Anda di halaman 1dari 11

TUGAS : Makalah Bioekologi Sumber Daya Perairan

(DOSEN : Dr.Asriyana, S.Pi, M.Si)

TINGKAH LAKU (Behavior) DAN KOGNISI


IKAN DEMERSAL

OLEH
NAMA :RONY
NO. STAMBUK : G2M118011

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU PERIKANAN


FAKULTAS ILMU PERIKANAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
SULAWESI TENGGARA
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan merupakan setengah dari semua spesies vertebrata hidup. Keragaman seperti ini
sebagian besar disebabkan oleh tingginya jumlah ceruk dan habitat yang tersedia di seluruh
planet yang sebagian besar tertutup oleh air. Bertepatan dengan keragaman habitat yang besar
adalah heterogenitas spasial dan temporal yang tinggi dalam sumber daya, yang telah
menyebabkan evolusi serangkaian perilaku migrasi yang sangat kaya yang memungkinkan
ikan untuk berhasil mengeksploitasi hampir semua lingkungan perairan di bumi (R Dean
Grubbs and Serikat Richard T Kraus, 2018)
Ikan demersal adalah ikan yang hidup dan makan di dasar laut dan danau (zona
demersal). Lingkungan mereka pada umumnya berupa lumpur, pasir, dan bebatuan, jarang
sekali terdapat terumbu karang. Sehingga berdasarkan definisi ini, ikan demersal dapat
ditemukan dari lingkungan pantai hingga zona laut dalam (abyssal zone), dan terbanyak
ditemukan di lingkungan dekat punggung laut (Riyanti, 2015).
Ikan demersal dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu ikan benthic yang
menghabiskan sebagian besar hidupnya di dasar laut, dan ikan benthopelagic yang dapat
berenang naik namun tetap berada dekat dengan dasar laut. Ikan benthic memiliki massa jenis
yang lebih berat dari air laut sehingga terus tenggelam, sedangkan ikan benthopelagic
memiliki kemampuan untuk melayang di air. Sebagian besar ikan demersal merupakan
benthopelagic. Hal itulah yang mendasari penulisan laporan ini yang berjudul “ Tingka Laku
dan Kognisi Ikan Demersal” (Riyanti, 2015).

B.   Rumusan Masalah
Permasalahan di dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengklasifikasi morfologi dan sifat ekologi ikan demersal
2. Mengklasifikasi Jenis-jenis ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis
3. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah laku ikan demersal

C.  Tujuan
Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Morfologi dan sifat ekologi ikan demersal
2. Jenis-jenis ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis
3. Factor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku ikan demersal
II. PEMBAHASAN

A. Deskripsi Ikan Demersal

Ikan demersal adalah ikan yang hidup dan makan di dasar laut dan danau (zona
demersal). Lingkungan mereka pada umumnya berupa lumpur, pasir, dan bebatuan, jarang
sekali terdapat terumbu karang. Sehingga berdasarkan definisi ini, ikan demersal dapat
ditemukan dari lingkungan pantai hingga zona laut dalam (abyssal zone), dan terbanyak
ditemukan di lingkungan dekat punggung laut. Ikan demersal berlawanan dengan ikan pelagis
yang hidup dekat dengan permukaan air. Ikan demersal mengandung sedikit minyak (satu
sampai empat persen massa tubuhnya), jika dibandingkan dengan ikan pelagis yang dapat
mencapai 30 persen. Sehingga ikan demersal termasuk ikan daging putih Istilah demersal
berasal dari bahasa latin, demergere yang berarti "tenggelam" (Walrond C Carl, 2009).
Ikan demersal berlawanan dengan ikan pelagis yang hidup dekat dengan permukaan
air. Ikan demersal mengandung sedikit minyak (satu sampai empat persen massa tubuhnya),
jika dibandingkan dengan ikan pelagis yang dapat mencapai 30 persen. Sehingga ikan
demersal termasuk ikan daging putihIstilah demersal berasal dari bahasa
latin, demergere yang berarti "tenggelam" (Riyanti, 2015).
.
B. Klasifikasi Morfologi dan Sifat Ekologi Ikan Demersal

I. Morfologi ikan demersal


Morfologi ikan demersal di bagi menjadi dua yaitu (Riyanti, 2015) :
a.   Ikan Benthic
Komunitas ikan dan benthic mengungkapkan distribusi spasial yang serupa, yang
terwakili dalam masing-masing kelompok karakteristik dan spesies berlimpah. Pola distribusi
berhubungan dengan kondisi abiotik yang berlaku seperti kedalaman dan komposisi sedimen,
yang tampaknya berkaitan dengan preferensi autekologis spesies individu (Anne F. Sell and
Ingrid Kronce, 2013).
Meski demikian tidak semua ikan benthic berbadan pipih. Ikan hiu kepala martil,
ikan Bathypterois grallator, Ipnopidae, dan Myxinidaetidak memiliki tubuh yang pipih.
Ipnopidae merupakan satu-satunya ikan benthic yang memakan plankton dengan
cara menyaring. Mereka memiliki sirip memanjang untuk "berdiri" di atas dasar laut, dan
menghadapkan tubuh mereka berlawanan dengan arah arus air laut sehingga menyaring
plankton yang memasuki tubuh mereka. Contoh ikan bentik lainnya yang juga berbadan pipih
adalah beberapa spesies dari famili Dasyatidae.
Ikan benthic telah beradaptasi untuk mengalami kontak langsung dengan dasar laut.
Gelembung renang mereka tidak ada atau telah mengecil hingga tidak memiliki fungsi.
Berdasarkan bentuk tubuh dan cara predasinya, ikan benthic dibagi
menjadi   beberapa jenis ( Riyanti, 2015):
 Penyapu dasar laut
Penyapu dasar laut memiliki bentuk tubu seperti ikan biasa namun dengan kepala
yang lebih pipih, mulut yang lebar, dan sirip pektoral yang membesar. Ikan ini
berenang tepat di atas dasar laut dan menghisap mangsa yang berada dekat dengan
mulutnya. Contoh ikan jenis ini adalahIctaluridae.
 Penjejak Dasar Laut
Dinamai berdasarkan sirip pelvisnya yang membesar sehingga menyerupai kaki. Ikan
ini "berjalan" di dasar laut. Contohnya adalah ikan goby.
 Ikan Bersembunyi
Ikan ini bukan ikan pipih namun menyembunyikan tubuhnya di dasar laut, misal
dengan menggali lubang atau bersembunyi di antara bebatuan. Ikan pipih Umumnya
bersembunyi di bawah pasir atau berkamuflase dengan lingkungan sekitar. Sesuai
namanya, ikan ini berbentuk pipih.
 Ikan ekor tikus
Ikan ini memiliki kepala yang relatif besar dibandingkan ekornya. Dengan bentuk
tubuh yang mengerucut dari kepala ke ekor, sehingga ikan ini dinamai ekor tikus.
Bentuk adaptasi seperti ini belum diketahui alasannya, namun sepanjang hidupnya
ikan ini hanya memakan bangkai atau invertebrata kecil.

b. Ikan Benthopelagic

Ikan Pseudotriakis microdon, yang hidup pada kedalaman 1200 meter memiliki


minyak hati yang menjadikannya mampu melayang di air. Ikan ini memakan cumi, belut, dan
ikan kecil benthic ukuran kecil. Ikan benthopelagic mampu melayang di atas air namun
memilih hidup dekat dengan dasar laut. Ikan ini memakan makhluk penghuni dasar laut
(benthos) juga plankton.
Ikan benthopelagic memiliki gelembung renang. Ikan dari famili moridae, belut dasar
laut, halosaur, dannotacanthiformes adalah ikan yang dominan pada kategori ini.
Ikan hiu dari ordo Squaliformes memiliki hati yang mengandung minyak sehingga dapat
melayang di air. Ikan hiu jenis ini juga dapat beradaptasi pada tekanan air yang tinggi dan
telah ditemukan pada kedalaman hingga 2000 meter, memakan partikel organik yang jatuh
dari permukaan laut, seperti bangkai paus. Jenis adaptasi seperti ini membutuhkan energi
yang relatif tinggi, terutama untuk mempertahankan jumlah minyak di dalam hati dan
kemampuan renang.

2. Sifat Ekologi Ikan Demersal


Ikan dasar memilki sifat ekologi yaitu sebagai berikut ( sumber: http://nautika-
perikanan-laut.blogspot.com, 2013) :
1. Mempunyai adaptasi dengan kedalaman perairan
2. Aktifitasnya relatif rendah dan mempunyai daerah kisaran ruaya yang lebih sempit
jika dibandingkan dengan ikan pelagis
3. Jumlah kawanan relatif kecil jika dibandingkan dengan ikan pelagis
4. Habitat utamanya berada di dekat dasar laut meskipun berbagai jenis diantaranya
berada di lapisan perairan yang lebih atas.
5. Kecepatan pertumbuhannya rendah
6. Komunitas memiliki seluk beluk yang komplek
7. Dibanding sumberdaya ikan pelagis, potensi sumberdaya ikan demersal relatif
lebih kecil akan tetapi banyak yang merupakan jenis ikan dengan nilai ekonomis
yang tinggi.

C. Jenis-jenis Ikan Demersal yang Memiliki Nilai Ekonomis

Jenis jenis ikan demersal yang terdapat di perairan lautan Indonesia dan mempunyai
nilai ekonomi penting, meliputi (www. infoperikanan.wordpress.com):

No. Nama Indonesia Nama Ilmiah Nama Umum


1 Ikan sebelah Isettodes irumei Indian halibut
2 Ikan Nomei Harpodon nehereos Bombay-duck
3 Ikan Peperek Leiognathus equulus Ponyfish
4 Ikan Manyung Arius thalassinus Marine catfish
5 Ikan beloso Saurida tumbil Lizard-fish
6 Ikan biji nangka Openeus tragula Goat-fish
7 Ikan gerot-gerot Pamadasys maculatus Blotched grunt
8 Ikan Merah Latjunus malabaricus Red snapper
9 Ikan kakap Lates calcarifer Baramundi, giant seaperch
10 Ikan kerapu Epinephelus merra Grouper, honey-combgrouper
11 Ikan Lencam Lethrinus lentjam Emperor

12 Ikan kurisi Nemitarus nematophorus Threadfin brean


Ikan swangi, mata
13 Priacanthus tayanus Purple-spotted bigeye
besar
14 Ikan ekor kuning Caesio erythrogaster Yellowtail fusilier
15 Ikan Gulamah, semgeh Pseudociena amoyensis Croaker
16 Ikan cucut hiu Hemigaleus balfouri Balfourus sharks
17 Ikan cucut martil Sphyrna blochii Hammer-head sharks
18 Ikan cucut totol Stegostama tigrinum Spotted-shark
19 Ikan pari kelapa Trygon sephen Sting-ray
20 Ikan pari kemang trigon kuhlii Sting-ray
21 Ikan pari burung Aetomylus nichofii Eagle-ray
22 Ikan bawal hitam Formio niger Black pomfret
23 Ikan bawal putih Pampus argenteus Silver pomfret
Eletheronema Giant theadfin, four finger
24 Ikan kuro, senangin
tetradactylum theardfin
25 Ikan layur Trichiurus savala Hairtail
26 Ikan lidah Cynoglossus lingua Tong sole

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingka Laku Ikan demersal

1. Temperatur (Suhu)
Setiap perairan mempunyai standar perubahan suhu rata-rata untuk setiap musim
tertentu.  Jika suhu pada tempat tersebut lebih tinggi dri standar yang berlaku, atau malah
melebihi suhu optimum untuk dilakukan penangkapan, dalam hal demikian ada baiknya
untuk mencari daerah penangkapan dengan suhu yang sesuai. Perubahan-perubahan ini
berkorelasi positif dengan peningkatan suhu perairan (A. Punzon and A. Serrano,2016). Hal
ini dapat dilihat pada ruaya kelompok cakalang yang banyak bergantung kepada kuat atau
tidaknya arus panas.  Dengan demikian tinggi atau rendahnya suhu merupakan faktor penting
dalam penentuan migrasi jenis ikan tersebut.
Contoh lain adalah sebagaimana halnya dengan perikanan rawai di Hawai. Terdapat
suatu indikasi bahwa kehadiran cakalang di sana erat hubungannya dengan tinggi suhu.  Jika
pada musim panas ternyata suhu lebih tinggi dari biasanya, akan dapat dipastikan bahwa hasil
tangkapan akan lebih baik, sedangkan bila suhu ternyata lebih rendah dari pada biasanya,
hasil tangkapan hampir dapat dipastikan akan menurun.
Berdasarkan hasil penelitian yang terus menerus sifatnya, telah diketahui bahwa
banyak jenis ikan yang melakukan ruaya ke arah kutub selama musim panas, dan sebaliknya
mereka melakukan ruaya ke arah katulistiwa selama musim dingin berlangsung.  Jadi, selain
bahwa ruaya itu sendiri dipengaruhi keadaan suhu, secara tidak langsung suhu juga
mempengaruhi tersedianya makanan bagi ikan-ikan tersebut. Hal tersebut tidak hanya berlaku
bagi perangsang terjadinya ruaya saja, karena pemijahan, cara makan ikan pun ternyata
dipengaruhi oleh faktor suhu ini, baik secara langsung maupun tidak langsung (R Dean
Grubbs and Serikat Richard T Kraus, 2018).
Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi
matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin, maka di lapisan teratas sampai kedalaman
kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar
28°C) yang homogen. Oleh sebab itu lapisan teratas ini sering pula disebut lapisan homogen.
Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi lebih tebal lagi. Di
perairan dangkal lapisan homogen ini sampai ke dasar. Lapisan permukaan laut yang hangat
terpisah dari lapisan dalam yang dingin oleh lapisan tipis dengan perubahan suhu yang cepat
yang disebut termoklin atau lapisan diskontinuitas suhu. Suhu pada lapisan permukaan adalah
seragam karena percampuran oleh angin dan gelombang sehingga lapisan ini dikenal sebagai
lapisan percampuran (mixed layer). Mixed layer mendukung kehidupan ikan-ikan pelagis,
secara pasif mengapungkan plankton, telur ikan, dan larva, sementara lapisan air dingin di
bawah termoklin mendukung kehidupan hewan-hewan bentik dan hewan laut dalam (Reddy,
1993).

2. Cahaya
Pengaruh cahaya buatan pada ikan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan lain dan
pada beberapa spesies bervariasi terhadap waktu dalam sehari. Secara umum, sebagian besar
ikan pelagis naik ke permukaan sebelum matahari terbenam. Setelah matahari terbenam,
ikan-ikan ini menyebar pada kolom air, dan tenggelam ke lapisan lebih dalam setelah
matahari terbit. Ikan demersal biasanya menghabiskan waktu siang hari di dasar selanjutnya
naik dan menyebar pada kolom air pada malam hari.
Cahaya mempengaruhi ikan pada waktu memijah dan pada larva. Jumlah cahaya yang
tersedia dapat mempengaruhi waktu kematangan ikan. Jumlah cahaya juga mempengaruhi
daya hidup larva ikan secara tidak langsung, hal ini diduga berkaitan dengan jumlah produksi
organik yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan cahaya. Cahaya juga mempengaruhi
tingkah laku larva. Penangkapan beberapa larva ikan pelagis ditemukan lebih banyak pada
malam hari dibandingkan pada siang hari (Reddy, 1993).
Berdasarkan ruaya secara vertikal harian, membagi ikan dan ikan laut yaitu (Arqi Eka
Pradana, 2014) :
1. Ikan dasar (demersal fish), berada dekat dasar perairan pada waktu siang hari, beruaya
dan menyebar di bawah termoklin, terkadang di atas termoklin pada waktu sore hari. 
Kemudian, turun ke dasar atau lapisan yang lebih dalam pada waktu matahari terbit.
2. Jenis-jenis ikan yang menyebar melalui kolom air selama siang hari, sedangkan pada
waktu malam hari mereka akan turun ke dasar perairan.
3. Jenis pelagis, maupun, demersal yang tidak mempunyai migrasi harian yang jelas.
Dengan mengetahui ruaya secara vertikal harian sesuatu jenis ikan, maka waktu untuk
melakukan penangkapan dan alat penangkapan dapat ditentukan, selain itu
kemungkinan berhasiknya penangkapan dengan bantuan sinar lampu akan lebih besar.

5. Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam 1 liter air,
biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram perliter). Di perairan samudera,
salinitas berkisar antara 340/00 - 350/00. Tidak semua organisme laut dapat hidup di air
dengan konsentrasi garam yang berbeda. Secara mendasar, ada 2 kelompok organisme laut,
yaitu organisme euryhaline, yang toleran terhadap perubahan salinitas, dan organisme
stenohaline, yang memerlukan konsentrasi garam yang konstan dan tidak berubah. Kelompok
pertama misalnya adalah ikan yang bermigrasi seperti salmon, eel, dan lain-lain yang
beradaptasi sekaligus terhadap air laut dan air tawar. Sedangkan kelompok kedua, seperti
udang laut yang tidak dapat bertahan hidup pada perubahan salinitas yang ekstrim (Reddy,
1993).
Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi oleh
konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada keadaan ini ikan
melakukan proses osmoregulasi, organ yang berperan dalam proses ini adalah insang dan
ginjal. Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada
beberapa ikan dan distribusi berbagai stadia hidup (Reddy, 1993)

6. Oksigen (O2)
Oksigen sangat penting dalam proses respirasi, komponen ini tersedia dalam atmosfer
dalam jumlah besar dan dalam jumlah kecil dihasilkan oleh tumbuhan melalui fotosintesis.
Respirasi di perairan memerlukan oksigen dari dalam air dan menghilangkan limbah karbon
dioksida. Insang adalah tempat di mana pertukaran gas terjadi pada sebagian besar jenis ikan,
meskipun ada juga beberapa jenis ikan yang bernafas melalui kulit. Biasanya laju konsumsi
oksigen dapat digunakan untuk mengukur intensitas metabolismenya. Laju ini dipengaruhi
oleh ukuran ikan dan karakteristik air seperti suhu dan kandungan CO2 (Reddy, 1993).
Kandungan oksigen dalam air laut bervariasi terhadap suhu dan kedalaman. Pada
sebagian besar lapisan permukaan laut, kandungan oksigen dalam air bervariasi dalam batas
yang relatif sempit. Tetapi, di bawah lapisan termoklin, dekat dasar dan di beberapa daerah
tropis kandungan oksigen bisa sangat rendah dan sangat mempengaruhi ikan maupun
komunitas bentik yang lain.

III PENUTUP

1. Ikan Demersal adalah Ikan demersal adalah ikan yang hidup dan makan di dasar laut
dan danau (zona demersal).
2. Ikan Demersal Adalah ikan yang hidup dan makan di dasar laut dan danau (zona
demersal). Lingkungan mereka pada umumnya berupa lumpur, pasir, dan bebatuan,
jarang sekali terdapat terumbu karang.  Sehingga berdasarkan definisi ini, ikan
demersal dapat ditemukan dari lingkungan pantai hingga zona laut dalam (abyssal
zone), dan terbanyak ditemukan di lingkungan dekat punggung laut.
3. Perubahan suhu lingkungan pada ikan itu sangat mempengaruhi tingkah laku dan
faktor kondisi ikan tersebut.
4. Semakin meningkatnya suhu maka ikan tersebut semakin tidak mampu
mengendalikan kondisi fisiknya dan ikan akan stres bahkan dalam jangka waktu yang
terlalu lama dapat membuat ikan mati.
5. Cahaya dengan segala aspeknya seperti intensitas, sudut penyebarannya, polarisasi,
komposisi spektral, arah, panjang gelombang serta lama penyinaran harian maupun
musiman, kesemuanya akan mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap tingkah laku dan fisiologi ikan.
6. Ikan menghindari lapisan-lapisan atas pada waktu keadaan berat, sudah dikenal oleh
nelayan.  Demikian juga perpindahan ikan dari dan menuju pantai, dipengaruhi sedikit
banyak oleh gelombang.
7. Salinitas erat hubungannya dengan adanya penyesuaian tekanan osmotik antar
sitoplasma dari sel-sel dalam tubuh ikan dengan keadaan salinitas di sekelilingnya. 
Selain erat hubungannya dengan penyesuaian tekanan osmotik tersebut, maka
salinitas juga menentukan daya apung dari telur-telur yang pelagis sifatnya.
8. Kelarutan oksigen di laut sangat penting artinya dalam mempengaruhi kesetimbangan
kimia di air laut dan juga dalam kehidupan organisme di laut.

DAFTAR PUSTAKA

1. R Dean Grubbs and Richard T Kraus. 2018. Journal fish migration. Laboratorium
Kelautan dan Kelautan Universitas Florida, St. Teresa, FL, Amerika Serikat, Pusat Sains
Great Lakes, Survei Geologi AS, Sandusky, OH, Amerika Serikat ,2018.
2. A. Punzon , A. Serrano, F. Sances, F. Velasco, I. Pecriado, J.M. GonjaleZ Irusta, L.
Lopez-Lopez. Response of a temperate demersal fish community to global warming,
Instituto Español de Oceanografía, Centro Oceanográfico de Santander, Promontorio de
San Martín s/n, Apdo. 240, 39080 Santander, Spain Marine Scotland Science, Marine
Laboratory, 375 Victoria Road, Aberdeen AB119DB, UK. (2016)
3. Arqi Eka Pradana, 2014. Tingka laku ikan respon pada lingkungan. Universitas
Brawijaya, Malang.
4. Riyanti. 2015. Makalah klasifikasi ikan demersal, http://riyanti29111.blogspot.com.
5. Anne F. sell and Ingrid Kronce. Correlation between benthic habitats and demersal fish
assemblages – A case study on the Dogger Bank (North Sea), journal of sea Research,
Volume 80, pages 12-24. (2013)
6. Nautika Perikanan Laut, 2013. ( sumber: http://nautika-perikanan-laut.blogspot.com
7. Info Perikanan, 2010. Jenis-jenis ikan demersal yang ekonomis penting.
https://infoperikanan.wordpress.com/wordpress.com
8. Walrond C Carl . "Coastal fish - Fish of the open sea floor" Te Ara - the Encyclopedia of
New Zealand. Updated 2 March 2009
9. Reddy, M. P. M., 1993, Influence of the Various Oceanographic Parameters on the
Abundance of Fish Catch, Proceeding of International workshop on Apllication of
Satellite Remote Sensing for Identifying and Forecasting Potential Fishing Zones in
Developing Countries, India, 7-11 December 1993.

Anda mungkin juga menyukai