Lokasi Pembenihan
Desain hatchery
Pembenihan skala rumah tangga dapat dilakukan dalam hatchery yang relatif
sederhana dan tidak terlalu rumit. Guna memudahkan dalam operasional
pembenihan, maka penataan ruang, wadah dan alat bantu harus dikondisikan secara
baik. Berikut contoh desain hatchery pembenihan yang sederhana :
BAB 3
Seleksi Induk
Salah satu faktor penentu keberhasilan pembenihan udang galah dimulai dari
kualitas induk yang baik secara genetip dan fenotip, sehat, dan tidak cacat.
Sebelum melakukan pemijahan, sebaiknya dilakukan seleksi induk yang baik
sehingga diharapkan akan diperoleh larva yang berkualitas baik. Langkah memilih
induk udang galah yang baik untuk pemijahan diantaranya adalah :
1. Menangkap induk-induk udang galah dalam bak penampungan induk secara
hati-hati dengan menggunakan seser, kemudian ditampung dalam baskom
plastik besar yang terpisah antara jantan dengan betina.
2. Memilih induk betina udang galah dengan ketentuan :
― Ukuran bobot minimum 40 g untuk udang umur 6 bulan.
― Telah cukup matang gonad, ditandai dengan ovarinya yang berwarna
kekuningan
― Sehat dan tidak cacat.
3. Memilih induk jantan udang galah dengan ketentuan :
― Ukuran bobot minimum 50 g untuk udang umur 6 bulan.
― Sehat, tidak cacat dan bercapit biru besar (blue claw male)
(A) (B)
Gambar 2. Induk betina yang telah matang gonad (A) dan Induk jantan yang normal
dan sehat (B).
Menangkap induk udang Menempatkan induk secara terpisah
Pemijahan
Pemijahan udang galah dilakukan untuk memperbanyak dan meremajakan
populasi sehingga ketersediaan dan kualitasnya tetap terjaga. Pemijahan udang
galah dapat dilakukan dalam galur murni maupun persilangan antar populasi.
Hindari pemijahan induk dengan hubungan kerabat dekat (inbreeding). Prosedur
pemijahan udang galah diantaranya :
1. Mempersiapkan bak atau kolam pemijahan. Apabila pemijahan dilakukan
dalam bak maka bak terlebih dahulu dibersihkan, dipasang instalasi air dan
aerasi, ditempatkan naungan atau shelter , diisi air setinggi 50 - 80 cm. Pada
sistem produksi skala besar dan kontinyu pemijahan sebaiknya dilakukan di
kolam yang sebelumnya telah dipupuk.
2. Memasukkan induk betina dan jantan dengan rasio 3 betina ; 1 jantan.
Kepadatan maksimal 5 ekor/m2
3. Memberikan pakan, pelet dan cumi, sejumlah 3% perhari, 3 kali per hari.
4. Menyipon kotoran dalam bak setiap hari, pada sore hari dan mengganti air
baru sebanyak 10% volume.
5. Setalah 2 minggu dilakukan pengangkatan induk.
Induk jantan dan betina Bak pemijahan
Proses pemijahan
induk betina bertelur
Gambar 4. Rangkaian pemijahan induk udang galah pada bak dengan rasio jantan
dan betina 1:3
Inkubasi Telur
Setelah melalui proses pemijahan, induk betina akan membawa telur yang
terdapat pada broodchamber. Selama masa pengeraman, telur udang galah akan
mengalami perubahan warna sesuai perkembangan embrionya. Perubahan warna
yang terjadi pasca pembuahan hingga siap menetas adalah kuning, jingga/oranye,
cokelat/abu-abu tua. Induk udang galah yang sedang mengerami telur berwarna
cokelat diambil dan ditempatkan dalam corong penetasan hingga semua telur
menetas. Umumnya, telur yang berwarna cokelat akan menetas selama kurang lebih
3-4 hari masa inkubasi. Prosedur penetasan telur udang galah diantaranya adalah :
1. Mempersiapkan bak penetasan telur (inkubasi) yang berupa bak fiberglass,
membersihkan bak, memasang instalasi air dan aerasi dan mengisi bak dengan
air tawar setinggi 30 – 50 cm.
2. Menangkap secara hati-hati induk betina yang telah memijah dengan massa telur
dalam kantung pengeraman yang telah berwarna kecokelatan dengan
menggunakan seser, selanjutnya ditampung dalam baskom plastik besar.
3. Memasukkan induk betina yang terpilih kedalam bak inkubasi, masing-masing 1
ekor induk untuk setiap bak.
4. Memberi pakan harian berupa potongan cumi, dilakukan 3 kali per hari, sebanyak
3% bobot udang.
5. Memeriksa/monitoring untuk mengetahui terjadinya penetasan telur.
(A) ( B)
Gambar 5. Telur yang berwarna cokelat dan siap ditetaskan (A) serta corong
penetasan telur (B)
BAB 4
PEMELIHARAAN LARVA
Larva udang galah merupakan organisme yang sangat sensitif dan rentan
terhadap perubahan lingkungan. Kegagalan yang sering dialami oleh para pembenih
udang galah kebanyakan disebabkan oleh kanibalisme larva dan serangan penyakit.
Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut maka langkah-langkah berikut harus
dicermati dan dijalankan.
Higienis
Pemanenan Larva
Setelah semua telur yang dierami menetas, dilakukan pemanenan larva dari
corong penetasan. Berikut langkah-langkah pemanenan larva :
1. Menyiapkan air payau 5‰ sebagai media penampungan larva,
dimasukkan dalam stoples plastik bervolume 5-10 liter.
2. Memindahkan induk yang telurnya telah menetas dari bak inkubasi.
Menyedot larva bersama air dalam bak inkubasi dengan menggunakan
selang sipon dan ditampung dalam baskom/ember yang telah dilengkapi
plankton net sebagai saringan.
3. Memasukkan larva hasil penyaringan ke dalam stoples plastik dan
diaerasi.
(D)
(C)
Gambar 10. Beberapa bentuk dan warna wadah pemeliharaan larva udang galah,
corong fiber (A), Bak Fiber (B&D), dan bak beton (C).
Keterangan :
A,b….k = Stadia larva, yaitu stadia I – II
n1,n2….nn = Jumlah larva yang dilihat pada stadium yang sama
N = Jumlah total larva yang diamati
Larva udang galah Mikroskop Larva teramati
Stadia 1-11 larva udang galah dengan karakteristik pada masing-masing stadia:
BAB 5
MANAJEMEN KUALITAS AIR
Gambar 11. Unit Pengolahan air media pemeliharaan larva udang galah
(A) (B)
(C)
Gambar 13. Beberapa peralatan pemantau kualitas air, Spektrofotometer (A), Water
Quality Checker (B), dan Test Kit pH, amonia dan nitrit (C)
Gambar 13. Beberapa cara pengaturan intensitas cahaya pada beberapa hatchery
udang galah
BAB 6
MANAJEMEN PAKAN
Jenis pakan alami yang umum digunakan dalam pembenihan udang galah
adalah naupli Artemia. Meskipun neonatus Moina dan Daphnia dapat digunakan
sebagai pakan larva, namun karena Artemia memiliki banyak kelebihan, mudah
dalam penyediaan, nutrisi lebih tinggi, dan lingkungan salinitas lebih sesuai (mampu
hidup di media pemeliharaan larva udang galah), maka penggunaan pakan alami
tawar tersebut kurang populer.
Gambar 14. Nauplii artemia sp. yang telah menetas dan siap diberikan pada larva
udang galah
Artemia merupakan produk impor yang harganya relatif mahal, sehingga
penghematan melalui teknik penetasan dan penggunaan yang benar harus
dijalankan sebaik mungkin. Cara penetasan artemia sangat mempengaruhi daya
tetas dan kualitas naupli yang diperoleh. Salah satu metode penetasan kista artemia
yang diketahui memberikan daya tetas tinggi dan nilai nutrisi optimal adalah melalui
hidrasi dan dekapsulasi (pemilihan kista yang baik dan penipisan cangkang kista
artemia). hidrasi dilakukan dengan merendam kista artemia dalam air tawar atau air
asin selama 1-2 jam, dengan suplai aerasi kuat. Setelah waktu perendaman
tersebut aerasi dimatikan, dibiarkan sekitar 5 menit, untuk selanjutnya kista yang
mengapung (kista kosong) dibuang melalui aliran air. Sedangkan dekapsulasi
dilakukan dengan merendam kista artemia dalam larutan klorin dosis 0,5 g bahan
aktif untuk setiap 1 g kista Artemia selama beberapa saat hingga warna kista
berubah menjadi orange, selanjutnya dibilas dengan air tawar steril dan artemia siap
ditetaskan. Melalui penipisan cangkang maka energi yang diperlukan oleh embrio
artemia untuk memecahkan cangkang lebih sedikit dibanding tanpa dekapsulasi,
sehingga cadangan nutrisi yang tersedia lebih banyak. Dekapsulasi juga berfungsi
pula untuk mematikan mikroorganisme yang berpotensi menjadi patogen bagi larva.
Mengingat larva udang galah ukurannya sangat kecil, maka naupli artemia
yang digunakan harus yang masih baru menetas, neonatus. Naupli artemia dengan
umur muda memiliki banyak kelebihan, di antaranya gerakannya lambat sehingga
mudah ditangkap larva udang, ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva udang,
nilai nutrisinya masih tinggi (Yacoeb, 1999). Dalam rangka penyediaan naupli
artemia dengan ukuran tersebut, maka sebaiknya penetasan artemia dilakukan dua
kali, yaitu penetasan untuk penyediaan naupli waktu pagi, dan penetasan untuk
pemberian pakan sore.
Penggunaan pakan buatan dalam bentuk adonan roti (egg custard) sudah
menjadi pedoman umum dalam pembenihan udang galah baik sekala nasional
maupum internasional. Pakan buatan mulai diberikan pada larva stadia 6 atau
setelah larva dipelihara 9 hari. Setelah melalui serangkaian penelitian telah
diperoleh beberapa formula pakan buatan yang mampu menjadi substitusi Artemia
dalam pembenihan udang galah. Secara umum, formula pakan buatan terdiri atas
telur, susu, daging ikan atau udang, bahan pengikat, vitamin, dan mineral. Sebagian
besar formula pakan buatan yang telah dipublikasikan memiliki kandungan protein
kasar di atas 50% sehingga sangat baik untuk memacu pertumbuhan larva.
Gambar 17. pakan buatan (Egg custard), pakan tambahan larva udang galah
Mengingat ukuran pakan sangat berpengaruh terhadap efektifitas makan
larva, maka dalam penyediaanya egg custard harus mengalami perlakuan sehingga
ukurannya sesuai bagi larva dengan umur tertentu melalui teknis penyaringan
dengan jenis saringan berbeda. Secara sederhana saringan yang digunakan terdiri
atas 3 jenis, yaitu saringan teh, saringan kelapa bermata saring kecil, dan saringan
kelapa bermata saring lebih besar.
Mengingat egg custard memiliki kandungan protein tinggi dan mudah larut
dalam air maka penggunaanya harus bijak sehingga tidak mengotori media
pemeliharaan larva yang berakibat pada meningkatnya kadar amonia, nitrit, dan
asam sulfida dan beresiko mematikan larva. Pakan buatan diberikan sedikit demi
sedikit dengan frekuensi pemberian tiap 2 jam selama siang hari, sementara selama
malam hari larva diberi pakan naupli artemia dalam jumlah memadai.
Berikut cara pembuatan egg custard :
1. Membersihkan cumi, selanjutnya mengukus selama 10 menit, lalu
ditiriskan. Selanjutnya, menghaluskan cumi dengan blender sampai
halus.
2. Mencampur secara merata bahan-bahan baku egg custard, yakni cumi,
susu, kuning telur dan tepung terigu dengan ditambah air secukupnya.
Kemudian adonan tersebut diblender lagi sampai benar-benar halus.
3. Memasukkan adonan yang sudah halus ke dalam loyang dan dikukus
sampai matang atau sampai adonan sudah terasa keras, kurang lebih
selama 1 jam dengan menggunakan kompor dengan nyala api sedang.
4. Mengangkat dan meniriskan adonan yang sudah matang (egg custard).
Setelah itu, dalam keadaan cukup panas membelah adonan berbentuk
kotak ukuran 2 x 2 cm.
5. Menambahkan multivitamin dengan cara menuangnya di atas andonan,
dan mengoleskan secara merata di permukaan adonan dan celah irisan.
Biarkan beberapa saat hinggá multivitamin terserap.
6. Menyimpan egg custard dalam freezer sehingga tidak rusak karena
mikroorganisme dan serangga.
Selama larva hanya diberi pakan naupli Artemia, biasanya kualitas air
masih dalam kisaran layak bagi kehidupan larva dan kegiatan pembersihan
(penyiponan) belum perlu dilakukan. Penyiponan harian dilakukan setelah
digunakannya pakan buatan, dan dilakukan pada sore hari menjelang pemberian
naupli artemia. Pembersihan dinding bak dilakukan hati-hati agar tidak menimbulkan
stres larva. Aerasi dimatikan terlebih dahulu, selanjutnya dinding bak dibersihkan
dengan pembersih bertekstur lembut yang terlebih dahulu disterilkan. Biarkan
selama beberapa menit sampai kotoran mengendap, selanjutnya dengan bantuan
selang steril kotoran disedot keluar, sementara air buangan ditampung dalam ember
yang dilengkapi saringan sehingga larva yang terbawa tidak terbuang. Larva yang
mengalami ganti kulit akan berada didasar bak dan terbawa saat penyiponan.
Selanjutnya larva yang masih sehat dikembalikan lagi ke bak pemeliharaan.
Setelah sebagian besar, sekitar 80%, larva mencapai stadia PL maka panen
PL dapat dilakukan. Ada beberapa cara panen PL, di antaranya dengan
menggunakan seser bermata halus untuk memindahkan larva ke bak lain, menyedot
larva keluar bak, dan dengan cara mengalirkan air ke bak pemeliharaan larva
sehingga larva terbawa arus air keluar wadah pemeliharaan.
Pasca larva selanjutnya secara perlahan diberi pakan berupa pellet
berprotein tinggi berbentuk serbuk (crumble) dan naupli artemia hingga 5 hari.
Penyesuaian salinitas media pemeliharan dengan salinitas air kolam untuk
pendederan atau pembesaran udang galah dilakukan secara perlahan agar PL tidak
stres. Pasca larva umur 10 hari sudah mampu berenang cepat dan memiliki
adaptasi yang cukup bagus terhadap perubahan lingkungan sehingga siap dijual
atau dideder. Prosedur pemanenan larva pasca larva udang galah adalah sebagai
berikut :
1. Menyiapkan media pemeliharaan dengan salinitas 10‰ untuk penampungan
pasca larva hasil pemanenan. Suhu pada media penampungan diatur sama
dengan media pemeliharaan larva (berkisar 29-31˚C).
2. Proses pemanenan dilakukan dengan mematikan aerasi terlebih dahulu.
Selanjutnya, memindahkan terlebih dahulu populasi larva (yang masih tersisa
maksimum sebanyak 20%) yang berenang di bagian permukaan dengan
menggunakan seser dan ditampung pada baskom plastik secara terpisah.
3. Setelah semua larva yang tersisa telah diambil dari bak pemeliharaan larva,
langkah selanjutnya adalah menyipon kotoran dari air media pemeliharaan larva
secara perlahan-lahan dengan slang sipon.
4. Pada bagian ujung slang disaring dengan seser halus dengan beralaskan
baskom plastik.
5. Pada saat penyiponan, ketika air dalam corong pemeliharaan larva tinggal
sedikit, maka dialirkan air tambahan secara perlahan-lahan agar sisa pascalarva
seluruhnya habis tersedot. Selanjutnya, pascalarva ditampung dalam baskom,
kemudian dihitung jumlahnya.
6. Populasi larva dan pascalarva dipelihara lagi di tempat yang terpisah. Larva
dipelihara lagi dalam bak pemeliharaan larva. Pasca larva dipelihara dalam bak
penampungan.
7. Menurunkan salinitas media penampungan pasca larva secara perlahan-lahan,
maksimum sebesar 2‰ per hari hingga mencapai salinitas 0.
8. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan dalam bak penampungan berupa
pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang diberikan berupa nauplii
Artemia sp., yang selanjutnya secara bertahap diganti dengan kutu air (Moina sp.
dan Daphnia sp.). Pakan buatan yang diberikan berupa egg custard yang
selanjutnya secara bertahap diganti dengan pakan pelet bentuk tepung.
9. Setelah pasca larva mencapai salinitas 0 barulah PL siap ditebar ke kolam atau
bak pendederan.
Gambar 21. Pemanenan PL udang galah menggunakan selang
Pembenihan Skala Rumah Tangga
Pembenihan udang galah dapat dilakukan pada skala rumah tangga.
kelengkapan alat dan bahan tentu tidak akan sebesar pembenihan intensif maupun
semiintensif sehingga dapat dilakukan pada lokasi yang relatif lebih kecil. Peralatan
dan alat bantu yang harus disiapkan pada pembenihan skala rumah tangga
diantaranya :
New, M.B. 2002. Farming freshwater prawn, a manual for the culture of giant river
prawn (Macrobrachium rosenbergii ). FAO Fisheries Technical Paper, Rome:
xiii + 207 hlm.
Yakoeb, A. 1989. Ternakan benih udang galah secara intensif. Jabatan Perikanan
Kementerian Pertanian Malaysia, Kuala Lumpur: iii + 49 hlm.