Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ekosistem yang memiliki peran dan manfaat yang besar bagi
kehidupan adalah ekosistem perairan. Kehidupan yang ada didalamnya sangatlah
beragam. Mulai dari organisme mikroskopis hingga organisme ukuran makro
yang dapat terlihat langsung oleh mata tanpa bantuan alat. Salah satu organisme
yang ada pada ekosistem perairan adalah plankton. Plankton merupakan
organisme mikroskopis yang berada di perairan dan memiliki peran sebagai
produsen primer (Yuliana, 2014).
Berbeda dengan nekton yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas,
tidak bergantung pada arus, plankton hidupnya mengapung, megambang, atau
melayang didalam air karena kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangatlah
terbatas. Secara umum plankton terbagi atas fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton disebut dengan plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya
melayaang atau mengapung didalam air, yang memiliki peran sebagai produsen
primer di perairan. Sedangkan zooplankton disebut sebagai plankton hewani,
adalah hewan yang hidupnya melayang atau mengapung didalam air yang
berperan sebagai konsumen dari fitoplankton (Nontji, 2008).
Pola hubungan kehidupan antara fitoplankton dan zooplankton merupakan
rangkaian hubungan pemakan dan mangsa. Hubungan yang terjadi membentuk
jalur rantai makanan. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer yang
nantinya akan dimangsa oleh zooplankton, pada gilirannya zooplankton akan
dimakan oleh konsumen ekosistem perairan yang memiliki tingkatan tropik lebih
tinggi (Tambaru et al. 2014).
Plankton dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk mengukur kualitas
perairan dan tingkat kesuburan suatu ekosistem perairan yang sangat diperlukan
untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Terdapat hubungan
positif antara kelimpahan plankton dengan produktivitas perairan. Zooplankton
memiliki peranan yang penting dalam hal kemantapan produktivitas perairan
(Yuliana, 2014).
Selain memiliki peranan yang sangat penting sebagai produsen primer
dalam ekosistem perairan, fitoplankton juga merupakan salah satu parameter
tingkat kesuburan suatu ekosistem perairan. Kelimpahan plankton dipengaruhi
oleh parameter fisik-kimiawi dalam perairan. Jika kelimpahan fitoplankton dalam
suatu ekosistem perairan tersebut tinggi, maka perairan tersebut cenderung
memiliki produktivitas yang tinggi pula (Yuliana et al. 2012).
Adanya kegiatan dari luar ekosistem perairan dapat memberi dampak pada
ekosistem perairan, seperti perubahan suhu, salinitas, pola arus, an kekeruhan. Hal
ini tentu saja berdampak juga terhadap komposisi kimia hara perairan, seperti
amonia, nitrat, dan silika. Apabila faktor abiotik dari ekosistem perairan tersebut
terganggu, maka faktor biotik seperti halnya fitoplankton sebagai dasar rantai
makanan pada ekosistem perairan dapat terganggu pula kehidupannya dalam
ekosistem (Fitra et al. 2013).
Berbagai hal kelebihan dari fitoplankton menjadikannya menjadi salah
satu bioindikator perairan. Hal ini dikarenakan fitoplankton memiliki siklus hidup
yang pendek dan merespon cepat terhadap perubahan lingkungan. Selain itu
fitoplankton juga menjadi produsen primer yang menghasilkan bahan organik
serta oksigen yang bermanfaat kehidupan perairan melalui proses fotosintesis
karena fitoplankton memiliki klorofil sehingga bisa menghasilkan makanan
sendiri. Proses distribusi fitoplankton terjadi secara horizontal karena pengaruh
cahaya matahari dalam proses fotosintesis (Maresi et al. 2015).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Planktonologi, tentang Pengenalan Fitoplankton
adalah mahasiswa dapat mengetahui, mempelajari, mengamati, dan mengiden-
tifikasi fitoplankton kelas sampai tingkatan family dan genus.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum Planktonologi, tentang Pengenalan Fitoplankton
adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang bentuk-bentuk dari fitoplankton.
2. Mahasiswa dapat mengelompokkan zooplankton berdasarkan ciri-cirinya.
3. Mahasiswa dapat menggambar morfologi dari fitoplankton.
4. Mahasiswa dapat mengetahui taksonomi dari fitoplankton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Plankton didefinisikan sebagai makhluk hidup, baik hewan atau tumbuhan


yang hidupnya mengapung, mengambang, atau melayang didalam air yang
kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangatlah terbatas hingga selalu terbawa
hanyut oleh arus. Istilah plankton diperkenalkan oleh Victor Hensen pada tahun
1887, yang berasal dari bahasa Yunani, “plankton” yang berarti mengembara
(Nontji, 2008).
Plankton terbagi atas fitoplankton yang menjadi produsen utama zat-zat
organik dalam rantai makanan ekosistem perairan (primary producer) dan
zooplankton yang tidak dapat memproduksi zat-zat organik sendiri sehingga harus
mendapatkan tambahan bahan organik dari makanannya. Zooplankton memiliki
peranan yang penting dalam rantai makanan ekosistem perairan, organisme ini
merupakan konsumen I yang berperan besar dalam menyalurkan transfer energi
dari produsen primer (fitoplankton) ke hewan yang berada pada level lebih tinggi,
baik golongan ikan maupun udang (Yuliana, 2014).
Selain menjadi produsen, fitoplankton juga zooplankton dijadikan sebagai
parameter kualitas perairan. Terdapat hubungan positif antara kelimpahan
fitoplankton dengan produktivitas perairan. Jika kelimpahan fitoplankton di suatu
perairan tinggi, maka produktivitas perairan tersebut cenderung tinggi pula.
Penelitian tentang kandungan fitoplankton di berbagai perairan baik wilayah
perairan maupun antara perairan tertentu menunjukkan adanya keragaman jumlah
dan jenisnya. Faktor yang menyebabkan perbedaan keragaman jumlah dan jenis
plankton pada suatu wilayah biasanya adalah angin, arus, suhu, salinitas, zat hara,
kedalaman perairan, dan pencampuran massa air menyebabkan perbedaan tersebut
(Yuliana et al. 2012).
Fitoplankton dijadikan sebagai indikator suatu perairan karena siklus
hidupnya pendek dan responnya sangat cepat terhadap lingkungan. Selain itu
fotoplankton juga menghasilkan bahan organik serta oksigen yang bermanfaat
bagi perairan dengan cara fotosintesis. Pengaruh cahaya matahari dalam proses
fotosintesis fitoplankton juga menyebabkan fitoplankton berdistribusi secara hori-
zontal. Fitoplankton yang dijadikan sebagai indikator kualitas perairan yang
berhubungan dengan indeks saprobitas perairan (Maresi et al. 2015).
Keberadaan fitoplankton sangat penting dalam ekosistem perairan
termasuk perairan laut, yaitu berperan sebagai makanan dasar bagi kehdupan
lainnya dalam ekosistem perairan. Fitoplankton berada pada tingkat dasar rantai
makanan di perairan, yaitu menentukan keberadaan organisme pada jenjang
berikutnya berupa beragam jenis ikan (Sagala, 2012)
Faktor penetrasi cahaya lebih banyak berpengaruh pada fitoplankton
karena penetrasi cahaya menjadi faktor pembatas bagi organisme fotosintetik.
Arus menjadi pengaruh bagi penyebaran plankton itu sendiri. Adanya arus pada
ekosistem perairan membawa plankton (khususnya fitoplankton) yang menumpuk
pada suatu tempat tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya blooming pada
suatu wilayah perairan tertentu (Yuliana, 2014).
Kandungan unsur nutrisi, plankton dari jenis fitoplankton dapat
menghasilkan energi dan molekul yang kompleks jika tersedia bahan nutrisi yang
penting dibutuhkan seperti nitrat dan fosfat. Nitrat dan fosfat dibutuhkan dan
diperlukan oleh fitoplankton sebagai unsur hara yang menunjang pertumbuhan
dari fitoplankton tersebut. Beberapa unsur yang diperlukan oleh fitoplankton
adalah DO (Dissolved Oxygen) dan BOD (Biology Dissolved Oxygen).
Kandungan DO yang baik untuk kehidupan di perairan, yaitu berkisar antara 4,45-
7,0 mg/L, sedangkan kadar BOD yang baik berkisar antara 10-20 mg/L.
Kandungan unsur DO dan BOD di perairan dapat mempengaruhi perkembangan
dan produktivitas fitoplankton (Fitra et al. 2013).
Unsur nutrisi yang dibutuhkan plankton adalah nitrogen dan fosfor yang
terakumulasi akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi dari plankton jenis
fitoplankton yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya proses eutrofikasi
yang dapat menurunkan kualitas suatu perairan. Faktor-faktor ekologis juga dapat
mempengaruhi keanekaragaman plankton. Suhu yang sesuai untuk fitoplankton
berkisar antara 25˚C - 30˚C, sedangkan untuk zooplankton suhunya berkisar
antara 15˚C - 34˚C (Yuliana et al. 2012).
Meskipun ukuran fitoplankton yang sangat halus namun bila mereka
tumbuh melebihi batas normalnya dapat menyebabkan perubahan warna pada
perairan yang dapat terlihat. Fitoplankton mempunyai fungsi penting dalam
perairan karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan
organik makanannya. Perubahan kepadatan fitoplankton dapat dicermati dengan
melakukan penelitian pada berbagai waktu dan kedalaman (Nontji, 2008).
Makanan alami bagi larva organisme di perairan adalah plankton, baik itu
fitoplankton maupun zooplankton. Sebagai produsen primer, fitoplankton
memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi
dalam aktivitas kehidupannya, sementara itu zooplankton berkedudukan sebagai
konsumen primer dengan memanfaatkan sumber energi yang dihasilkan oleh
fitoplankton (Tambaru et al. 2014).
Bahan organik yang diproduksi oleh fitoplankton menjadi sumber energi
untuk melaksanakan segala fungsinya. Tetapi disamping itu energi yang
terkandung dalam fitoplankton dapat dialirkan ke berbagai komponen ekosistem
lainnya melalui rantai makanan. Melalui rantai makananini seluruh fungsi
ekosistem dapat berlangsung. Seluruh hewan perairan seperti ikan, udang, cumi-
cumi sampai paus yang berukuran raksasa pun bergantung pada fitoplankton
(Yuliana et al. 2012).
Jika ditinjau dari faktor kimia, organisme perairan dapat hidup dalam
suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara
asam lemah sampai basa lemah, yaitu 7-8,5. Kondisi asam atau basa suatu
perairan akan membahayakan kelangsungan hidup suatu organisme tersebut
karena menyebabkan gangguan metabolisme dan respirasi. Menurunnya kualitas
suatu perairan akan berdampak dan mempengaruhi keragaman, kelimpahan,
sebaran, dan struktur komunitas fitoplankton pada ekosistem perairan tersebut.
Keragaman, kelimpahan, sebaran, serta struktur komunitas fitoplankton di suatu
perairan (Munthe et al. 2012).
Hubungan ketergantungan antara fitoplankton dan zooplankton sangatlah
erat. Dari ketergantungan tersebut memberikan dampak pada kelimpahan
keduanya di perairan. Seiring dengan bertambahnya waktu, fenomena hubungan
antara zooplankton dan fitoplankton dapat dijelaskan dengan adanya perubahan
kelimpahan dari zooplankton dan fitoplankton pada setiap kedalaman suatu
perairan (Yuliana, 2014).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Planktonologi tentang Pengenalan Fitoplankton dilaksanakan
pada hari Jum’at, tanggal 2 Februari 2018, pukul 13.30 WIB di Laboratorium
Bioekologi Kelautan Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah :
No Alat dan Bahan Fungsi
1 Pipet tetes Meneteskan sampel ke SRCC
2 SRCC (sedgwick rafter Tempat sampel identifikasi
counting cell)
3 Mikroskop Mengidentifikasi fitoplankton yang
terdapat pada sampel
4 Buku Identifikasi Pedoman pengamatan dan identifikasi
sampel
5 Alat tulis Mencatat data
6 Sampel Objek identifikasi

3.3 Cara Kerja


Amati sampel yang telah diteteskan di SRCC menggunakan mikroskop

Pelajari dan gambar dengan jelas morfologi sampel sesuai hasil yang
didapatkan

Klasifikasi sampel menggunakan pedoman buku identifikasi
DAFTAR PUSTAKA

Fitra F, Indra JZ, Syamsuardi. 2013. Produktivitas primer fitoplankton di Teluk


Bungus. Jurnal Biologika. Vol 2 (1) : 60

Maresi SRP, Priyanti, Etyn Y. 2015. Fitoplankton sebagai bioindikator saprobitas


perairan di Situ Bulakan Kota Tangerang. Jurnal Biologi. Vol 8 (2) :113-
114

Munthe YV, Riris A, Isnaini. 2012. Struktur komunitas dan sebaran fitoplankton
di Perairan Sungsang Sumatera Selatan. Maspari Journal. Vol 4 (1) : 123

Nontji A. 2008. Plankton laut. Jakarta : LIPI Press

Sagala EP. 2012. Indeks keanekaragaman dan indeks saprobik plankton dalam
menilai kualitas perairan Laut Bangka di sekitar FSO Laksmiati PT.
MEDCO E & P INDONESIA Kabupaten Bangka Barat Propinsi Bangka
Belitung. Maspari Journal. Vol 4 (1) : 25

Tambaru R, Amir HM, Hasrul SM. 2014. Analisis perubahan kepadatan


zooplankton berdasarkan kelimpahan fitoplankton pada berbagai waktu
dan kedalaman di Perairan Pulau Badi Kabupaten Pangkep. Torani (Jurnal
Ilmu Kelautan dan Perikanan). Vol 24 (3) : 40-41

Yuliana. 2014. Keterkaitan antara kelimpahan zooplankton dengan fitoplankton


dan parameter fisika-kimia di Perairan Jailolo Halmahera Barat. Maspari
Journal. Vol 6 (1) : 26

Yuliana, Enan MA, Enang H, Niken TMP. 2012. Hubungan antara kelimpahan
fitoplankton dengan parameter fisik-kimiawi perairan di Teluk Jakarta.
Jurnal Akuatika. Vol 3 (2) : 169-170

Anda mungkin juga menyukai