B. Kuesioner
Kuesioner adalah instrumen penelitian yang terdiri dari rangkaian pertanyaan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari responden. Kuesioner dapat dianggap sebagai
wawancara tertulis. Kuesioner adalah cara pengumpulan informasi dalam jumlah besar yang
relatif murah, cepat dan efisien. Dengan kuesioner kita juga bisa mendapatkan data dari
sampel orang banyak. Pengumpulan datanya juga relatif cepat karena peneliti tidak perlu
hadir pada saat pengisian kuesioner. Hal ini berguna untuk meneliti populasi besar, di mana
wawancara bukanlah pilihan yang praktis.
Namun, metode ini tetap memiliki kekurangan. Masalah pada kuesioner adalah bahwa
responden bisa saja memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan karena
keinginan sosial. Terlepas dari kekurangan tersebut, kuesioner adalah alat yang efektif untuk
mengukur perilaku, sikap, preferensi, pendapat, dan niat dari subjek dalam jumlah yang
relatif besar dengan biaya yang lebih murah dan cepat, jika dibandingkan dengan metode
lain.
C. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi lansung antara peneliti dan responden.
Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga
gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.
Teknik wawancara tau interview merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data
dengan cara mengadakan wawancara secara langsung dengan informen. Wawancara
(Interview) yaitu melakukan tanya jawab atau mengkonfirmasikan kepada sample peneliti
dengan sistematis (struktur).
wawancara pada umumnya berlangsung proses interview, dimana terdapat 2 (dua) pihak
dengan kedudukan yang berbeda. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula
sebagai interviewer, sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi (Information
supplyer), interviewer atau informan. Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
meminta keterangan atau penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia
mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dengan kata-kata lain),
mengingat- ingat dan mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu juga menggali keterangan-
keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan) untuk
memperoleh informasi lebih lengkap dan akurat. Ciri utama wawancara adalah kontak
langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi. Dalam
wawancara sudah disiapkan berbagai macam pertanyaan tetapi muncul berbagai pertanyaan
lain saat meneliti.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan wawancara, antaranya:
1. Responden atau narasumber adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2. Pernyataan dari responden atau narasumber kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
3. Interpretasi tentang topik sebuah penelitian antara responden atau narasumber
dengan peneliti adalah sama
4. Mempertahankan kenetralan, pewawancara tetap bersikap obyektif, dan profesional,
karena sikap pewawancara akan mempengaruhi persepsi responden mengenai
sebuah pertanyaan.
5. Probing adalah teknik yang digunakan oleh pewawancara untuk merangsang pikiran
responden sehingga memperoleh informasi lebih banyak, dalam hal ini pewawancara
harus mampu komunikatif, rileks, interaktif, akrab dan kritis tapi tidak memojokkan
responden dan tidak bernada interogasi.
6. Mencatat hasil wawancara, suatu pengisian kuesioner yang baik harus hanya
mencatat apa yang dikatakan responden, tidak menafsirkan jawaban, dengan catatan
Proses wawancara terbagi atas tiga tahap, yaitu dalam tahap persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan wawancara.
Tahap Persiapan
1. Menentukan topik wawancara.
2. Mengumpulkan informasi sebagai sumber data.
3. Menentukan narasumber yang tepat dan sesuai dengan topik wawancara.
4. Menyusun daftar pertanyaan atau garis besar pertanyaan wawancara.
Tahap Pelaksanaan
1. Mengutamakan etika dasar dalam wawancara yaitu salam dan memperkenalkan diri
serta maksud dan tujuannya.
2. Menyampaikan pertanyaan dengan bahasa yang sopan.
3. Mencatat dan merekam sebagai bukti dari hasil wawancara.
4. Mengakhiri dengan etika yang sesuai dan meminta ketersediaan narasumber untuk
dihubungi kembali jika ada yang perlu dikomfirmasi atau dilengkapi.
B. Sampel Data
Sampel sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi.
Pengukuran sampel dilakukan melalui statistik atau berdasar pada estimasi penelitian guna
menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan penelitian suatu objek.
Pengambilan besar sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel
yang dapat menggambarkan keadaaan populasi yang sebenarnya. Margono (2004)
menambahkan penentuan sampel ini harus disesuaikan dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat dan penyebaran populasi agar
sampel yang diperoleh dapat mewakili populasi (bersifat representatif).
2. Rumus Slovin
Prengunaan rumus slovin digunakan untuk menarik jumlah sampel agar jumlahnya
representative agar hasil penelitian dapat digeneralisir dan penghitungannya pun tidak
memerlukan tabel jumlah sampel, tetapi dapat dilakukan dengan rumus yang sederhana
dan perhitungan yang sederhana. Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah
sebagai berikut:
n=
Keterangan:
n: Ukuran sampel/jumlah responden
N: Ukuran Populasi
e: Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel
yang masih bisa ditolerir
Dalam rumus Slovin ada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Nilai e=0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
2. Nilai e= 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jadi rentang sampel yang dapat dimbil dari teknik Slovin adalah
antara 10-20 persen dari populasi
3. Tabel Kritje-morgan
Menentukan jumlah sampel denga tabel Krejcie didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi
sampel yang diperoleh itu mempunyai Taraf Keyakinan 95% terhadap populasi. Cukup
melihat dalam tabel tersebut, berapa jumlah sampel yang seharusnya dilihat dari jumlah
populasi. Sehingga kita harus tahu pasti jumlah populasi dalam penelitian kita.