UNTAD
RINGKASAN
SEMINAR PRAKTEK LAPANG AKUAKULTUR (PLA)
Dosen Pembahas :
Hari Tanggal :
Tempat :
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan Sidat merupakan salah satu jenis ikan yang dapat hidup pada perairan
laut, payau hingga air tawar (Affandi, 2005). Ikan Sidat juga bersifat katadromus
atau memiliki siklus hidup yang berawal dari laut pada fase telur dan fase
leptocephalus kemudian melakukan ruaya ke perairan payau hingga tawar pada fase
glass eel, elver dan fingerling (Suryati, dkk, 2016).
Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan salah satukomoditas perikanan air tawar
yang memiliki nilai jual yang tinggi bahkan permintaan ekspor ikan sidat terus
meningkat terutama permintaan dari pasar Jepang (Lestari, dkk, 2016). Permintaan
pasar global konsumsi ikan sidat mencapai kisaran 268.342 ton/tahun dengan
kisaran harga pemasaran Rp. 180.000 hingga Rp. 225.000/Kg. Namun pemenuhan
kebutuhan akan permintaan pasar global belumlah tercukupi. Jepang merupakan
salah satu negara dengan permintaan kebutuhan komsumsi ikan sidat sangat tinggi
yaitu sebesar 130.000 ton/tahun, namun yang tercukupi hanya 21.000 ton atau
sekitar 16,8% (KKP, 2011 dalam Scabra dkk, 2016) . Tingginya kandungan vitamin
A, B1, B2, B6, C, D, protein albumin, DHA dan EPA pada daging ikan sidat
membuat komoditas ini banyak digemari di pasar internasional (Rovara, 2010
dalam Putri dkk, 2016). Guna memenuhi tingginya permintaan tersebut, teknologi
pembudidayaan ikan sidat di Indonesia terus dikembangkan walaupun masih
sebatas pembesaran hingga mencapai ukuran konsumsi (Lestari, dkk, 2016)
Kegiatan budidaya ikan sidat dilakukan dengan tiga tahapan pemeliharaan
mencakup pemeliharaan elver dengan berat benih 1-2 gram dengan waktu
pemeliharaan 1,5 – 2 bulan, selanjutnya untuk fase fingerling dengan berat 10-20
gram dengan waktu pemeliharaan 2-3 bulan, sedangkan untuk mencapai ukuran
konsumsi dengan berat 150-250 gram diperlukan waktu pemeliharaan 7-9 bulan
(Affandi dan Suhenda, 2003 dalam Rusmaedi, 2010)
PT. Laju Banyu Semesta Bogor (labas) merupakn salah satu perusahaan
yang bergerak dalam bidang perikanan air tawar dengan komoditas ikan sidat
sebagai komoditi utamanya. Adapun kegiatan yang dilaksanakan didalamnya
mencakup, pemeliharaan glass eel, elver fingerling, pembesaran sampai prosesing
(pengolahan), selain itu, dilakukan juga berbagai kegiatan edukasi dengan tujuan
memperkenalkan teknologi pembudidayaan dan kandungan gizi yang terdapat pada
ikan sidat (Anguilla bicolor.) kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, PT. Labas
menjadi lokasi yang dituju untuk melaksanakan Praktek Lapang Akuakultur (PLA).
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Praktek Lapang Akuakultur (PLA) bertujuan untuk menambah wawasan
ilmu, keterampilan dan kompetensi mahasiswa dalam teknik pemeliharaan ikan
sidat (Anguilla bicolor) serta dapat mengetahui permasalahan dan solusi dalam
kegiatan pemeliharaan elver ikan sidat (Anguilla bicolor). Kegunaan dari Praktek
Lapang Akuakultur (PLA) yaitu sebagai informasi penunjang untuk menambah
pengetahuan mengenai kegiatan teknis budidaya Ikan sidat (Anguilla bicolor.).
3
Bahan yang digunakan pada pemeliharaan elver ikan sidat yaitu alat tulis, air
bersih, pakan pasta, pakan cacing darah, probiotik, garam, dan daun ketapang
kering.
PT. Laju Banyu Semesta terletak dikaki gunung salak, tepatnya di Desa Cibening,
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PT. Laju Banyu Semesta Bogor
Berdiri diatas lahan dengan luas 200 m2 , lokasi perusahaan ini dekat dengan sumber air
sungai cisunar yang airnya berasal langsung dari mata air yang berada di gunung salak ,
sehingga sangat strategis guna kegiatan budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor). Lokasi PT.
Laju Banyu Semesta Bogor juga terletak dekat dengan jalan raya sehingga akses
transportasi sangat mudah dijangkau dengan kendaraan umum dan roda empat. Selain itu,
PT. Laju Banyu Semesta juga berada di lingkungan masyarakat yang juga melakukan
budidaya sistem alami.
6
Awalnya PT. Laju Banyu Semesta Bogor bernama CV. MITRA BINA
USAHA yang didirikan pada tahun 2011 dan memiliki lokasi yang berbeda-beda
di empat wilayah Kabupaten Bogor, yaitu di Cimanggu dan Cibanteng untuk
pemeliharaan Glass eel, Bogor Nirwana Recidence untuk Elver Fingerling dan
Gadog untuk pembesaran. Sejak awal berdirinya perusahaan ini, telah melakukan
berbagai riset pada dalam pemeliharaan Glass eel sampai pada pembesaran, riset
ini meliputi teknik budidaya, pengetahuan pembuatan pakan, rekayasa teknologi,
desain wadah, pengelolan kualitas air serta pendidikan sumberdaya manusia. Sejak
awal, perusahaan ini telah melakukan berbagai macam kemitraan dengan pelaku
usaha lainnya yang berbegerak didalam bidang budidaya ikan sidat (Anguilla
bicolor) mulai dari penangkapan hingga pengolahan pasca panen.
Setelah itu, pada bulan Agustus 2012, perusahaan ini memulai membangun
sarana dan prasarana teknologi budidaya sidat, meliputi teknologi pengolahan air,
wadah pemeliharaan glass eel, elver fingerling, pembesaran, pabrik pengolahan
ikan sidat (Anguilla sp) serta pabrik pakan. Searah dengan perkembangan
perusahaan yang semakin pesat maka perusahaan ini beralih dari sebuah CV
menjadi perusahaan PT dan berganti nama menjadi PT. LAJU BANYU
SEMESTA, yang beralamat di Jl. Kampung Cipicung satu RT 02 / RW 09, Desa
Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
3.1.3. Struktur organisasi PT. Laju Banyu Semesta Bogor
PT. Laju Banyu Semesta Bogor telah memiliki struktur yang disusun secara
sistematis dengan sanat baik, struktur organisasi ini disusun guna memudahkan
koordinasi di bidang kerja masing-masing, berikut adalah tugas dan fungsi dari
setiap jabatan yang ada di PT. Laju Banyu Semesta Bogor. Strktur organisasi PT.
Laju Banyu Semesta Bogor dapat dilihat pada gambar 2.
7
1. Komisaris
Komisaris memiliki tugas dan fungsi untuk melakuka pengawasan baik
secara umum maupun secara khususn sesuai dengan anggaran dasar serta dapat
memberi nasihat dan masukan kepada direktur utama mengenai pengembangan PT.
Laju Banyu Semesta Bogor.
2. Direktu Utama
Direktu utama memiliki tugas untuk melakukan urudan dan melaporkan
kepada komisaris, serta menerapkan visi dan misi dengan searah yang akan
dilaksanakan oleh karyawan perusahaan PT. Laju Banyu Semesta Bogor. Selain itu
direktur utama juga bertanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan tugas
masing-masing bawahan serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan jika
terjadi penyimpangan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memberikan
bimbingan serta petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahannya.
3. General Manager
General manager memiliki tugas untuk memimpi, mengelola dan
mengawasi segala hal yang berkaitan dengan jalannya roda perusahaan, serta
melaporkan hasil perusahaan kepada direktur utama. General manager juga dapat
melakukan pengarahan kepada bawahanya baik itu mengenai produksi itu sendiri
maupun pendidikan sumber daya manusia.
4. Manajer Akuakultur
Manajer akuakultur memiliki tugas memimpin, mengelola dan
mengkoordinasikan segala hal yang berkaitan dengan proses produksi pada
perusahaan. Serta melaporkan dan mempertanggung jawabkan hasil perusahaan
kepada pimpinan.
5. Manajer Marketing
Manajer marketing memiliki tugas memimpin, mengelola dan
mengkoordinasikan segala hal yang berkaitan dengan pemasaran hasil produksi
atau jasa dari PT. Laju Banyu Semesta Bogor.
6. Administrasi
Administrasi memiliki tugas untuk menyusun, mencatan data dan informasi
terbaru yang berkaitan dengan perusahaan.
7. Research dan Development
Research dan Development memiliki tugas untuk meneliti dan
mengembangkan produksi dan teknologi budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor)
yang dapat diterapkan di PT. Laju Banyu Semesta Bogor
8. Kepala Bagian
Kepala bagian memiliki tugas mempertanggung jawabkan keberlangsungan
kegiatan produksi agar dapat berjalan dengan lancer dan dapat memenuhi target
produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
9. Teknisi
Teknisi merupakan karyawan yang memiliki kompetensi dalam bidang
teknologi budidaya ika sidat (Anguilla bicolor). Teknisi memiliki tugas
melaksanakan kegiatan produksi yang ada di perusahaan sesuai dengan aturan dan
kegiatan yang telah dijadwalkan.
8
Komisaris
H. Rahmat dan Farid Wiyardi
Direktur Utama
Deni Firmansyah
General Manager
Angga Kurniawan
Wakil
Wakil Wakil
Kepala
Kepala Kepala
Bagian
Bagian Bagian Glass
Kolam dan
Roundtank Eel
Pakan
dan selang spiral yang terdapat dibagian bawahnya guna pembuangan kotoran dan
sisapakan. Wadah pemeliharaan di roundtank ini menggunakan sistem resirkulasi
dengan menggunakan bak fiber filter yang terpisah dengan ukuran 100x85x50 cm
dan disusun dengan menggunakan filter fisik berupa lamella, filter net, biofoam,
dan kapas filter. Filter biologi berupa bioball, sinar UV sterilizer dan filter imia
berupa tabung sand filter dan batu zeolite. Sistem resirkulasi dijalankan dengan
menggunakan pompa merek Resun PG 1500.
3.1.5.3. Sumber Air
Sumber air yang digunakan pada pemiliharaan elver beasal dari air sungai
cisunar yang akan di akan dialirkan ke wadah bak fiber filter untuk dilakukan
treatment air, pada wadah bak fiber filter berisi komponen filter fisik berupa
lamella, filter net, biofoam, batu zeolite dan kapas filer. Filter fisik digunakan untuk
menyaring dan mengendapkan kotoran yang berasal dari air sungai cisunar.
Pencucian filter dan pembuangan endapan kotoran dilakuka 2 minggu sekali. Air
dari sungai cisunar dipompa dengan menggunakan pompa merek Shimizu PS-230
BIT dengan daya 220 volt kemudian air dialirkan ke bak penmpugan reservoir 1
dan disaring kembali menggunakan filter kimia berupa tabung sand filter guna
menyaring ion amoniak dan filter biologi berupa filter UV sterilizer guna
mematikan mikroba yang terdapat pada air. Setelah itu, air dialirkan ke reservoir 2
guna menampung air sebelum dialirkan ke wadah budidaya. Pemilihan lokasi
budidaya juga didasarkan atas adanya sumber air yang berkualitas dan berkuantitas
yang sesuai dengan pemeliharaan ikan sidat, selain itu itu, diperlukan juga kondisi
lingkungan budidaya yang menunjang serta bahan baku pakan yang terdia dalam
jumlah besar (Liviawati dan Afrianto, 2005 dalam Kusen dkk, 2015)
3.1.5.4. Sumber Listrik
Sumber listrik yang digunaka pada kegiatan pemelihraan elver ika sidat
menggunakan listrik PLN dengan kekuatan 8.000 watt guna menghidupkan sistem
resirkulasi dan sistem aerasi. Langkah antisipasi yang dilakukan jika terjadi
pamadaman listrik dengan menggunakan listrik yang berasal dari generator set yang
bermerek FIRMAN FPG8800E2 denga kekuatan 7.000 watt
3.1.5.5. Sumber Aerasi
Sistem aierasi digunakan untuk emenuhi kebutuhan oksigen dalam
kegiatan pemilaharaan elver ikan sidat. Sumber aerasi pada kegiatan pendederan II
ini, berasal dari hi-blow dengan model HP 200 dandaya 110 watt dengan kapasitas
aerasi 200 titik yang dialirkan melalui pipa 1 inci dang dismbngkan denan
mengunakan pipa 3/4 inci guna menambahkan tekanan udara yang ada, selain itu,
dignakan juga Aerotube pada ujung pipa aeasi sebagai pengelembung oksigen
didalam wadah pemeliharaan.
11
9. Tabung Oksigen
Tabung oksigen digunakan pada saat pengemasan ikan hidup, tabung oksigen
berisi gas oksigen yang berfungsi sebagai sumber oksigen ikan pada saat dikemas
dalam plastik. Tabung iksigen yang digunakan memiliki tingi 150 cm dan
berkapasitas 60 Kg. pengemasan menggunakan kantong plastik berukuran 40x60
cm dan 50x100 cm.
dengan dosis 5 mg/L atau 0,005 ml/L dan didiamkan selama 24 jam, setelah itu
dilakukan pembuangan air desinfektan dari wadah pemeliharaan, lalu dicuci bersih
hingga aroma klorin hilang. Budiaya yang dilakkan dengan sisem intensif yang
menerapkan padat penebaran yang tinggi dan pemberian pakan yang tinggi pula,
hal ini berakibat pada penurunan kualitas air yang disebabkan oleh banyaknya sisa
pakan dan sisa metabolisme ikan, hal ini akan memicu tingginya nilai amoniak pada
air budidaya (Samsundari dan Wirawan, 2013)
Proses selanjutnya yaitu pengisian air baru pada wadah pemeliharaan,
setelah air pada wadah terisi penuh dilakukan pengecekan sitem aerasi dan sistem
pompa resirkulasi. Pencucian dop outlet dan shelter hanya dilakukan dengan
menggunakan air, kotorang yang menempel dibersihkan dengan cara disikat hingga
terlihat bersih kemudian dibilas dengan menggunakan air bersih. Pencucian filter
kimia, tabung sand filter yang berisi zeolit dilakukan dengan cara isi tabung berupa
batu dan pasir zeolite dikeluarkan kemudian diletakkan pada Styrofoam,
selanjutnya batu dan pasir zeolit direndam dengan salinitas 30 ppt menggunakan
garam kristal, perendaman bertujuan mengeluarkan kation-kation yang berada
dalam kerangka zeolit sehingga permukaan zeolit bertambah luas dan berkurangnya
kotoran yang menutupi pori-pori dari zeolit dan akan kembali dapat bekerja dengan
baik. Batu dan pasir zeolit yang telah direndam kemudian dibilas hingga bersih
lalau dijemur dibawah terik matahari hingga kering, setelah kering, zeolit siap
digunakan kembali. Sedangkan filter fisik berupa lamella, kapas filter, filternet, dan
biofilter dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih dan dikepakkan hinga
kotoran pada filter bersih. Setelah semua komponen wadah pemelihara bersih,
dialakukan pemasangan seluruh komponen pemeliharaan seperti dop outlet dan
shelter pada sisi bak pemeliharaan, dilakukan juga pemasangan daun ketapang
dengan dosis 10 lembar untuk 100 L air. Pemberian dilakukan sebanyak 5 ikat
dengan jumlah 10 lembar per ikatan, pemberian daun ketapang dimaksudkan
sebagai antibakteri. Kemudian sistem aerasi dan sitem resirkulasi dijalankan selama
24 jam sebelum benih ditebar. Daun ketapang mengandung seyawa kimia berupa
tannin dan flavonoid yang bersifat sebagai antibakteri (Tropical aquaworld, 2006
dalam Sumino dkk, 2013)
3.2.3. Penebaran Benih
Benih elver yang akan ditebar pada bak fiber bulat brasal dari stadia
pemeliharaan glass eel atau dari mitra PT. Laju Banyu Semesta Bogor, dengan borat
rata-rata 3 g/ekor. Langkah awal yang dilakuakan pada penebaran benih yaitu
dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu, box styrofoam, seser,
aerator, lampu, ember, timbangan, tikar dan hand counter. Bahan yang digunakan
yaitu air bersih dan garam kristal. Box styrofoam dibuka dan plastik pengemasan
beih dicuci hingga bersih dengan menggunakan air yang mengalir, selanjutnya
dilakukan aklimatisasi suhu selama 30 menit dengan cara benih pada yang masih
da didalam plastik diletakkan pada air wadah pemeliharaan yan telah disiapkan
sebelumnya, dan dibiarkan terapung pada wadah bak fiber hingga suhu air pada
wadah sama dengan suhu air yang ada didalam kantung plastik. Selanjutnya air
dalam kemasan plastik dikelaurkan dan elver yang ada didalamnya disaring dengan
menggunakan seser halus, benih selanjutnya dipindahkan kedalam box styrofoam
16
berisi air yang sebelumnya telah disiapkan sebelumnya. Poses adaptasi dilakukan
pada saat ikan bar didatangkan. Adaptasi bertujuan untuk menyesuaikan kondisi
ikan sidat pada wadah pemeliharaan yang baru (Sholeh, 2004)
Kegiatan selanjutnya dilakukan grading dan sortasi, benih yang telah
dipisahkan berdasarkan ukurannya, kemudian ditimbang dan dihitung jumlahnya.
Penebaran dilakukan dengan padat penebaran 1340 ekor/m. Selanjutnya benih
direndam dengan menggunakan air garam bersalinitas 30 ppt selama 10 detik.
Perendaman benih pada air garam selama 10 detik bertujuan sebagai shock teraphy
untuk mematikan bakteri air tawar yang terdapat pada benih.
Tabel 3. Data penebaran benih elver ikan sdat (Anguilla sp)
Bak Fiber Biomassa awal (g) Populasi (Ekor) Bobot rata-rata (g/ekor)
B1 6,020 1541 4
B2 7,760 1521 5
B3 4,680 1014 5
B4 7,560 747 10
C1 7,052 718 10
C2 4,800 287 17
C3 7,260 513 14
C4 6,640 484 14
E1 6,560 1648 4
E2 7,180 1320 5
E3 6,770 486 14
E4 4,080 482 8
sedangkan pada minggu kedua pakan cacing dikurangi degan perbandingan 75%
pellet pasta dan 25% cacing darah. Minggu ketiga dan selanjutnya pakan yng
digunakan seluruhnya pakan pellet. Adaptasi pakan digunakan untuk menyesuaikan
kondisi ikan dengan wadah pemeliharaan yang baru, selama masa adaptasi pakan,
pakan yang digunakan berupa campura pakan alami (Sholeh, 2004). Ikan sidat
merupakan salah satu ikan karnivora sehinga membutuhkan asupan protein yang
lebih besar, ikan sidat memiliki kebutuhan protein berkisar antara 45-50%
(Tomiyama dan Hibiya, 1992 dalam Mahi, 2000), kebutuhan lemak berkisar 5-10
%, kebutuhan mineral kalsium 2.700 mg/kg, magnesium 400 mg/kg, fosfor 2.500-
3.200 mg/kg, besi 17mg/kg, mineral 2% dalam pakan dan Vitamin E 200
mg/kg(Arai, 1998 dalam Mahi, 2000)
3.2.5. Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk menjaga kualitas air air agar tetap
optimal dan sesuai dengan kebutuhan elver ikan sidat yang dipelihara. Kegiatan
pengelolaan kuitas air yang dilakukan pada roundtank pemeliharaan elver ikan sidat
yaitu pembuangan sisa pakan dan kotoran yang dikeluarkan melalui selang spiral.
Pembuangan kotoran melalui selang spiral dilakukan 2 jam setelah pemberian
pakan. pembuangan kotoran melalui selang spiral dilakukan hingga kotoran yang
terdapat didasar bak pemeliharaan telah dikeluarkan semua sekaligus dilakukan
pergantian air sebanyak 15%-30% per hari, pencucian filter dilakukan setiap 2 hari
sekali ditujuka untuk perbaikan kualitas air. Sumber air yang digunakan berasal dari
air sungai cisunar yang telah difilter dan ditampung kembali dlam reservoir I dan
reservoir II, setelah itu air dialirkan kedalam wadah pemeliharaan. Perbaikan
kulitas air juga dilakukan dengan pemberian probiotik 2 setiap satu minggu sekali
dengan dosis 2 mg/L atau 0,002 ml/L. Probiotik mengandung senyawa bakteri
nitrifikasi kemolitotrifik gram negatif yaitu Nitrosomonas, Nitrosococcus,
Nitrobacter, Nitrococcus, dan Nitrospira. Proses nitrifikasi oleh bakteri dengan
cara bakteri nirifikasi mengubah ion amoniak menjadi senyawa nitrit kmudian
dteriksidasi menjadi nitrat yang bersifat mudah menguap bersamaan dengan
oksigen yang berasal dari aerasi (Beaumont dkk, 2002 dalam Khasani, 2010).
Pergantian daun ketapang juga dilakukan sebanyak 5 ikat yang berisi 50
lembar setiap satu minggu sekali. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan
setiap hari pada sore hari berikut data parameter kulaitas air yang ada di PT. Laju
Banyu Semesta Bogor. Ikan sidat memiiki pertubuhan yang baik pada kisaran
kualitas air pada suhu yang tinggi yaitu 29-300C, pH berkisar 6,5-9,0, Oksigen
terlarut 5-6 mg/L, alkalinitas CaCo3 mg/L, amoniak <0,1 mg/L, salinitas 7 ppt
(Affandi dan Suhenda, 2003 dalam Rusmaedi dkk, 2010). Daun ketapang memiliki
kandungan senyawa kimia berupa kandngan metaloid sekunder seperti golongan
flavon, flavonoid kuersetin dan flavan (Malik dkk, 1993 dalam Fauziah dan
Syahmani, 2011). Selain berfungsi sebagai antibakteri, daun ketapang juga
memiliki fungsi dalam memperbaiki kualitas air yaitu dapat menurunkan nilai
derajat keasaman (pH) dan mengubah warna air menjadi berwarna kecoklatan
(Kadarini dkk, 2010).
18
Tabel 3. Parameter Kualitas Air pemeliharaan elver ikan sidat (Angilla sp)
selama 24 jam, dengan tujuan membersihkan semua sisa pakan tang masih terdapat
didalam tubuh ikan. Menurut Akbar (2016), pemberokan dilakukan dengan tujuan
untuk mempertahankan mutu dan kesehatan benih ikan, dengan cara ikan
dipuasakan untuk mengosongkan lambung ikan. Pemberokan dilakukan dengan
menggunakan air bersih, yang mengalir serta memiliki kandungan oksigen yang
cukup. Kemudian dilakukan penyerokan ikan dengan menggunakan seser pada satu
titik yaitu tempat belindung ikan (shelter), lalu dipindahkan kedalam wadah
styrofoam yang sebelumnya telah diberi air dan aerasi untuk selanjutnya disortir
dan grading sesuai ukuran. Sortasi merupakan pengelompokan ikan berdasarkan
ukurannya, sedangkan grading merupakan pengelompokan ikan berdasarkan
kualitas dan kesehatanna. Proses selanjutnya dilakukan penimbangan untuk
mengetahui bobot dan jumlah populasi sehingga dapat diketahui bobot
pertumbuhan rata-rata ikan selama pemeliharaan.
Pemanenan ikan elver ikan sidat setelah memiliki bobot 10-20 g/ekor
untuk selanjutny dipindahkan kewadah fingerling. Pemanenang yang dilakukan di
PT. Laju Banu Semesta Bogor adalah secara parsial dan total. Pemanenan secaa
parsial dilakukan apabila ukuran ikan dalam satu wadah belum seragam, ikan yang
belum mencapai ukuran panen akan dipelihara kembali. Sedangkan panen total
dilakukan jika ukuran ikan yang telah dipanen telah seragam. Sortasi dan gradin
dilakukan untuk menyeragamkan ukuran dan kualitas ikan dalam wadah
pemeliharaan, sehingga tidak terjadi persaigan dalam wadah pemeliharaan.
3.2.8. Penanganan Pasca Panen
Penanganan pasca panen merupakan tahap lanjuta dari proses pemanenan
baik pemanenan secara parsial maupun panen total. Kegiatan pasca panenn juga
dilakukan sortasi dan grading untuk memisahkan ukuran dan kulaitas benih ikan
sidat sesuai dengan permintaan pembeli atau kebutuhan pemeliharaan lanjutan.
Selanjutnyadilakukan penimbangan dan menghitung jumlah populasi ikan yang
akan dikemas.
Pengemasan ikan dilakukan dengan menggunakan plastik pengemasan poly
ethylene (PE) yang memiliki ukuran 50x100 cm, lalu ditambahkan air sebanyak 2
L dengan kepadatan elver 7-10 kg/kantong. Perbandingan air dengan oksigen yang
digunakan adalah 2:3. Kemudian kantong plastik yang telah berisi benih
dimasukkan kedalam box styrofoam dan ditambahkan es batu ukuran 500 gram
sebanyak 2 buah yang ditempatkan di kedua sisinya sebagai pengatur suhu agar
ikan tetap nyaman dan kurang bergerak selama perjalan. Kemudian box strefoam
ditutp rapat dengan menggunakan lakban. Pemberian air yang lih sedikit pada pada
saat pengepakan ikan sidat didalam kantong plastik bertujuan untuk memudahkan
ikan sidat dalam mengambil oksigen untuk tetap bertahan hidup hingga sampai
pada tujuan. Ikan sidat memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung
daru udara, dikarenakan ikan sidat memiliki kemapuan dalam mengabsorbsi
oksigen melalui seluruh permukaan tubuhnya (Tesch, 2003)
20
4.2. Saran
Penulis menyarankan agar kedepanya dalam sistem pemeliharaan ikan sidat
secara intensif perlu adanya peralatan mesin sortir, hal ini dikerenakan jika sortir
dilakukan secara manual dapat mengakibatkan ikan semakin stress sehingga
tingkat kematian setelah penyortiran semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. 2005. Strategi pemanfaatan sumberdaya Ikan sidat, Anguilla spp. di
Indonesia. Jurnal Iktiologi Indonesia. Vol. 5 (2) : 77-81
Affandi, R., Budiardi, T., Wahju, R, I., dan Taurusman, A, A. 2013. Pemeliharaan
Ikan sidat dengan sistem air berirkulasi. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
Vol 8 (1) : 55-60
Akbar, J. 2016. Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budidaya Perairan).
Banjarmasin. Lambung Mangkurat University Press.
Fauziah, S., dan Syahmani. 2011. Potensi antioksidan kulit batang tumbuhan
ketapang (Terminalia catappa linn.). Jurnal Inovasi Pendidikan Sains,
Vol. 2 (1) : 69-80
Haifan, M. 2017. Review Kajian Aplikasi Teknologi Ozon untuk Penanganan Buah,
Sayuran dan Hasil Perikanan. Jurnal IPTEK. Vol. 1 (1) : 15-21
Kadarini, T., Subandiyah, S., Rohny, S dan Kusrini, E. 2010. Adaptasi dan
pemeliharaan ikan hias gurame coklat (Sphaerychtys ophronoides) dengan
penambahan daun ketapang. Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur
Khasani, I. 2010. Pemanfaatan bioteknologi berbasis mikroorganisme guna
mendukung peningkatan produktivitas perikanan nasional. Julnal Media
Akuakultur. Vol. 5 (1) : 22-31
Kusen, K, O., Tumbol, R, A dan Monoppo, H. 2015. Identifikasi Penyakit Bakterial
Pada Benih Sidat (Anguilla marmorata) di Balai Budidaya Air Tawar
Tatelu. Junal Budidaya Perairan. Vol. 3 (1) : 68-73
21