Anda di halaman 1dari 51

DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

STANDAR KOMPETENSI I
MENERAPKAN HUKUM PERKAPALAN

Kompetensi Dasar :
1. Memahami struktur organisasi di kapal : Pengusaha, Nahkoda, Perwira,
dan ABK
2. Melaksanakan tugas dan tanggungjawab di dalam organisasi
3. Melakukan perjanjian kerJa laut
4. Melaksanakan peraturan pengawakan kapal
5. Menyelenggarakan buku harian kapal

Memahami struktur organisasi di kapal : Pengusaha, Nahkoda, Perwira,


dan ABK

Pengertian-pengertian :
 Nahkoda adalah pemimpin tertinggi dikapal dan juga pemegang kewibawaan
umum diatas kapalnya.
 Nakhoda/skipper adalah seseorang yang telah menandatangani perjanjian kerja
laut dengan pengusaha kapal sebagai Nakhoda, memenuhi syarat sebagai nakhoda
tercantum dalam halaman “Sijil Anak Buah Kapal” sebagai Nakhoda ditandai
dengan mutasi dari perusahaan dan pencantuman namanya dalam Surat Laut
(KUHD pasal 377,SOSV 1935).
 Pengusaha adalah seorang atau Badan Hukum, yang mengusahakan kapal untuk
pelayaran di laut, dengan melakukan sendiri atau menyuruh orang lain melakukan
pelayaran itu sebagai Nahkoda.
 Pelayar adalah semua orang yang berada di kapal, kecuali Nakhoda.
 Awak kapal adalah semua orang yang berada di atas kapal, misalnya Nakhoda,
Perwira, Bawahan atau Supercargo.
 Penumpang adalah semua orang yang berada si atas kapal, kecuali awak kapal
atau pekerja-pekerja yang bekerja sementara untuk pemeliharaan kapal atau
bongkar muat atau orang-orang titipan atau tertinggal di atas kapal karena hal-hal
terduga.
 Anak buah kapal adalah semua awak kapal kapal kecuali Nakhoda.
 Perwira adalah para awak kapal yang tercantum sebagai perwira dalam Sijil Anak
Buah Kapal.

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 1


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

 Bawahan adalah awak kapal lainnya kecuali supercargo.


 Serang adalah kepala kerja anak buah deck dan berada di bawah perintah Mualim
1.
 Mishi adalah salah satu anak buah deck dan bekerja bersama yang lainnya di
bawah pimpinan serang.
 Kasab Deck adalah salah seorang anak buah deck bersama yang lain di bawah
pimpinan Serang.
 Kelasi adalah anak buah kapal yang terendah pangkatnya.
 Sijil anak buah kapal (Monsterol) suatu buku yang merupakan daftar dari anak
buah kapal lengkap dengan catatan mutasi secara individu anak buah kapal dan
disyahkan oleh Sahbandar.
 Sijil anak buah kapal adalah buku yang halaman depannya berisi : nama kapal,
pemilik kapal, pengusaha kapal, serta nama Nakhoda. Nama Nakhoda ini
tercantum dalam suatu kolom daftar nama Nakhoda sebagai persiapan untuk
penggatian Nakhoda.

Personil yang tercantum dalam sijil yaitu :


 Nakhoda
 Anak Buah Kapal (Perwira dan Bawahan)
 Supercargo
 Pedagang atau Pengusaha

Jabatan “Senior” di atas kapal perikanan


• Nakhoda (Skipper),
• Perwira (Mate/Officer) dan
• Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer)
• Perwira Radio (Radio Operator)

STRUKTUR ORGANISASI DI ATAS KAPAL

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 2


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

 Di atas kapal Nahkoda yang menjadi kepala dari semua perwira dan ABK lainnya.
 Perwira dan awak kapal adalah pembantu Nakhoda dan melaksanakan pekerjaan
untuk hari-hari di kapal.
 Agar pekerjaan dapat berjalan lancar,maka diadakan pembagian pekerjaan, untuk
itu personil kapal dibagi dalam beberapa bagian yang mempunyai tugas dan
pekerjaan tertentu serta dikepalai oleh seorang kepala bagian/kepala kerja.

Pada umumnya awak kapal (niaga) dibagi 4 bagian, yaitu :


1) Bagian Deck
2) Bagian Mesin
3) Bagian Radio
4) Bagian Provian (Bagian Perlengkapan dan Pemakanan)
I. Bagian Deck
Anggota Personil Bagian Deck :
1. Muallim 1 (Chief Officer)
2. Muallim 2
3. Muallim 3
4. Mualim 4
5. Kadit Deck
6. Serang
By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 3
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

7. Mishi
8. Kasad Deck
9. Juru Mudi
10. Kelasi
II. Bagian Kapal Mesin
Anggota personil kamar mesin :
1. Kepala Kamar Mesin (KKM / chief engine)
2. Masinis 1
3. Masinis 2
4. Masinis 3
5. Masinis 4 & Masinis 5
6. Kadit mesin
7. Juru Listrik
8. Mandor Listrik
9. Kasad Mesin
10. Juru Minyak (Oiler)
11. Wiper
III. Bagian Radio
Personil bagian radio :
1. Perwira Radio Satu
2. Perwira Radio Dua
IV. Bagian Provian (Bagian Perlengkapan dan Pemakanan)

Personil provian :
1. Kepala Pemakanan
2. Koki
3. Pelayan

Untuk Pengurusan kapal, Menyangkut erat Beberapa Badan Hukum atau seperti
orang dibawah ini :
1. Pengusaha Kapal / pemilik kapal
2. Nahkoda
3. Awak kapal
4. Umum
By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 4
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

PENGUSAHA KAPAL / PEMILIK


KAPAL

NAKHODA KAPAL UMUM

AWAK KAPAL

TUGAS :
1. Gambarkan struktur organisasi di atas kapal perikanan ?
2. Apa yang dimaksud :
a. Nakhoda/Skipper
b. Perwira
c. Awak kapal
d. Sijil Anak Buah Kapal (Monsterol)
3. Sebutkan jabatan-jabatan “Senior” di atas kapal perikanan ?
4. Sebutkan personil-personil yang tercantum dalam Sijil Anak Buah Kapal?

Melaksanakan Tugas dan Tanggungjawab di Dalam Organisasi

NAKHODA
Tugas Nakhoda yaitu :
1. Nakhoda sebagai pemimpin kapal
1) Tugas selaku pemimpin kapal :
2) Mampu membawa kapal dengan selamat ke tujuan
3) Mampu mengurus kapal, muatan dan penumpang
4) Mampu memelihara kapalnya agar selalu layak laut
5) Mampu dan mengerti mengolah tertip Adminitrasi kapal
By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 5
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

2. Nakhoda sebagai pemegang kewibawaan


1) Berwibawah terhadap semua orang yang ada diatas kapal demi keselamatan di
laut
2) Berwibawa memegang Kedisiplinan diatas Kapal.
3. Nakhoda sebagai abdi hukum, selaku pejabat jaksa atau kepolisian
Nahkoda menurut KUHD NO.394 (a ), bertugas :
1) Mengumpulkan bahan – bahan dan membuat proses verbal.
2) Menyita barang – barang sebagai barang bukti
3) Mendengar dari tertuduh dan para saksi ditulis dalam berita acara
4) Mengamankan tertuduh
5) Menyerahkan berkas pemeriksaan dan para tertuduh kepada yang berwajib setiba
di pelabuhan tujuan.
4. Nakhoda sebagai pegawai pencatatan sipil
1) Membuat akte kelahiran dan mencatat dalam buku harian kapal, dalam jangka
waktu 24 jam dengan 2 orang saksi ( KUHS NO. 35 )
2) Membuat akte kematian dalam jangka waktu 24 jam seperti tersebut di atas
dengan diketahui 2 Orang saksi, dengan memperinci sebab – sebab kematian
kapan terjadi, di mana, dsb, ( KUHS NO.60 )
5. Nakhoda sebagai Notaris
1) Membuat akte wasiat seseorang yang ada diatas kapal dengan disaksikan oleh 2
orang saksi
2) Membuat Akte Perjanjian antara pelayar yang berada dalam kapalnya, juga harus
ada 2 Orang Saksi.
6. Nakhoda sebagi wakil perusahaan pelayaran /pengusaha kapal
7. Nakhoda sebagai wakil pemilik muatan
BAGIAN DECK
Melaksanakan pekerjaan :
 Menyelesaikan administrasi umum kapal
 Jaga laut di deck
 Jaga pelabuhan di deck
 Pemuatan dan pembongkaran muatan
 Olah gerak kapal (sandar-lepas dari dermaga)
 Pemeliharaan kapal termasuk kebersihan di seluruh kapal, kecuali kamar mesin.

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 6


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

BAGIAN MESIN
Melaksanakan pekerjaan :
 Menyelesaikan administrasi kamar mesin
 Jaga laut di kamar mesin
 Jaga pelabuhan di kamar mesin
 Pemuatan dan pembongkaran muatan
 Olah gerak kapal di kamar mesin (sandar-lepas dari dermaga)
 Pemeliharaan kapal termasuk kebersihan di seluruh kapal mesin, termasuk
kebersihan kamar mesin.

BAGIAN RADIO
Melaksanakan pekerjaan :
 Melayani alat-alat komunikasi kapal (radio, telepon, telegraph, dsb).
 Perbaikan mum/ringan pada alat-alat navigasi elektronik kapal.
 Pekerjaan administrasi radio kapal.

TUGAS :
1. Tuliskan tugas Nakhoda di atas kapal ?
2. Jelaskan tugas Nakhoda sebagai pemimpin kapal?
3. Tuliskan tugas-tugas Anak Buah Kapal pada bagian mesin ?
4. Tuliskan tugas-tugas Anak Buah Kapal pada bagian radio ?

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 7


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

3. Melaksanakan Perjanjian Kerja Laut


Pengertian Perjanjian Kerja Laut (PKL)
Dapat Dilihat Dari Dua Segi :
1. Dilihat Dari Segi Pengusaha
PKL adalah perjanjian hukum antara pengusaha kapal disatu pihak dan buruh di
pihak lain, dimana buruh berjanji, untuk bekerja di bawah pengusaha kapal
sebagai Nakhoda atau Awak Kapal dengan imbalan upah.
2. Dilihat dari Segi Buruh

PKL adalah Perjanjian hukum antara pengusaha kapal di satu pihak dan buruh
dipihak lain, di mana pengusaha berjanji untuk memberikan pekerjaan sebagai
Nakhoda atau Awak Kapal dengan mendapat imbalan upah.

Jenis Perjanjian Kerja Laut (PKL)

Dilihat dari waktu atau periode, dibagi menjadi 3 :


1. Perjanjian kerja laut trip, yaitu perjanjian kerja laut berdasarkan pelayaran dari
suatu pelabuhan ke pelabuhan lain. PKL jenis ini biasanya ditentukan juga kapal
atau trayeknya.
2. Perjanjian kerja laut periode, yaitu perjanjian kerja laut menurut waktu tertentu.
PKL jenis ini ditentukan kapal atau trayeknya atau bisa saja tidak, asal di atas
kapal perusahaan tersebut (Pasal 398 KUHD)
3. Perjanjian laut tak tertentu, yaitu perjanjian kerja laut yang tidak ditetapkan masa
berlakunya (Pasal 398 KUHD)
Dilihat dari segi manusianya/ pihak yang mengikatkan diri dapat dibedakan menjadi 2
:
1. PKL Perorangan / pribadi, yaitu menyangkut seseorang atau majikan.
2. PKL Kolektif, yaitu perjanjian kerja laut antara majikan atau gabungan majikan
dengan gabungan pelaut.
Dilihat dari sudut perbedaannya dalam Undang-Undang dapat dibedakan menjadi 2 :
By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 8
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

1. Perjanjian kerja laut untuk Nakhoda


2. Perjanjian kerja laut untuk Anak Buah Kapal.
Perbedaan antara kedua jenis ini menyangkut persoalan alasan-alasan yang sah
untuk pemutusan hubungan kerja.
ISI PERJANJIAN KERJA LAUT
a. Nama, tanggal dan tempat lahir dari Awak kapal
b. Tempat dan tanggal dilakukan perjanjian
c. Di kapal mana dia akan bekerja
d. Perjalanan yang akan ditempuh
e. Sebagai apa dia dipekerjakan
f. Tanggal dan tempat mulainya bekerja dikapal
g. Berapa lama akan bekerja
h. Upah berupa uang yang telah ditentukan
Hak awak kapal yaitu :
Terutama awak kapal yang berkerja diatas kapal memiliki hak – hak sebagai berikut :
a. Hak atas upah / gaji
Upah atau gaji diberikan kepada awak kapal sendiri. Orang lain yang berhak juga
menerima sebagian dari upahnya sebagai uang delegasi.
Orang – orang yang dapat hak atas delegasi :
 Istri atau anggota keluarganya sampai derajat keempat (mendapat 1/3 bagian
upah).
 Anak kandung dan orang tua kandung (mendapat 1/2 bagian upah).
 Dagangan cicilan untuk menjamin hutangnya.
 Yang memberikan piutang.
 Wali dari anak buah kapal yang masih dibawa umur.
Besar gaji upah itu selamanyah harus sama dengan apa yang tercantum dalam
Perjanjian Kerja Laut .
Upah tersebut dapat bertambah apabila :
 Kerja lembur
 Bonus dari kerja lebih mendapat tugas lain
 Bonus karena kerja luar biasa, misanya membantu menyelamatkan kapal,
menolong atau menunda kapal lain
Upah tersebut dapat berukuran, apabila :
 Didenda oleh Nahkoda karena pelanggaran

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 9


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

 Mengganti kerugian
 Sakit / mendapat kecelakan sebab unsur kesengajaan.
b. Hak atas makanan dan tempat tinggal yang layak dikapal
Yang dimaksud dengan makanan dan tempat tinggal yang layak
Adalah :
 Untuk makanan harus memenuhi 4 sehat 5 sempurna
 Bergizi dan cukup bervitamin
 Memenuhi kalori seperti disebutkan dalam ketentuan yang ada
 Untuk tempat tinggal yang layak harus bersih dan terjamin pergantian udaranya
 Mendapatkan cukup sinar matahari
 Tenang istirahatnya dan tidak terganggu istirahatnya oleh bau maupun kebisingan
 Terjamin kesehatannya
c . Hak atas cuti
Hak cuti diberikan setelah awak kapal :
 Dinas awak kapal dilaksanakan selama satu tahun atau dapat akhir ikatan
kerja
 Hak cuti tidak berlaku yang membuat perjanjian kerja laut menurut perjalanan
 Besarnya cuti paling sedikit 7 hari atau 2 x 5 hari berturut – turut dengan upah
penuh.

d. Hak Perawatan dan Pengobatan pada Sakit atau pada Saat Mendapatkan
Kecelakaan
Ketentuannya :
 Diwaktu sakit selama tinggal dikapal mendapatkan upah penuh, dan apabila tidak
ada dikapal mendapatkan upah 80%.
 Sisakit apabila ditinggalkan didarat ada hak pengangkutan kembali kedaerah asal
secara cuma – Cuma termasuk biaya makan dan penginapan
e. Hak atas ganti rugi apabila kapalnya mendapat musibah
Ketentuannya:
 Ganti rugi diatasi oleh peraturan perundang – undangan yang berlaku.
 Ganti rugi hanya diberikan apabila barang miliknya hilang (total lost)
Apabila yang bersangkutan menganggur diberikan upah paling banyak 2 bulan.
Kewajiban Awak kapal dalam KUHD

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 10


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

a. Berkerja sekuat tenaga dan wajib mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan
oleh Nahkoda.
Adapun tugas dan kewajiban awak kapal dapat diketahui dari :
1. Pejanjian kerja laut
2. Sijil awak kapal
3. Peraturan dinas Awak Kapal yang telah dibuat oleh Nahkoda atau umumnya
diseragamkan oleh masing – masing perusahaan
b.Taat kepada atasan, teristimewa menjalankan perintah – perintah Nahkoda
c. Tidak membawa atau memiliki minuman keras atau barang – barang yang
terlarang, senjata tajam, narkotika atau barang selundupan dsb. diatas kapal, tanpa
seizin Nahkoda.
d.Turun atau meninggalkan kapal harus seizin nahkoda dan kembali tidak terlambat.
e. Wajib membantu memberikan pertolongan dalam penyelamatan kapal, penumpang
maupun muatannya.

Wewenang awak kapal


a. Wewenang Kapal Kamar Mesin terhadap semua anak buah kapal bagian mesin.
b. Wewenang Mualim I terhadap semua anak buah kapal bagian dek dan bagian sipil
(pelayanan).
c. Wewenang para Perwira dan Ahli Mesin Kapal sebagai Kepala kerja dalam sesuatu
misi atau tugas.
d. Wewenang para Perwira (Mualim) dan Ahli Mesin Kapal sebagai Perwira Jaga dan
Ahli Mesin Kapal Jaga
Wewenang pimpinan anak buah kapal (bawahan) antara lain Mandor mesin, Botlir
dll, terhadap anak buah kapal bawahannya.

Kewajiban Nakhoda
a. Bertindak dengan kecakapan, kecermatan dan kebijaksanaan yang optimal dalam
memimpin, menavigasi kapalnya.
b. Mematuhi perintah dan peraturan-peraturan pengusaha selama tidak menyimpang
dari Perjanjian Kerja Lautnya dan Undang-Undang serta kebiasaan lazimya.

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 11


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

c. Mewakili pengusaha sebagai penggugat atau digugat sehubungan dengan


kapalnya.
d. Berusaha melakukan perbaikan-perbaikan guna meneruskan pelayaran dengan
cara bagaimanapun.
e. dst .
Wewenang Nakhoda yaitu :
a. Wewenang memakai bahan-bahan makanan penumpang atau muatan untuk
permakanan pelayar dalam keadaan darurat.
b. Melaksanakan apa saja dengan kapal, kalau perlu sampai menjual bagian-bagian
kapalnya untuk melengkapi kapalnya guna meneruskan pelayaran.
c. Wewenang menggugat atau menjadi tergugat atas nama pengusaha dalam
peradilan.
d. Wewenang membelokkan / menyimpang dari pelabuhan tujuan untuk
menyelamatkan jiwa
e. Wewenang mempekerjakan anak buah kapal.
f. Wewenang untuk melaksanakan tata tertib di kapal.
Kewajiban Anak Buah Kapal
a. Mematuhi Nakhoda dalam hal ini didasarkan atas jabatan Nakhoda
b. Minta ijin tiap kali meninggalkan kapal (turun ke darat).
c. Minta ijin Nakhoda atau pengganti yang mewakilinya untuk menggunakan bukan
barang-barang wajar, seperti minuman keras dan senjata api.
d. Lembur bilamana dianggap perlu oleh Nakhoda.
e. Melakukan tugas-tugas dalam membuat Surat Keterangan kapal selama tiga hari
setelah berakhirnya Perjanjian Kerja Laut.
f. Melakukan tugas dengan penuh dedikasi.
g. Bersedia untuk menjadi cadangan TNI-AL atau wajib militer.
h. Berlaku dan bertindak sopaan dan baik
i. Mempelajari situasi / keadaan kapalnya, lebih-lebih terhadap prasarana dan sarana
keselamatan.

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 12


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

MENGAKHIRI PERJANJIAN KERJA LAUT


Secara Biasa

Mengakhiri PKL Secara Syah

Secara Luar Biasa

Secara Tdk Syah


A. Secara Biasa
Artinya dalam mengakhiri PKLnya sesuai dengan apa yang tercantum dalam
perjanjian
Misalnya:
1. PKL untuk satu perjalanan.
2. PKL jangka waktu tertentu.
3. PKL dengan jangka waktu yang sembarang.

B. Secara Luar Biasa


Disebut luar biasa sebab tidak tercantum dalam Perjanjian Kerja Laut, tetapi dibenarkan
oleh undang – undang.
1. Pembatalan yang syah
2. Pembatalan yang tidak syah.
PEMBATALAN YANG SYAH :
1) Pembatalan PKL dimana dari kedua belah pihak menyetujui
2) Pembatalan PKL pihak yg memutuskan ikatan, memberikan ganti kerugian pada pihak
yang lain.
3) Pembatalan PKL atas dasar ”Alasan Mendesak” artinya apabila dilihat dari pihak
pengusaha kapal.
 Penghinaan atau penganiayaan

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 13


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

 Tidak datang kekapal setelah menandatangi PKL


 Tidak cakap untuk bekerja.
 Melakukan tindakan kriminal diatas kapal
4) ”Alasan mendesak” dilihat dari segi buruh, yaitu
 Tempat tinggal dan makanan dikapal tidak layak
 Pengusaha menggunkan kapalnya untuk tindakan kriminal
 Perintah berlayar untuk kepelabuhan musuh
 Kapal berlayar menyimpangdari apa yg tercantum di PKL
5) Atas dasar ”Alasan Penting
 Alasan – alasan mendesak
 Alasan – alasan sepihak (tidak terpenuhi hak – hak atau alasan pribadi.
 Alasan memperoleh jaminan sosial yan lebih baik di tempat lain.
6).Si buruh meninggal dunia.
PEMBATALAN PKL YANG TIDAK SYAH
Misalkan:
 Semua pembatalan perjanjian sepihak, yang tidak termasuk dan tidak tergolong
seperti disebutkan dalam contoh – contoh diatas
 Akibat dari pembatalan yang tidak syah bagi seorang awak kapal dapat
mengakibatkan :
o Kehilangan hak upahnya dan juga hak – hak yang dimiliki oleh seorang
pelaut
o Ditahan buku pelautnya oleh yang berwajib
o Apabila pembatalan dilakukan dengan cara meninggalkan dinas /melarikan
diri.

TUGAS
1. Jelaskan pengertian dari perjanjian kerja laut ?
2. Sebutkan isi dari Perjanjian Kerja Laut ?
3. Jelaskan kewajiban sebagai Nakhoda ?
4. Jelaskan mengenai pembatalan Perjanjian Kerja Laut yang tidak syah?

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 14


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

4. Melaksanakan Peraturan Pengawakan kapal


Pengawakan Kapal (MANNING)
1978 International Convention on Standards ofTraining, Certification
and Watchkeeping ofSeafarers (STCW) pertama kali diterima dalam
suatu konferensi yang diadakan oleh IMO.
28 April 1984 STCW mulai berlaku. Secara singkat termaktub dalam konvensi ini
persyaratan minimum untuk pelatihan, kualifikasi dan pelayanan
pelayaran untuk master deck officers, engineer officers,radio officers
yang harus dipenuhi sebelum suatu pemerintah dapat mengeluarkan
sertifikat keahlian sesuai konvensi, juga prinsip-prinsip dasar untuk
pengamatangeladak dan mesin. Suatu negara tentunya diperbolehkan
untuk menetapkan standar yang lebih tinggi.
1995 Amandemen STCW
Ruang lingkupnya semua kapal kecuali kapal perang dan di ruang lingkup
angkatan laut (naval auxiliary ships), kapal milik pemerintah dalam pelayaran non
komersial, kapal ikan, kapal wisata (yachts) dan kapal kayu yang dibangun dengan cara
primitif.

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 15


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Kelonggaran-kelonggaran tertentu terhadap persyaratan-persyaratan konvensi


diperbolehkan dengan pertimbangan pertimbangan efisiensi dan fleksibilitas. Namun
tingkat pelayanan pelayaran (seagoing service) harus sedemikian rupa sehingga
navigational dan technical handling sebuah kapal dan muatannya harus mencapai tingkat
persyaratan keselamatan yang sekurang-kurangnya sama dengan persyaratan dalam
konvensi.
Pengaturan dalam Bagian II dari Maritime Legislation Project Indonesia
 Mengandung seluruh prinsip-prinsip dasar sebagai suatu pengaturan framework
law; yaitu pengaturan yang member keleluasan pengaturan teknis untuk diatur
dalam Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri Perhubungan.
 Pengaturan mencakup implementasi konvensi-konvensi sebagai berikut:
a. Solas 1974/1978-amandemen 1981, 1983, 1986
b. Land Lines Convention
c. ILO Convention No. 68 tentang permakanan dan katering untuk awak kapal
No. 92 dan No. 133 tentang akomodasi untuk awak kapal, No. 134 tentang
pencegahan kecelakaan selama bertugas untuk pelaut dan No. 152 tentang
keselamatan kerja dan kesehatan pekerja galangan.
d. STV Convention (fishing vessel)
e. STCW Convention.
Pengaturan dalam bagian II MLP menekankan prinsip hukum yang penting yaitu
tidak dapat dibuatnya pengaturan implementasi oleh suatu pemerintah tanpa ada
ketentuan dasar hukum yang jelas dalam undang-undang. Kalau prinsip tersebut di atas
dilaksanakan maka dapat dijalankan suatu policy jangka panjang terhadap keselamatan
dan pengawakan,dan pada waktu bersamaan pemerintah dapat pula mengambil
keputusan-keputusan sewaktu-waktu (day to day) sebagai
implementasi policy tersebut.
Kesimpulan : harus jelas dasar hukum yang termaktub dalam undang-undang dan tidak
boleh dikurangi.
Sistem undang-undang harus sama atau mengikuti sistem konvensi yang
bersangkutan. Sehingga penyusunan undang-undang harus sebagai berikut :
1. General provision (definisi)
2. a) Persyaratan tentang kapal (konstruksi, peralatan dan akomodasi)
b) Survey dan sertifikat.
Persyaratan tentang pengawakan :

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 16


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

a) Pendahuluan (STCW)
b) Tingkat pengawakan (Manning Levels)
c) Sertifikat dan pemeriksaan
d) Keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
e) Hak dan kewajiban pemilik, master dan pelaut.
f) Tentang berlakunya undang-undang.

Pada setiap kapal penangkap ikan yang berlayar harus berdinas (Pasal 41 dalam
Undang-Undang Pengawakan):
a. Seorang nakhoda dan beberapa perwira kapal yang memiliki sertifikat keahlian pelaut
kapal penangkap ikan dan sertifikat keterampilan dasar pelaut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a sesuai dengan daerah pelayaran, ukuran kapal, dan daya
penggerak kapal;
b. Sejumlah rating yang memiliki sertifikat keterampilan dasar pelaut dalam Pasal 4 ayat (2)
huruf a.

Jenis sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap ikan :


a. Sertifikat keahlian pelaut nautika kapal penangkap ikan;
b. Sertifikat keahlian pelaut teknik permesinan kapal penangkap ikan.
Sertifikat keahlian pelaut nautika kapal penangkap ikan :
a. Sertifikat ahli nautika kapal penangkap ikan tingkat I;
b. Sertifikat ahli nautika kapal penangkap ikan tingkat II;
c. Sertifikat ahli nautika kapal penangkap ikan tingkat III.
Sertifikat keahlian pelaut teknik permesinan kapal penangkap ikan :
a. Sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan tingkat I;
b. Sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan tingkat II;
c. Sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan tingkat III.

 Untuk mendapatkan sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap ikan dalam Pasal 41 ayat
(2) dalam Undang-Undang Pengawakan, harus lulus ujian yang dilaksanakan oleh
Dewan Penguji yang mandiri (independen) sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 17


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

 Ketentuan lebih lanjut mengenai ujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
dengan Keputusan Menteri setelah mendengar pendapat dari Menteri yang bertanggung
jawab di bidang perikanan.
Pengawakan kapal penangkap ikan (pasal 44) harus disesuaikan dengan:
a. daerah pelayaran;
b. ukuran kapal;
c. daya penggerak kapal (kilowatt/KW).
Pasal 45, Pelaut perwira kapal penangkap ikan dapat beralih profesi sebagai pelaut
kapal niaga, melalui penyetaraan Sertifikat Keahlian Pelaut.
TUGAS :

1. Tuliskan syarat dari kapal penangkap ikan ?


2. Tuliskan jenis sertifikat pelaut nautika kapal penangkap ?
3. Berdasarkan apa pengawakan kapal penangkap ikan ?
4. Tuliskan isi dari Pasal 45 tentang pengawakan kapal penangkap ikan?

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 18


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

5. Menyelenggarakan Buku Harian Kapal

Buku harian kapal adalah merupakan bukti-bukti dan data-data utama mengenai
sesuatu kejadian di kapal, baik kecelakaan atau kerusakan, maka ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan dan pengisian Buku Harian
Kapal, yaitu :
a. Tidak boleh menghapuskan Buku Harian
b. Tidak boleh merobek Buku Harian
c. Jangan meninggalkan ruangan kosong dalam Buku Harian tanpa dicoret,
karena ini dapat menimbulkan kecurigaan, bahwa Buku Harian ditambah-
tambah isinya, sehingga nilai Buku Harian menjadi kurang sebagai bahan
bukti.
d. Jangan menambah halaman Buku Harian
e. Jangan menambah-nambah isi Buku Harian dengan menempel-nempel di
pinggir atau di sela-sela.
f. Jangan membuat konklusi dalam suatu kejadian, cukup hanya data-data saja.
g. Segala sesuatu yang belum jelas, sebaiknya ditulis dengan kata-kata
“kelihatannya” atau “seolah-olah” dan lain-lain.
h. Jangan menganggap keadaan laut, sebab kadang-kadang pelaut cenderung
menulis kecepatan angin 6 Beaufort scale.
i. Sebaiknya diselenggarakan juga Buku Jaga (Serap Log atau Rough Log)
untuk menulis semua kejadian.
j. Harus teliti dalam mengisi waktu-waktu kejadian, sebab jika matahari
terbenam jam 18.05, jam 18.3 tidaklah sama dengan jam 18.07 (antara siang
dan malam), walaupun berbeda 4 menit.
k. Untuk ketelitian gerakan mesin pada waktu olah gerak diselenggarakan juga
Buku Olah Gerak, yang isinya gerakan-gerakan mesin beserta waktunya.
TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud buku harian kapal?
2. Jelaskan prosedur pengisian buku harian kapal ?

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 19


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

STANDAR KOMPETENSI II
MENERAPKAN PERATURAN BANDAR

Kompetensi Dasar :
1. Menyiapkan dokumen kesyahbandaran
2. Melaksanakan prosedur keluar masuk Bandar
3. Melakukan prosedur bongkar muat barang di pelabuhan

Menyiapkan dokumen kesyahbandaran

Syahbandar dan Kegiatan Kesyahbandaran


Syahbandar adalah pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pejabat
pengawasan pelayaran seperti yang tersebut dalam perundang-undangan dan
peraturan. Jadi kesyahbandaran adalah segala bentuk kegiatan yang berkaitan
dengan pengawasan pelayaran sesuai peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Seorang syahbandar sewaktu-waktu dapat mengunjungi kapal-kapal yang
berlabuh untuk mengadakan pemeriksaan mengenai penumpang, muatan dan lain-
lain yang dianggap perlu, sama seperti wewenang yang diberikan kepada petugas
khusus yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Dalam suatu
kasus, syahbandar seolah-olah bertindak sebagai jaksa, oleh karena itu para
syahbandar seyogyanya memiliki pengetahuan kejaksaan disamping pengetahuan
kepelautan.
Kapal-kapal Direktorat Jenderal Perhubugan Laut da Kapal-kapal perang
dikecualikan dalam pemeriksaan in dan juga kapal-kapal Polisi Perairan (AIRUD),
Bea Cukai yang digunakan oleh pemerintah/petugas pemerintah.
Seorang syahbandar dapat bertindak bilamana peraturan-peraturan dan
persyaratan kepelabuhanan tidak dipenuhi, termasuk pembayaran-pembayaran
By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 20
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

biaya-biaya yang harus ditanggung oleh kapal sebelum berangkat. Surat izin
berlayar hanya akan dikeluarkan oleh pihak syahbandar jika semua persyaratan
telah dipenuhi.
Walaupun surat izin berlayar belum diberikan oleh syahbandar dapat melarang
kpal berangkat, apabila ternyata kapal tersebut melanggar peraturanperaturan /
ketetuan-ketentuan elabuhan atau lain-lainnya. Jika larangan tesebut menyangkut
kapal yang mendapat surat izin berlayar, nakhoda harus menyerahkan kembali
surat-surat kapalnya kepada syahbandar. Larangan pemberangkatan tidak berlaku
bagi kapal Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, kapal perang, Polisi Perairan dan
Bea Cukai.
Dokumen Kesyahbandaran
Kapal yang akan berlabuh jangkar perlu menyiapkan dokumen yang
berhubungan dengan kesyahbandaran. Sebab dokumen-dokumen tersebut
merupakan pas masuk di daerah pelabuhan. Secara garis besar dokumen-dokumen
yang dimaksud adalah surat-surat dan sertifikat-sertifikat kapal yang penting, yaitu :
1. Identitas dan ukuran kapal
2. Sertifikat atau surat mengenai keselamatan pelayaran
3. Surat-surat kapal yang berhubungan dengan operasional kapal
4. Sertifikat dan surat kir kapal
5. Surat-surat pengawakan kapal
Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hal-hal di atas dipersiapkan oleh
perwira kapal yang khusus menanganinya sebelum tiba di pelabuhan untuk
kemudian diserahkan, disimpan dan dipakai oleh syahbandar sebagai pedoman
pengawasan selama kapal berada di pelabuhan. Surat- surat tersebut harus
diserahkan kepada syahbandar pada hari kapal tiba atau pada hari berikutnya bila
kapal datang sore hari.

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 21


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Contoh surat keterangan identitas dan ukuran kapal

SURAT-UKUR
CARA PENGUKURAN DALAM NEGERI
No. : ………………………

Yang bertanda tangan dibawah ini ……………………….. menerangkan bahwa


Kapal ……….bernama : ………….. dahulu bernama ………… dalam tahun ……….
di …………. dibuat terutama daripada ……………………dengan …………………..
geladak …………tiang ………dan cerobong asap ……………, diperlengkapi
sebagai ………….telah diukur sebagai berikut :
Panjang : dari bagian sebelah belakang dari haluan sampai bagian sebleah muka
dari buritan atau yang dipandang buritan, diukur pada tingkatan
Geladak atas
…………………...…………………………....meter,
By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 22
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Bagian sebelah atas dari rimbat tetap

Lebar : bagian kapal terlebar diukur dari sebelah luar dari lambung …..........meter,
Dalam : jarak dari bagian tengah atas dari gading-gading di samping serta sampai
bagian sebelah bawah dari geladak atas

Pada tingkatan garis lintang kapal melalui bagian sebelah atas dari rimbat kapal

pada tempat yang terlebar……………………………………………meter,


Faktor : sebagaimana termaktub dalam pasal 26 ayat 1 Penetapan Pengukuran
Kapal-Lembaran Negara 1927 No. 212 …………………………………..

m3 R.T.
Isi kapal :
…… ……
Isi bawah geladak atas
: ……………….
Bagian atas dari rimbat tetap

Jumlah isi ruang2 di geladak atas : ……………………….. ……. …….


Isi Kotor : ……………………….. ……. …….
dikurangi dengan ruang2 untuk tempat mesin dan bahan
pembakar pada kapal2 yang dijalankan dengan mesin di
bawah geladak atas : ……………………….. …….. …….
Isi bersih : ……………………….. ……. …….

Terbilang : …………………………...m3 kotor


atau ……………………………….….R.T kotor
dan …………………………………...m3 bersih
atau …………………………………..R.T bersih

Dikeluarkan di ……………………………..pada tgl ………….………………200…..


Juru Ukur,
Tanda Selar : …………………..………diselarkan pada …………………………………

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 23


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

dipahatkan

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 24


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN
Contoh sertifikat izin berlayar sehubungan dengan operasional kapal

Didaftarkan dalam dalam Buku Jakarta, tgl………………………200….


Surat2 Laut Direktorat Pelayaran
Jakarta Tanda tangan nakhod

Buku daftar No. : Dibubuhkan dihadapan kami………….


…………. …………………………………………
Folio No. :
…………. Diberikan di Jakarta
Tanda Pendaftaran : Tgl……………………………...200….
………….
Tanda Selar menurut Nakhoda Kapal Laut Republik Indonesia yang memasuki pelabuhan asing dimana ada berkedudukan
surat ukur : konsul RI diwajibkan, jika kapal ini tinggal di sana lebih dari 24 jam lamanya, paling lambat hari
………… kedua setibanya di situ, menghadap sendiri kepada Pejabat itu guna Penandatanganan surat laut,
Nama dan isyarat kecuali jika diberikan kebebasan seluruhnya atau sebagian dari peraturan ini
Internasional :
…………

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 25


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

tiang…………..cerobong asap………………….kipas (propeller) ………..……… induk mesin (motor


PRESIDEN REPUBLIK dari) : …………… PK (………R.P.K) dan………..…….ketel2
INDONESIA pemilik……………..di…………….dengan……………………...
nakhoda …………..….adalah Kapal Laut Republik Indonesia yang
Salam kepada mereka yang membaca memenuhi syarat2 dalam penetapan Surat2 Laut dan Pas2 Kapal – 1934
dan mendengar Surat Laut ini : Surat laut ini diberikan atas dasar syarat2 tersebut, oleh karena itu kapal ini berhak berlayar
memakai bendera Republik Indonsia.
Mempermaterakan Kepada yang berkuasa dan pejabat2 Republik Indonesia maupun mereka yang bersangkutan dan
berkewajiban diharap supaya nakhoda tersebut dengan kapal dan muatannya diterima dengan baik dan
Telah nyata dengan cukup bahwa supaya diperlakukan menurut Undang2 Republik Indonesia dan perjanjian2 diantara Negara itu engan
kapal……………………………..berna Negara2 lain
ma : ……………………………
Isi bersih…………………….m3, atau
………….registrasi ton dan isi kotor : Diberikan di Jakarta, …………..200…
……………………. m3, atau : a.n. Presiden Republik Indonesia
…………..register ton, dengan : Menteri Perhubungan
……………….. geladak……………
By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 26
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

(…………………….)

By. RAKHMAT SYAM, S.ST.PI 27


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Contoh sertifikat sehubungan dengan keselamatan pelayaran

SERTIFIKAT KESELAMATAN KONSTRUKSI


KAPAL ……………………
REPUBLIK
INDONESIA

Dikeluarkan menurut ketentuan-ketentuan

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG KESELAMATAN


JIWA DI LAUT, 1960

Angka2 atau
Pelabuhan Isi Kotor Tanggal
Nama kapal Huruf2Panggila
Pendaftaran (Ton) peletakan lunas
n

Yang bertanda tangan di bawah ini………………. Menerangkan bahwa kapal tersebut di


atas telah diperiksa dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari peraturan Bab I
dari konvensi tersebut di atas dan bahwa pemeriksaan menunjukkan bahwa keadaan badan
kapal, mesin dan perlengkapan sebagaimana dijelaskan dalam peraturan di atas itu, dalam
segala hal memuaskan dan kapal itu memenuhi syarat yang berlaku dari Bab II (lain dari
pada yang bersangkutan dengan alat-alat pemadam kebakaran dan bagian-bagian pemadam
kebakaran).

Sertifikat ini dikeluarkan atas nama, Pemerintah Republik Indonesia


Berlaku sampai ……………………………………………………………………………..
Dikeluarkan di …………………………………...pada tanggal………bulan………200…
Yang bertanda di bawah ini menerangkan,bahwa ia benar dikuasakan oleh Pemerintah
untuk mengeluarkan sertifikat ini
An. Pemerintah Republik Indonesia
…………………………..

(……………………………)
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Contoh izin berlayar yang diberikan kepada nakhoda

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT


DAERAH PELAYARAN IV
KESYAHBANDARAN SURABAYA

S U R A T I Z I N ( Model – A )
No. …………………

Yang bertanda tangan dibawah ini Syahbandar Surabaya dengan ini memberikan izin
sehubungan dengan ketentuan dalam pasal 3 Peraturan Surat2 Laut dan Pas2 Jalan 1935
Kepada :
……………………………………………..

Nahkhoda Km/Pim : ……………………………………………………


Tanda Selar : ……………………………………………………
Dengan Ukuran : Panjang : ……………………………………………………
Lebar : ……………………………………………………
Dalam : ……………………………………………………
Pemilik : ……………………………………………………

Untuk dengan Km/Plm mengadakan pelayaran satu kali jalan dari Surabaya menuju
ke………………………Asalkan dalam segala hal memenuhi ketentuan yang berlaku.
Atas dasar surat izin ini maka perjalanan pelayaran tersebut di atas tetap tidak lebih
jauh dari perjalanan itu, Km/Pim di beri hak berlayar di bawah bendera Indonesia.
Surat izin ini berlaku mulai tgl………………dan tidak berlaku lagi setibanya
Km/Plm di…………….paling lambat tgl………………

Diberikan di Surabaya
Pada Tanggal, ……….
Nakhoda, Syahbandar

(……………) (………..…………)
NIP.

Tembusan Kepada Yth. :


1. Kepala Direktorat Perkapalan & Ditjen Perla Jkt.
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

2. Kepala Daerah Palayaran IV Sby.


3. Kepala Inspeksi Pelayaran Dapel IV Sby.
4. Syahbandar ……….
5. Nakhoda Km/Plm…..
6. Arsip

Contoh port clearance sehubungan dengan operasional kapal

SURAT IZIN BERLAYAR


PORT CLEARANCE

Untuk kapal………………….bernama…………..……ukuran……………..m3isi kotor,


For the ship burthen
m3gross

Berlayar dengan bendera………………….……..nakhodanya : ……………….………..


Sailing under colours master

Tujuan : ……………………………………….
Bound for

Dengan ini kapal tersebut di atas diizinkan berlayar


The above-mentionst vessel is here by guaranted permit to procced to sea
Diberikan di : ………………………………..
Issued at the port of

Pada tanggal : …………………………………… Syahbandar


The………………………day……………………………… Harbourt
master

(…………...)
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Contoh sertifikat garis muat kapal sehubungan dengan operasional kapal

SERTIFIKAT GARIS MUAT INTERNASIONAL


DIBERIKAN SESUAI DENGAN PERATURAN-KONVENSI GARIS MUAT
INTERNASIONAL-1980

Kapal : ……………………………....... Nama dalam isyarat internasional :


Pelabuhan kedudukan kapal : …………. ……………………………………
…………………………………………
Isi kotor………………m3 = …….R.T
Bagian sebelah atas dari geladak , di mana setiap lambung timbul di ukur, terletak …..cm.
di atas bagian sebelah atas dari geladak…..di samping
Lambung terdiri dari geladak : Tempat tanda garis muat :
Daerah panas (katistiwa)…………….cm (a) ……………………..cm di atas (b)
Musim panas (najir)………………….cm (b) bagian sebelah dari tanda melalui lingkaran
Musim dingin………………………….cm (c) ……………………cm di bawah (b)
Musim dingin samudra atlantik…….cm (d) ……………………cm di bawah (b)

Dikurangi dengan untuk alat tawar setiap lambung timbul dengan …………………….cm

MAT

AT
K

Md

Mr SRU

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa kapal ini telah diperiksa
dan lambung timbul yang tertera di atas ini dan tempat2 tanda2 garis muat ditetapkan sesuai
dengan konvensi.
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Sertifikat ini di berikan atas nama Pemerintah Republik Indonesia, tetap berlaku
hingga selesainya Pemeriksaan Umum y.a.d tetapi paling lambat akhir…………….200…

Diberikan di…………………………………………………tgl……………..……….200..
Atas nama Pemerintah Republik Indonesia, oleh

A.n. Direktur Jenderal Perhubungan Laut


Kepala Direktorat Perkapalan dan Pelayaran

Contoh custom clearance sehubungan dengan operasional kapal

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

No. …………………..
PERINGATAN
Pada pemeriksaan di laut berlaku
1. Tempat pemberangkatan………………………… hanya dalam perjalanan di antara
pelabuhan-pelabuhan tersebut.
2. Tanggal berangkat……………………………….. dari tempat di bawah No. 1 dan 3,
dengan mengesahkan tanggal
3. Pelabuhan berikutnya yang pertama dikunjungi berangkat dan jika tidak singgah
ke pelabuhan lain dari yang
…………………………………………………… dinyatakan di bawah
Uraian tentang surat-surat kapal,
(jenis, tempat dan tanggal pemberiannya, nomor surat
laut, pas tahunan dsb)
………………………………………………………..
………………………………………………………..
………………………………………………………..

Nakhoda kapal yang berlayar dibawah bendera…………………………………....


dengan tujuan……, dari tanggal yang tersebut di atas telah berangkat berlayar dari sini ke
tempat yang tersebut di atas di bawah No. 3, telah memenuhi kewajiban terhadap bea
masuk dan bea keluar.
Kapal tersebut ketikaberangkat berlayar dimuati dengan :
Perkiraan teantang muatan dengan menyatkan jumlah berat kotor

……………………………………………………….
……………………………………………………….
……………………………………………………….
………………………………………………………. Jumlah berat kotor
………………………………………………………. …………….……Kg
……………………………………………………….
……………………………………………………….
……………………………………………………….

Di ………………..tgl…………200..
Bendaharawan Kantor Bea dan Cukai,

Kepala Nakhoda : ……………..


DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

(tembusan kepada Syahbandar di tempat)

(…………………….)
NIP……………….
Surat dan Denah Khir

Surat khir adalah surat yang dibuat oleh petugas kapal (nakhoda / perwira) yang
memuat tentang identitas barang, ukuran, dan letak penempatan barang di atas kapal. Surat
ini diserahkan kepada pejabat / syahbandar pelabuhan untuk disimpan guna pengawasan
kegiatan bongkar-muat kapal. Dari surat ini, diterbitkan pula denah pemuatan khir (finak
stewage plan) oleh pihak kapal sebagai penjelasan visuil dari surat khir yang telah dibuat
sebelumnya.

Pengawakan Kapal

Pengawakan kapal menyangkut segala hal berkaitan dengan keberadaan awak kapal
di atas kapal baik berupa sertifikat-sertifikat / perizinan-perizinan melaut, identitas awak
maupun tugas dan tanggung jawab awak di atas kapal. Yang dimaksud dengan awak kapal
disini adalah semua orang yang berada di kapal, misalnya nakhoda, perwira, bawahan atau
supercargo yang semuanya tercantum dalam sijil Anak Buah Kapal dan telah
menandatangani Perjanjian Kerja Laut dengan pengusaha kapal.
Sijil Anak Buah Kapal adalah suatu buku yang merupakan daftar dari anak buah
kapal lengkap dengan catatan-catatan mutasi secara individual Anak Buah Kapal dan di
sahkan oleh syahbandar. Sijil ditandatangani oleh nakhoda, atau salah satu perwira kapal
yang ditunjuk oleh nakhoda kapal atas nama nakhoda dan syahbandar.
Syarat Anak Buah Kapal yang dapat dicantumkan dalam sijil adalah Anak Buah
Kapal yang telah menandatangani Perjanjian Kerja Laut dengan pengusaha kapal serta
memenuhi syarat-syarat untuk itu ; yaitu :
a. Umur paling sedikit 14 tahun (untuk perwira 18 tahun)
b. Mempunyai buku pelaut
c. Surat bukti kesehatan
d. Tanda lulus kir mata dan kir telinga untuk yang kena jaga laut
e. Dan surat kuasa dari wali untuk yang dibawah umur
Adapun isi halaman pertama dari sijil antara lain :
a. Nama kapal
b. Pemilik kapal
c. Pengusaha kapal
d. Nama nakhoda
Sedangkan halaman berikutnya yakni :
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

a. Nama Anak Buah Kapal


b. Tanggal Naik (mulai dinas) di kapal
c. Tanggal turun kapal
d. Alasan meninggalkan kapal
e. Jabatan Anak Buah Kapal
f. Jabatan perwira kapal
g. Kolom tanda tangan nakhoda atau personil yang ditunjuk nakhoda atas
namanyasahkan untuk itu)

Adapun personil yang tercantum dalam sijil yakni :


a. Nakhoda
b. Anak Buah Kapal (Perwira da bawahan)
c. Supercargo
d. Pedagang atau pengusaha yang berusaha dikapal jika telah diizinkan pengusaha
kapal.

TUGAS :
1. Apa yang dimaksud dengan petugas Syahbandar ?
2. Jelaskan yang dimaksud dengan kesyahbandaran ?
3. Uraikan tugas pokok seorang Syahbandar ?
4. Uraikan dokumen-dokumen yang harus dipersiapkan sehubungan dengan
kesyahbandaran ?
5. Bilamana sebuah kapal tidak mendapat izin berlayar oleh Syahbandar ?
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Melaksanakan Prosedur Keluar Masuk Bandar

Memasuki Pelabuhan

Kapal yang memasuki pelabuhan biasanya dikarenakan dua alasan penting, antara
lain :
1. Pelabuhan yang akan disinggahi masuk dalam rencana pelayaran atau urutan
persinggahan menurut urutan pelabuhan dalam pelayaran (port itinerary)
2. Keadaan darurat misalnya, menurunkan orang sakit, akan mengisi air, atau
berlindung dari cuaca buruk
Jika dalam rencana pelayaran, umumnya sudah mendapat izin singgah atau sudah
ada hubungan dengan pejabat pelabuhan. Hubungan atau izin biasanya sudah diatur
oleh agen dari perusahaan kapal di tempat tujuan. Tiga hari (72 jam) sebelum sampai
(yang dimaksud sampai / tiba ialah tiba di kapal pandu atau stasiun pandu pelabuhan
tujuan). Nahkoda mengirim telegram yang memberitahukan tentang :
- Nama kapal
- Tiba menurut perhitungan atau dalam bahasa Inggris lebih populer dengan ETA
(Estimate Time of Arrival)
- Jumlah muatan dan jumlah yang akan dibongkar
- Sarat kapal terbesar
- Permintaan-permintaan khusus, misalnya penyediaan air tawar dan lain-lain
- Permintaan pandu dan permintaan izin.
Jika pelabuhan persinggahan tidak dalam rencana pelayaran akan tetapi diputuskan
untuk singgah selama dalam pelayaran misalnya untuk mengisi air, bahan bakar,
menurunkan orang sakit, prosedur biasa tetap dijalankan. Bilamana tidak
memungkinkan nahkoda mengirim telegram ke pejabat pelabuhan setempat, biasanya
syahbandar, untuk minta izin serta pengagenan bisa saja diatur selanjutnya. Jika
singgah mendadak, misalnya untuk berlindung dari cuaca buruk, permintaan izin boleh
mendadak, masuk dahulu baru minta izin. Hal-hal demikian umumnya dimaklumi oleh
pejabat setempat.
Sesuai dengan peraturan pelabuhan kapal yang memasuki pelabuhan wajib
mengibarkan bendera kebangsaan. Bendera-bendera yang dipasang antara lain :

- Bendera nama panggilan (hanya waktu tiba dan bertolak)


- Bendera perusahaan
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

- Bendera permintaan pemeriksaan kesehatan pelabuhan (karantina waktu datang


saja)
- Bendera permintaan pandu (waktu membutuhkan pandu)
- Dan bendera kebangsaan kapal
Sebelum memasuki atau sewaktu tiba dipelabuhan, kapal harus membuat
pernyataan-pernyataan yang biasanya dengan mengisi formulir.
Pernyataan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Daftar awak kapal, yakni mulai dari nahkoda lengkap dengan keterangan umur,
nomor paspor (jika orang asing), tempat dan tanggal lahir dan tanggal berakhirnya
paspor
2. Daftar penumpang (Passenger manifest) dengan nama dan keterangan-keterangan
lain
3. Daftar senjata (jika ada senjata api di kapal)
4. Daftar inventaris kapal, umumnya inventaris terpakai, seperti minyak, ransum dan
lain-lain
5. Daftar barang-barang ABK (Personal effect list)
6. Daftar Muatan (Chargo Manifest) lengkap dengan jumlah / tanda pengiriman
(shipper) / penerima (consignee)
7. Daftar narkotik (jika ada) yang biasanya disediakan guna pengobatan untuk pejabat
pelabuhan
8. Surat jaminan bahwa ABK tidak akan melarikan diri ke negara setempat (imigran
gelap)
9. Surat bukti pemakaian pandu dan kapal tunda, jika menggunakan bantuan pandu
atau kapal tunda
10. Laporan pelabuhan (port log) berisikan keterangan kapal, surat kapal, jumlah
muatan air tawar, bahan bakar, muatan yang akan dibongkar da yang akan dimuat,
jumlah penumpang atau penumpang atau binatang, tempat berlabuh atau tempat
berlabuh atau tempat tambat untuk syahbandar
11. Deklarasi Kesehatan Internasional (Internasional Declaration of Health)
12. Dan lain-lain

Nahkoda juga menyerahkan sertifikat-sertifikat dan surat-surat kapal yang


diserahkan kepada pejabat pelabuhan guna pemeriksaan.

Dokumen-dokumen tersebut ialah :


1. Surat izin berlayar (Port Clearance) dikeluarkan oleh syabandar pelabuhan
terakhir.
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

2. Custom clearance, yaitu surat yang menyatakan bahwa kapal telah


menyelesaikan persoalan dengan Bea Cukai di pelabuhan terakhir
3. Surat tanda pembayaran uang rambu (Light dues)
4. Surat perintah berlayar (Sailing order), yang dikeluarkan oleh agen / perwakilan
perusahaan pelabuhan sbelumnya.
5. Konosemen (Bill of Lading) dari muatan-muatan yang akan dibongkar di
pelabuha tersebut. Dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran ditempat pemuatan
atau oleh nahkoda atau oleh agen perusahaan pelayaran
6. Buku kesehatan (Health Book), yaitu buku yang diberikan oleh kesehatan
pelabuhan, berisi catatan terus-menerus dari kapal dan awakya.
7. Surat ukur atau dokumen lai sebagai penggantinya
8. Sijil ABK (Ship’s Article)
9. Buku vaksinasi internasional (Internasional Vaccination Book) / buku kuning
untuk diperiksa oleh kesehatan pelabuhan
10. Pemberitahuan pemuatan barang (AVI) yang dikeluarkan bea cukai di tempat
pemuatan dan harus diserahkan kepada bea cukai di tempat pembongkaran.
11. Sertifikat kapal yang umumnya adalah sertifikat garis muat, sertifikat radio
telerafi/telephony, sertifikat penumpang, sertifikat kostruksi kapal barang,
sertifikat perlengkapan.

Meninggalkan Pelabuhan
Selesai pemuatan dan pembongkaran,agen/perwakilan menerbitkan Surat Perintah
Berlayar (Sailing Order). Dalam surat perintah berlayar, isinya biasanya lebih luwes,
yaitu menjelaskan, bahwa aktivitas bongkar-muat selesai jam sekian tanggal sekian dan
nahkoda boleh meninggalkan pelabuhan. Dengan dasar itu nahkoda merencanakan jam
berangkat dengan mempertimbangkan segala hal, misalnya arus, cuaca, perhitungan
sampai ke pelabuhan berikut.
Sementara akan berangkat, agen akan mengurus Surat Izin Berangkat (Exit Permit)
dari Imigrasi setempat dan Custom Clearence dari bea cukai. Dan atas dasar surat-surat
ini syahbandar akan mengembalikan surat-surat kapal atau sertifikat-sertifikat kapal
yang disimpan selama kapal di pelabuhan kemudian menerbitkan surat izin berlayar
(Port clearence) dengan demikian kapal bebas dari persoalan-persoalan bea cukai dan
syahbandar.

Agen / perwakilan perusahaan akan menyerahkan :


1. Konosemen muatan, yang dimuat di pelabuhan tersebut
2. Pemberitahuan pemuatan barang (AVI) dari muatan yang dimuat di pelabuhan
tersebut
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

3. Surat tanda pembayaran uang rambu (Light Dues) bila melakukan pembayaran
di pelabuhan tersebut
4. Jika memakai pandu / kapal tunda, maka kapal juga akan harus mengeluarkan
pembuktian penggunan bantuan pandu
Pada waktu meninggalkan pelabuhan, maka kapal harus menaikkan bendera-
bendera seperti pada waktu masuk, kemudian kapal harus mengirim telegram kepada
perusahaan pelayaran yang berisikan :
- jam dan tanggal berangkat
- jumlah muatan
- jumlah yang dibongkar
- jumlah yang dimuat
- surat kapal
- air tawar
- bahan bakar
- ETA pelabuhan berikut

TUGAS :

1. Kemukakan dua alasan pokok dari keberadaan kapal di pelabuhan ?


2. Sebutkan hal-hal yang perlu diberitakan seorang Nakhoda sebelum masuk
sebuah pelabuhan ?
3. Kemukakan dokumen-dokumen yang harus diselesaikan agen /perwakilan
perusahaan kapal sebelum kapal berangkat ?
4. Kemukakan hal-hal apa yang perlu diberitakan Nakhoda kepada pejabat
pelabuhan pada saat kapalnya bertolak ?
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Melakukan Prosedur Bongkar Muat Barang di Pelabuhan

Seseorang yang mempunyai barang untuk dikirim dari suatu tempat ke tempat lain,
pertama-tama akan menghubungi pengusaha pelayaran, dalam hal ini pembukuan muatan.
Apabila sudah disetujui secara umum mengenai persyaratan-persyaratannya (terutama
biasanya jadwal pemberangkatan, jumlah muatan, terminal pengangkutan) dibuatlah suatu
surat perjanjian (Engagement sheet) dimana perjanjian ini sifatnya mengikat, akan tetapi
masih ada beberapa pengecualian yang dapat membatalkannya secara sah (KUH Perdata
pasal 1338, 1339)
3.1. OPERASI BONGKAR MUAT
1. Stevedoring
 Pengertian stevedoring dan stevedore
Stevedoring adalah jasa bongkar/muat dari/ke kapal, dermaga,
tongkang, gudang, truk atau lapangan dengan menggunakan derek kapal atau
alat Bantu pemuatan lainnya. Orang yang bertugas mengurus bongkar muat
kapal disebut Stevedore, sedangkan stevedore yang bertugas didarat disebut
sebagai quay supervisor.
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Dalam melaksanakan tugasnya, stevedore harus bekerja sama dengan


berbagai pihak seperti PT Pelabuhan Indonesia, Perusahaan Pelayaran, EMKL,
Forwarder, Pemilik brang, TKBM dan lainnya.
Seorang stevedore umumnya adalah orang yang pernah bertugas
diatas kapal dan berdinas sebagai perwira atau seseorang yang bisa menangani
buruh karena stevedore akan mengkoordinir pekerjaan dan buruh TKBM
melalui mandor atau kepala regu kerja (KRK). Dalam bekerja stevedore dibantu
oleh foreman.

 Stevedoring sebelum kapal tiba


Beberapa hari sebelum kapal tiba, para petugas yang akan melakukan bongkar
muat akan memeriksa dan mengolah data yang akan diterima menyangkut kapal
dan muatan yang akan dikerjakan. Kemudian mereka melakukan pertemuan
yang disebut pre-arrival meeting (PAM), dalam pertemuan tersebut disusun
rencana kerja berdasarkan data yang ada.
Dalam menyusun rencana bongkar muat, Stavedore perlu mempelajari :
1. Stowage plan
2. Muatan berat dan kapasitas dari batang pemuat kapal
3. Perlu tidaknya memakai shore crane dari darat
4. Ada tidaknya muatan berbahaya
5. Alat-alat apa saja yang akan digunakan
6. Berapa gang TKBM dibutuhkan
7. Apakah perlu mempekerjakan lembur atau tidak
Setelah data/informasih diolah langkah berikutnya adalah melakukan persiapan
sebagai berikut :
1. Menunjuk petugas supervisor yang terdiri dari stevedore, chief tally clerk,
tally clerk, mistri, watcman yang akan mengerjakan bongkar/muat
2. Rapat koordinasi antar mereka tentang tugas dan penanganan serta perkiraan
keberangkatan kapal dan penundaan yang mungkin terjadi
3. Pembicaraan dengan agen atau principal dan pemilik barang untuk
memperlancar pelaksanaan tugas
4. Koordinasi dengan petugas pelabuhan dan Bea-Cukai
Hasil dari rapat koordinasi akan menghasilkan tindakan berupa :
1. Persiapan operasi dan permintaan buruh
2. Persiapan peralatan mekanis dan non mekanis
3. kosentrasi perlengkapan petugas supervisor dan buruh
4. Pemberitahuan kepada pergudangan, petugas krani, superveyor serta
keamanan dan petugas yang diperlukan
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

 Setelah Kapal Sandar


Bila palka kapal sudah dibuka, perwira kapal dengan surveyor masuk untuk
memeriksa keadaan muatan guna mengetahui apakah ada keringat atau rusak dan
dicatat seperlunya. Penyelenggaraan maupun kelancaran pekerjaan serta keamanan
terhadap tenaga kerja dan buruh menjadi tanggung jawabnya. Biasanya oleh kapal
dimintakan watchman untuk menjaga keamanan dikapal yang biasanya disediakan
petugas darat dari agen pelayaran. Jam kerja bongkar/muat disesuaikan dengan
waktu kerja dari buruh.

 Kegiatan Bongkar dikapal


Semua barang yang akan dibongkar agar diangkat dari permukaan mulut palka.
Sebelum barang diturunkan, keadaan dermaga mestinya sudah dibersikan dan bebas
dari penghalang. Membongkar muatan dari kapal harap memakai peralatan
bongkar/muat yang sesuai dengan memperhatikan SWL dari batang - batang
pemuat.

 Ship Operation
Adalah kegiatan bongkar muat dikapal yang mempergunakan peralatan bongkar
muat kapal atau disebut boom atau Derek.
Operasi dari Derek terdiri dari 4 langkah yaitu :
1. Mengkaitkan sling muatan pada ganco atau
hook dalam palka
2. Memindahkan ganco berikut muatan dari
palka kedermaga disisi kapal
3. Melepaskan sling muatan dari ganco
3
2 didermaga, muatan diletakan diatas dermaga
4
444
- 1 atau kendaraan pengangkut (truck)
4. Mengembalikan ganco dari dermaga
kepalka, untuk kegiatan berikutnya

Langkah 1+2+3+4 dinamakan hookcycle time (satu siklus), satuan dasar untuk
mengukur siklus ini adalah satu jam. Jadi bila waktu siklus adalah 5 menit maka
dalam satu jam terdapat 12 siklus.
Bila kapal membongkar muatan sejenis dan satu sling muatan adalah 3 ton maka
kecepatan bongkar muat satu jam adalah 36 ton.
Kecepatan dari ship operation akan ditentukan oleh :
1. Jumlah siklus dalam satu jam
2. Berat rata-rata tiap siklus
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tiap siklus, umpamanya sarat kapal, gudang


sudah siap, buruh dan lain lain

 Membongkar Langsung ke truk


Istilah yang umum dipakai untuk cara ini adalah truck-lossing. Hal yang perlu
diperhatikan adalah apakah jumlah truk yang tersedia cukup untuk menampung
muatan dari kapal. Agar semuanya bisa berjalan dengan baik maka harus ada
kerjasama yang baik antara stevedore, EMKL, gudang/lapangan penampung
supaya tidak timbul sling gantung yang disebabkan menunggu truk yang belum
bergerak karena gudang maupun petugas Bea-Cukai belum siap. Perlu juga
diperhatikan apakah jadwal kerja dari kapal dan pergudangan yang akan
menampung muatan adalah sama. Untuk muatan karung sling-sling harus dibuka
terlebih dahulu setelah sling dengan muatan karung sampai diatas truk. Susunlah
muatan ditruk sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar.

 Pembongkaran ke Dermaga
Dermaga dalam keadaan siap menerima muatan dari kapal, artinya bersih dan
bebas penghalang. Barang-barang yang dibongkar harus dilepas dahulu dari
tackle, tidak dengan menarik ganco atau menarik sling atau alat-alat stevedore
lainya, melainkan sling harus terlebih dahulu dilepas. Peti-peti atau barang berat
lainnya diberi ganjalan didermaga agar mudah diangkat dengan forklift. Bila
muat/bongkar barang dengan jala-jala agar diusahakan diganjal supaya tidak rusak
terjepit.

 Kegiatan stevedoring setelah kapal berangkat


Untuk mengetahui apakah bongkar muat suatu kapal telah dilakukan dengan baik
dan tidak ada kekurangannya. Perlu dilihat dan diperiksa lagi laporan harian
selama dikerjakan dipelabuhan
Rekapitulasi dari seluruh kegiatan dapat dilihat melalui :
1. Labour and time sheet
2. Statement of fact
3. Out turn report
4. Laporan klaim atau laporan lainnya
Laporan diolah oleh staf administrasi dari stevedoring dengan cara ini akan
diperoleh data yang diteliti mengenai :
1. Jumlah ton muatan yang dimuat atau dibongkar
2. Perincian pemakaian alat mekanik dan non mekanik
3. Kapasitas bongkar muat/muat rata rata dalam satu hari, perjenis barang / per
gang /jam
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

4. Kerusakan yang terjadi atau hal lain selama bongkar muat dari kapal

Semua data perlu dikumpulkan, semua pengeluaran dan biaya dicatat untuk
dijadikan dokumen pendukung tagihan pada principal kapal atau pemilik barang
Langkah berikutnya adalah membuat evaluasi mengenai pekerjaan yang sudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang dibicarakan dalam pre-arrival meeting. Hasil evaluasi dituangkan
dalam laporan menyangkut laydays, rate yang dicapai, lost time dan apakah biaya
dan pendapatan sesuai dengan rencana. Juga diteliti mengenai landing order dan
outturn report, seperti evaluasi PAM dan ship output per day
Landing order adalah perubahan pelabuhan bongkar dari satu partai barang yang
dibuat ileh agen pelayaran. Output report merupakan daftar dari semua barang
yang dibongkar dengan catatan jumlah koli barang dan kondisinya pada waktu
dibongkar. Barang yang kurang atau lebih diberi remark dan outtun report. Dari
short/overlanded list dapat dilihat atau diketahui kekurangan barang yang
dibongkar.

 Administrasi stevedoring
Persiapan administrasi stevedoring ketika mengerjakan kapal adalah :
1. Tally yang akurat baik di kapal maupun didarat. Yang dimaksud tally disini
adalah pencatatan penghitungan jumlah barang
2. Menyiapkan dan mengerjakan labour dan time sheet, short landed dan
overlanded list, damage cargolist dan lainnya yang diusahakan agar ditanda
tangani oleh kapal pada waktu yang tepat
3. Menyususn statemet of fact dan time sheet
4. Mempersiapkan semua dokumen-dokumen yang diperlukan dari bagian
stevedoring untuk menyusun nota-nota tagihan dalam batas waktu dan sesuai
ketentuan yang berlaku.
Untuk barang-barang yang dimuat, agen pelayaran membuat draft konosement
berdasarkan data dari shipping instruction (SI). Catatan yang dibuat di mate
receipt harus sama dengan catatan yang ada di Bill of Lading (B/L). Bila ada
catatan yang rusak didalam B/L maka yang akan dikeluarkan adalah konosement
kotor atau foul bill of lading.
Untuk barang-barang yang dibongkar, isi dari tally dan catatan kerusakan yang
dibuat oleh petugas tally akan menentukan apakah consignee akan mengajukan
klaim terhadap PBM atau perusahaan pelayaran yang mengangkut barangnya.
Untuk mencegah timbulnya claim dalam bongkarmuat barang sering
dipergunakan jasa dari Independent cargo surveyor yang akan meneliti setiap
kerusakan, kalau perlu dengan bantuan laboratorium.
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

2. Cargodoring
 Pengertian Cargodoring
Cargodoring atau quay-transfer adalah pemindahan barang setelah dibongkar dari
kapal didermaga kegudang atau tempat penumpukan. Kegiatan ini dilakukan
dengan bantuan gerobak dorong dan peralatan mekanis berupa forklift.
Forklift adalah adalah alat yang paling banyak digunakan. Bila dilakukan dengan
forklift maka aktifitas pekerjaan cargodoring adalah sebagai berikut :
1. Muatan diambil oleh forklift dari tempat pembongkaran disisi kapal
didermaga setelah dilepas dari sling kapal
2. Muatan dipindah dari dermaga ke area penumpukan serta menyusun dan
menumpuknya
3. forklift kembali kesisi dermaga untuk mengambil muatan berikutnya
4. Forklift kembali kesisi dermaga untuk mengambil muatan yang berikut

 Faktor penentu cargodoring


Dalam pelaksanaan, produktivitas quay transfer dipengaruhi 3 variabel :
1. Jarak yang ditempuh
Apabila jarak tempu antara dermaga dengan gudang atau area penumpukan
cukup jauh maka akan memperlambat proses cargodoring. Sebaliknya, jika
jarak tempu antara dermaga dengan gudang atau area penumpukan pendek
maka proses cargodoring ini menjadi lebih cepat.
2. Kecepatan kendaraan
Kecepatan kendaraan pengangkut dari dermaga kegudang atau area
penumpukan sangat mempengaruhi proses cargodoring.Ukuran transfer cyle
adalah waktu. Bila transfer cyle lebih singkat, tentunya pembongkaran atau
pemuatan kapal akan lebih cepat dan untuk hal ini tergantung dari kerja
samanya antara kapal, dermaga, dan pergudangan. Untuk kecepatan kendaraan
akan dipengaruhi oleh daya angkut dari forklift, jenis muatan, dan
keterampilan pengemudi, serta ruang gerak di dermaga dan tempat
penumpukan.
3. Waktu tidak aktif (immobilisasi)
Waktu tidak aktif adalah waktu ketikatidak ada kegiatan pengangkutan. Jika
waktu tidak aktif ini tinggi tentu saja akan mengurangi produktifitas kegiatan
cargodoring. Salasatu yang paling berpengaruh adalah down time, yaitu tidak
aktifnya kegiatan akibat tidak tersedianya atau kekurangan forklift pada saat
dibutuhkan. Down time karena selain kurang atau tidak adanya forklift juga
bisa akibat kurangnya peralatan lain seperti gerobak, tempat penumpukan
yang hampir penuh atau kapal hampir kosong.
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

Salasatu factor yang sangat menentukan munculnya waktu tidak aktif adalah
kesalahan perhitungan jumlah forklift yang digunakan. Untuk menentukan
jumlah forklift perlu diperhitungkan :
- Jumlah, jenis dan banyaknya muatan
- Jumlah tenaga kerja
- Utilisasi dan ketersediaan
- Perawatan alat yang ada dan kemungkinan sewa
-
 Pemanfaatan alat cargodoring
Agar aktifitas cargodoring berjalan produktif dan eficien, peralatan harus
dimenfaatkan dengan baik. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat
utilisasi peralatan
Jam mesin yang tercatat
Utilisasi = x 100 %
Jam mesin yang mungkin

Jam mesin tercatat : Lamanya mesin bekerja dalam jangka waktu tertentu
(actual time). Tidak termasuk bila mesin tidak
bekerja efektif
Jam mesin mungkin : Lamanya mesin itu dipakai di pelabuhan, termasuk
juga bila sedang stand by
Agar down time rendah maka perlu pemeliharaan peralatan dilaksanakan
dengan baik dan secara teratur. Peralatan yang dioperasikan secara ceroboh serta
perawatan yang kurang baik akan mengakibatkan tidak tersedianya peralatan bila
diperlukan.
Untuk menjaga berfungsinya peralatan, perlu diperhatikan kemampuan
mengangkut (lifting capacity) dari forklift dan sifat muatan dalam jenis dan
bentuknya. Petugas harus menjaga agar jangan sampai melampaui lifting capagity
dari forklift, selain itu petugas juga tidak boleh memaksakan kapasitas dari
forklift tersebut.

3. Receiving/Delivery Operation
Pengertian receiving/delivery operation merupakan operasi penerimaan/ penyerahan
barang dari dan wilayak kepelabuhan.
Kegiatan receiving/delivery pada dasarnya ada dua macam yaitu :
 Pola Muatan Angkutan Langsung
Adalah pembongkaran atau pemuatan dari kendaraan darat langsung dari dan
kekapal. Kegiatan receiving/delivery dilakukan dengan cara :
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

1. Kendaraan/alat angkut langsung diposisi diseblah lambung kapal pada palka


dimana bongkar muat dilakukan dibawah ganco kapal yang bekerja
2. Muatan dimasukan dalam palka atau diturunkan dari palka dengan ganco
kapal dari atau ke truk/tongkang dan penyelesaian dokumen
Data yang diperlukan pada pola angkutan langsung adalah :
1. Jumlah barang yang akan di bongkar/muat
2. Kecepatan rata-rata bongkar muat
3. Waktu mulai dan selesainya pembongkaran
4. Jenis dan kapasitas kendaraan pengangkut yang digunakan
5. Jumlah kendaraan yang diperlukan
6. Bila jumlah kendaraan terbatas, jauh atau dekatnya tempat membongkar/muat
barang dari dan kekapal (Gudang penampung)

 Pengangkutan tidak langsung


Adalah penyerahan/penerimaan barang/petikemas setelah melewati gudang atau
lapangan penumpukan.
Pada angkutan tidak langsung, receiving/delivery dilakukan dengan cara :
1. Penempatan alat angkut disebelah gudang/pintu darat
2. Pemindahan/penurunan muatan dari/ke gudang atau tempat penumpukan
3. Penyelesaian dokumen
Langka-langka yang harus diambil agar barang-barang import cepat keluar dari
daerah pelabuhan adalah :
1. Informasi kepada pemilik barang bahwa barang telah dibongkar dari kapal dan
juga batasan dari masa bebas penumpukan (free storage)
2. Waktu yang tepat untuk pengeluaran barang

Terlambatnya operasi receiving/delivery dapat terjadi disebabkan :


1. Terlambatnya angkutan darat/tongkang atau terlambatnya dokumen
2. Terlambatnya informasi atau alur (flow) dari barang
3. Cuaca buruk/hujan waktu bongkar/muat dari kapal

3.2.DOKUMEN BONGKAR MUAT


Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dalam melakukan kegiatanya memerlukan beberapa
dokumen, secara garis besar, dipilih menjadi dua macam yaitu :
1. Dokumen Pemuatan Barang
 Bill of Lading
Setiap penerimaan barang yang diangkut oleh suatu kapal yang tiba di
pelabuhan harus membuktikan kepemilikan dengan B/L yang dikeluarkan oleh
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

pengusaha kapal atau agennya yang menyangkut barang yang bersangkutan di


pelabuhan pemuatan
Fungsi B/L (Bill of Lading) adalah
a. Tanda terima sah barang dikapal, di pelabuhan pemuatan
b. Perjanjian pengangkutan antara pengirim dan pengangkut
c. Sebagai bukti pemilikan (ownership)
Dalam angkutan antar pulau di Indonesia, untuk B/L sering digunakan istilah
konosement (conosement) dinegara lain disebut Domestc B/L
 Cargo List (Loading List)
Loading List adalah daftar semua barang yang dimuat dalam kapal, Loading list
dibuat oleh perusahaan pelayaran atau agennya dan diserahkan kepada semua
pihak yang terkait dengan pemuatan, yaitu kapal, stevedore, gudang dan pihak-
pihak lain
 Tally Muat
Untuk semua muatan diatas kapal dicatat dalam tally sheet, tally sheet juga
dibuat untuk mencatat semua barang yang dibongkar. Tally sheet sewlain
ditanda tangani oleh petugas yang mencatat juga harus dicountersigned oleh
petugas kapal mungkin ada ketidaksesuaian (dispute) dari muatan yang ada.
 Mate Receipt
Mate receipt adalah tanda terima barang yang akan dimuat kekapal. Mete receipt
dibuat oleh agen pelayaran dan ditanda tangani oleh mualim kapal. Jumlah koli
dan kondisi barang disesuaikan apa yang tercantum dalam mate receipt, apabila
jumlah koli tidak sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam mate receipt
maka petugas kapal akan mencatat selisih tersebut. Demikian bila jika barang
yang dimuat terdapat kerusakan maka petugas kapal juga akan mencatat
kondisinya. Selisih atau kondisi ini kemungkinan tercatat pada konosement.
 Stowage Plan
Stowage plan adalah gambar tata letak dan susunan semua barang yang telah
dimuat diatas kapal. Untuk kapal peti kemas, stowage plan disebut bay-plan.
Stowage plan dibuat oleh petugas kapal atau petugas tally, sedangkan bay-plan
dibuat ship planner.

2. Dokumen Pembongkaran Barang


 Pemberitahuan kepada Bea Cukai
Sebelum kedatangan kapal, agen pelayaran memberi tahu kepada bea cukai
tentang rencana kedatangan kapal. Selambatnya dalam tempo 24 jam setelah
kapal tiba, harus diserahkan kepada bea cukai dokumen-dokumen berikut :
1. Cargo manifest dari semua barang yang akan di import/dibongkar
2. Cargo manifest dari semua barang yang mempunyai tujuan diluar Indonesia
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

3. Daftar penumpang dan ABK


4. Daftar perbekalan
5. Daftar senjata api dan obat-obat terlarang

 Landing Order
Apabila terjadi perubahan bongkar muat dari suatu partai barang, agen
pelayaran akan mengeluarkan landing order. Landing order adalah
pemberitahuan dari agen pelayaran kepada kapal tentang adanya perubahan
pelabuhan bongkar satu partai barang dengan menyebutkan pelabuhan bongkar
sebelumnya dan pelabuhan bongkar seharusnya.
 Tally Bongkar
Pada waktu barang dibongkar diadakan pencatatan jumlah colli dan kondisinya
sebagaimana terlihat dan hasilnya dicatat dalam tally sheet bongkar . Tally sheet
harus di countersign oleh nakhoda atau mualim yang berwenang.
 Outturn report
Adalah daftar dari semua barang dengan mencatat jumlah colli dan condisinya
barang itu pada waktu dibongkar. Barang yang kurang jumlahnya atau rusak
diberi tanda (remark) pada outtern report
 Short and Overlanded
Adalah khusus barang yang mengalami kekurangan atau kelebihan dibuat daftar
sendiri.
 Damaged Cargo List
Khusus barang yang mengalami kerusakan dibuatkan daftar tersendiri berupa
damaged cargo list. Untuk barang-barang yang mengalami kerusakan diberi
penjelasan rinci mengenai dimana mengalami kerusakan terjadi, sebelum
dibongkar atau selama pembongkaran. Dijelaskan pula sejauh mana kerusakan
yng dialami.
 Cargo Tracers
Dengan memperhatikan short and overlanded list, agen pelayaran mengeluarkan
Tracer. Tracer merupakan pemberitahuan kepada semua pihak pelabuhan muat
dan bongkar tentang adanya kekurangan dan kelebihan barang yang terjadi di
pelabuhan pengirim. Tracer juga menanyakan apakah barang yang kurang
tersebut ada di pelabuhan penerima tracer atau sebaliknya.
Pelabuhan penerima tracer akan menyelidiki isi tracer dan segera
menyampaikan hasil penyelidikannya kepengirim. Apabila tracer pertama tidak
dijawab, setelah 15 hari akan disusul tracer berikutnya, dan demikian berikutnya
sampai mendapat jawaban penerima tracer memiliki kewajiban untuk segera
meneliti dan menjawab tracer yang diterima mengingat akan timbulnya klaim
dari pemilik barang.
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

 Cargo Manifest
Adalah keterangan rinci mengenai barang-barang yang diangkut oleh kapal. Jadi
merupakan daftar semua bill of lading dari barang yang diangkut kapal dan
dijabarkan secara rinci.
 Special Cargo List
Adalah daftar dari semua barang khusus yang dimuat oleh kapal, misalnya
barang berbahaya, barang berharga, barng berat dan barang yang membutuhkan
pengawasan khusus termasuk refrigerated cargo.
 Dangerous Cargo
Adalah daftar muatan barang berbahaya, baik yang ditetapkan oleh IMO atau
yang ditetapkan oleh yang berwenang di pelabuhan.
 Hatch List
Setiap kapal mempunyai muatan sendiri. Hatch List merinci muatan yang ada
pada tiap palka. Hatch List dibuat oleh pihak kapal
 Parcel List
Karena sering ada barang kiriman yang bukan barang dagangan dikirim melalui
kapal laut sebagai barang titipan, misalnya personal effect, maka barang itu
didaftar dalam suatu daftar.

LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN BONGKAR MUAT


`

A
B C D E F

STEVEDORING CARGODORING DELIVERY

PBM PBM PERUM

KETERANGAN :
1. Barang masuk ruangan penumpukan (Gudang Laut)
A. : Selama barang ada dikapal, tanggung jawab atas barang pada pelayaran
DIKTAT HUKUM MARITIM DAN PERATURAN PERIKANAN

B.C.E : Selama bongkar muat barang (Stevedoring, Cargodoring, Delivery


termasuk Sifting). Tanggung jawab pada perusahaan Bongkar Muat
2. Bongkar Muat Langsung
A. : Ke/dari truk selama stevedoring tanggung jawab PBM
B : Ke/dari tongkang, Kegiatan stevedoring tanggung jawab pada PBM
C : Reede transport tanggung jawab pada PBM

TUGAS :
1. Kemukakan yang dimaksud dengan Engagement sheet ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Stavedoring, Cargodoring dan
Delivery/Receiving ?
3. Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dalam melakukan kegiatanya memerlukan
beberapa dokumen, secara garis besar, dipilih menjadi dua macam, sebutkan dan
jelaskan kedua dokumen tersebut.?
4. Gambarkan ruang lingkup kegiatan perusahaan bongkar muat (PBM) ?

Anda mungkin juga menyukai