IDENTIFIKASI PLANKTON
Dosen Pengampu : Ita Fitriyah M,Si.
Jum’at 10 Juni 2022
Disusun Oleh :
1.1 TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui
cara penentuan lokasi dan pengambilan sampel plankton, mahasiswa dapat mengetahui
tata cara penyimpanan sampel plankton, maahasiswa dapat mengetahui cara identifikasi
plankton.
BAB 2 : METODOLOGI
A. ALAT DAN BAHAN
• Water Sampler
• Plankton Net
• Botol Sampel 25 ml
• Mikroskop binokuler
• Preparat
• Cover glass
• Pipet ukur 1 ml
• Buku identifikasi Plankton
• Gelas Beker
• Lugol Iodin
• Akuadest
B. CARA KERJA
Terdapat beberapa langkah kerja yang dilakukan, yaitu pengambilan sampel
horizontal, pengambilan sampel vertikal, dan identifikasi plankton.
Pengambilan sampel horizontal, pertama-tama plankton net pada suatu titik di
laut, ditarik menuju ke titik lain selama kurang lebih 5-8 menit. Sampel air hasil
penyaringan dimasukkan dalam botol sampel kemudian diberikan larutan lugol dan
iodine 4% sebanyak 2 tetes.
Selanjutnya pengambilan sampel secara vertikal, pertama sampel di ambil
terlebih dahulu menggunakan water sampler, kemudian air yang sudah di ambil
dikeluarkan bersamaan dengan plankton net (Plankton net dalam keadaan tertutup) di
bawah water sampler. Sampel yang sudah tersaring didalam tabung plankton net
dimasukan kedalam botol sampel, kemudian diberikan larutan lugol dan iodine 4%
sebanyak 2 tetes.
Langkah terakhir merupakan tahap Identifikasi Plankton, pertama siapkan
sampel yang telah di sampling dan bersihkan SRC atau preparat dengan akuades. Ambil
sampel lalu tuangkan ke preparat/SRC sampai memenuhi permukaan SRC/preparat,
kemudian amati dibawah mikroskop.
Pada praktikum ini telah dilakukan pengambilan sampel baik secara horizontal
dan vertikal yang dilakukan di Kampus 2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, kemudian
sampel di amati dibawah mikroskop untuk di identifikasi terkait plankton yang
didapatkan. Pada sampel air yang kami amati dibawah mikroskop hanya ditemukan 3
ekor plankton dengan genus Aulacoseira, dan sebagai referensi kami meminta beberapa
foto dari kelompok lain. Berdasarkan gambar dan referensi gambar kelompok lain
didapatkan Genus Aulacoseira, Daphnia, Pediastrum, dan Ceratium.
Centric Diatom Centric diatom merupakan kelompok diatom yang memiliki
valve berbentuk radial dengan jari - jari yang simetris . Masing - masing jenis memiliki
struktur morfologi valve yang bervariasi dan memiliki fungsi tertentu untuk beradaptasi
pada lingkungannya , misalnya fungsi menempel pada substrat untuk jenis yang hidup
di dasar perairan . Umumnya , jenis yang memiliki sifat melayang pada perairan dileng
kapi struktur semacan duri pada ujung valve , misalnya Aulacoseira sp . Selanjutnya ,
beberapa jenis lainnya membentuk koloni , sel berikatan antara sel yang satu dengan
sel yang lainnya agar dapat melayang di perairan , seperti jenis - jenis dari marga
Cyclotela. Aulacoseira sebelumnya diklasifikasikan dalam genus Melosira dan
sekarang dipisahkan dengan nama Aulacoseira. Karakteristik Aulacoseira berbentuk
silinder , valve berbentuk radial ( melingkar ) . Dari penampakan girdle sel berbentuk
segi empat , ukuran panjang lebih besar daripada lebar . Dalam beberapa jenis , terdapat
sulcus atau goresan melingkar di bagian tengah sel . Permukaan dinding sel dicirikan
oleh kumpulan pori - pori yang besar ( areolae ) . Sel membentuk rangkaian memanjang
atau filamen . Filamen lurus atau membengkok serta terdapat duri memanjang pada
ujung sel. Ukuran diameternya 4-20 μm , umum ditemui di Situ Lembang , Situ
Patenggang , Situ Gunung , Telaga Menjer , Rawa Pening . Habitatnya berada pada
Perairan danau kecil sampai sedang , teraduk atau sensitif terhadap stratifikasi suhu
menempati perairan mesotrofik sampai eutrofik dengan suhu 21,29-27,1 ° C , pH 6,87-
7,70 , konduktivitas 18-261 µS / cm , dan alkalinitas 4,89-52,93 mgCaCO / L .
Daphnia, Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat . Kepala
menyatu , dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan
jelas melalui lekukan yang jelas . Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh
tertutup oleh carapace , dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut .
Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata , antenna dan sepasang seta . Pada
beberapa jenis Daphnia , bagian carapace nya tembus cahaya dan tampak dengan jelas
melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya . Daphnia sp adalah jenis zooplankton yang
hidup di air tawar , mendiami kolam atau danau . Daphnia sp dapat tumbuh optimum
pada selang suhu 18-24 ° C . Selang suhu ini merupakan selang suhu optimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan Daphnia sp . Daphnia sp diketahui toleran dengan
kadar oksigen terlarut rendah . Pada kondisi dengan kadar oksigen terlarut rendah ,
mereka akan membentuk hemoglobin untuk membantu pendistribusian oksigen dalam
tubuh mereka . Kehadiaran hemoglobin ini sering menyebabkan Daphnia spberwarna
merah . Hal ini tidak akan terjadi apabila kadar oksigen terlarut cukup . ( Warna
Daphnia sp seringkali ditentukan oleh jenis pakan yang dikonsumsi , sebagai contoh
apabila mereka mengkonsumsi algae , maka tubuhnya akan cenderung berwarna hijau ) .
Suplai oksigen dapat diberikan pada kultur untuk menjamin kadar oksigen yang
memadai .
Pediastrum sp memiliki ciri - ciri sel dan koloni tanpa selabung gelatin yang
mencolok , sel membentuk seperti piring datar melingkar , sel tubuh dalam bentuk
poligonal , dengan tanduk menyerupai tonjolan .Flagela - flagelanya selalu sama
panjang , disebut dengan isokontae. Pediastrum koloninya mengapung , berisi 2 -128
( biasanya 4-64 ) sel poligonal ( bersudut banyak ) yang tersusun dari satu bidang pipih
setebal selnya . Senobium mungkin padat atau berlubang . Jika jumlah sel senobium
ada 16 atau lebih , cenderung membentuk lingkaran - lingkaran yang ke arah dalam
makin kecil . Pada setiap lingkaran berisi sel dengan jumlah yang tertentu . Terjadi atau
tidak terjadinya keteraturan ini ditentukan oleh faktor - faktor yang menmpengaruhi
zoospora pada saat mulai membentuk koloni . Sel - sel lingkaran tepi ( perifer ) sering
berbeda bentuknya dengan sel - sel bagian dalam dan sel perifer mungkin punya satu ,
dua , atau tiga taju atau penonjolan ( prosesus ) yang tidak dimiliki sel - sel bagian
dalam . Dinding sel mungkin mulus , berongga atau retikularis . Sel muda memiliki
kloroplas parietal bentuk cakram dengan satu pirenoid . Sel tua memiliki satu kloroplas
yang difuse ( meluas ) dan mungkin memiliki lebih dari satu pirenoid . Sel dewasa
mungkin memiliki satu , dua , empat , atau delapan nukleus ( 14 spiro ). Sebagai
Plankton Hidupnya Melayang Di Perairan Laut , Payau Atau Tawar . Bersifat pasif atau
cenderung mengikuti arus perairan . Sebagai anggota dari filum Chlorophyta ,
Pediastrum sp . mengandung koroplas ( plastid berwarna hijau ) dengan butir - butir
pirenoid di tengahnya yang berfungsi dalam fotointesis untuk menghasilkan amilum
atau pati . Hal ini menyebabkan Pediastrum sp . bersifat fototaksis positif , yaitu
mendekati datangnya sinar matahari , sehingga sering ditemukan di kolom permukaan
suatu perairan .
Peridinium memiliki karakteristik sel berbentuk bulat atau bulat telur dan datar
bila dilihat dari sisi samping . Permukaan dorsal berbentuk cembung dan permukaan
ventral berbentuk cekung . Umumnya tidak memiliki tanduk , walaupun ada beberapa
jenis yang memilikinya . Pada ujung selnya sering terdapat lubang . Alur - alur lekukan
permukaan sel mudah dikenali . Lekukan yang melingkar pada sel lebih dalam dan
posisinya di tengah - tengah sel . Sel dilapisi thecal plate yang kaku. Ukuran : Panjang
10-100 µm dan lebar 15-90 µm. Biasa ditemukan pada Ranu Pane , Telaga Menjer ,
Situ Cileunca , Situ Patenggang , Situ Lengkong . Tinggal Pada perairan danau dalam ,
dangkal , sampai medium dan besar serta pada kondisi status eutrofik sampai
hipereutrofik . Banyak dijumpai pada musim panas di lapisan epilimnion . Suhu 18,2-
26,15 ° C , konduktivitas 59-150 µS / cm ; pH 6,41-7,74 , dan alkalinitas 17,78-150
mgCaCO , / L .
Faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi keberadaan plankton adalah suhu
air, pH air, kandungan oksigen terlarut dalam air dan intensitas cahaya.
Peranan plankton dalam ekosistem perairan dinilai penting karena berperan sebagai
komponen utama rantai makanan dalam ekosistem perairan. Keberadaan plankton di
perairan juga dapat dijadikan sebagai salah satu indikator suatu perairan karena sangat
dipengaruhi oleh kualitas air. Fitoplankton merupakan indikator biologi untuk
mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan.
Perhitungan kelimpahan fitoplankton dilakukan dengan menggunakan metode
sapuan dengan bantuan mikroskop . Kelimpahan fitoplankton dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai kelimpahan SRC :
No.mL = C x1000 mm⁵
Ket :
C = Jumah caluhan
A = Luas area kotakan
D = kedalaman SRC ( 1mm )
F = jumlah kotakan SRC yang dihitung ( 50 )
Kelimpahan total :
(N)/L = N0 X A/B X ¹/C.
Ket:
No = Jumlah kelimpanan dalam SRC
A = Volume Sampel yang tersaring 25 ml
B = Volume Sampel yg diamati ( 1 ml ) .
C = Volume air yg disaring
Indeks dominasi yang didapat dalam air tawar yaitu sebesar 0,332ind / l dan
yang di air laut 0,717 ind / l . Indeks dominasi dalam suatu habitat dapat digunakan
rumus dibawah ini :
Keterangan
C = Indeks Dominansi
Ni = jumlah individu tiap jenis
N = Jumlah total individu
C ~ = Ada Dominansi 1 C ~ 0 = Tidak ada Dominansi
Indeks keragaman plankton dalam praktikum planktonologi l Distribusi dan
komposisi jenis plankton dapat diketahui dengan menghitung indek of general diversity
( H ' ) menggunakan metode Shannon wiener
Keterangan :
E = Indeks Keseragaman
H’ = Indeks keanekaragaman
H maks = ln 25
S = Jumlah total Individu
BAB 4 : KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada sampel perairan
yang diambil dari Kampus 2 UIN Sunan Gunung Djati, didapatkan Genus Aulacoseira,
Daphnia, Pediastrum, dan Ceratium. Faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi
keberadaan plankton tersebut adalah suhu air, pH air, kandungan oksigen terlarut dalam
air dan intensitas cahaya. Peranan plankton dalam ekosistem perairan dinilai penting
karena berperan sebagai komponen utama rantai makanan dalam ekosistem perairan.
Keberadaan plankton di perairan juga dapat dijadikan sebagai salah satu indikator suatu
perairan untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Adapun
plankton dapat di hitung dengan rumus kelimpahan, dominasi dan keragaman.
Daftar Pustaka
Barus, T.A.2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan: USU
Press.
Khaleyla, Firas dkk. 2011. Laprak Ekologi Umum Mempelajari Benthos. Jawa Timur :
Universitas Airlangga
Putra, H dkk. 2014. komunitas makrozoobentos di sungai Batang ombilin Sumatera Barat.
Rangkuti, Ahmad M. 2009. Studi Kandungan Logam Berat HG, PB, dan CD pada Air dan
Solihati, Euis Novi. 2016. Laporan Praktikum Pemeriksaan Kualitas Air. Semarang : Fakultas
Tim Pengajar UIN. 2022. Modul Praktikum Ekologi Perairan. bandung: UIN Sunan Gunung
Djati.
Perairan di sungai Kaliputih Kabupaten Jember dan pemanfaatannya sebagai buku non
teks. Skripsi. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.
Soedirman.