Anda di halaman 1dari 18

PEMBENIHAN IKAN LELE

( Tugas Pengantar Ilmu Perikanan )

Oleh:

Syafira Eka Noviatri

230110150211

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi cukup besar
untuk melakukan pengembangan budidaya ikan air tawar dan diharapkan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia dari sub sektor
perikanan. Salah satu komoditas Ikan yang sangat berpotensi adalah Ikan Lele.
Usaha pembudidayaan ikan lele dumbo sudah berkembang cukup luas,
sehingga usaha pembenihan ikan lele dumbo ini memiliki potensi yang cukup
besar. Hal itu sebabkan ikan lele dumbo telah diterima masyarakat secara luas,
dapat dilihat dari semakin banyaknya warung-warung makan yang menjual pecel
lele. Berdasarkan hal diatas, maka perlu adanya peningkatan produksi benih ikan
lele baik secara kuantitas maupun kualitas agar tidak terjadi penurunan kualitas
pada ikan lele.
Maka untuk dapat terus menyediakan pasokan ikan lele, kegiatan pemijahan
merupakan salah satu jalan yang dapat dilakukan untuk dapat mencukupi
kebutuhan akan komoditi ikan lele tersebut.
Ada beberapa metodepemijahan ikan, yaitu pemijhan secara alami, semi
intensif, dan intensif,yaitu dengan menggunakan rangsangan hormon yang
kemudian pembuahan telur dilakukan secara streeping,metode ini dikenal
dengan induced breeding.
Keberhasilan pemijahan dengan menggunakan metode ini sangat ditentukan
oleh tingkat kematangan gonad. Oleh karenanya, induk yang akan dipijahkan
sebelumnya dilakukan seleksi terlebih dahulu untuk menentukan indukyang
benar-benar siap untuk dipijahkan agar benih yang dihasilkan berkualitas.

1.2. Batasan Masalah


Mengingat luasnya cakupan tentang kegiatan pembenihan Ikan Lele
Dumbo, maka agar dalam pelaksanaan kegiatan pembenihan ini terfokus, maka
penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Kegiatan pembenihan Ikan Lele Dumbo yang meliputi :
a. Pengelolaan dan seleksi Induk
b. Persiapan wadah penetasan
c. Pemijahan
d. Penetasan telur
e. Perawatan Larva
f. Panen larva.
g. Pendederan dan
h. Panen benih
2. Monitoring atau evaluasi tingkat keberhasilan kegiatan pembenihan yang
dilihat dari:
a.Fekunditas
b. Hatching rate (Daya tetas telur)
c. Survival rate (Kelangsungan hidup)

1.3. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan pembenihan ini adalah sebagai usaha
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme dalam penguasaan teknik
Pembenihan Ikan Lele Dumbo secara intensif (induced breeding).

1.4. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan Pembenihan Ikan
Lele Dumbo secara intensif ini adalah sebagi berikut :
1. Menambah pengetahuan serta wawasan tentang Teknik Pembenihan Ikan Air
Tawar secara intensif khususnya Ikan Lele Dumbo
2. Dapat menemukan solusi dalam menghadapi kendala-kendala dalam kegiatan
Pemijahan Lele Dumbo secara intensif.
3. Dapat menentukan alat dan bahan yang diperlukan dalam Teknik Pembenihan
Ikan Lele Dumbo secara intensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi menurut taksonominya, ikan lele yang di kemukakan
oleh Suyanto(2002) adalah sebagai berikut:
Philum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Telestei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluridae
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus

2.2. Morfologi

Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik,


mempunyai 4 pasang kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Lele
dumbo banyak ditemukan di rawa-rawa dan sungai di Afrika, terutama di dataran
rendah sampai sedikit payau. Ikan ini mempunyai alat pernapasan tambahan yang
disebut abrorescent, sehingga mampu hidup dalam air yang oksigennya rendah.
Lele dumbo termasuk ikan karnivora, namun pada usia benih lebih bersifat
omnivora. Induk lele dumbo sudah dapat dipijahkan setelah berumur 2 tahun dan
dapat memijah sepanjang tahun.
- Tanda induk betina: tubuh lebih pendek, mempunyai dua buah lubang
kelamin yang bentuknya bulat.
- Tanda induk jantan: tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang
kelamin yang bentuknya memanjang.
BAB III
PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Wadah

Langkah awal yang dilakukan dalam kegiatan pemijahan ikan lele


sangkuriang adalah mempersiapkan wadah berupa bak penetasan telur. persiapan
wadah perlu dilakukan sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, sebelum wadah
digunakan untuk penetasan telur wadah tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu
dengan cara mengeringkan air yang ada di bak tersebut setelah dikeringkan
barulah menyikat kotoran-kotoran atau lumut-lumut yang ada di bak tersebut
yang bertujuan untuk menghilangkan bibit penyakit yang ada setelah disikat
barulah bak tersbut dibilas dengan air bersih agar kotoran-kotoran dan lumut
terbuang atau terbawa air ke saluran pembuangan. Pembersihan bak harus benar-
benar bersih karena kebersihan bak berpengaruh terhadap keseterilan kualitas air,
sehingga tidak menggangu dalam proses penetasan telur. setelah dibilas bak
dikeringkan kemudian diisi air setinggi 30 cm. Setelah diisi air barulah
pemasangan happa dilakukan, happa di pasang dengan cara mengikat pada
keempat sudutnya ke kayu yang terdapat di sudut bak. Happa yang digunakan
berukuran 2x1 m dan kemudian memastikan sirkulasi air berjalan lancer untuk
penetasan telur.

4.2 Persiapan Induk


4.2.1 Seleksi induk

Seleksi induk dilakukan dengan tujuan untuk memilih calon induk


yang baik dan sehat, serta untuk melihat tingkat kematangan gonad
apakah calon induk tersebut layak untuk dipijahkan atau tidak. Induk ikan
lele sangkuriang yang baik harus dinyatakan lolos seleksi baik dari segi
umur, berat, kesehatan maupun kematangan telurnya. Sebab jika kurang
hati-hati memilih induk, maka keturunan yang dihasilkan jumlahnya akan
lebih sedikit atau kualitas benihnya kurang baik. Kegiatan seleksi induk
dilakukan dengan cara menangkap induk dengan menggunakan jaring
dimana jaring ditarik oleh beberapa orang untuk mempersempit ruang
gerak induk agar induk mudah di tangkap . Berdasarkan pengamatan pada
seleksi induk didapat 1 pasang induk yang sudah matang gonad. Ciri ciri
induk matang gonad yaitu induk jantan berumur 1 tahun dan betina 1,5
tahun, berat badan jantan 2 kg dan betina 2,5 kg, panjang jantan 48 cm
dan betina 50 cm dan kelamin pada ikan berwarna merah.

4.2.2 Pemberokan

Pemberokan dilakukan dalam bak seluas 4 - 6 m2 dan tinggi 1 m,


selama 1 - 2 hari. Pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran dan
mengurangi kandungan lemak dalam gonad. Setelah diberok, kematangan
induk diperiksa kembali.

4.3 Pemijahan

Pemijahan adalah proses pertemuan antara induk ikan jantan dengan induk
ikan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap
kawin yaitu alat kelamin berwarna meraha. Induk betina tandanya sel telur
berwarna kuning, jika belum matang berwarna hijau. Sel telur yang telah dibuahi
akan menempel pada kakaban dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi
larva ikan Lele.
4.3.1 Penyuntikan induk
Pasangan induk lele dumbo yang cocok dan telah matang kelamin
akan segera memijah setelah di masukkan kedalam kolam pemijahan.
Biasanya ikan lele dombo memijah pada tengah malam menjelang pagi
yakni pukul 07.00-04.00 tetapi proses pemijahan tersebut kadang-kadang
mundur sampai sehari lebih(24-36 jam).

4.3.2 Pengambilan telur(streeping) dan pembuahan


Setelah 10-12 jam dari penyuntikan, induk betina siap di
streeping(pengeluaran telur kearah kelamin). Sebelum melakukan
streeping pada induk betina, terlebih dahulu disiapkan sperma jantan.
Pengambilan sperma jantan dengan cara membedah perut induk jantan
dan mengambil kantong sperma dengan cara menggunting. Setelah
sperma jantan disiapkan, kemudian dilakukan pengurutan induk betina.
Lanakah-langkah pembuahan telur sebagai berikut: telur ditampung dalam
baskom plastik, kemudian masukkan sperma sedikit demi sedikit sambil
diaduk sampai merata, telur yang sudah terbuahi di bilas dengan Nacl
untuk mencuci telur yang kotor.

4.3.3 Penetasan Telur


Telur yang dikeluarkan pasangan induk ini biasanya melekat pada
ijuk dan sebagian besar berserakan di sarang dasar. Diameter telur
berkisar antara 1,3 1,6 mm dan akan menetas selama 2-3 hari telur
biasanya akan menetas seluruhnya. Begitu proses pemijahan selesai antara
jam 05.00 06.00 pagi kakaban akan segera diangkat dan dipindahkan ke
dalam kolam penetasan.
Untuk menghindari tumbuhnya jamur, kakaban yang sudahberisi
telur tersebut sebaiknya direndam terlebih dahulu, karena sifat telur lele
menempel maka perlu kakaban. Selama proses penetasan telur usahakan
sirkulasi air berjalan dengan baik dan air masuk lewat pemasukan secara
perlahan-lahan ( Susanto, 2005 ).

4.3.4 Pemeliharaan Larva


Setelah telur menetas semua, waktu 2-3 hari selanjutnya kakaban
di dalam hapa satu per satu pengangkatan harus hati-hati agar kualitas air
tetap terjaga. Larva yang baru menetas belum perlu diberi makanan, sebab
masih mempunyai makanan cadangan berupa kuning telur. Dengan
perawatan dan makanan yang baik dalam tempo 1 bulan benih lele dapat
tumbuh hinggamencapai 3-5 cm. Pekerjaan pokok perawatan lele adalah
membersihkan telur, siphonisasi, cangkang dan telur busuk, dan
mempertahankan konsentrasi oksigen pada suhu optimal.
Untuk Tahap pemberian pakan larva dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :

Tabel 3.1. Tahap Pemberian Makan Larva

Makanan yang di
No Umur Keterangan
berikan
Belum di beri
makanan karena
1. 0-3 hari
masih ada kuning
telur
2. 4-6 hari Kuning telur di rebus Di larutkan
Rotifera, kutu air
3. 7-14 hari
(disaring)
Kutu air, jentik
4. 15-30 hari nyamuk hidup,
cacing rambut
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan pemijahan ikan lele dumbo, kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1. Dalam persiapan bak penetasan telur yaiutu dimulai dari pembersihan bak,
misalnya dengan cara disikat, memasang happa, pengisian air yang bersih
dalam bak.
2. Seleksi induk bertujuan untuk mendapatkan induk yang benar-benar matang
gonad dan tidak cacat. Induk yang digunakan sebanyak 1 ekor induk jantan
dengan berat 2 kg, dan induk betina sebanyak 1 ekor dengan berat 1,5 kg.
3. Pemberokan dilakukan dalam bak pemberokan, selama proses pemberokan
selama 2 hari ikan tidak diberi pakan sama sekali guna untuk membuang
kotoran dalam perut ikan dan mengurangi lemak dalam perut ikan, hal ini
sangat diperlukan agar tidak mengganggu dalam proses striping ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Soetomo, 2003. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru Algensindo.
Jakarta.
Santoso, Budi. 1995. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo dan
Lokal. Kanisius. Yogyakarta
Santoso, Heru. 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekanomis. Penebar Swadaya.
Jakarta
Khairuman, 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Argo Media Pustaka.
Jakarta
Hernowo, Suwanto dan Rachmatun. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Lele.
Kanisius. Yogyakarta
Mahyudin, Kholis. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta
Bachtiar, Ir, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agro
Media Pustaka. Jakarta
Suyanto. 1997. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta

.
BAB II
PEMBAHASAN

Ikan gabus adalah sejenis ikan predator yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal
dengan banyak nama di berbagai daerah: bocek (Riau); aruan, haruan (Melayu,
Banjar); kocolan (Betawi); bogo (Sunda); bayong, licingan (Banyumas); kutuk (Jawa);
kabos (Minahasa); dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai
nama, seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, dan striped
snakehead. Nama ilmiahnya adalah Channa striatadan ada juga yang menyebutnya
Ophiocephalus striatus(Bloch, 1793).
Klasifikasi ikan gabus antara lain:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa striata

2.1. Pengertian Budi Daya Ikan


Budi daya ikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 31 Tahun 2004
Tentang perikanan merupakan kegiatan terencana dalam memelihara, membersarkan,
dan/atau mengembangbiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang
terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkur,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
Budi daya ikan sering juga disebut sebagai akuabisnis (bisnis akuakultur) di mana
istilah ini diperkenalkan seiring dengan perkembangan kajian perikanan dan kelautan,
termasuk dari sisi ekonomi dan bisnis. Kata aqua digunakan untuk menyebut bidang
ini terkait dengan basis produksi perikanan-kelautan, yaitu air atau perairan, baik air
tawar, payau, maupun laut.
Kegiatan sejak memproduksi benih hingga memanen atau kegiatan akuakultur
dikembangkan berdasarkan pengalaman, pengetahuan, ilmu, dan teknologi. Kemajuan
ilmu dan teknologi ikut mendorong kemajuan akuakultur menjadi bidang kajian yang
terus dipelajari dan dikembangkan sehingga menghasilkan teknologi budi daya yang
dapat diterapkan. Kegiatan akuakultur akan menghasilkan keuntungan secara ekonomi,
dengan begitu kegiatan ini berorientasi menjadi suatu kegiatan bisnis.
Gabus adalah biota akuatik yang dapat dipilih sebagai salah satu komoditas untuk
kegiatan bisnis karena memenuhi syarat dipilih dan dikembangkan sebagai komoditas
bisnis.

2.2. Cara Budi Daya Ikan Gabus


Cara melakukan budi daya ikan gabus terdiri dari beberapa tahap, di antaranya:
2.2.1. Penangkapan
Budi daya ikan gabus dimulai dari proses penangkapan yang masih banyak
bergantung di alam bebas. Penangkapan ikan gabus dapat dilakukan di rawa-rawa,
sungai, danau, dan waduk. Alat tangkap yang digunakan untuk penangkapan gabus
antara lain pancing, jala, jaring insang, bubu, dan lain-lain. Penangkapan dapat
dilakukan selama musim hujan, hingga 2-3 bulan setelah musim hujan berlalu.

2.2.2. Pengadaan Induk


Pada waktu memilih calon induk, perlu diperhatikan beberapa tanda seperti badan
ikan bersih berwarna mulus, tidak cacat, tidak pucat, dan bergerak aktif. Ikan gabus
yang dijadikan induk harus sudah mencapai umur 1 tahun untuk individu jantan dan 1,2
tahun untuk individu betina, dengan berat individu telah mencapai lebih dari 900 gram.
Untuk pembedaan antara ikan gabus jantan dan betina, karakteristik individu
jantan selalu ditandai dengan adanya bentuk kepala oval dengan memiliki warna tubuh
yang lebih gelap. Selain itu, ikan jantan memiliki lubang di bagian genital berwarna
kemerahan dan mengeluarkan cairan putih bila dipijat. Sedangkan ikan betina
kepalanya agak bulat dengan kontras warna tubuh cukup terang. Di samping itu, gabus
betina mempunyai perut lebih besar dengan tekstur cenderung lembek jika disentuh.

2.2.3. Pembenihan
Salah satu aspek penting dalam budi daya ikan adalah ketersediaan benih,
meliputi kuantitas (jumlah), kualitas (mutu) dan kontinuitas (berkelanjutan).
Pembenihan adalah suatu tahap kegiatan dalam budidaya yang sangat menentukan
tahap kegiatan selanjutnya, yaitu pembesaran atau suau kegiatan pemeliharaan yang
bertujuan untuk menghasilkan benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan menjadi
komponen input bagi kegiatan pembesaran (Effendi, 2004).

2.2.4. Pengamatan Kematangan Gonad


Pengamatan gonad dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan
pemijahan. Pematangan gonad ikan merupakan proses pembentukan atau pematangan
seksual, yaitu pembentukan telur dalam ovarium pada ikan betina dan sperma dalam
testis ikan jantan. Pengamatan tingkat kematangan gonad dapat dilakukan dengan cara
visual, yaitu melihat perkembangan gonad ikan dari besarnya induk dan perut ikan,
terutama induk betina. Semakin besar perutnya tentu semakin tinggi tingkat
kematangan gonadnya.

2.2.5. Pemijahan
Pemijahan ikan gabus dapat dilakukan secara alami maupun secara buatan dengan
teknik kawin suntik. Ikan gabus adalah ikan yang mudah memijah. Di alam, ikan gabus
memijah pada musim hujan di sungai, danau, waduk, rawa-rawa, bahkan pada kanal-
kanal dan air tergenang lainnya. Telur gabus bersifat mengapung di permukaan air,
sehingga mudah dideteksi ketika dilakukan pemijahan. Satu ekor induk betina bisa
menghasilkan telur sebanyak 10.000 11.000 butir.

2.2.6. Penetasan Telur


Penetasan telur ikan gabus dilakukan pada kolam pemijahan, bak, atau akuarium.
Di akuarium, telur disebar merata dalam wadah dan dijaga agar tidak sampai
bertumpuk karena dapat mengakibatkan telur menjadi busuk. Untuk itu, telur-telur
disebar dengan menggunakan bulu ayam agar telur tidak pecah. Padat penebaran telur
antara 40-60 butir/liter. Telur yang dibuahi akan berkembang perlahan menjadi larva, di
mana telur akan menetas pada 32-36 jam setelah ovulasi pada suhu 26-30 O C. Telur
gabus akan menetas dalam waktu 24 jam. Sampai dua hari, larva tidak perlu diberi
pakan, karena masih menyimpan makanan cadangan.

2.2.7. Pemeliharaan Benih


Pemeliharaan benih dilakukan setelah tahap perawatan larva, yaitu saat benih
ikan gabus berumur 30 hari atau lebih. Untuk memudahkan pengelolaan makan
pemeliharaan benih ikan gabus dibatasi sampai ikan mencapai ukuran 20-25 cm/ekor
atau mencapai bobot 90-100 gram/ekor. Pemeliharaan ini dilakukan di dalam akuarium
dengan kepadatan 5 ekor/liter.

2.2.8. Pembesaran
Pembesaran ikan yaitu ikan gabus yang berukuran kecil, baru selepas masa benih
dibiarkan melangsungkan hidupnya dengan makmur. Kegiatan pembesaran dilakukan
dengan menyiapkan kolam yang dikeringkan selama 4-5 hari, diperbaiki, dibuat parit
keliling, diratakan tanah dasar, ditebarkan kotoran ternak dan diberi pakan tambahan
dengan dosis 3-5% dari berat badan per hari.

2.3. Manfaat Budi Daya Ikan Gabus


Pembudidaya membudidayakan ikan gabus karena sadar akan banyaknya
manfaat yang ada, berikut adalah manfaat ikan gabus:
2.3.1. Sebagai Ikan Konsumsi
Untuk beberapa daerah seperti di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi Selatan,
ikan gabus bernilai ekonomi tinggi untuk dijadikan konsumsi utama. Karenanya, di
Kalimantan Selatan, ikan gabus termasuk dari beberapa jenis ikan air tawar yang sering
menyebabkan inflasi.
Toman, yang merupakan saudara gabus dalam satu genus dan ikan gabus sendiri
biasa disajikan sebagai ikan bakar, goreng, saus, kuah, dan sebagainya. Tak jarang pula
ikan gabus diawetkan sebagai ikan kering/ ikan asin. Gabus dan toman disukai sebagai
ikan konsumsi karena mempunyai daging berwarna putih dan hanya memiliki sedikit
duri/tulang.
Dalam mengonsumsi ikan gabus, pengolahan ikan ini dapat dijadikan bahan baku
pempek, dijadikan abon, kerupuk, baso, siomay, sosis, batagor, dan otak-otak.

2.3.2. Sebagai Obat


Belakangan ini diketahui bahwa ikan gabus mengandung protein dan albumin yang
sangat penting bagi kesehatan. Pemanfaatan ekstrak ikan gabus dapat digunakan
sebagai pengganti serum albumin yang biasa digunakan untuk menyembuhkan luka
operasi. Sejak dulu, ikan gabus telah digunakan dalam pengobatan tradisional di
beberapa daerah. Contohnya di Sulawesi Selatan, ikan gabus sering dikonsumsi oleh
perempuan yang baru melahirkan dengan harapan dapat cepat sembuh dan
menghasilkan ASI yang banyak untuk kebutuhan bayinya. Di daerah Tana Toraja dan
Enrekang, ikan gabus di diberikan pada anak-anak karena dipercaya mampu
meningkatkan kekebalan tubuh anak. Di Makassar, beberapa orang membeli ikan gabus
untuk dikonsumsi oleh mereka yang terluka akibat sabetan pisau/parang, anak yang
ingusan, dan perempuan yang baru melahirkan (Kordi, 2010).

2.4. Sarana Pendukung Budi Daya Ikan Gabus


Keberhasilan budi daya ikan gabus dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya:

2.4.1. Pemberian Pakan


Pemberian pakan pelet pada ikan gabus yaitu dengan kandungan protein 15 %,
lemak 15 % dan karbohidrat 10 % dan diberikan makanan tambahan seperti ikan teri,
anakan rayap, sisa daging ampas dapur. Selain itu juga bisa dibuatkan pelet buatan
dengan cara ikan teri 20 %, dedek 50 %, ampas tahu 10 %, dan 10 % jagung. Bahan
direbus terlebih dahulu kemudian giling jadi satu bahan-bahan tersebut dan kemudian
di jemur hingga kering hingga pakan siap di berikan kepada ikan.
Waktu pemberian pakan bisa dilakukan pada pagi, siang, sore ataupun malam
hari. Waktu terbaik untuk pemberian pakan adalah menjelang matahari terbit dan
menjelang matahari tenggelam. Ikan gabus membutuhkan pakan 5-10% per berat total
ikan dalam wadah budi daya.

2.4.2. Pencegahan Hama


Di lingkungan alam, ikan dapat terserang berbagai macam penyakit. Ada
beberapa teknik pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu secara mekanik, kimia,
maupun biologis. Secara mekanik yakni upaya mencegah serangan penyakit dengan
bantuan peralatan mekanik. Tindakan pencegahan kimiawi adalah saha pencegahan
terhadap serangan penyakit dengan memanfaatkan berbagai senyawa kimia. Sedangkan
biologis maksudnya usaha pencegahan terhadap serangan penyakit menggunakan
prinsip biologis atau organisme lain.

2.4.3. Kualitas Air


Dalam menilai kualitas suatu perairan, dibutuhkan beberapa faktor sebagai
parameter, yaitu oksigen, suhu, pH, karbondioksida, kesadahan, dan kecerahan.
Ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran makanan untuk bisa beraktivitas,
seperti berenang, pertumbuhan dan reproduksi. Ikan gabus memiliki alat pernapasan
tambahan yang dikenal sebagai labirin mampu hidup pada perairan dengan kandungan
oksigen rendah hingga 2 ppm.
Pertumbuhan serta kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi suhu. Kisaran
suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis, di mana ikan gabus sendiri berasal
dari daerah tropis yakni sebesar 28-32 derajat Celcius. Suhu dipengaruhi ketinggian
dari permukaan laut. Oleh karena itu, ketinggian lokasi yang cocok untuk budi daya
ikan gabus adalah 0-800 m di atas permukaan laut (dpl).
Derajat keasaman (pH) memengaruhi tingkat kesuburan perairan karena
memengaruhi kehidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya, termasuk ikan gabus.
Kisaran optimal pH yang baik untuk budi daya ikan gabus adalah 7,0-8,7.
Karbondioksida yang biasa disebut zat asam arang sangat mudah larut dalam air.
Pada umumnya, perairan alami mengandung karbondioksida sebesar 2 ppm atau mg/l.
Pada konsentrasi yang tinggi (lebih dari 10 mg/l), karbon dioksida dapat beracun karena
keberadaannya dalam darah dapat menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin.
Kesadahan (kekerasan air) disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air yang
berasal dari batuan dalam tanah. Dengan memerhatikan kadar CaCO3, secara umum
pertumbuhan dan perkembangan hewan air lebih menyukai air dengan tingkat
kesadahan/kekerasan 3-10 dH.
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskann ke dalam air dan dinyatakan
dengan persen (%), dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat
cahaya melalui lapisan sekitar sat meter, jatuh agak lurus pada permukaan air.
Kecerahan yang baik bagi usaha budi daya ikan gabus adalah 30-40 cm.

Kata pengantar,

kesimpulan saran,

daftar pustaka

Kordi, M. Ghufran H. 2011. Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya Ikan Gabus.
Yogyakarta: Lily Publisher.

Anda mungkin juga menyukai