Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDRODINAMIKA

DENSITAS

OLEH:
NAMA:
ESTER MEI SUSANTI
NIM:
08051382025103
KELAS:
A

LABORATORIUM OSEANOGRAFI DAN INSTRUMENTASI


KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan
terdiri dari hidrogen dan oksigen. Karena air mempunyai sifat yang hampir bisa
digunakan untuk apa saja, maka air merupakan zat yang paling penting bagi
semua bentuk kehidupan (tumbuhan, hewan, dan manusia) sampai saat ini selain
matahari yang merupakan sumber energi. Air dapat berupa air tawar dan air asin
(air laut) yang merupakan bagian terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam
proses, perubahan wujud, gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah,
dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal
dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie et al. 2017).
Air laut adalah air yang berasal dari laut atau samudera yang memiliki kadar
garam rata-rata 3,5%. Perbedaan utama antara air laut dan air tawar adalah,
adanya kandungan garam dalam air laut, sedangkan pada air tawar tidak
mengandung garam. Perbedaan yang utama antara air sungai dengan air laut
adalah kenyataan bahwa air laut mengandung garam, sedangkan air sungai tidak
mengandung garam. Garam yang terkandung didalam air laut yaitu: NaCl (68,1%),
HgCl2 (14,4%), NaSO4 (11,4%), KCl (3,9%), CaCl2 (3,2%), NaHCO3 (0,3%),
KBr (0,3%), lain-lain (0,1%). (Lyman, 2018).
Sifat-sifat fisik air laut yang penting kaitannya dengan dinamika lautan
adalah tekanan, suhu, dan salinitas. Tekanan dan suhu air laut secara prinsip tidak
jauh berbeda dengan fluida, terutama cairan. Sementara salinitas air laut secara
esensial adalah banyaknya massa garam-garam terlarut dalam 1 kg air laut. Nilai
rata-rata untuk lautan adalah sekitar 35 gram per kilogram. (Stewart, 2016).
Pengaruh dari garam-garam terlarut menyebabkan perubahan terhadap sifat-
sifat fisik air tawar, bukan menimbulkan sifat baru. Perubahan kecil terjadi dalam
kompresibilitas, ekspansi termal, refraktivitas namun terjadi perubahan besar
dalam titik beku, densitas, suhu tercapainya densitas maksimum dan konduktivitas
listrik. Bahang jenis (specific heat) yang tinggi sehingga arus laut dapat
mengangkut energi termal dalam jumlah yang tinggi, yang terdapat dalam jumlah
yang banyak di kutub tidak segera mencair karena suhu air. (llahude, 2019)
Dipertahankan mendekati suhu lebur (melting point), bahang terondok (atent
hea) darí evaporasi yang tinggi juga sangat penting untuk transfer bahang dari laut
ke udara dan konduktivitas bahang molekuler yang tinggi walaupun sifat ini
sering dikalahkan oleh tingginya perpindahan bahang oleh proses gerak berolak
atau mengarau (turbulen).(Simon, 2018).
Dari sudut pandang dinamika lautan, salah satu sifat penting adalah densitas.
Nilai densitas berubah dengan perubahan suhu, salinitas, dan tekanan. Densitas
berkurang jika suhu bertambah besar dan densitas menaik jika salinitas dan
tekanan bertambah besar. Ada perubahan besar dalam densitas air laut dibanding
air tawar. Titik beku air laut akan dicapai suhu lebih rendah dari 0°C bila salinitas
menaik, walaupun penurunan suhu tercapainya densitas maksimum lebih cepat
dibandingkan dengan penurunan suhu titik beku dengan bertambahnya salinitas.
Pada salinitas sekitar 24:7%o, suhu tercapainya densitas maksimum dan suhu titik
beku mempunyai nilai yang sama yakni sekitar -1,4°C.(Purba, 2016).
Sebaran medan densitas di air laut sangat penting dalam pergerakan massa
air. Massa akan bergerak dari lokasi dengan densitas yang lebih tinggi ke lokasi
dengan densitas yang lebih rendah dengansyarat kedua lokasi terletak pada bidang
datar (bidang yang tegak lurus arah gravitasi) yang sama ,Komplikasi akan terjadi
bila paras laut tidak datar serta tekanan udara di atas paras laut juga tidak sama
pada dua lokasi yang dipertimbangkan.(Elviandri, 2019).

1.2. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya pratikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat menentukan densitas berdasarkan salinitas dan suhu.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh densitas terhadap proses mixing
dilautan.
1.3. Manfaat
Manfaat yang didapat dari pratikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara menentukan densitas
berdasarkan salinitas dan suhu.
2. Mahasiswa dapat memahami bagaimana pengaruh densitas terhadap proses
mixing dilautan.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Densitas Air Laut


Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari
dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat
perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat
kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting
dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ
(rho). Densitas air laut juga dapat diartikan sebagai jumlah massa air laut per satu
satuan volume. (Setyono, 2018).
Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, Pada umumnya
nilai densitas (berkisar antara 1,02 - 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai dengan
bertambahnya salinitas dan tekanan serta berkurangnya temperatur. Distribusi
vertikal densitas terhadap kedalaman berbeda dengan distibusi suhu terhadap
kedalaman dimana semakin bertambah kedalaman maka nilai densitas semakin
bertambah. Distribusi densitas berbanding terbalik dengan distribusi suhu namun
berbanding lurus dengan distribusi salinitas. Densitas air laut bergantung pada
temperatur (T), Salinitas (S) dan tekanan (ρ). Ketergantungan ini dikenal sebagai
persamanaan keadaan air laut (Equation of state of sea water). (Pratomo, 2020).
Densitas sangat dipengaruhi oleh suhu, jika suhu diperairan tinggi maka
densitas air menjadi rendah. Sebaran densitas permukaan yang berwarna merah
merupakan nilai densitas tertinggi yang dipengaruhi oleh suhu yang rendah dan
salinitas tinggi. Penyebaran densitas disebabkan karena adanya perbedaan suhu
dan salinitas Pola sebaran densitas lapisan dasar pada menunjukkan semakin
dalam kedalamannya semakin tinggi nilai densitasnya. (Yulianti, 2019).

2.2. Faktor faktor yang mempengaruhi densitas.


2.1. Temperatur
Sebaran suhu air laut disuatu perairan dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain radiasi sinar matahari, letak geografis perairan, sirkulasi arus, kedalaman laut,
angin dan musim. Perbedaan tinggi dan rendahnya suhu disetiap tahun disebabkan
pada lapisan permukaan suhu air laut cenderung dipengaruhi oleh angin. Semakin
besar kecepatan angin yang ditimbulkan, maka semakin besar percampuran suhu
air laut lapisan permukaan. Tingginya suhu di juga disebabkan daerah penelitian
tepat di daerah sekitar ekuator. (Juniarti et al. 2017).
Temperatur merupakan faktor yang mempengaruhi densitas, dimana ketika
suhu diperairan mengalami kenaikan maka densitas diperairan tersebut akan
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan terjadinya pencampuran massa air
tawar dan air asin, sehingga mengakibatkan densitas pada suatu kawasan perairan
dangkal menjadi rendah. Maka dari itu temperatur atau suhu sangat
mempengaruhinya. (Yulianti et al. 2019).

2.2. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu parameter fisika yang dapat mempengaruhi
kualitas air. Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di air. Salinitas
menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi
menjadi oksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida, dan semua
bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau
promil (0 /00). (Sumarno, 2020).
Faktor yang mempengaruhi hingga berbedanya nilai salinitas adalah cuaca
dan angin, Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pola
sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungaiperbedan nilai salinitas air
laut dapat disebabkan terjadinya pengacauan (mixing) akibat gelombang laut
ataupun gerakan massa air yang ditimbulkan oleh tiupan angin. Rendahnya nilai
salinitas di perairan ini menunjukkan adanya pengaruh dari daratan seperti
percampuran dengan air tawar yang terbawa aliran sungai. Pada umumnya nilai
salinitas wilayah laut Indonesia berkisar antara 28-33o/oo (Nontji, 2017).
Salinitas perairan sangat berhubungan dengan densitas, dimana salinitas
menentukan kenaikan atau penurunan dari suatu densitas. Ketika salinitas
mengalami kenaikan, dimana densitas akan meningkat jika salinitas bertambah
atau suhu berkurang. Akan tetapi, tidak selamanya densitas meningkat seiring
dengan penurunan suhu, hal ini karena adanya sifat anomali air. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi salinitas di antaranya adalah sirkulasi air, penguapan
(Evaporasi ), curah hujan (presipitasi ),dan aliran sungai disekitar atau di sebut
juga dengan (run off).(Andayani et al. 2020).
2.3. Tekanan
Semakin dalam laut maka semakin besar pula tekanannya. Manusia hanya
mampu menyelam hingga kedalaman tertentu karena tekanan yang sangat besar.
Di dalam laut, gaya gravitasi yang bekerja ke arah bawah akan diimbangi oleh
gaya yang bekerja ke arah atas akibat adanya tekanan. Tekanan yang terjadi di
bawah permukaan laut disebut tekanan hidrostatis dan diukur dalam satuan
atmosfer (atm). Setiap kedalaman 10 meter, tekanan hidrostatis bertambah 1 atm.
Permukaan laut memiliki tekanan 1 atm. (Maharani et al. 2017).

2.4. Proses Mixing Dilautan.


Proses Mixing atau Pencampuran air laut adalah adanya pertemuan massa air
yang memiliki sifat-sifat yang berbeda baik itu sifat fisik ataupun kimiawi.
Tempat-tempat dimana terjadi pertemuan antara dua massa air yang punya sifat
berbeda umumnya merupakan perairan yang subur. Percampuran massa air terjadi
akibat adanya perbedaan densitas yang dapat digambarkan oleh kondisi suhu,
salinitas, dan kedalaman. Adanya fluida memungkinkan timbulnya shear yang
menyebabkan sistem fluida tersebut menjadi tidak stabil.(Hermansyah et al. 2021).
Fluida, udara dan air di atmosfer dan lautan yang menyelimuti bumi yang
padat, hampir semuanya berada pada status turbulen. Turbulen sangat efektif
dalam transfer momentum dan panas di lautan. Pengetahuan tentang turbulen dan
pengaruhnya di lautan sangat krusial untuk mengerti bagaimana lautan bekerja
dan untuk membangun model untuk memprediksi bagaimana lautan akan berubah
atau interaksi dengan atmosfer untuk kedepannya (Thorpe, 2019).
Temperatur dan salinitas itu sendiri yang menyebabkan percampuran
(mixing). Selama terjadi proses percampuran, panas dan garam akan berdifusi
yang terjadi pada level molekular. Difusi panas lebih cepat dibanding difusi garam,
dan reltif cepat transfer panas dari lapisan yang lebih panas, air yang salinitasnya
lebih tinggi ke lapisan yang lebih dingin, air yang salinitasnya kurang tinggi
mungkin menyebabkan ketidakstabilan dalam skala kecil. Fenomena yang
berkaitan dengan difusi panas dan garam ini adalah salt fingering.maka dari itu
densitas berkaitan denganm proses mixing (Purwandana et al. 2017).
III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Pratikum hidrodinamika dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi zoom
pada hari senin 20 September 2021, pukul 13:00 WIB, Jl. Palembang Prabumulih
Samping Termina No. 4, Timbangan, Kecamatan Inderalaya Utara,Kabupaten
Ogan Ilir , Sumatera Selatan 30862 titik Koordinat -3.206190,104.652393.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
No Alat dan Bahan Fungsi

1 Garam dapur 250 gram Sebagai campuran sampel percobaan


2 Kalkulator atau laptop Alat untuk menghitung
3 Air suhu ruangan 1 ember Sebagai sempel percobaan
4 Air es 2 liter Sebagai sempel percobaan
5 Es batu secukupnya Sebagai campuran sampel percobaan
6 Beaker glass 5 buah Tempat untuk menaruh sampel atau air
7 Phenol ptalain secukupnya sebagai zat warna untuk membedakan
sempel air
8 Sendok Alat untuk mengambil sampel
9 Salinometer Alat yang di gunakan untuk mengukur
kadar garam yang terkandung dalam air
10 Termometer Alat untuk mengukur suhu sempel
11 Air hangat Sebagai sempel percobaan
3.3. Cara kerja

Siapkan alat dan bahan

Masukkan air dengan kondisi yang di atas. Untuk kondisi bergaram


dilakukan dengan menambah 2 sendok teh garam, dan yang kurang
bergaram dengan menambah 1 sendok teh

Ukur suhu dan salinitas pada setiap beker gelas dan catat pada table

Pada beker gelas ke 5 siapkan kondisi seperti keempat beeker gelas di atas
secara

Catat setiap suhu dan salinitas pada beker gelas ke 5 dan catat pada table

Tuang air hangat – kurang garam ke dalam beeker glass 1 . Amati dan catat
kondisi yang terjadi

Tuang air dingin - bergaram ke dalam beeker glass 2. Amati dan catat
kondisi yang terjadi

Tuang air hangat – bergaram garam ke dalam beeker glass 3. Amati dan
catat kondisi yang terjadi

Tuang air dingin – kurang garam ke dalam beeker glass 4. Amati dan catat
kondisi yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA

Andayani NK, Delyuzar I, Alfi S, Purwanto. 2020. Studi Potensi OTEC


Berdasarkan Distribusi Suhu, Salinitas dan Densitas di Perairan Timur
Utara Pulau Bali., jurnal of oceanography., 02(04).
Hermansyah H, Agus SA, Tri P, Indra J, Fadli S. 2021. Estimasi Percampuran
Turbulen di Laut Sulawesi menggunakan Thorpe Analisis. Jurnal
Kelutan Tropis., 24(2).
Juniarti L, Muh IJ, Apriansyah. 2017. Analisis kondisi suhu dan salinitas perairan
barat Sumatera menggunakan data Argo Float., Jurnal Unnes., 1(1).
Maharani WR, Heryoso S, Wahyu BS. 2017. Studi Distribusi Suhu, Salinitas dan
Densitas Secara Vertikal dan Horizontal di Perairan Pesisir,
Probolinggo , jawa Timur., Jurnal oseanografi., 3(2) : (151-160).
Putra TWL, Kunarso A, Rita T. 2020. Distribusi Suhu, Salinitas dan Densitas di
Lapisan Homogen dan Termoklin Perairan Selat Makasar., jurnal of
zoseanography., 2(02).
Simon P. 2018. Distribusi Suhu, Salinitas dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema ,
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax., 1(3).
Simon P, Nebuchanezzar A. 2018. Kondisi Suhu, Salinitas, pH dan Oksigen
Terlarut di Perairan Terumbu Karang Ternate, Tidore dan Sekitarnya.
Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan., 1(2) : (1-10)
Thorpe, S.A. 2019. The Turbulence Ocean. Cambridge University Press. USA.
Yulianti, Ardiani D, Susanti F, Muliadi, Kushadiwijayanto AA. 2019. Profil
Spasial Batimetri, Salinitas, Suhu, dan Densitas di Perairan Teluk
Tambelan, Kepulauan Riau. Prisma Fisika., 7(2): 63-73.

Anda mungkin juga menyukai