Anda di halaman 1dari 8

MATERI 1

PENGUMPULAN DATA DENGAN WAWANCARA

1.1 Teknik Pengumpulan Data


A. Observasi
Observasi adalah teknik data yang dilakukan dengan cara yang ingin diteliti atau melalui
eksperimen (percobaan). Cara efektif jika ingin menggunakan metode observasi adalah
dengan melengkapinya dengan pengamatan dalam bentuk checklist sebagai instrumen.
Observasi banyak digunakan dalam metode penelitian kualitatif.
1. Observasi Partisipasi: melakukan observasi terhadap kegiatan sehari-hari manusia di
mana peneliti terlibat langsung selama proses observasi.
2. Observasi tidak berstruktur: melakukan observasi tanpa menggunakan baru
observasi, sehingga peneliti mengembangkan sendiri pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan.

Proses observasi, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:


A. Hal-hal apa yang ingin diamati
B. Bagaimana proses pencatatan pengamatan
C. Apa saja alat bantu pengamatan yang dibutuhkan
D. Bagaimana cara kerja jarak antara pengamatan dan objek yang ingin diamati

B. Kuesioner
Kuesioner adalah instrumen penelitian yang terdiri dari rangkaian pertanyaan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari responden. Kuesioner dapat dianggap sebagai
wawancara tertulis. Kuesioner adalah cara pengumpulan informasi dalam jumlah besar yang
relatif murah, cepat dan efisien. Dengan kuesioner kita juga bisa mendapatkan data dari
sampel orang banyak. Pengumpulan datanya juga relatif cepat karena peneliti tidak perlu
hadir pada saat pengisian kuesioner. Hal ini berguna untuk meneliti populasi besar, di mana
wawancara bukanlah pilihan yang praktis.
Namun, metode ini tetap memiliki kekurangan. Masalah pada kuesioner adalah bahwa
responden bisa saja memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan karena
keinginan sosial. Terlepas dari kekurangan tersebut, kuesioner adalah alat yang efektif untuk
mengukur perilaku, sikap, preferensi, pendapat, dan niat dari subjek dalam jumlah yang
relatif besar dengan biaya yang lebih murah dan cepat, jika dibandingkan dengan metode
lain.
C. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi lansung antara peneliti dan responden.
Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga
gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.
Teknik wawancara tau interview merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data
dengan cara mengadakan wawancara secara langsung dengan informen. Wawancara
(Interview) yaitu melakukan tanya jawab atau mengkonfirmasikan kepada sample peneliti
dengan sistematis (struktur).
wawancara pada umumnya berlangsung proses interview, dimana terdapat 2 (dua) pihak
dengan kedudukan yang berbeda. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula
sebagai interviewer, sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi (Information
supplyer), interviewer atau informan. Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
meminta keterangan atau penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia
mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dengan kata-kata lain),
mengingat- ingat dan mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu juga menggali keterangan-
keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan) untuk
memperoleh informasi lebih lengkap dan akurat. Ciri utama wawancara adalah kontak
langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi. Dalam
wawancara sudah disiapkan berbagai macam pertanyaan tetapi muncul berbagai pertanyaan
lain saat meneliti.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan wawancara, antaranya:
1. Responden atau narasumber adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2. Pernyataan dari responden atau narasumber kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
3. Interpretasi tentang topik sebuah penelitian antara responden atau narasumber
dengan peneliti adalah sama
4. Mempertahankan kenetralan, pewawancara tetap bersikap obyektif, dan profesional,
karena sikap pewawancara akan mempengaruhi persepsi responden mengenai
sebuah pertanyaan.
5. Probing adalah teknik yang digunakan oleh pewawancara untuk merangsang pikiran
responden sehingga memperoleh informasi lebih banyak, dalam hal ini pewawancara
harus mampu komunikatif, rileks, interaktif, akrab dan kritis tapi tidak memojokkan
responden dan tidak bernada interogasi.
6. Mencatat hasil wawancara, suatu pengisian kuesioner yang baik harus hanya
mencatat apa yang dikatakan responden, tidak menafsirkan jawaban, dengan catatan

Teknik wawancara berdasarkan pelaksanaannya dapat dilakukan dengan berbagai cara,


antaranya:
1. Wawancara tersturktur
Wawancara terstruktur merupakan teknik wawancara yang dilakukan apabila
peneliti telah memiliki informasi dari apa yang akan ditelitinya. Pewawancara juga
telah menyiapkan pertanyaan tertulis serta alternatif jawabannya. Adapun alat yang
dapat menunjang wawancara terstruktur dalam penelitian adalah tape recorder,
gambar, brosur dan alat lain yang dapat melancarkan proses wawancara.

2. Wawancara tidak terstruktur


Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas. Peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Biasanya teknik ini digunakan pada penelitian yang dilakukan secara
mendalam untuk mendapatkan jawaban dari responden atau narasumbernya. Isi
pembicaraan bergantung pada suasana wawancara.

3. Teknik wawancara mendalam (in depth interview)


Teknik wawancara mendalam (in depth interview) pada prinsipnya adalah
wawancara dimana penelitian dan responden bertatap muka langsung di dalam
wawancara yang dilakukan. Peneliti mengharapkan perolehan informasi dari
responden mengenai suatu masalah yang ditelitinya, yang tidak dapat terungkap
melalui penggunaan teknik kuesioner. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
wawancara mendalam, pertanyaan- pertanyaan yang akan dikemukakan kepada
responden tidak dapat dirumuskan secara pasti sebelumnya, melainkan pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan banyak bergantung dari
kemampuan dan pengalaman peneliti untuk
mengembangkan pertanyaan- pertanyaan lanjutan sesuai dengan jawaban responden.
Dengan perkataan lain di dalam wawancara mendalam berlangsung suatu
diskusi terarah diantara peneliti dan responden menyangkut masalah yang diteliti. Di
dalam diskusi tersebut peneliti harus dapat mengendalikan diri, sehingga tidak
menyimpang jauh dari pokok masalah serta tidak memberikan penilaian mengenai
benar atau salahnya pendapat atau opini responden. Melihat jenis pertanyaan yang
digunakan dalam teknik wawancara mendalam maka jenis pertanyaan yang digunakan
adalah pertanyaan terbuka.

Proses wawancara terbagi atas tiga tahap, yaitu dalam tahap persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan wawancara.

Tahap Persiapan
1. Menentukan topik wawancara.
2. Mengumpulkan informasi sebagai sumber data.
3. Menentukan narasumber yang tepat dan sesuai dengan topik wawancara.
4. Menyusun daftar pertanyaan atau garis besar pertanyaan wawancara.

Tahap Pelaksanaan
1. Mengutamakan etika dasar dalam wawancara yaitu salam dan memperkenalkan diri
serta maksud dan tujuannya.
2. Menyampaikan pertanyaan dengan bahasa yang sopan.
3. Mencatat dan merekam sebagai bukti dari hasil wawancara.
4. Mengakhiri dengan etika yang sesuai dan meminta ketersediaan narasumber untuk
dihubungi kembali jika ada yang perlu dikomfirmasi atau dilengkapi.

Tahap Penyusunan Hasil Wawancara


1. Mengecek kembali hasil wawancara
2. Menuliskan ulang sesuai dengan kebutuhan tanpa mengubah isi dari wawancara
3. Menjaga identitas narasumber jika diperlukan.

1.2 Populasi dan Sampel Data


A. Populasi
Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai subyek pada wilayah serta waktu
tertentu yang akan diamati atau diteliti oleh peneliti. Sugiyono (2005, h. 90) mengartikan
populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Menurut Supardi (1993) populasi penelitian dapat dibedakan menjadi populasi “finit”
dan populasi “infinit”. Populasi finit merujuk pada suatu populasi yang jumlah anggotanya
sudah
dapat diketahui secara pasti oleh peneliti. Sementara populasi infinit kebalikannya,
merupakan suatu populasi yang jumlah anggotanya masih belum atau tidak dapat diketahui.
Berdasarkan sifatnya populasi juga terbagi menjadi dua bagian, yakni populasi homogen
dan heterogen. Populasi homogen berarti populasi yang memiliki unsur-unsur bersifat sama.
Populasi jenis ini tidak mempersoalkan jumlah secara kuantitatif. Penelitian di bidang eksakta
memiliki populasi bersifat homogen seperti larutan air, cairan, dsb.
Sementara populasi heterogen berarti unsur-unsur dalam populasi tersebut memiliki sifat
yang beragam atau bervariasi. Populasi jenis ini memerlukan batas-batas yang harus
ditetapkan terlebih dahulu baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada penelitian di bidang
sosial populasi yang digunakan cenderung bersifat heterogen karena subjeknya yang
seringkali adalah manusia serta gejala-gejala sosial dalam kehidupan manusia.

B. Sampel Data
Sampel sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi.
Pengukuran sampel dilakukan melalui statistik atau berdasar pada estimasi penelitian guna
menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan penelitian suatu objek.
Pengambilan besar sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel
yang dapat menggambarkan keadaaan populasi yang sebenarnya. Margono (2004)
menambahkan penentuan sampel ini harus disesuaikan dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat dan penyebaran populasi agar
sampel yang diperoleh dapat mewakili populasi (bersifat representatif).

Penentuan Ukuran Sampel Data


Syarat dalam penentuan ukuran sampel
1) Diketahui ukuran populasi (N)
2) Pilih taraf signifikansi α yang diinginkan

Beberapa metode yang bisa digunakan dalam penentuan ukuran sampel


1. Nomogram Harry King
Cara menentukan sampel menggunakan teknik Nomogram Harry King adalah dengan
cara menarik garis lurus dari garis sebelah kanan yang merupakan garis besarnya
populasi, melewati garis tengah yang merupakan garis tingkat kesalahan yang
dikehendaki dan akan sampai padai garis di sebelah kiri yang menunjukkan prosentase
besarnya sampel. Setelah persentase sampel diketahui, selanjutnya adalah mengalikan
persentase sampel dengan
jumlah populasi dan faktor pengali. Hasil pengalian selanjutnya dilakukan pembulatan
angka agar lebih memudahkan peneliti dalam menentukan anggota sampel.

2. Rumus Slovin
Prengunaan rumus slovin digunakan untuk menarik jumlah sampel agar jumlahnya
representative agar hasil penelitian dapat digeneralisir dan penghitungannya pun tidak
memerlukan tabel jumlah sampel, tetapi dapat dilakukan dengan rumus yang sederhana
dan perhitungan yang sederhana. Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah
sebagai berikut:
n=

Keterangan:
n: Ukuran sampel/jumlah responden
N: Ukuran Populasi
e: Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel
yang masih bisa ditolerir
Dalam rumus Slovin ada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Nilai e=0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
2. Nilai e= 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jadi rentang sampel yang dapat dimbil dari teknik Slovin adalah
antara 10-20 persen dari populasi
3. Tabel Kritje-morgan
Menentukan jumlah sampel denga tabel Krejcie didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi
sampel yang diperoleh itu mempunyai Taraf Keyakinan 95% terhadap populasi. Cukup
melihat dalam tabel tersebut, berapa jumlah sampel yang seharusnya dilihat dari jumlah
populasi. Sehingga kita harus tahu pasti jumlah populasi dalam penelitian kita.

4. Tabel Isaac dan Michael


Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan kemudahan
penentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel
ini, peneliti dapat secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah
populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.
Rumus Isaac dan Michael, sebagai
berikut: n = χ2. N. P ( 1-P)
d2 (N-1) + χ2 P (1-P)
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
P = proporsi dalam populasi
d = tingkat kesalahan (1%, 5%, 10%)
χ2 = harga tabel Chi-kuadrat untuk α tertentu dengan dk =1
Untuk populasi mulai dari 10-1.000.000 (populasi finit) terlihat bahwa, semakin besar
taraf kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel.

Anda mungkin juga menyukai