Anda di halaman 1dari 22

Kunci Sukses

Budidaya Udang
Sistem Tertutup
Secara 
Berkelanjutan
• Pengertian Baku Budidaya Udang
Sistem Tertutup
Dimana selama satu siklus pemeliharaan
udang (organisme air) tidak memasukkan
air baru dan air media pada tambak sistem
tertutup harus dalam keadaan selalu steril
(standar baku).
• Prosedur Kesisteman
Penggunaan kembali air pembuangan dari
hasil limbah/kotoran pemeliharaan udang
(organisme air), yaitu melalui proses
filtrasi pada petak tandon (endapan,
biofilter dan karantina/treatment). Filtrasi
air dapat dilakukan dengan proses secara
fisik, kimia, dan biologis pada setiap
tahapan tandon air.
• Dispensasi Penggunaaan Air Baru (Standar
Air Baku dan Steril), apabila :
• Konstruksi pematang tambak banyak rembesan
• Tingkat porositas tanah tinggi
• Tingkat evapotranspirasi (penguapan tinggi)
• Kondisi parameter kualitas air media
pemeliharaan tidak optimal
• Tingkat kepekatan/kemelimpahan fitoplankton
tinggi (transparasi rendah, < 20 cm)
• Kepekatan salinitas meningkat
• Kondisi udang ada masalah (penyakit, nafsu
makan menurun, dll)
• Persyaratan Tambak Udang Sistem Tertutup :
• Konstruksi tambak kedap air
• Diperlukan redisain konstruksi tambak sistem tertutup (1 unit
tambak sistem tertutup terdiri dari : petak pembesaran, tandon
biofilter, tandon endapan, tandon karantina/treatment, dll)
• Penebaran benih bebas virus dan ukuran seragam (ukuran >
PL 12 atau tokolan)
• Air media pemeliharaan steril (standar air baku),
menggunakan disinfektan yang mudah terurai dan resiko
pencemaran zero
• Penumbuhan fitoplankton awal menjadi kunci bioindikator
(aplikasi pupuk yang tepat) dan pengendalian selama
pemeliharaan
• Penggunaan dan pengaturan pakan yang standar
• Penggunaan feed additive (immonostimulant) yang resiko
rendah/tidak dilarang dan terprogram
• Penggunaan produk yang tepat dan terkendali
• Pengelolaan air dan lumpur secara periodik
• Pengendalian oksigen terkendali (oksigen
minimal pagi hari > 3,5 ppm)
• Kendalikan pH dan alkalinitas harian tidak terjadi
goncangan yang mencolok (tidak lebih dari 0,5)
• Hindari krustase liar masuk lewat darat ke
tambak (gunakan pancing/pagar plastik keliling
unit tambak sistem tertutup) dan lewat air
dengan penggunaan saringan yang ketat, dan
kegiatan lainnya yang dianggap ada relevansi
serta urgensinya
• Pengertian Baru dalam Budidaya Udang :
• Jenis krustase (khususnya udang) tidak tahan/stress kalau
ada perubahan : panas, asin, cahay terang dan plankton mati
• Mengatasi stress diperlukan penumbuhan plankton yang
stabil (plankton hijau)
• Plankton sulit tumbuh di tambak karena hanya pakai Urea -
TSP (10kg : 10 kg) seharusnya 15:5 atau 20:4 kg/Ha atau
jenis pupuk yang lengkap
• Plankton mudah mati saat mendung dan hujan karena
kurang cahaya dan pupuk air menjadi encer atau berubah
• Bukti : Plankton mudah tumbuh di tambak bandeng, karena
tanahnya/klekap dimakan ikan
• Ikan Belanak dan ikan Nila bertugas memakan plankton yang
beracun
• Ikan Keting dan Petek bertugas memakan hama penular
virus
• Pembeli udang di luar negeri meminta udang dari hasil
pengelolaan tambak yang baik
• Permasalahan Utama Tambak :
• 1. Penyakit sebagai akibat :
• Sistem produksi benih belum standar mutu
• Lingkungan terinfeksi penyakit
• Lingkungan pencetus awal penyakit
• Sistem pengendalian lingkungan kurang
perhatian
2. Teknologi tertinggal :
• Memerlukan redisain konstruksi tambak
• Pertimbangan input dan aspek pasar
internasional
• Komoditas/lapangan pekerjaan
• Sistem penyampaian kepada masyarakat
(komik dan vcd)
• Penegakan aturan dan hukum
3. Kondisi lingkungan tambak :
• Air tambak harus berkadar garam 5 - 25
ppt
• Temperatur min 28°C, maks 32°C, bila
lebih rendah atau tinggi tidak mau makan
• Udang butuh oksigen min hidup 3,5 ppm,
terbaik untuk pertumbuhan min 4 ppm
pada pagi hari
• Air tidak boleh jernih atau berbuih,
tumbuhkan plankton sebagai bioindikator
air media
• Hal-hal yang Pelru Diperhatikan :
1. Penyimpangan salinitas :
• Salinitas rendah berbahaya karena menurunkan
oksigen, kekeruhan, pelapisan air, kematian plankton :
disebabkan hujan dan tambak berlokasi di darat.
Antisipasi : tandon besar yang tertutup dari sungai, air
permukaan dibuang melalui pintu air monik, kondisi
udang cenderung berkulit tipis dan alkalinitas/pH rendah,
solusi aplikasi kapur cukup intensif.
• Salinitas tinggi karena musim kemarau : antisipasi
tambak dalam, lebih sering mengganti air dengan air
laut, mengatur musim tanam, pertumbuhan udang windu
relatif terhambat pada musim kemarau (salinitas > 30
ppt), pakan efisiensi dan efektif (FCR tinggi), sensitif
terhadap serangan patogen dan SEMBV.
2. Penyimpangan Oksigen
• Oksigen terlalu rendah karena klekap,
fitoplankton mati, kekentalan air dan
jumlah pakan sudah banyak, antisipasi
dengan pergantian air pemompaan
berbalik, penambahan kincir/mesin perahu
(sirkulasi)
• Oksigen terlalu tinggi karena fitoplankton
terlalu pekat pada siang dan sore hari,
antisipasi dengan pergantian air
(pengenceran), penambahan kincir/mesin
perahu
3. Penyimpangan temperatur :
• Suhu rendah (terlalu rendah pada musim angin Timur ; <
26,5°C), dampak : nafsu makan menurun (bisa > 30%),
pertumbuhan tidak normal, banyak energi (kalori) yang
hilang, udang banyak mati, diantisipasi dengan
kedalaman air min 1,3 m dan pergantiaan secara
sirkulasi
• Terlalu panas karena air tidak mengalir dan dalam, air
diganti, kedalaman air dinaikkan (> 1,0 m), dampak :
udang bisa stress dan nafsu makan berkurang
• Suhu optimal : udang windu 28-31,5°C, dan udang putih
25-30°C
• Solusi kedua kondisi suhu tersebut adalah dengan cara
mengatur strategi musim tanam yang tepat.
4. Penyimpangan pH dan alkalinitas :
• pH rendah (< 7,5), nafsu makan udang
berkurang, alkalinitas (buffer/pengendali
pH fluktuatif), tidak stabil, udang mudah
stress/lemah
• pH tinggi (> 9,0), nafsu makan udang
berkurang, dampak : resiko ammonia
(NH3) muncul mendadak, udang bisa
mati, alkalinitas tidak stabil. Catatan : pH =
7,8-8,4 dan alkalinitas = 100-140 ppm.
5. Mencegah dan Mengatasi Air Jernih :
• Di awal pemeliharaan, beri kapur di air 300-500 kg/ha
(pH min 7,6), kotoran ayam 150-300 kg/Ha dan Urea 0,1
ppm atau dengan jenis pupuk lainnya yang resiko
rendah (seperti NPK 3-5 ppm, Lodan 0,5-2 ppm,
plankton katalis 0,5-1 ppm)
• Bila air jernih akibat blooming tanaman air (lumut,
ganggang, dll) atau nyamuk/cacing cyromid, lakukan
dengan pembuangan bertahap secara mekanis
• Berikan inokulan fitoplankton (bibit), bila terlalu banyak
zooplankton, matikan kincir siang/pagi hari, beri kaporit 3
ppm atau formalin 20 ppm
• Diberi saponin 5-10 ppm bersama dedak 3 ppm (rendam
24 jam), saring dan aplikasikan pagi hari
• Untuk menjaga kestabilan plankton dan lingkungan
berikan pemupukan susulan dan fermentasi probiotik
secara terkendali.
6. Mengatasi air berbuih :
• Fitoplankton mati (air jernih/miskin fitoplankton) : sebelum mati
terlihat partikel-partikel di dalam air, solusi : ganti air 15-25% dan
pupuk dengan NPK : Urea : TSP dengan perbandingan 4:2:1
kg/5.000 m 2 atau jenis pupuk yang lebih aman (hati-hati apabila
ada bibit lumut, hindari pemupukan langsung pada tambak
pembesaran udang), penggunaan probiotik dan beri bibit
fitoplankton
• Setelah fitoplankton mati : buang buih mengapung dengan ganti air
30-50%, pasang kincir air 1 buah per 400 kg udang, bila air jernih
kembali di pupuk serupa di atas
• Klekap dicegah tumbuh di awal dengan Saponin 5-10 ppm, atau
dicegah dengan ikan (bandeng) 20 gram/m2
• Buih tidak putus (gelembung besar/kecil) hati-hati, Penyebab :
Fitoplankton atau klekap mati (blooming), lumut mati, lumpur
organik (busuk) terlalu banyak, dll. Solusi : penggantian air 30-50%
dengan air baru hasil treatment kaporit 3-5 ppm (petak karantina),
dan langsung disuplai ke petak tambak udang
• Aplikasi kapur, usahakan malam hari dengan dosis 5-15 ppm dan
jenis kapur sesuai tujuannya, dapat ditambah Zeolit 3-5 ppm.
7. Pengendalian penyakit :
• Banih harus diproduksi dengan sistem bersih aseptik,
induk teruji dan pakan yang tidak terinfeksi pada
hatchery yang bersertifikat
• Induk ditampung dan diperiksa oleh suplier bersertifikat
• Lingkungan tambak harus memperbanyak pemeliharaan
ikan multi spesies
• Tambak harus dipelihara dengan cara yang dapat
menjaga fluktuasi lingkungan (penggunaan air baku dan
steril)
• Kesehatan udang harus dijaga dengan inputan berupa
immunostimulant
• Aplikasi probiotik secara terkendali, sebagai musuh
alami patogen

Anda mungkin juga menyukai