup sebagai plankton. Diatom memiliki keunikan dan sanagt
spesifik, karenaa arsitektur dan anatomi dinding selnya yang tersusun dari silika,
sehingga dapat tersimpan dalam kurun waktu yang sangat lama di dalam sedimen.
Diatom adalah jenis fitoplankton yang terdiri dari organisme bersel tunggal
dengan cangkang keras yang terbuat dari silika. Mereka melimpah di perairan
tawar dan laut, beragam dalam bentuk dan ukuran, dan melakukan fotosintesis
untuk menghasilkan energi. Diatom berperan penting dalam ekosistem perairan
sebagai produsen oksigen, sumber makanan bagi makhluk laut yang lebih besar,
dan pembentuk endapan sedimen yang disebut diatomit, yang digunakan dalam
berbagai industry (Kharisma, 2016).
2.1.2 Morfologi
Morfologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari struktur dan bentuk fisik
organisme atau bagian-bagian organisme. Ini mencakup penelitian tentang bentuk
eksternal dan internal, serta hubungan antara bagian-bagian organisme tersebut.
Morfologi dapat digunakan untuk menggambarkan karakteristik fisik suatu
spesies, seperti bentuk tubuh, ukuran, warna, dan struktur anatomi. Studi
morfologi membantu ilmuwan dalam mengklasifikasikan organisme ke dalam
kelompok-kelompok tertentu, memahami evolusi, dan mengidentifikasi Selain
digolongkan berdasarkan taksonominya, fitoplankton juga dapat digolongkan
berdasarkan ukurannya. Kelompok fitoplankton ini meliputi ultraplankton,
nanoplankton, mikropalnkton, mesoplankton, makroplankton, dan megaplankton.

2.1.3 Habitat
Habitat adalah lingkungan fisik atau geografis di mana sebuah organisme atau
populasi organisme tinggal, tumbuh, berkembang biak, dan berinteraksi dengan
unsur-unsur biotik (organisme lain) dan abiotik (lingkungan fisik seperti iklim
dan geologi). Habitat mencakup berbagai faktor seperti tipe tanah, iklim,
vegetasi, dan sumber daya yang tersedia. Ini adalah tempat di mana organisme
menemukan kondisi yang sesuai untuk kelangsungan hidup mereka dan
memenuhi kebutuhan mereka, termasuk makanan, air, tempat berlindung, dan
tempat berkembang biak. Habitat sangat penting dalam ekologi karena
memengaruhi distribusi dan perilaku spesies-spesies di alam. Kelimpahan
plankton dapat dijumpai pada kawasan dengan banyak kandungan nutrien (Patra,
2019).
Setiap jenis habitat memiliki karakteristik unik yang memengaruhi komunitas
organisme yang hidup di dalamnya. Pengelompokan ini membantu ilmuwan
dalam memahami keragaman ekologi dan distribusi organisme di seluruh dunia.
Habitat dari kelimpahan dan distribusi plankton sangat dipengaruhi oleh tekanan
lingkungan. Adapun tekanan lingkungan tersebut seperti limbah domestik, per-
tanian, dan industri. Selain itu, habibat dari plankton juga dipengaruhi oleh
salinitas, musim, habitat kecerahan, dan arus air (Ambarawa, 2014).

2.2.4 Fungsi Bagi Perairan


Fungsi plankton bagi perairan adalah mentransfer energi dari matahari dan
nutrisi ke atas rantai makanan. Ini mendukung kehidupan ikan dan hewan laut
lainnya yang memanfaatkan plankton sebagai sumber makanan.Plankton juga
sering dijadikan skala ukuran kesuburan perairan. Berkat fitoplankton yang
melakukan proses fotosintesis, kehidupan perairan dimulai dan terus berlanjut
ke tingkat kehidupan yang yang lebih tinggi. Plankton dapat dijadikan pakan
alami untuk kehidupan diperairan.

Makanan untuk Organisme Lain: Zooplankton merupakan sumber makanan


utama bagi banyak hewan air, seperti ikan kecil, larva ikan, krustasea, dan
burung laut. Mereka mendukung rantai makanan perairan dengan mentransfer
energi dari alga ke hewan yang lebih besar.

Pengendalian Populasi Fitoplankton: Zooplankton memakan fitoplankton, yang


merupakan alga mikroskopis. Ini membantu mengontrol populasi fitoplankton
sehingga tidak terlalu berlimpah dan merusak kualitas air. Pencernaan Nutrien:
Ketika zooplankton memakan fitoplankton, mereka mengubah nutrien dalam
fitoplankton menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna. Proses ini membantu
dalam siklus nutrien perairan. Indikator Kualitas Air: Keberadaan atau
ketiadaan zooplankton dapat digunakan sebagai indikator kualitas air. Kondisi
ekosistem perairan yang sehat seringkali memiliki populasi zooplankton yang
beragam.
larva ikan yang ada di perairan, karena ukuran yang dimiliki oleh plankton me-
miliki ukuran yang sama dengan bukaan mulut pada larva ikan. Plankton juga
dapat menjaga menjaga kestabilan suhu perairan, agar suhu perairan tetap optimal
bagi keberlangsungan hidup biota-biota yang ada di dalamnya (Fahira, 2015).

Zooplankton sebagai salah satu predator dari fitoplankton, berperan penting dalam
pengendalian besar populasi fitoplankton di suatu perairan sehingga dapat men-
cegah terjadinya blooming alga yang dapat berbahaya seluruh organisme perairan.
Beberapa jenis zooplankton yang tergolong dalam copepoda, ciliate, dan beberpa
jenis protozoa diketahui merupakan predator bagi fitoplankton penyebab HAB
(Harmful Bloom Algal). Selain itu, zooplankton merupakan konsumen tingkat
pertama yang berperan untuk memindahkan energi dari produsen primer, yaitu
fitoplankton ke tingkat konsumen yang lebih tinggi seperti larva ikan, dan ikan-
ikan kecil. Zooplankton juga berperan sebagai bioindikator perairan, ada banyak
atau sedikitnya zooplankton di suatu perairan dapat digunakan sebagai petunjuk
bahwa perairan tersebut merupaka tempat asuhan atau pemijahan bagi biota. Di
dalam kelas Copepoda, dikenal sebagai jenis indikator untuk air naik (upwelling
indikator spesies) (Hamirah, 2016).

2.2 pH
pH adalah suatu ukuran kadar keasaman dan kadar basa (alkali) dari cairan atau
larutan. Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk
menentukan kadar asam atau basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai
konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat
atau melepas sejumlah ion hydrogen akan menunjukan apakah larutan tersebut
bersifat asam atau basa. (Panji, 2016).
Nilai pH menjadi faktor yang penting dalam perairan karena nilai pada air akan
menentukan sifat air menjadi asam atau basa. Kisaran pH yang sesuai bagi
organisme akuatik tidak sama karena setiap organisme memiliki toleransi yang
berbeda-beda. Sebagian besar biota akuatik tidak peka terhadap perubahan pH
dan menyukai pH sekitar 7-7,5. Apabila pH yang ada dalam perairan bernilai 6-6,5
akan menyebabkan keanekaragaman plankton dan hewan mikrozoobentos akan
menurun. (Dimas, 2018).

Kadar pH dalam air sangat penting. Air yang sangat asam akan menimbulkan
korosi atau bahkan menghancurkan logam. Meskipun air yang terlalu basa
biasanya terasa pahit dan dapat menyebabkan endapan pada pipa dan peralatan,
pH sering digunakan sebagai indikator apakah air telah mengalami perubahan
kimia. Pada industri perlu mengetahui nilai derajat keasaman sebagai pengontrol
dari bahan baku, spesifikasi dari suatu bahan baku, atau bahan antara dalam
beberapa kasus menggunakan parameter pH yang harus diukur. (Wardi, 2015).

2.3 Suhu
Suhu mempengaruhi reaksi kimia dan biologi yang terjadi dalam perairan.
Radiasi matahari, suhu udara, cuaca, dan iklim akan mempengaruhi besarnya
suhu perairan. Radiasi matahari dibuktikan dengan adanya perbedaan suhu pada
pagi dan sore hari. Penetrasi matahari meng- akibatkan suhu meningkat tinggi
pada perairan yang dangkal. Penurunan suhu disebabkan oleh hujan juga tidak
adanya radiasi matahari dan menurunnya suhu udara, sehingga hujan juga
berperan mempengaruhi suhu di perairan (Ratih, 2017).

Tingginya suhu disebabkan oleh tingginya cahaya dan adanya pencampuran air,
serta oleh faktor aktivitas yang ada pada lingkungan tersebut. Tingginya suhu air
berkaitan dengan besarnya intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan,
karena intensitas cahaya yang masuk menentukan derajat panas. Semakin banyak
sinar matahari yang masuk maka suhu semakin tinggi dan bertambahnya kedalam-
an akan mengakibatkan suhu menurun. Peningkatan suhu menyebabkaan terjadi-
nya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba (Diran, 2016).

Suhu berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan fito-


plankton di mana suhu yang optimal mendukung pertumbuhan plankton 20-30°C,
karena suhu sangat berpengaruh terhadap proses kimiawi dan biologi. Suhu yang
dapat ditolerir organisme pada suatu perairan ber- kisar antara 20-30°C, suhu
yang sesuai dengan fitoplankton 25-30°C, sedangkan suhu untuk pertumbuhan
zooplankton berkisar 15-35°C. Perubahan suhu yang terjadi dalam suatu perairan
berdampak pada keberlangsungan hidup organisme yang ada di dalamnya, baik
yang berukuran besar maupun kecil. (Sholih, 2019).

2.4 Kecerahan
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya
untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Apabila perairan pada per-
airan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas
fotosintesis. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesis dan
produksi primer dalam suatu perairan. Kecerahan dipengaruhi oleh zat-zat terlarut
dalam air. Makin besar kecerahan air, maka penetrasi cahaya juga makin tinggi,
sehinggaproses fotosintesis bisa berlangsung semakin dalam. Akan tetapi semakin
besar nilai kecerahan pada suatu perairan, maka suhu air semakin besar (Patihan,
2018).

menggunakan secchi disk yakni, alat yang berusaha menghitung tingkat kekeruh-
an air secara kuantitatif. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dengan suatu
nilai yang dikenal dengan kecerahan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan
dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu peng-
ukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melaku-
kan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca
cerah (Irmaya, 2020).

Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke
dalam perairan. Begitu juga sebaliknya, kecerahan adalah sebagian cahaya yang
diteruskan ke dalam air yang dinyatakan dalam % dari beberapa panjang
gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya melalui lapisan 1meter jauh
agak lurus pada permukaan air. Pada perairan kecerahan air erat hubungannya dan
berbanding terbalik dengan kelimpahan plankton terutama jenis phytoplankton
yang berada di dalam perairan tersebut, atau dengan kata lain semakin tinggi
tingkat kecerahan air maka kelimpahan phytoplankton akan semakin rendah dan
sebaliknya semakin rendah tingkat kecerahan air maka kelimpahan fitoplankton di
perairan tersebut semakin tinggi (Marina, 2017).

Pengendalian Populasi Fitoplankton: Zooplankton memakan fitoplankton, yang


merupakan alga mikroskopis. Ini membantu mengontrol populasi fitoplankton
sehingga tidak terlalu berlimpah dan merusak kualitas air.
Pencernaan Nutrien: Ketika zooplankton memakan fitoplankton, mereka
mengubah nutrien dalam fitoplankton menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna.
Proses ini membantu dalam siklus nutrien perairan.

Indikator Kualitas Air: Keberadaan atau ketiadaan zooplankton dapat digunakan


sebagai indikator kualitas air. Kondisi ekosistem perairan yang sehat seringkali
memiliki populasi zooplankton yang beragam.
Penyebab Akuatik: Beberapa spesies zooplankton seperti krustasea dan larva ikan
memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan dengan
mengendalikan populasi organisme lain.
III.METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Gambaran Umum Lokasi


Pada gambar dibawah praktikum identifikasi plankton dilakukan pada hari rabu, 13
september 2023 di Embung Laboratorium Lapang Terpadu pada jam 07:00 – 10:00 WIB.
Universitas Lampung.

Gambar 1. Embung Laboratorium Lapang Terpadu


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Lokasi yang digunakan untuk pengambilan data dan sampel praktikum


identifikasi plankton berada di Embung Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Laboratorium Lapang Terpadu memiliki jarak 1
km dari Fakultas Pertanian dengan menempuh waktu sekitar 3-5 menit.
Laboratorium ini memiliki titik koordinat 5°22'09''S 105°14'36''E. Laboratorium
ini memiliki fasilitas yang mendukung para mahasiwa pertanian untuk
meningkatkan kualitas akademik dalam proses belajar mengajar sehingga
mahasiwa lebih memahami materi perkualiahan memalui sebuah praktikum.
3.2 Waktu dan Tempat
Praktikum lapang Plankton dan Tumbuhan Air ini dilaksanakan pada hari Rabu 13
September 2023 pukul 07.00-09.50 WIB di Laboratorium Lapang Terpadu,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Adapun identifikasi sampel dilakukan
pada hari Rabu, 13 September 2023 pukul 10.00-13.00 di Laboratorium
Produktivitas Lingkungan Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.

3.3 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah planktonnet,
ember 10 L, botol sampel, pH meter, secchi disk, kertas label, pipet tetes,
termometer, formalin, mikroskop, tisu, kaca preparate, aquades, cool box, buku
identifikasi, kamera, allbike, dan pelampung.

3.4 Langkan kerja


Adapun beberapa Langkah kerja praktikum ini sebagai berikut:
3.4.1 Parameter Kualitas Air
3.4.1.1 Suhu
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam pengambilan data suhu sebagai
berikut: dua
Siapkan termometer yang telah dikalibrasi.

Tentukan tiga titik pengambilan data suhu.

Masukkan ujung termometer ke permukaan air hingga termometer menunjuk-


kan nilai yang stabil, ulangi sebanyak 3 kali pada setiap titik serta
didokumentasikan.

Catat hasil yang didapat.

Ulangi langkah yang sama pada titik dan tiga.


3.4.1.2 Kecerahan
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam pengambilan data kecerahan sebagai
berikut:
Siapkan secchi disc untuk mengukur kecerahan.

Tentukan tiga titik untuk pengambilan data kecerahan.

Masukkan secchi disc kedalam perairan, tandai tali secchi disc tepat saat warna
putih pada secchi disc tidak terlihat, kemudian dicatat kedalamannya.

Ulur sedikit lagi tali Secchi disc, kemudian ditarik secara perlahan hingga
warna hitam dan putih pada Secchi disc tepat dapat terlihat lagi, dan dicatat
kedalamannya juga didokumentasikan.

Ulangi pengambilan data sebanyak 3 kali tiap titik.

Ulangi langkah yang sama pada titik dua dan tiga.

3.4.1.3 pH
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam pengambilan data pH sebagai
berikut:
Siapkan pH meter yang telah dikalibrasi.

Tentukan tiga titik pengambilan sampel air.

Ambil sampel air sebanyak 5 ml pada tiga titik yang berbeda menggunakan
botol sampel.

Masukkan ujung pH meter kedalam botol berisi sampel air. Tunggu beberapa
saat hingga pH meter menunjukkan nilai yang stabil serta didokumetasikan.
Catat hasil yang didapat dan ulangi langkah yang sama pada titik dua dan tiga.

3.4.2 Parameter Biologi


3.4.2.1 Plankton
Adapun Langkah kerja yang dilakaukan dalam pengambilan sampel plankton
sebagai berikut:
Tentukan tiga titik pengambilan sampel.

Ambil sampel air menggunakan ember plastik ukuran 10 liter sebanyak 3


ember.

Tuangkan air kedalam plankton net, lalu diayak air yang berada didalamnya.
Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali setiap pengulangan.

Lepaskan botol berisi air yang berada dibawah penutup kain.

Pindahkan air sampel ke dalam botol sampel.

Teteskan formalin konsentrasi 4% ke dalam botol sampel.

Masukkan botol sampel ke dalam cool box.

Ulangi langkah yang sama pada titik dua dan tiga serta didokumentasikan.

Identifikasi sampel plankton di laboratorium menggunakan mikroskop.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.I Hasil
Berdasarkan praktikum identifikasi plankton yang telah dilakukan diperoleh hasil
yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Identifikasi Plankton
Titik Ulangan Nama spesies
1 1 Salpingoeca
2 Euglena
3 -
2 1 -
2 Phytoconis
3 Daphnia
3 1 -
2 Amoeba
3 -

Tabel 2. Parameter Kualitas Air


No Titik Suhu (°C) pH Kecerahan (%)
1 1 30 8,08 94,75
2 1 29 83,5
3 1 29 88,75

4 2 30 8,0 88.75

5 2 29 88,75

6 2 28 88,75

8,10 83,5
7 3 29
No Titik Suhu (°C) pH Kecerahan (%)
8 3 28 88.75
9 3 28 88,75

4.2 Pembahasan
Praktikum identifikasi plankton yang telah dilakukan memperoleh jenis spesies
plankton yaitu Salpingoeca, Euglena, Phytoconis, Daphnia, dan Amoeba. Dari 9
sampel yang diidentifikasi terdapat 5 jenis plankton yang ditemukan. Jenis
plankton yang ditemukan dapat dijadikan bioindikator perairan, hal ini dikarena-
kan plankton merupakan organisme yang sensitif terhadap perubahan lingkungan
Salpingoeca, Daphnia. Amoeba termasuk jenis zoo- plankton sedangkan Euglena
dan Phytoconis termasuk jenis fitoplankton (Anjas, 2013).

Kelimpahan komunitas plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa


parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Kelimpahan plankton di-
pengaruhi oleh kondisi faktor fisika kimia air karena keberadaannya sangat ber-
gantung pada kondisi perairan. Nilai suhu yang baik untuk pertumbuhan plankton
berkisar antara 20-30°C, sedangkan suhu yang didapat pada praktikum berkisar
dinilai 28-30°C (Savira, 2016).

Adapun nilai kecerahan yang didapat berkisar antara 83,5%-94.5%. kecerahan


(transparancy) menunjukkan seberapa jernih air di suatu perairan, sehingga
kecerahan dapat mencerminkan jumlah plankton di suatu perairan. Kecerahan
dapat berpengaruh langsung terhadap perkembangan
dan pertumbuhan fitoplankton. Nilai hasil pengukuran
kecerahan tergolong rendah jika nilai kecerahannya di bawah 100 cm. hal ini
disebabkan oleh adanya pergerakan air juga kondisi perairan yang dangkal.
Kondisi tersebut mengakibatkan dasar perairan yang dominan lumpur baik
kepermukaan lumpur sehingga menghalangi penetrasi Cahaya (Elvira,
2017).

Setiap parameter yang diukur memiliki keterkaitan antara faktor fisikan-kimia


atau pengaruhnya terhadap komunitas plankton. Menyatakan hubungan antara
parameter, yaitu apabila kedalaman meningkat, maka ada kecenderungan pH
akan turun, kecerahan rendah, suhu rendah, dan klorofil-a. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa perairan Embung Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas
Lampung tergolong dalam kisaran optimal dalam mendukung pertumbuhan
komunitas plankton (Zakky, 2020).
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum identifikasi plankton sebagai
berikut:
1. Komunitas plankton yang berada di Embung Laboratorium Lapang Terpadu
adalah Salpingoeca, Euglena, Phytoconis, Daphnia, dan Amoeba, di mana
Salpingoeca, Daphnia, dan Amoeba tergolong dalam zoolankton sedangkan
Euglena dan Phytoconis tergolong fitoplankton.
2. Data pH, suhu, dan kecerahan yang didapat mempengaruhi komunitas plankton
yang mendiami perairan embung, di mana suhu, pH dan kecerahan yang di-
dapat berkisar antara 28-30°C, nilai pH rata-rata sebesar 8,06 dan kecerahan
rata-rata sebesar 88,25.

5.2 Saran
Saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikum ini adalah agar para praktikan
dapat fokus dan paham tentang materi, judul, maupun Langkah kerja agar paham
dan tahu tentang materi tersebut dan diharapkan kepada asisten dosen untuk tidak
terburu-buru pada saat penyampaian materi.
DAFTAR PUSTAKA

Anjas, M. 2013. Komposisi dan distribusi plankton di laboratorium sains


semarang. Jurnal Sains. 26(2): 37-38.

Ambar, A. 2016. Peranan plankton dalam ekosistem perairan. Berita Biologi


Jurnal Ilmiah Nasional. Maluku 8(2): 7-19.

Alwan, P. 2017. Keanekaragaman plankton dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah.


Jurnal Sains dan Teknologi. 40(1): 75-79.

Bawana. 2016. Analisis Kualitas Perairan. Journal fisheries and marine,Medan 34


(2): 163-170.

Diran, M. 2016. Analisis kualitas air dan daya tampung beban pencemaran Bantul.
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 10(1): 127-138.

Fahira, F. 2015. Peranan-Peranan Plankton. Universitas Brawijaya. Malang.

Hanum, H. 2020 Kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton Kabupaten


Nganjuk, Jurnal Sains, Jatim. 13(2): 174-184.

Hamirah, R. 2016. Komposisi dan struktur komunitas zooplankton, Sumatera


Utara. jurnal Seminar Nasional Indonesia: 55-58. Utara, 02.

Zakky,G. 2020 Struktur komunitas plankton sebagai bioindikator pencemaran di


Perairan Lombok tengah. Jurnal Ilmiah komunitas perairan(JIKP). 2(1): 6-
8.
LAMPIRAN
Tabel 3. Dokumentasi
No Gambar Keterangan
1 Sampel plamkton yang didapat.

2 Proses pengukuran suhu.

3 Proses pemgukuran kecerahan


denga secci disk.

4 Proses pengambilan sampel


plankton.

5 Proses pengukuran pH air.

6 Proses pengamatan samoe


plankton.

Anda mungkin juga menyukai