HUKUM MARITIM
POKOK BAHASAN
1. Ruang lingkup hukum maritime.
2. Pengertian tentang kapal.
3. Nakhoda dan Awak Kapal.
4. Perjanjian Kerja Laut.
5. Surat Kapal.
I. RUANG LINGKUP HUKUM MARITIM
A. PENGERTIAN
Hukum Maritim adalah : himpunan peraturan – peraturan
, termasuk perintah – perintah dan larangan – larangan
yang bersangkut paut dengan lingkungan maritim
dalam arti luas yang mengurus tata tertib dalam
masyarakat maritim dan oleh karena itu harus ditaati
oleh masyarakat itu.
• Pasal 95 KUHP :
“Kapal Negara Indonesia adalah kapal yg mempunyai
Surat Laut atau Pas Kapal atau surat ijin sebagai
pengganti sementara, menurut aturan aturan umum
mengenai Surat Laut dan Pas Kapal di Indonesia.
A. Definisi.
Undang Undang No. 21 Th. 1992 Tentang Pelayaran pasal 1
ayat 11, 12, 13 dan 14
Ayat 11, Awak Kapal : adalah orang yang bekerja atau
dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau operator kapal
untuk melakukan tugas diatas kapal sesuai dengan
jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.
NAKHODA
NAUTIKA TEKNIKA
MUALIM I KKM
MARCONIS /
MUALIM II OPERATOR RADIO MASINIS I
KELASI KELASI
C. NAKHODA
1. Nakhoda Sebagai Pemimpin Kapal .
Pasal 342 alinea 1 KUHD.
Nakhoda adalah pemimpin kapal yang bertindak
dan bersikap harus cakap, cermat, bijaksana yang
diperlukan untuk melakukan tugasnya.
Kewajiban Nakhoda:
a. Melengkapi segala sarana kapal secara baik
dan diberi cukup awak kapal untuk
menjalankan kapal itu ( Kelaiklautan ).
b. Memperhatikan dan memelihara kapalnya
agar tetap laik laut untuk berlayar .
c. Mengawasi barang-barang yang ada dikapalnya karena
tidak boleh ada barang tanpa ijinnya.
d. Selama dalam pelayaran agar memperhatikan
kepentingan pihak-pihak yang berhak atas muatan.
e. Memenuhi persyaratan pendidikan dan pelatihan,
kemampuan serta ketrampilan dan kesehatan.
f. Menyelenggarakan Buku Harian Kapal untuk mencatat
semua hal yang terjadi diatas kapal selama pelayaran.
g. Menyelenggarakan Buku Harian Mesin yang dikerjakan
oleh personil di kamar mesin.
h. Memiliki surat-surat kapal,seperti Surat Laut atau Pas
Kapal, Surat Ukur, Surat Ijin Berlayar dan surat-surat
lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.
i. Memberikan pertolongan dalam batas kemampuan - nya kepada
setiap orang atau kapal yang dalam bahaya pada waktu dilaut.
Wewenang Nakhoda .
a. Menjalankan kekuasaan atas semua pelayar.
b. Mensita minuman keras atau senjata yang dimiliki oleh anak kapal
tanpa ijinnya.
c. Mengenakan tindakan disiplin atas pelanggaran yang dilakukan
setiap anak kapal yang :
- Meninggalkan kapal tanpa ijin Nakhoda atau kembali kekapal
tidak tepat pada waktunya seusai cuti.
- Melaksanakan tugas tidak sempurna.
- Menolak perintah atasan.
- Berperilaku tidak patut terhadap Nakhoda atau pelayar
lainnya.
- Mengganggu ketertiban umum.
d. Dalam keadaan memaksa dan mendesak, Nakhoda dapat
menjual sebagian atau seluruh muatan kapalnya.
e. Dapat merobah haluan yang telah ditetapkan guna
menyelamatkan jiwa manusia di laut.
A. Pengertian.
Pasal 395 KUHD, Yang dinamakan Perjanjian Kerja
Laut ialah perjanjian yang dibuat antara seorang
pengusaha kapal disatu pihak dan seorang buruh
dipihak lain, dengan mana pihak tersebut terakhir
menyanggupi untuk dibawah perintah Pengusaha
Kapal melakukan pekerjaan dengan mendapat upah
sebagai Nakhoda atau Anak Kapal.
A. SURAT UKUR .
Pasal 347 – 352 KUHD serta pasal 45 U U No. 21 Tahun
1992 mengatur tentang Surat Ukur.
Surat Ukur ialah : Suatu Sertifikat yang diberikan setelah
diadakan pengukuran terhadap kapal oleh juru ukur dari
instansi pemerintah yang berwenang, yang merupakan
sertifikat pengesahan dari ukuran – ukuran dan tonase
kapal menurut ketentuan yang berlaku.