Satuan Kerja
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Alamat
Jl. KS Tubun Petamburan VI
Jakarta Pusat - 10260
Telp. (021) 53650157
Fax. (021) 53650158
Kategori Teknologi
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Masa Pembuatan
2004-2008
Tim Penemu
Singgih Wibowo
Bagus Sediadi Bandol Utomo
Syamdidi
Th. Dwi Suryaningrum
Kontak Person
Singgih Wibowo
paksingh@yahoo.com
415
DESKRIPSI TEKNOLOGI
2. PENGERTIAN/ISTILAH/DEFINISI
Kista artemia kering adalah telur artemia yang telah dikeringkan dengan cara tertentu
menggunakan alat pengering artemia dan dikemas sehingga tahan lama dan ketika ditempatkan
kembali pada air bersalinitas rendah akan menetas membentuk larva untuk dijadikan pakan
hidup untuk larva udang dan ikan.
Teknologi Penanganan dan Pengeringan Kista Artemia ini meliputi cara pemanenan, penanganan
dan pengeringan kista artemia dengan menggunakan alat pengering kista artemia hasil rancang
bangun peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan (BBP4B-KP). Alat pengering kista artemia berupa rotary drum dryer yang
dirancang untuk dapat mengeringkan 10 kg kista artemia basah hingga mencapai kadar air kurang
416
dari 10% dalam waktu sekitar 8 jam atau kurang dengan hasil akhir kista artemia kering yang
daya tetasnya lebih dari 70%.
Peralatan yang diperlukan adalah jaring serok (double scoop net), alat saring bertingkat, alat
sortasi mutu kista artemia, spinner, alat pengering artemia rotary drum yang dilengkapi dengan
dehumidifier dengan sumber panas dari listrik, alat pengemas, dan perlengkapan untuk pengujian
daya tetas kista artemia.
Kista artemia (kira-kira tiga perempat ember) dicuci dengan disiram air tambak untuk
menghilangkan kotoran terutama lumpur yang masih menempel pada kista, kemudian disaring
dengan plankton net 100-150 µm atau dengan kain blacu. Selanjutnya kista artemia direndam
larutan garam jenuh sekaligus mengawetkan kista sehingga meskipun disimpan beberapa hari
kista dapat tetap bermutu baik.
417
Kista artemia yang masih kotor dibersihkan dari kotoran seperti potongan daun, kayu, pasir, dan
benda benda asing lain yang mungkin masih ikut terbawa dari permukaan air ketika pemanenan.
Pembersihan kotoran dilakukan menggunakan penyaring bertingkat. Untuk kista yang ukurannya
kecil (sesuai jenis artemia) digunakan saringan bertingkat ukuran 700 µm (untuk memisahkan
kotoran besar), 350 µm (untuk membersihkan kotoran sedang), dan 100 µm (untuk
membersihkan kotoran halus. Untuk kista yang berukuran besar, ukuran mata jaring tingkat
pertama adalah 1000 µm, jaring tingkat ke dua 500 µm, dan jaring paling bawah berukuran 150
µm (Gambar 3).
Pembersihan kotoran yang ukurannya sama atau mirip dengan ukuran kista (kista yang kosong),
atau sortasi mutu, dilakukan dengan cara memisahkan berdasarkan perbedaan densitas melalui 2
tahap pemisahan yaitu pemisahan menggunakan air garam jenuh dan menggunakan air tawar
yang dibantu dengan aerasi untuk membantu pemisahan. Alat yang digunakan berupa tabung
silinder dengan bagian bawah silinder berbentuk kerucut (cone). Pada bagian ujung kerucut
dipasang keran sebagai outlet (Gambar 4). Ke dalam tabung ditempatkan aerator sebagai
pengaduk isi tabung untuk membantu proses pemisahan kista artemia. Pembersihan awal adalah
untuk membersihkan kotoran yang berdensitas lebih besar daripada kista artemia (misalnya
pasir) dengan menggunakan air garam jenuh. Dengan pengadukan menggunakan aerasi, kista
akan mengapung dalam air garam jenuh dan kotoran yang berdensitas tinggi akan mengendap di
dasar tabung lalu dikeluarkan dengan cara membuka kran di bawah. Setelah tinggal kista
artemianya beserta kotoran yang berdensitas lebih rendah daripada kista artemia (misalnya kulit
kista), ditambahkan air tawar, kemudian kembali diaerasi kuat/diaduk, dan diendapkan. Kista
artemia yang bagus akan mengendap karena densitasnya lebih tinggi, sedangkan kista yang
'kopong' dan kotoran berdensitas rendah akan mengapung. Kista kemudian
dikumpulkan/ditampung dengan cara membuka kran bawah sampai kista habis masuk ke
penampung/ember. Sedangkan kotoran akan tetap tinggal dalam cone. Kotoran ini kemudian
dibuang.
418
Dehidrasi dengan spinner
Untuk mempercepat pengeringan, sekitar 10 kg kista artemia basah yang telah bersih dan
disortasi, didehidrasi dengan spinner (Gambar 5) untuk mengurangi kadar air. Kista artemia (atau
biomasanya) dibungkus plankton net 100 µm yang diikat kuat kemudian dimasukkan ke dalam
spinner dan diatur merata dalam tabung untuk diputar selama sekitar 5 menit. Spinner untuk
dehidrasi berupa tabung stainless steel yang diputar dengan penggerak mesin ½ PK (350 watt)
yang dapat menghasilkan putaran hingga 2.000 rpm. Pada bagian bawah tabung tedapat lubang
sebagai outlet air. Mesin penggerak spinner dapat diatur kecepatan dan waktu putar alatnya
dengan daya 350 watt atau ½ PK.
Alat pengering yang digunakan untuk mengeringkan kista berupa rotary drum dryer hasil rancang
bangun BBP4B-KP (Gambar 6) yang dirancang untuk mengeringkan 10 kg kista hingga mencapai
kadar air kurang dari 10% dalam waktu kurang dari 8 jam dengan hasil akhir kista artemia kering
yang daya tetasnya lebih dari 70%. Mutu produk kista artemia kering yang dihasilkan jauh lebih
baik dari mutu kista artemia kering yang dihasilkan dari berbagai alat pengering kista artemia
yang pernah dikembangkan di Indonesia.
Alat pengering kista artemia ini terdiri dari drum akrilik sebagai ruang pengering yang dapat
berputar dengan kecepatan 10 rpm untuk proses pengadukan. Alat dilengkapi dengan pintu
pemasukan dan pengeluaran kista. Selama proses pengeringan kista yang ada di dasar drum
terangkat dengan adanya baffle dan jatuh kembali seiring dengan naiknya baffle karena
berputarnya drum. Kista yang ada di dalam drum tidak dapat keluar karena tertahan oleh kasa.
Selama proses pengeringan, kista yang teraduk sekaligus dihembus oleh udara panas yang
o o
suhunya dapat diatur dengan menggunakan thermostat sekitar 35 C–40 C. Alat pengering ini
dilengkapi dengan dehumidifier untuk mengurangi kandungan air pada udara yang masuk
pengering sehingga membantu mempercepat proses pengeringan.
419
menggunakan double seamer. Akan lebih baik bila dikemas dalam keadaan vakum. Dalam
kemasan kaleng, kista artemia dapat bertahan 1 tahun bila disimpan di tempat yang kering dan
sejuk, dan akan lebih lama pada suhu rendah atau beku.
Selain itu, kista artemia yang baik harus bersih, tidak mengandung kotoran seperti pasir, pecahan
kulit, kristal garam, sampah atau kotoran lain. Hatching synchrony nya harus tinggi; yaitu ketika
diinkubasikan pada 33 g/l air laut pada 25oC, nauplii pertama harus sudah muncul setelah 12-16
jam inkubasi (T0) dan nauplius terakhir harus sudah menetas 8 jam kemudian (T100). Ketika
hatching synchrony rendah (T100-T0> 10 jam) nauplii yang menetas pertama telah mengkonsumsi
banyak cadangan energinya, saat nauplii terakhir menetas dan panen artemia telah selesai.
Selanjutnya, karena waktu inkubasi total melebihi 24 jam maka pembudidaya tidak dapat
melakukan restock dalam wadah yang sama untuk panenan hari berikutnya, yang mengakibatkan
biaya infrastruktur yang lebih tinggi.
Efisiensi penetasan (yaitu jumlah nauplii yang menetas per gram kista) dan persentase penetasan
(total persentase kista yang benar-benar menetas) kadang-kadang bervariasi antara produk
artemia yang satu dengan yang lain dan akan berpengaruh terhadap harga. Efisiensi penetasan
merupakan kriteria yang lebih baik daripada persentase penetasan karena mempertimbangkan
kandungan atau kotoran (misalnya kulit kista kosong). Jika efisiensi penetasan kista komersial
nilainya 100.000 nauplii/g kista, maka efisiensi ini dinilai rendah. Untuk mutu prima, misalnya
kista artemia dari Great Salt Lake, dapat menghasilkan 270.000 nauplii/g kista (dengan
persentase penetasan >90%), bahkan untuk jenis kista yang kecil dapat menghasilkan nauplii
lebih banyak lagi (kurang lebih 320.000 nauplii/g kista).
420
wadah penetasan. Ke dalam wadah penetasan diberikan aerasi yang diberikan dari dasar tabung.
Untuk menjaga agar kista tetap berada dalam suspensi dan untuk mencegah terbentuknya buih,
aerasi diberikan tidak terlalu kuat. Setelah 24 jam inkubasi, diambil 6 sub-sampel (250 l) dari
masing-masing wadah penetasan. Masing-masing sub-sampel dipipet ke dalam botol kecil dan
dicampur nauplii dengan menambahkan beberapa tetes larutan lugol.
Jumlah nauplii (ni) pada masing-masing botol kecil (I= 6 sub-sampel) kemudian dihitung di bawah
mikroskop, kemudian dihitung nilai rata-ratanya (N) dari semua botol kecil. Selain itu, dihitung
juga kista yang sudah menonjol/umbrella (ui) dan dihitung nilai rata-ratanya (U). Kista yang dalam
tahap umbrella ini adalah tahap ketika embrio akan melepaskan diri dari cangkang namun masih
menggantung ke cangkang. Dalam waktu singkat embrio ini akan terlepas dari cangkang dan
selimut membran yang kemudian berenang-renang sebagai nauplii.
Kista hasil dekapsulasi yang tidak menetas dan kista kosong yang terikut ditambah dengan 1 tetes
larutan NaOH (40 g/100 ml aquadest) dan 5 tetes larutan pemutih (5,25 % NaOCl) ke dalam
masing-masing tabung kecil. Pada masing-masing botol (I= 6) dihitung embrio yang tidak menetas
(ei) yang berwarna oranye dan dihitung nilai rata-ratanya (E).
Dengan demikian, dari penghitungan di atas akan diperloleh nilai N (rata-rata jumlah nauplii),
nilai U (rata-rata jumlah kista yang akan menetas dan telah membentuk umbrella), dan nilai E
(kista yang tidak menetas). Berdasarkan hasil penghitungan tersebut maka daya tetas kista
artemia dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut.
N
H(%)= x 100%
(N+U+E)
Dari nilai daya tetas tiap botol dapat dihitung nilai rata-ratanya, kemudian dihitung standar
deviasi dari 3 ulangan. Hasil tersebut dinyatakan sebagai nilai akhir daya tetas. Tabung penetasan
dibiarkan untuk 24 jam berikutnya, sub sampel diambil lagi, serta H% dan HE dihitung untuk
inkubasi 48 jam. Dari pengujian tersebut juga dapat dihitung efisiensi penetasan atau hatching
efficiency (HE) nya dengan perhitungan sebagai berikut.
N x 4 x 800
HE= (1,6)
atau: HE= N x 2.000*
421
Laju penetasan atau hatching rate (HR): sub-sampel diambil dan HE dihitung dari 12 jam inkubasi
sejak di dalam air laut (prosedur sama seperti yang di atas). Sampling/prosedur penghitungan
dilanjutkan sampai nilai rata-rata, agar HE tetap konstan, selama 3 jam berturut-turut. Nilai rata-
rata tiap jam dinyatakan sebagai persentase dari HE maksimal. Kurva penetasan dapat digambar
(diplotkan) dan T10, T90 dapat diekstrapolasi dari grafik ini. Sebuah prosedur sederhana terdiri atas
pengambilan sampling, misalnya setiap 3 jam sekali atau lebih.
Perlengkapan atau peralatan yang diperlukan untuk menghitung daya tetas, persentase
penetasan, efisiensi penetasan dan laju penetasan dan dibuat dengan sederhana. Perlengkapan
tersebut terdiri atas rak bersusun yang dilengkapi dengan alat penerang (lampu) minimal 2.000
lux. Kekuatan penerangan ini dapat diperoleh dengan menggunakan satu buah lampu neon 60
watt atau dua buah lampu pijar 40 watt dengan jarak penyinaran dari lampu ke wadah penetasan
adalah 20 cm. Wadah penetasan artemia berupa wadah gelas transparan yang tersusun di bawah
sinar lampu.
4. KEUNGGULAN TEKNOLOGI
Teknologi penanganan dan pengeringan artemia ini dirancang dengan menggunakan alat
pengering drum putar (rotary drum dryer) untuk skala UKM dengan keunggulan sebagai berikut.
Teknologi ini dapat dikategorikan sebagai teknologi baru karena belum ditemukan aplikasinya
di Indonesia
Teknologi ini merupakan teknologi tepat guna yang mudah diterapkan di lapangan dalam
skala usaha komersial oleh pelaku usaha skala UKM hingga rumah tangga.
Peralatan yang digunakan dibuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh dan murah serta
mudah dioperasikan
Alat pengering yang digunakan dapat diproduksi di seluruh Indonesia dengan biaya relatif
murah dan menggunakan daya listrik yang kecil
Bahan baku dapat disediakan dengan memanfaatkan tambak garam dan diintegrasikan
dengan produksi garam
Teknologi ini praktis tidak menghasilkan limbah sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan
Kinerja teknologi ini dapat menghasilkan kista artemia untuk pakan udang dan ikan dengan
daya tetas lebih dari 70%
422
5. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN, SERTA WILAYAH/DAERAH YANG
DIREKOMENDASIKAN
Penelitian tentang penanganan dan pengeringan kista artemia telah dimulai sejak tahun 1999
dan dilanjutkan kembali untuk perbaikan alat pengering, uji di lapangan, dan pengajuan paten
mulai tahun 2004 hingga 2008. Uji di lapangan dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan mulai dari penyuluh maupun pelaku usaha budidaya artemia dan petambak garam.
Asumsi perhitungan
Perhitungan laba-rugi usaha penanganan dan pengeringan kista artemia ini menggunakan data
yang diperoleh pada pertengahan tahun 2012 di daerah sub-urban kota besar. Pembaharuan
data dan penyesuaian terhadap asumsi tersebut perlu dilakukan jika terjadi perubahan-
perubahan harga sesuai dengan waktu dan daerahnya.
Usaha ini dirancang untuk dioperasikan dengan menggunakan alat pengering artemia (kapasitas
terpasang 10 kg kista artemia basah per proses) yang dikembangkan oleh BBP4B-KP dengan
kapasitas operasional optimal 80% dari kapasitas terpasang (8 kg kista artemia basah), dengan
waktu pengeringan 8 jam pada suhu 35-40oC. Pada pengeringan dengan kapasitas operasional
80%, artemia basah yang ditiriskan di tambak (kadar air 60%) dapat dikeringkan menjadi artemia
kering (kadar air ≤ 10% atau kurang) dengan rendemen sekitar 45% dan daya tetas lebih dari
70%. Dengan daya tetas yang tinggi tersebut kista artemia kering dijual dengan harga Rp.
600.000,- per kg.
Usaha ini dapat dijalankan dengan menggunakan 3 orang tenaga kerja, yaitu 1 orang sebagai
pengelola (pemilik usaha) dan 2 orang tenaga pembantu. Dalam perhitungan laba-rugi, pengelola
atau pemilik usaha dihitung mendapatkan gaji tetap yang dibayarkan 6 bulan dalam satu tahun.
Tenaga pembantu (sebaiknya laki-laki) dibayar dengan sistim upah harian.
423
Lahan dan bangunan tempat usaha
2
Lahan tempat usaha dihitung berdasarkan kebutuhan, yaitu bangunan 100 m dengan halaman di
sekeliling bangunan untuk mobilitas, sehingga diperlukan lahan 15 x 15 m seluas 225 m 2 yang
diperoleh dengan cara sewa sehingga perlu dihitung nilai penyusutannya. Besarnya penyusutan
adalah 20% untuk jangka waktu sewa 5 tahun,
atau 10% untuk jangka waktu sewa 10 tahun.
Peralatan penting lainnya adalah alat saring bertingkat (Gambar 3) untuk membersihkan artemia
dari kotoran besar seperti daun, plastik, lumut, rumput, dan sebagainya. Apabila artemia basah
dari tambak telah bersih dari kotoran besar, alat saring bertingkat ini tidak diperlukan lagi. Alat
lainnya adalah alat sortasi mutu kista artemia (Gambar 4) yang dioperasikan menggunakan garam
jenuh dan air tawar untuk memisahkan lumpur dan artemia yang telah kosong (cangkang). Selain
itu, diperlukan pula alat pengemas berupa sealer yang memiliki heater lebar sehingga sesuai
dengan kemasan alumunium yang digunakan.
424
Peralatan bantu yang digunakan dalam usaha ini adalah timbangan (kecil dan besar), ember,
jerigen, keranjang, refraktometer untuk uji salinitas air, peralatan untuk uji daya tetas artemia,
kaca pembesar dan counter (untuk uji daya tetas), dan sebagainya. Diasumsikan peralatan bantu
ini dapat tahan hingga 5 tahun.
Alur proses pengeringan artemia ditetapkan seperti yang telah diuraikan di bagian terdahulu,
yaitu menggunakan artemia basah yang telah dibersihkan dan ditiriskan di tambak dengan kadar
air sekitar 60%, disortasi, kemudian ditiriskan menggunakan spinner (mesin cuci). Setelah tiris,
artemia dikeringkan pada suhu 35-40oC selama 6 jam dengan kecepatan angin diatur 1,5 m/det
pada waktu suhu 35oC dan 0,75 m/det ketika suhu 40oC. Setelah itu, artemia kering didinginkan
dan dikemas dalam kemasan plastik alumunium dengan isi 100 g/kemasan.
Bahan artemia basah (kapasitas operasi 80%) yang digunakan adalah 8 kg per hari. Jika rendemen
pengeringan 45%, maka akan diperoleh artemia kering dengan kadar air 10% sebanyak 3,6 kg per
hari. Jika artemia kering dikemas 100 g/kemasan, maka diperoleh 36 kemasan per hari. Jika
setiap 100 kemasan dikemas lagi dalam dos, maka diperoleh 9 dos/bulan atau 54 dos/tahun.
Untuk sortasi mutu digunakan larutan garam jenuh 30% sebanyak 40 liter sehingga jumlah garam
yang digunakan sekitar 12 kg/hari. Garam juga diperlukan untuk uji daya tetas artemia. Untuk uji
daya tetas ini digunakan larutan garam 33 ppt sebanyak 880 ml. Setiap uji daya tetas dilakukan
dengan 3 kali ulangan dan 3 variasi waktu (12, 24 dan 48 jam) dan dilakukan setiap 2 minggu
sekali, maka diperlukan garam untuk uji daya tetas sebanyak 0,54 kg/bulan. Bahan lain yang
diperlukan untuk uji daya tetas adalah larutan lugol dalam jumlah sedikit (1 botol/tahun). Bahan
lain yang diperlukan adalah kaporit yang digunakan untuk disinfektan. Untuk kaporit ini dapat
digunakan larutan kaporit komersial yang biasa digunakan untuk mencuci pakaian dan
diestimasikan memerlukan 4 botol sedang per bulan.
425
200 liter atau sekitar 30 m3 per tahun. Kebutuhan tersebut dipenuhi dengan menggunakan air
tanah yang dipompa.
Daya listrik diperlukan untuk pengeringan artemia (3.000 watt, selama 6 jam/hari) dengan asumsi
pemanasan efektif 40%. Maka daya listrik terpasang ditetapkan 3.500 watt. Selain untuk
pengeringan, listrik diperlukan untuk spinner, blower/aerator, sealer, lampu penerangan dan uji
daya tetas, serta pompa air. Diestimasikan, total kebutuhan daya listrik adalah 12,35 kWh/hari
atau 1.825 kWh/tahun. Untuk beban 3.500 watt tersebut biaya daya listrik adalah Rp. 1.279,- per
kWh. Dengan listrik prabayar maka tidak lagi diperlukan uang langganan.
Dengan perhitungan harga kista artemia basah Rp. 175.000/kg dan harga kista artemia kering Rp.
600.000,-/kg, maka usaha penanganan dan pengeringan kista artema yang mampu memproduksi
kista artemia kering 3,6 kg/hari atau 540 kg/tahun diperoleh keuntungan usaha sebagai berikut.
426
9. FOTO DAN SPESIFIKASI
A B
Gambar 4. Pemisahan kotoran dengan air garam jenuh (A) dan air tawar (B).
427
Gambar 5. Spinner untuk meniriskan kista artemia sebelum dikeringkan.
428
LAMPIRAN
Tabel 1. Asumsi harga.
URAIAN HARGA UNIT
1. Lahan dan bangunan
Tanah Rp. 150.000 /m2
Bangunan berdinding Rp. 1.500.000 /m2
Bangunan berkawat Rp. 1.000.000 /m2
Pagar Rp. 250.000 /m2
2. Mesin
Alat pengering rotary drum dryer Rp. 36.000.000 /unit
Spinner (mesin cuci) Rp. 2.500.000 /unit
Blower (aerator) Rp. 1.200.000 /set
Alat saring bertingkat Rp. 1.000.000 /unit
Alat sortasi mutu kista artemia Rp. 4.500.000 /unit
Alat pengemas Rp. 1.250.000 /unit
3. Bahan dan produk
Artemia basah Rp. 175.000 /kg
Artemia kering Rp. 600.000 /kg
4. Bahan lain
Garam krosok Rp. 650 /kg
Kaporit komersial (sedang) Rp. 10.000 /kg
Lugol Rp. 150.000 /kg
5. Listrik
Pemasangan Rp. 3.500.000 /unit
Beban pemakaian Rp. 1.279 /kWh
6. Bahan bakar
Bensin Rp. 6.500 /L
7. Kemasan
Al foil Rp. 2.500 /unit
Dos Rp. 5.000 /dos
429
Mesin dan Peralatan
Mesin 1 pkt 50.950.000 50.950.000
Peralatan pendukung 1 pkt 10.342.500 10.342.500
Furniture dan Kantor
Furniture 1 pkt 5.252.000 5.252.000
Peralatan kantor 1 pkt 1.700.000 1.700.000
Kendaraan bermotor
Speda motor (roda 2) 1 unit 16.000.000 16.000.000
Pemasang pompa air 1 set 5.000.000 5.000.000
Pemasangan listrik 3500 watt 1 pkt 3.500.000 3.500.000
Biaya tak terduga 5% 256.494.500 12.824.725
Total Investasi 269.319.225
Untuk tahun pertama, usaha penananganan dan pengeringan kista artemia memerlukan dana Rp.
528.312.282,- yaitu untuk investasi (Rp. 269.319.225,-) dan biaya produksi (Rp. 258.993.057,-).
Pada awal usaha perlu disediakan dana paling tidak sebesar biaya investasi ditambah dengan
kebutuhan dana untuk biaya produksi 1 bulan dari produksi 6 bulan per tahun (Rp. 43.165.510,-)
dengan catatan bahwa pembayaran atas hasil penjualan sudah dapat diterima seminggu setelah
430
pengiriman barang. Dengan demikian diperlukan dana awal untuk investasi dan biaya produksi
selama 1 bulan tersebut Rp. 312.484.735. Jika 60-70% dari dana tersebut dapat diperoleh dari
pinjaman Bank (Rp 200.000.000,-) dengan bunga 18%, maka perlu disediakan dana sendiri sekitar
Rp. 112.484.735,-
1. STRUKTUR BIAYA
Total biaya (investasi & produksi) Rp. 528.312.282
Investasi Rp. 269.319.225
Biaya produksi Rp. 258.993.057
Biaya produksi tetap Rp. 20.631.867
Biaya produksi tidak tetap Rp. 238.361.190
2. PROSES PRODUKSI
Kapasitas alat (kg/hari) 10
Kapasitas produksi (kg/hari) 8
Bahan baku (kg/tahun) 1.200
Produk (kg/tahun) 540
3. PENJUALAN DAN PERHITUNGAN LABA-RUGI
Artemia basah (Rp/kg) Rp. 175.000
Artemia kering (Rp/kg) Rp. 600.000
Keuntungan bersih/th ~ 6 bulan Rp. 57.531.145
Keuntungan bersih/bulan Rp. 9.588.524
4. BEP DAN RETURN OF INVESTMENT
Produksi untuk BEP (Kg) 108,34
Harga penjualan untuk BEP/Kg Rp. 493.461
Kemampuan menghasilkan laba 1,25
Pengembalian Modal 4,68 tahun
431