Anda di halaman 1dari 22

1

UNTAD
RINGKASAN
SEMINAR PRAKTEK LAPANG AKUAKULTUR (PLA)

Judul : Teknik Pemeliharaan Elver Ikan Sidat


Anguilla bicolor di PT. Laju Banyu
Semesta Bogor
Nama : Muamar

NIM : O 271 14 064

Dose Pembimbing : Dr. Ir Fadly Y.Tantu, M.Si (…………………..)

Dosen Pembahas :

Hari Tanggal :

Tempat :
2

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan Sidat merupakan salah satu jenis ikan yang dapat hidup pada perairan
laut, payau hingga air tawar (Affandi, 2005). Ikan Sidat juga bersifat katadromus
atau memiliki siklus hidup yang berawal dari laut pada fase telur dan fase
leptocephalus kemudian melakukan ruaya ke perairan payau hingga tawar pada fase
glass eel, elver dan fingerling (Suryati, dkk, 2016).
Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan salah satukomoditas perikanan air tawar
yang memiliki nilai jual yang tinggi bahkan permintaan ekspor ikan sidat terus
meningkat terutama permintaan dari pasar Jepang (Lestari, dkk, 2016). Permintaan
pasar global konsumsi ikan sidat mencapai kisaran 268.342 ton/tahun dengan
kisaran harga pemasaran Rp. 180.000 hingga Rp. 225.000/Kg. Namun pemenuhan
kebutuhan akan permintaan pasar global belumlah tercukupi. Jepang merupakan
salah satu negara dengan permintaan kebutuhan komsumsi ikan sidat sangat tinggi
yaitu sebesar 130.000 ton/tahun, namun yang tercukupi hanya 21.000 ton atau
sekitar 16,8% (KKP, 2011 dalam Scabra dkk, 2016) . Tingginya kandungan vitamin
A, B1, B2, B6, C, D, protein albumin, DHA dan EPA pada daging ikan sidat
membuat komoditas ini banyak digemari di pasar internasional (Rovara, 2010
dalam Putri dkk, 2016). Guna memenuhi tingginya permintaan tersebut, teknologi
pembudidayaan ikan sidat di Indonesia terus dikembangkan walaupun masih
sebatas pembesaran hingga mencapai ukuran konsumsi (Lestari, dkk, 2016)
Kegiatan budidaya ikan sidat dilakukan dengan tiga tahapan pemeliharaan
mencakup pemeliharaan elver dengan berat benih 1-2 gram dengan waktu
pemeliharaan 1,5 – 2 bulan, selanjutnya untuk fase fingerling dengan berat 10-20
gram dengan waktu pemeliharaan 2-3 bulan, sedangkan untuk mencapai ukuran
konsumsi dengan berat 150-250 gram diperlukan waktu pemeliharaan 7-9 bulan
(Affandi dan Suhenda, 2003 dalam Rusmaedi, 2010)
PT. Laju Banyu Semesta Bogor (labas) merupakn salah satu perusahaan
yang bergerak dalam bidang perikanan air tawar dengan komoditas ikan sidat
sebagai komoditi utamanya. Adapun kegiatan yang dilaksanakan didalamnya
mencakup, pemeliharaan glass eel, elver fingerling, pembesaran sampai prosesing
(pengolahan), selain itu, dilakukan juga berbagai kegiatan edukasi dengan tujuan
memperkenalkan teknologi pembudidayaan dan kandungan gizi yang terdapat pada
ikan sidat (Anguilla bicolor.) kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, PT. Labas
menjadi lokasi yang dituju untuk melaksanakan Praktek Lapang Akuakultur (PLA).
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Praktek Lapang Akuakultur (PLA) bertujuan untuk menambah wawasan
ilmu, keterampilan dan kompetensi mahasiswa dalam teknik pemeliharaan ikan
sidat (Anguilla bicolor) serta dapat mengetahui permasalahan dan solusi dalam
kegiatan pemeliharaan elver ikan sidat (Anguilla bicolor). Kegunaan dari Praktek
Lapang Akuakultur (PLA) yaitu sebagai informasi penunjang untuk menambah
pengetahuan mengenai kegiatan teknis budidaya Ikan sidat (Anguilla bicolor.).
3

II. METODE PRAKTEK LAPANG AKUAKULTUR (PLA)

2.1. Waktu dan Tempat


Praktek Lapang Akuakultur (PLA) dilaksanakan pada tanggal 1 November
2017 sampai dengan 1 Desember 2017, bertempat di PT. Laju Banyu Semesta
Bogor, Jawa Barat, Jl. Kampung Cipicung Satu RT 02/RW 09 Desa Cibening,
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

2.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam lraktek lapang akuakultur mengenai teknik
pemeliharaan elver ikan sidat (Anguilla bicolor) tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan

Nomor Nama Alat Spesifikasi Fungsi


1 Alat ukur kualitas air WATER Sebagai sebagai alat yang
QUALITY digunakan untuk megukur kualitas
METER air berupa suhu, salinitas, DO dan
model 8603 pH
CE
2. Troli Sebagai alat yang digunakan untuk
mengangkat barang yang berkaitan
dengan kegiatan budidaya.
3. Feeding Tray 40x60 cm Sebagai wadah pemberian pakan
ikan.
4 Seser besar dan kecil Seser besar digunakan untuk
menangkap ikan pada saat
peanenan dan menyaring air pada
saat pembuangan kotoran dari
selang spiral sedangkan seser kecil
digunakan untuk menyaring
kotoranyang berada di dasar bak.
5. Dop Outlet Sebagai pintu pengeluaran air,
sehingga air dapat bereserkulasi
6 Shelter Panjang 30 cm Sebagai tempat berlindung dan
bersembunyi ikan sidat
7 Aerotube Panjang 7 cm Sebagai pembagi gelembung udara
didalam bak pemeliharaan
8 Selang Spiral Sebagai saluran pemuangan
kotoran dan sisa pakan.
9 Baskom kecil dan 2 L dan Digunakan sebagai tempat untuk
Sendok sendok makan mencampur pakan dengan air guna
pembuatan pakan pellet pasta
10 Timbangan digital 5 kg Digunakan untuk menimbang
estimasi pakan yang diberikan per
hari
4

11 Ember besar 10 L Digunakan untuk mengukur dan


menyimpan air yang keluar
bersamaan dengan sisa pakan dan
kotoran dari selang spiral
12 Ember kecil 2L Digunakan untuk menyimpan dan
membuang organisme yang mati
13 Hand Counter Digunakan untuk menghitung
jumlah ikan pada saat akan
dilakukan penebaran dan
pemanenan
14 Selang Digunakan untuk mengalirkan air
pada saat pencucian bak.
15 Bak Styrofoam 60x30 cm Digunakan sebagai tempat ntuk
memisahkan ikan sidat sesuai
dengan ukurannya pada saat
dilakukan grading
16 Sikat Digunakan untuk membersihkan
lumut dan kotoran yang menenpel
pada alat budidaya.
17 Pompa air Resun PG- Digunakan untuk memompa air
1500 budidaya yang telah difilter ntuk
dimasukkan kembali kedalam bak
pemeliharaan
18 Hi-blow model HP Digunakan untuk menyuplai
200, daya 210 oksigen
Watt dengan
kekuatan 200
titik.
19 Filter net Sebagai filter fisik untuk menyaring
kotoran yang terdapat pada air
budidaya
20 Kapas filter Sebagai filter fisik menyaring
partikel halus dari kotoran yang
teradapat pada air
21 Biofoam Sebagai filter fisik dan kimia untuk
memfilter kotoran dan ion amoniak
yang masih terdapat pada air
22 Lamella Sebagai filter fisik untuk
mengendapkan kotoran yang
terdapat pada air
23 Filter UV Stilizer Sebagai Filter kimia untuk
mematikan mikroba yang terdapat
pada air
24 Bioball Sebagai filter biologi untuk
menyaring ion amoniak yang
terdapat pada air
5

Bahan yang digunakan pada pemeliharaan elver ikan sidat yaitu alat tulis, air
bersih, pakan pasta, pakan cacing darah, probiotik, garam, dan daun ketapang
kering.

2.3. Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan Praktek Lapang Akuakultur (PLA) di PT. Laju Banyu
Semesta Bogor, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data
sekunder.
Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan cara mengikuti dan
mempelajari kegiatan yang dilaksanakan di PT. Laju Banyu Semesta Bogor serta
melakukan diskusi dan wawancara dengan para teknisi. Sedangkan pengumpulan
data sekunder diperoleh dari laporan-laporan dan referensi yang menunjang
pembahasan objek
2.4. Kegiatan yang Dilaksanakan
Kegiatan pemeliharaan Ikan Sidat (Anguilla sp) yang dilaksanakan pada
Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Laju Banyu Semesta Bogor adalah:
1. Pengenalan organisme Ikan Sidat (Anguilla sp)
2. Pemeliharaan Elver Ikan Sidat (Anguilla sp) hingga mencapai ukuran 1-2
gram, yang mencakup : persiapan wadah, penebaran benih, pemberian pakan,
pengelolaan kualitas, pencegahan penyakit dan grading
3. Kegiatan pendederan guna mencapai ukuran 10-50 gram.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Keadaan Umum Lokasi Praktek Lapang Akuakultur (PLA)

3.1.1. Letak Geografis

PT. Laju Banyu Semesta terletak dikaki gunung salak, tepatnya di Desa Cibening,
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PT. Laju Banyu Semesta Bogor
Berdiri diatas lahan dengan luas 200 m2 , lokasi perusahaan ini dekat dengan sumber air
sungai cisunar yang airnya berasal langsung dari mata air yang berada di gunung salak ,
sehingga sangat strategis guna kegiatan budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor). Lokasi PT.
Laju Banyu Semesta Bogor juga terletak dekat dengan jalan raya sehingga akses
transportasi sangat mudah dijangkau dengan kendaraan umum dan roda empat. Selain itu,
PT. Laju Banyu Semesta juga berada di lingkungan masyarakat yang juga melakukan
budidaya sistem alami.
6

Gambar 1. Lokasi PT. Laju Banyu Semesta Bogor

3.1.2. Sejarah Singkat PT. Laju Banyu Semesta Bogor

Awalnya PT. Laju Banyu Semesta Bogor bernama CV. MITRA BINA
USAHA yang didirikan pada tahun 2011 dan memiliki lokasi yang berbeda-beda
di empat wilayah Kabupaten Bogor, yaitu di Cimanggu dan Cibanteng untuk
pemeliharaan Glass eel, Bogor Nirwana Recidence untuk Elver Fingerling dan
Gadog untuk pembesaran. Sejak awal berdirinya perusahaan ini, telah melakukan
berbagai riset pada dalam pemeliharaan Glass eel sampai pada pembesaran, riset
ini meliputi teknik budidaya, pengetahuan pembuatan pakan, rekayasa teknologi,
desain wadah, pengelolan kualitas air serta pendidikan sumberdaya manusia. Sejak
awal, perusahaan ini telah melakukan berbagai macam kemitraan dengan pelaku
usaha lainnya yang berbegerak didalam bidang budidaya ikan sidat (Anguilla
bicolor) mulai dari penangkapan hingga pengolahan pasca panen.
Setelah itu, pada bulan Agustus 2012, perusahaan ini memulai membangun
sarana dan prasarana teknologi budidaya sidat, meliputi teknologi pengolahan air,
wadah pemeliharaan glass eel, elver fingerling, pembesaran, pabrik pengolahan
ikan sidat (Anguilla sp) serta pabrik pakan. Searah dengan perkembangan
perusahaan yang semakin pesat maka perusahaan ini beralih dari sebuah CV
menjadi perusahaan PT dan berganti nama menjadi PT. LAJU BANYU
SEMESTA, yang beralamat di Jl. Kampung Cipicung satu RT 02 / RW 09, Desa
Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
3.1.3. Struktur organisasi PT. Laju Banyu Semesta Bogor
PT. Laju Banyu Semesta Bogor telah memiliki struktur yang disusun secara
sistematis dengan sanat baik, struktur organisasi ini disusun guna memudahkan
koordinasi di bidang kerja masing-masing, berikut adalah tugas dan fungsi dari
setiap jabatan yang ada di PT. Laju Banyu Semesta Bogor. Strktur organisasi PT.
Laju Banyu Semesta Bogor dapat dilihat pada gambar 2.
7

1. Komisaris
Komisaris memiliki tugas dan fungsi untuk melakuka pengawasan baik
secara umum maupun secara khususn sesuai dengan anggaran dasar serta dapat
memberi nasihat dan masukan kepada direktur utama mengenai pengembangan PT.
Laju Banyu Semesta Bogor.
2. Direktu Utama
Direktu utama memiliki tugas untuk melakukan urudan dan melaporkan
kepada komisaris, serta menerapkan visi dan misi dengan searah yang akan
dilaksanakan oleh karyawan perusahaan PT. Laju Banyu Semesta Bogor. Selain itu
direktur utama juga bertanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan tugas
masing-masing bawahan serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan jika
terjadi penyimpangan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memberikan
bimbingan serta petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahannya.
3. General Manager
General manager memiliki tugas untuk memimpi, mengelola dan
mengawasi segala hal yang berkaitan dengan jalannya roda perusahaan, serta
melaporkan hasil perusahaan kepada direktur utama. General manager juga dapat
melakukan pengarahan kepada bawahanya baik itu mengenai produksi itu sendiri
maupun pendidikan sumber daya manusia.
4. Manajer Akuakultur
Manajer akuakultur memiliki tugas memimpin, mengelola dan
mengkoordinasikan segala hal yang berkaitan dengan proses produksi pada
perusahaan. Serta melaporkan dan mempertanggung jawabkan hasil perusahaan
kepada pimpinan.
5. Manajer Marketing
Manajer marketing memiliki tugas memimpin, mengelola dan
mengkoordinasikan segala hal yang berkaitan dengan pemasaran hasil produksi
atau jasa dari PT. Laju Banyu Semesta Bogor.
6. Administrasi
Administrasi memiliki tugas untuk menyusun, mencatan data dan informasi
terbaru yang berkaitan dengan perusahaan.
7. Research dan Development
Research dan Development memiliki tugas untuk meneliti dan
mengembangkan produksi dan teknologi budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor)
yang dapat diterapkan di PT. Laju Banyu Semesta Bogor
8. Kepala Bagian
Kepala bagian memiliki tugas mempertanggung jawabkan keberlangsungan
kegiatan produksi agar dapat berjalan dengan lancer dan dapat memenuhi target
produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
9. Teknisi
Teknisi merupakan karyawan yang memiliki kompetensi dalam bidang
teknologi budidaya ika sidat (Anguilla bicolor). Teknisi memiliki tugas
melaksanakan kegiatan produksi yang ada di perusahaan sesuai dengan aturan dan
kegiatan yang telah dijadwalkan.
8

Komisaris
H. Rahmat dan Farid Wiyardi

Direktur Utama

Deni Firmansyah

General Manager
Angga Kurniawan

Manajer Akuakultur Manajer Marketing


Krisna Dani Bahari Sholihin Prihartono

Akuntansi dan Administrasi

Research Kepala Kepala Kepala


dan bagian Glass Bagian Bagian
Development Eel dan Pegolahan Pembesaran
Fingerling dan Pakan

Wakil
Wakil Wakil
Kepala
Kepala Kepala
Bagian
Bagian Bagian Glass
Kolam dan
Roundtank Eel
Pakan

Teknisi Teknisi Teknisi Tekni


si
Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Laju banyu Semesta Bogor
9

3.1.4. Lingkup Kegiatan di PT. Laju Banyu Semesta Bogor

3.1.4.1. Pemeliharaan Benih Glass Eel Sampai Pengolahan Ikan sidat


(Anguilla bicolor)
Kegiatan yang dilakukan di PT. Laju Banyu Semesta Bogor meliputi
pengolaha kualitas air yaitu proses penyaringan air yang berasal dari air sungai
cisunar yang dipompa kemudian difilter menggunakan filter fisika, kimia dan
biologi. Selanjutnya pemeliharaan benih Glass Eell pada wadah akurium yang
dilakukan pada ruang tertutup, pemeliharaan elver dan fingerling pada wadah bak
fiber yang dilakukan di roundtank, kegiatan pembesaran yang dilakukan pada bak
beton dengan sitem air reserkulasi, serta prosesing (pengolahan ikan sidat) menjadi
olahan, dengan olahan prioritas utama yaitu Sidat Labasaki. Sistem rserklasi
dignakan untuk mengurangi pembuangan bahan yang digunakan dalam
memperbaiki kualitas air budidaya seperti air bersuhu, garam, probiotik,keeper dan
lain-lain) sistem ini digunakan juga untuk mengurangi biaya perbaikan lingkungan
budidaya (Affandi dkk, 2013)

3.1.4.2. Penyebaran Teknologi dan Kemitraan


Penyebaran teknologi yang dilakukan di PT. Laju Banyu Semesta Bogor
berupa kegiatan pelayanan informasi dan publikasi. Penyebaran teknologi
dilakukan melalui sarana kemitraan dengan pihak lain yang menggeluti bidang
usaha yang berkaitan dengan budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor), konsultasi
meliputi kontruksi budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor), pelatihan teknik
budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor), magang mahasiswa praktek dan juga
penelitian

3.1.5. Fasilitas Utama


3.1.5.1. Roundtank
Roundtank merupakan sebuah bagunan atau ruang khusus yang dirancang
secara tertutup guna pemeliharaan elver dan fingerling ikan sidat. Perancangan
gedung yang dibuat secara tertutup guna megoptimalkan kualitas air dan
pemeliharaan elver dan fingerling ikan sidat. Luas Lahan roundtank yang terdapat
di PT. Laju Banyu Semesta adalah 380 m2, dan memiliki beberapa fasilitas guna
pemeliharaan berupa bak fiber bulat, rak penyimpanan pakan dan pralatan
pendukun yang dibutuhkan guna keiatan pemeliharaan.
3.1.5.2. Wadah Pemeliharaan
Wadah yang digunakan guna pemeliharaan ikan sidat pada fase elver dan
fingerling berupa bak fiber bulat (Gambar 6 a). Bak fiber bulat yang digunakan
guna pemeliharaan elver berdiameter 1.25 m dengan volme air 795 L, dengan tinggi
air mencapai 60 cm. wadah bak fiber yang digunakan guna pemeliharaan juga
dilengkapi dengan feeding tray yang digunakan sebagai tempat pembrian pakan
ikan, shelter yang digunakan sebagai tempat berlindung dan bersembunyi ikan sidat
dan pipa dop yang digunakan sebagai saluran pengeluaran air. Selain itu, wadah
pemeliharaan juga dilegkapi dengan central drain dengan menggunakan pipa 2 inci
10

dan selang spiral yang terdapat dibagian bawahnya guna pembuangan kotoran dan
sisapakan. Wadah pemeliharaan di roundtank ini menggunakan sistem resirkulasi
dengan menggunakan bak fiber filter yang terpisah dengan ukuran 100x85x50 cm
dan disusun dengan menggunakan filter fisik berupa lamella, filter net, biofoam,
dan kapas filter. Filter biologi berupa bioball, sinar UV sterilizer dan filter imia
berupa tabung sand filter dan batu zeolite. Sistem resirkulasi dijalankan dengan
menggunakan pompa merek Resun PG 1500.
3.1.5.3. Sumber Air
Sumber air yang digunakan pada pemiliharaan elver beasal dari air sungai
cisunar yang akan di akan dialirkan ke wadah bak fiber filter untuk dilakukan
treatment air, pada wadah bak fiber filter berisi komponen filter fisik berupa
lamella, filter net, biofoam, batu zeolite dan kapas filer. Filter fisik digunakan untuk
menyaring dan mengendapkan kotoran yang berasal dari air sungai cisunar.
Pencucian filter dan pembuangan endapan kotoran dilakuka 2 minggu sekali. Air
dari sungai cisunar dipompa dengan menggunakan pompa merek Shimizu PS-230
BIT dengan daya 220 volt kemudian air dialirkan ke bak penmpugan reservoir 1
dan disaring kembali menggunakan filter kimia berupa tabung sand filter guna
menyaring ion amoniak dan filter biologi berupa filter UV sterilizer guna
mematikan mikroba yang terdapat pada air. Setelah itu, air dialirkan ke reservoir 2
guna menampung air sebelum dialirkan ke wadah budidaya. Pemilihan lokasi
budidaya juga didasarkan atas adanya sumber air yang berkualitas dan berkuantitas
yang sesuai dengan pemeliharaan ikan sidat, selain itu itu, diperlukan juga kondisi
lingkungan budidaya yang menunjang serta bahan baku pakan yang terdia dalam
jumlah besar (Liviawati dan Afrianto, 2005 dalam Kusen dkk, 2015)
3.1.5.4. Sumber Listrik
Sumber listrik yang digunaka pada kegiatan pemelihraan elver ika sidat
menggunakan listrik PLN dengan kekuatan 8.000 watt guna menghidupkan sistem
resirkulasi dan sistem aerasi. Langkah antisipasi yang dilakukan jika terjadi
pamadaman listrik dengan menggunakan listrik yang berasal dari generator set yang
bermerek FIRMAN FPG8800E2 denga kekuatan 7.000 watt
3.1.5.5. Sumber Aerasi
Sistem aierasi digunakan untuk emenuhi kebutuhan oksigen dalam
kegiatan pemilaharaan elver ikan sidat. Sumber aerasi pada kegiatan pendederan II
ini, berasal dari hi-blow dengan model HP 200 dandaya 110 watt dengan kapasitas
aerasi 200 titik yang dialirkan melalui pipa 1 inci dang dismbngkan denan
mengunakan pipa 3/4 inci guna menambahkan tekanan udara yang ada, selain itu,
dignakan juga Aerotube pada ujung pipa aeasi sebagai pengelembung oksigen
didalam wadah pemeliharaan.
11

3.1.6. Fasilitas Pendukung


3.1.6.1. Bangunan
Bangunan merupakan tempat berteduh, mengelola dan menyimpan segala
hal yang berkaitan dengan kegiatan manusia. Sebagai salah satu faktor pendukung
yang sangat penting, bangunan sangat menunjang dalam kegitan budidaya yang
dilakukan di PT. Laju Banyu Semesta Bogor, mulai dari kegiatan awal produksi
hingga proses akhir processing. Bangunan yang terdapat di PT. Laju Banyu
Semesta antara lain, kantor Budidaya dengan luas 2x4 m, berfungsi sebagai tempat
mengelola data produksi, memantau prkembangan setiap station dan mencatat
administrasi yang berkaitan dengan kegiatan budidaya.
Terdapat juga bangunan pabrik pakan yang digunakan sebagai tempat
menyimpan stok pakan dan meramu pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan
sidat. Ruang Procssing digunakan sebagai tempat pegolahan ikan sidat market size
dan menyumpan hasil olahan ikan sidat yang telah diolah. Pendopo merupakan
bangunan yang digunakan sebagai tempat bertemunya tamu dengan manager PT.
Laju Banyu Semesta Bogor dan sebagai tempat berkumpul guna pengarahan
sebelum kerja dumulai, pendopo juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai musholla
untukkegiatan sholat berjamaah baik karyawan maupun pengunjung. Tempat
tinggal karyawan yang digunakan sebagai tempat tingg al dan istirahat karyawan
dan mahasiswa PKL.
3.1.6.2. Transportasi
Sarana transportasi yang dimiliki PT. Laju Banyu Semesta Bogor berupa
satu unik kendaraan roda empat tipe Daihatsu 1300 cc (Gambar 11 a) dan satu unit
kendaraan roda dua tipe Honda Beat 110 cc (Gambar 11 b). alat transportasi
tersebut digunakan sebagai alat pengangkutan pemasaran olahan ikan sidat, barang
kebutuhan budidaya ikan sidat dan kepentingan pimpinan.
3.1.6.3. Peralatan
Merupakan alat yang digunakan guna menunjung kugiatan budidaya
dengan tujuan dan spesifikasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan
pemeliharaan elverikan sidat, diantaranya timabangan digital, alat ukur kualitas air,
Feeding tray, Styrofoam, bak filter, tabung sand filter, filter ultraviolet sterilizer,
dan freezer.
1. Timbangan Digital
Timbangan digital digunakan untuk menimbang estimasi pakan yang akan
diberikan pada elver ikan sidat, menimbang ikan yang mati (mortalitas) dan garam
yang digunakan untuk treatment ikan yang ssakit dan shock terapi untuk ikan yang
baru datang. Timbangan digital yang digunakan tipe KRISS CHEF-EK9350H
dengan kapasitas 5 Kg (Gambar 12 a). sedangkan timbangan digital tipe FULGID
dengan kapasitas 30 Kg (Gambar 12 b) digunakan untuk meimbang hasil grading
dan sortir.
12

2. Alat Ukur Kualitas Air


Pengukuran kalitas air dilakukan untuk memonitoring fluktuasi kualitas air
dalam wadah pemeliharaan dan kesesuaiannya terhadap organisme ikan sidat yang
dibudidaya. Alat yang digunakan untuk mengukur kualitas air berupa alat digital
dengan tipe WATER QUALITY METER model 8603 CE, alat ini dapat digunakan
untuk mengukur kualitas air seperti suhu, pH, oksigen terlarut (DO), dan salinitas.
3. Feeding Tray
Feeding tray digunakan sebagai tempat meletakkan pakan pasta yang akan
diberikan elver hingga pembesaran. Feeding tray memiliki ukuran 50x40 cm2,
posisi feeding tray terapung diatas air wadah pemeliharaan. Rangka feeding tray
terbuat dari pipa 3/4 inci dan pipa L sebagai penghubung rangkanya, jaring pada
feeding tray terbuat dari tali rafiah yang dipintal kemudina di bentuk anyaman
persegi empat
4. Styrofoam
Styrofoam yang digunakan memiliki ukuran 70 x 40 x 50 cm3, styrofoam
(Gambar 15) berfungsi sebagai wadah pemisah berdasarkan ukuran ikan pada saat
dilakuka grading dan sortir elver yang dilakuka 1 bulan sekali. Styrofoam juga
berfungsi sebagai wadah treatment ikan menggunakan garam sebelum ikan ditebar,
dan sebagai wadah untuk mencuci batu zeolit.
5. Bak Filter
Bak fiber filter digunakan untuk memfilter air yang akan diresirkulasikan, bak
filter memiliki ukuran 100x85x50 cm , dan terdapat 3 sekat didalamnya untuk
memisahkan bak penampungan, filter fisika berupa lamella, kapas filter, biofilter,
dan filternet, filter kimia berupa batu zeolit. Sekat terakhir pada bak filter erupakan
tempat penampungan air yang telah difilter, kemudian dipompa menuju bak filter
biologi yang berisi bioball, setelah itu air dipompa untuk melewati tabung sandfilter
dan filter UV sterilizer kemudian masuk kedala wadah budidaya.

6. Tabung Sand Filter


Tabung sand filter digunakan untuk menyaring dan mengendapkan ion-ion
kimia berbahaya bagi ikan yang terdapat didalam air. Air yang difilter berasal dari
resirkulasi air budidaya yang kemudian dialirkan kembali kewadah pemeliharaan.
Tabung sand filter yang digunakan memiliki tipe WALNUT dengan kapasitas 154
L dan berisi pasir dan batu zeolite didalamnya.
7. Sinar Ultraviolet Sterilizer
Filter Sinar ultraviolet sterilizer digunakan untuk mematikan
mikroorganisme meatikan yang masih terdapaat pada air sebelum dialirkan kembali
kedalam wadah pemeliharaan. Filter yang digunakan memiliki tipe LOTUS dengan
kapasitas 30 watt (Gambar 18).
8. Freezer
Freezer digunakan sebagai tempat untuk menyimpan stok pakan cacing
darah yang telah dibekukan, pakan cacing darah digunakan sebagai pakan untuk
mengadaptasikan ikan hasil tangkapan alam yang baru masuk kewadah
pemeliharaan, serta tempat menyimpan es batu untuk kebutuhan pengemasan.
13

9. Tabung Oksigen
Tabung oksigen digunakan pada saat pengemasan ikan hidup, tabung oksigen
berisi gas oksigen yang berfungsi sebagai sumber oksigen ikan pada saat dikemas
dalam plastik. Tabung iksigen yang digunakan memiliki tingi 150 cm dan
berkapasitas 60 Kg. pengemasan menggunakan kantong plastik berukuran 40x60
cm dan 50x100 cm.

3.2. Kegiatan yang Dilaksanakan


3.2.1. Pengenalan Organisme Ikan Sidat (Anguilla Sp)
3.2.1.1. Morfologi, Anatomi dan Klasifikasi Ikan Sidat (Anguilla Sp)
Ikan sidat memiliki ciri mrfologi yang sangat menonjol yaitu adanya sirip
dada yang terletak tepat dibagian belakang kepala dengan ukuran sirip dada yang
cenderung berukuran kecil dan sepintas menyerupai telinga (Tesch, 1997 dalam
Rovara, 2007). Ikan sidat memiliki jumlah tulang belakang 100-119 buah, ikan
sidat yang hidup didaerah dengan iklim subtropis memiliki jumlah tag belakang
yang relatif lebih banyak dari ikan sidat yang hidup di daerah tropis (Matsui, 1993
dalam Rovara, 2007).
Ciri morfologi lain yang dimiliki ikan sidat yaitu memiliki kulit yang
bertekstur lembut dan sangat berlendir. Ikan sidat juga memiliki sisik yang terdapat
disepanjang sisi lateral dengan ukuran yang relatif kecil dan tersusun saling tegak
lurus antara sisik lainnya dan membentuk gambaran mozaik menyerupai anyaman
bilik bambu (Tesch, 1997 dalam Rovara, 2007)
Organ pernafasan utama ikan sidat adalah insang yang terbagi atas empat
pasang insang yang terletak di dalam rongga branchial. Setiap lembar insang terdiri
atas beberapa filamen insang dan setiap filamen terbentuk dari beberapa lamella
yang didalamnya terdapat jarigan pembuluh darah. Ikan sidat juga memiliki tutup
insang berupa lubang yang sangat kecil dan terdapat pada bagian belakang kepala,
yang digunakan untuk mempertahankan didalam rongga branchial (Tesch, 2003)
Pengelomokkan ikan sidat dapat dilakukan berdasarkan persamaan ciri
morfologi dan anatomi yang terdapat pada ikan sidat yaitu jumlah gigi di rahang
sebelah atas, jumlah tulang belakang, jarak antara sirip dorsal dan anus dan panjang
gigi. Selain it, bentuk kepala dan gigi juga dapat digunakan sebagai parameter
dalam pengelompokan ikan sidat (Tesch, 1997 dalam Rovara, 2007)
Ika sidat (Anguilla bicolor) memiliki klasifikasi yaitu, Filum : vertebrata,
subfilum : Craniata, Superkelas : Gnathostomata, Divisi : Pisces, Kelas Toleostomi,
Subkelas: Actinopterygii, Ordo: Anguilliformes, Subordo: Anguilloidea, Famili:
Anguillidae, Genus: Anguilla sp (Deelder 1986 dalam Rovara, 2007).

Gambar 21. Ikan sidat (Angulla bicolor)


14

3.2.1.2. Reproduksi Ikan Sidat (Anguilla Sp)


Ikan sidat merupakan ikan yang memiliki sifat diadrom yang masuk dalam
kategori katadromus atau ika yang melakukan ruaya dari perairan tawar menuju
perairan asin guna melakukan pemijahan. Ikan melakukan ruaya untuk mencari
lokasi pemijahan yang baik dan sesuai untuk perkembangan telur dan larva ikan
sidat setelah menetas. Ruaya ikan sidat dilakukan pada malam hari dan selama
melakukan perjalana ikan sidat tidak pernah makan sehingga terjadi penyusutan
bobot tubuh (Pankhrust, 1982 dalam Rovara, 2007)
Ikan sidat mengalami diferensiasi gonad yang terjadi melalui beberapa
tahap yang dicirikan dengan adanya struktur semacam testis yang berisi oosit, organ
ini dikenal degan nama organ syrski. Pembentukan gonad ikan sidat termasuk
kedalam gonokoris indiferen. Gonad indiferen terdapat pada ikan sidat dengan
ukuran 14,9-24,7 cm, diferensiasi kelamin sidat jantan terlebih dahulu melalui
tahapan interseks, sedangkan gonad indiferen dapat berubah secara lansung
menjadi ovarium pada ikan sidat yang memiliki ukuran 25,2-79,5 cm. sedangkan
diferensiasi sempurna menjadi testis hanya terdapat pada ikan sidat yang telah
memasuki tahapan silver eel sementara ovarium hanya ditemukan pada ikan sidat
tahap yellow eel (Aida dkk, 2003 dalam Rovara, 2007)
Pemijahan ikan sidat yang dilakukan pada perairan laut akan
menghasilkan larva atau leptochepalus, kemudian larva mengikuti pergerakan arus
hingga ke tepi laut. Selanjutnya leptocephalus berkembang menjadi glass eel yang
memiliki perubahan pigmen tubuh, glass eel selanjutnya akan tumbuh menjadi
elver dan mulai memasuki daerah sungai atau estuari. Selanjutnya elver
berkembang menjadi yellow eel. Selama proses pematangan gonad, ikan sidat akan
terus berkembang menjadi silver eel yan kemudian kembali melakukan perjalanan
ke laut untuk melakukan pemijahan sebelum akhirnya mati (Tesch, 2003).

Gambar 22. Siklus hidup ikan sidat (Anguilla bicolor)


3.2.2. Persiapan Wadah
Kegiatan awal yang dilakukan pada pemeliharaan elver ikan sidat yaitu
persipan wadah berupa pencucian seluruk komponen pemeliharaan meliputi, bak
fiber bulat, dop outlet, shelter, tabung sand filter, bak filter dan filter lamella,
filternet, bifilter dan kapas filter. Pencucian bak fiber dilakukan dengan cara
terlebih dahulu menggosok seluruh permukaan bak dengan sikat cuci agar kotoran
yang menempel dapat dikeluarkan, setelah itu bak fiber dibilas hingga bersih. Bak
fiber kemudian diisi kembali dengan air dan disinfektan menggunakan klorin
15

dengan dosis 5 mg/L atau 0,005 ml/L dan didiamkan selama 24 jam, setelah itu
dilakukan pembuangan air desinfektan dari wadah pemeliharaan, lalu dicuci bersih
hingga aroma klorin hilang. Budiaya yang dilakkan dengan sisem intensif yang
menerapkan padat penebaran yang tinggi dan pemberian pakan yang tinggi pula,
hal ini berakibat pada penurunan kualitas air yang disebabkan oleh banyaknya sisa
pakan dan sisa metabolisme ikan, hal ini akan memicu tingginya nilai amoniak pada
air budidaya (Samsundari dan Wirawan, 2013)
Proses selanjutnya yaitu pengisian air baru pada wadah pemeliharaan,
setelah air pada wadah terisi penuh dilakukan pengecekan sitem aerasi dan sistem
pompa resirkulasi. Pencucian dop outlet dan shelter hanya dilakukan dengan
menggunakan air, kotorang yang menempel dibersihkan dengan cara disikat hingga
terlihat bersih kemudian dibilas dengan menggunakan air bersih. Pencucian filter
kimia, tabung sand filter yang berisi zeolit dilakukan dengan cara isi tabung berupa
batu dan pasir zeolite dikeluarkan kemudian diletakkan pada Styrofoam,
selanjutnya batu dan pasir zeolit direndam dengan salinitas 30 ppt menggunakan
garam kristal, perendaman bertujuan mengeluarkan kation-kation yang berada
dalam kerangka zeolit sehingga permukaan zeolit bertambah luas dan berkurangnya
kotoran yang menutupi pori-pori dari zeolit dan akan kembali dapat bekerja dengan
baik. Batu dan pasir zeolit yang telah direndam kemudian dibilas hingga bersih
lalau dijemur dibawah terik matahari hingga kering, setelah kering, zeolit siap
digunakan kembali. Sedangkan filter fisik berupa lamella, kapas filter, filternet, dan
biofilter dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih dan dikepakkan hinga
kotoran pada filter bersih. Setelah semua komponen wadah pemelihara bersih,
dialakukan pemasangan seluruh komponen pemeliharaan seperti dop outlet dan
shelter pada sisi bak pemeliharaan, dilakukan juga pemasangan daun ketapang
dengan dosis 10 lembar untuk 100 L air. Pemberian dilakukan sebanyak 5 ikat
dengan jumlah 10 lembar per ikatan, pemberian daun ketapang dimaksudkan
sebagai antibakteri. Kemudian sistem aerasi dan sitem resirkulasi dijalankan selama
24 jam sebelum benih ditebar. Daun ketapang mengandung seyawa kimia berupa
tannin dan flavonoid yang bersifat sebagai antibakteri (Tropical aquaworld, 2006
dalam Sumino dkk, 2013)
3.2.3. Penebaran Benih
Benih elver yang akan ditebar pada bak fiber bulat brasal dari stadia
pemeliharaan glass eel atau dari mitra PT. Laju Banyu Semesta Bogor, dengan borat
rata-rata 3 g/ekor. Langkah awal yang dilakuakan pada penebaran benih yaitu
dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu, box styrofoam, seser,
aerator, lampu, ember, timbangan, tikar dan hand counter. Bahan yang digunakan
yaitu air bersih dan garam kristal. Box styrofoam dibuka dan plastik pengemasan
beih dicuci hingga bersih dengan menggunakan air yang mengalir, selanjutnya
dilakukan aklimatisasi suhu selama 30 menit dengan cara benih pada yang masih
da didalam plastik diletakkan pada air wadah pemeliharaan yan telah disiapkan
sebelumnya, dan dibiarkan terapung pada wadah bak fiber hingga suhu air pada
wadah sama dengan suhu air yang ada didalam kantung plastik. Selanjutnya air
dalam kemasan plastik dikelaurkan dan elver yang ada didalamnya disaring dengan
menggunakan seser halus, benih selanjutnya dipindahkan kedalam box styrofoam
16

berisi air yang sebelumnya telah disiapkan sebelumnya. Poses adaptasi dilakukan
pada saat ikan bar didatangkan. Adaptasi bertujuan untuk menyesuaikan kondisi
ikan sidat pada wadah pemeliharaan yang baru (Sholeh, 2004)
Kegiatan selanjutnya dilakukan grading dan sortasi, benih yang telah
dipisahkan berdasarkan ukurannya, kemudian ditimbang dan dihitung jumlahnya.
Penebaran dilakukan dengan padat penebaran 1340 ekor/m. Selanjutnya benih
direndam dengan menggunakan air garam bersalinitas 30 ppt selama 10 detik.
Perendaman benih pada air garam selama 10 detik bertujuan sebagai shock teraphy
untuk mematikan bakteri air tawar yang terdapat pada benih.
Tabel 3. Data penebaran benih elver ikan sdat (Anguilla sp)
Bak Fiber Biomassa awal (g) Populasi (Ekor) Bobot rata-rata (g/ekor)
B1 6,020 1541 4
B2 7,760 1521 5
B3 4,680 1014 5
B4 7,560 747 10
C1 7,052 718 10
C2 4,800 287 17
C3 7,260 513 14
C4 6,640 484 14
E1 6,560 1648 4
E2 7,180 1320 5
E3 6,770 486 14
E4 4,080 482 8

3.2.4. Pemberian Pakan


Pakan yang digunakan untuk pemeilharaan elver di PT. Laju Banyu Semesta
Bogor berupa pakan buatan pellet pasta yang diproduksi sendiri menggunakan
mesin pakan. Pakan yang diasilkan berupa tepung dan memiliki kandungan protein
sebesar 56%, nilai feeding rate (FR) 1,70% dan feed convertion rate (FCR) 1,7%,
dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari. Pemberian pakan dilakukan pada
pagi hari jam 07.00 WIB, siang pukul dan 14.00 WIB. Langkah awal dalam
pemberian pakan yaitu dengan menimbang estimasi pakan yang akan diberikan
pada ikan sesuai dengan pemberian pakan yang telah ditentukan, kemudian
ditambahkan air sebanyak 80% dari jumlah pakan yang diberikan lalu diaduk
hingga merata dengan menggunakan sendok hingga membentuk pasta. Estimasi
pemberian pakan dihitung dengan menggunakan rumus:
Estimasi pakan = Biomassa x FR (feeding rate) x jumlah Pemberian pakan/hari
Jumlah pemberian pakan disesuaikan dengan nafsu makan ikan, jika ikan
terlihat memiliki nafsu makan yang tinggi diberikn pakan 60% dari estimasi pakan
yang telah ditentukan sedangkan jika nafsu makan ikan sedikit pakan yang dibrikan
hanya 40% dari total estimasi pakan. Pakan pellet pasta kemudian dibentu bola dan
di pipihkan lalu siap diberikan pada elver dengan cara dile takkan pada feeding tray.
Ikan hasil tangkapan alam yang baru masuk aka diberikan pakan berupa cacing
darah pada minggu pertama dengan perbandingan 50:50% dengan pellet pasta,
17

sedangkan pada minggu kedua pakan cacing dikurangi degan perbandingan 75%
pellet pasta dan 25% cacing darah. Minggu ketiga dan selanjutnya pakan yng
digunakan seluruhnya pakan pellet. Adaptasi pakan digunakan untuk menyesuaikan
kondisi ikan dengan wadah pemeliharaan yang baru, selama masa adaptasi pakan,
pakan yang digunakan berupa campura pakan alami (Sholeh, 2004). Ikan sidat
merupakan salah satu ikan karnivora sehinga membutuhkan asupan protein yang
lebih besar, ikan sidat memiliki kebutuhan protein berkisar antara 45-50%
(Tomiyama dan Hibiya, 1992 dalam Mahi, 2000), kebutuhan lemak berkisar 5-10
%, kebutuhan mineral kalsium 2.700 mg/kg, magnesium 400 mg/kg, fosfor 2.500-
3.200 mg/kg, besi 17mg/kg, mineral 2% dalam pakan dan Vitamin E 200
mg/kg(Arai, 1998 dalam Mahi, 2000)
3.2.5. Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk menjaga kualitas air air agar tetap
optimal dan sesuai dengan kebutuhan elver ikan sidat yang dipelihara. Kegiatan
pengelolaan kuitas air yang dilakukan pada roundtank pemeliharaan elver ikan sidat
yaitu pembuangan sisa pakan dan kotoran yang dikeluarkan melalui selang spiral.
Pembuangan kotoran melalui selang spiral dilakukan 2 jam setelah pemberian
pakan. pembuangan kotoran melalui selang spiral dilakukan hingga kotoran yang
terdapat didasar bak pemeliharaan telah dikeluarkan semua sekaligus dilakukan
pergantian air sebanyak 15%-30% per hari, pencucian filter dilakukan setiap 2 hari
sekali ditujuka untuk perbaikan kualitas air. Sumber air yang digunakan berasal dari
air sungai cisunar yang telah difilter dan ditampung kembali dlam reservoir I dan
reservoir II, setelah itu air dialirkan kedalam wadah pemeliharaan. Perbaikan
kulitas air juga dilakukan dengan pemberian probiotik 2 setiap satu minggu sekali
dengan dosis 2 mg/L atau 0,002 ml/L. Probiotik mengandung senyawa bakteri
nitrifikasi kemolitotrifik gram negatif yaitu Nitrosomonas, Nitrosococcus,
Nitrobacter, Nitrococcus, dan Nitrospira. Proses nitrifikasi oleh bakteri dengan
cara bakteri nirifikasi mengubah ion amoniak menjadi senyawa nitrit kmudian
dteriksidasi menjadi nitrat yang bersifat mudah menguap bersamaan dengan
oksigen yang berasal dari aerasi (Beaumont dkk, 2002 dalam Khasani, 2010).
Pergantian daun ketapang juga dilakukan sebanyak 5 ikat yang berisi 50
lembar setiap satu minggu sekali. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan
setiap hari pada sore hari berikut data parameter kulaitas air yang ada di PT. Laju
Banyu Semesta Bogor. Ikan sidat memiiki pertubuhan yang baik pada kisaran
kualitas air pada suhu yang tinggi yaitu 29-300C, pH berkisar 6,5-9,0, Oksigen
terlarut 5-6 mg/L, alkalinitas CaCo3 mg/L, amoniak <0,1 mg/L, salinitas 7 ppt
(Affandi dan Suhenda, 2003 dalam Rusmaedi dkk, 2010). Daun ketapang memiliki
kandungan senyawa kimia berupa kandngan metaloid sekunder seperti golongan
flavon, flavonoid kuersetin dan flavan (Malik dkk, 1993 dalam Fauziah dan
Syahmani, 2011). Selain berfungsi sebagai antibakteri, daun ketapang juga
memiliki fungsi dalam memperbaiki kualitas air yaitu dapat menurunkan nilai
derajat keasaman (pH) dan mengubah warna air menjadi berwarna kecoklatan
(Kadarini dkk, 2010).
18

Tabel 3. Parameter Kualitas Air pemeliharaan elver ikan sidat (Angilla sp)

No. Parameter Rata-rata hasil Pengukuran Kisaran optimal


1. Suhu (oC) 29 29-30oC
2. Oksigen Terlarut (mg/L) 5.4 5-6 mg/L
4. pH 7 6-9

3.2.6. Pencegahan Hama dan Penyakit


Pencegahan hama dan penyakit yang dilakukan pada pemeliharaan elver
yaitu dengan menjaga kebersihan wadah dan seluruh fasilitas utama dan pendukung
yang digunakan selama masa pemeliharaan, penerapan biosecurity yang telah ada
yaitu mencuci tangan menggunakan sabun, mencelupkan kaki pada foot bath yang
berisi air klorin dengan dosis 5 mg/L. penerapan biosecurity personil kerja
dilakukan dengan persiapan perlengkapam kerja yang meliputi sepatu boot, pakaian
kerja, sarung tangan karet, dan masker, sedangkan sarana yang dibutuhkan yaitu
desinfektan kaki dan tangan dengan ketinggian larutan desinfektan 10 cm
(Pedoman CKIB, 2014).
Pencegahan hama dan penyakit juga dilakukan dengan pergantian daun
ketapang setiap minggu, pemberian pakan secara teratur dan tepat waktu, agar ikan
tidak kekurangan pakan dan tidak saling menyerang satu sama lainnya, serta
pembuagan kotoran dan sisa pakan setelah 2 jam pemberian pakan agar tidak terjadi
penumpukan sisa pakan dan kotoran didalam wadah perairan, sehingga dapat
merusak kualitas air, pengambilan organisme yang mati untuk ditimbun dan yang
terserang penyakit dipisahkan dan diberikan perlakuan khusus berupa pemberian
garam 5 ppt dan terapi gas ozon. Ozon (O3) merupakan oksidan yang kauat dan
memiliki potensi yang besar sebagai desinfektan yang dapat mematikan bagi
mikroorganisme, bakteri, virus dan jamur. Prosese desinfeksi ozon dalam
mematikan organisme yaitu dengan melekat pada bagai kulit atau permukaan
patogen, ozon akan menyerang diding sel sehingga mengakibatkan perubahan pada
permaebilitas sel yang dapat mengakibatkan patogen mengalami lysis. Ozon
sebagao desinfekta dapat membnuh mikroorganisme patogen sebanyak 3.250 kali
lebih cepat dan 150% tenaga oksidatifnya dibandingkan dengan klorin (Haifan,
2017). Pencegahan penyakit pada ikan sidat juga dilakukan dengan pemberian
garam dengan metode shock salinitas, pada proses ini mikroorganisme patogen
akan mengalami penurunan kadar air dalam tubuhnya sehingga terjadi tekanan
osmotik yang tinggi dan menyebabkan terjadinya proses asmosis dan plasmosis.
Proses osmosis aka menarik air keluar dari dalam jaringan bahan, sedangkan
plasmosis air yang terdapat pada sel mikroorganisme tertarik keluar, sehingga
proses kelangsungan hidup mikroorganisme terhambat (Zaelaniat, 2013 dalam
Widyastuti, 2016).
3.2.7. Pemanenan, Sortasi dan Grading
Pemanenan dilakkan apabila hasil dari masa pemelihraan yang telah
mencapai ukuran yang telah diinginkan. Pemanenan elver ika sidat setelah lama
pemeliharaan 2-3 bulan. Sebelum pemanenan ikan terlebih dahulu dipuasakan
19

selama 24 jam, dengan tujuan membersihkan semua sisa pakan tang masih terdapat
didalam tubuh ikan. Menurut Akbar (2016), pemberokan dilakukan dengan tujuan
untuk mempertahankan mutu dan kesehatan benih ikan, dengan cara ikan
dipuasakan untuk mengosongkan lambung ikan. Pemberokan dilakukan dengan
menggunakan air bersih, yang mengalir serta memiliki kandungan oksigen yang
cukup. Kemudian dilakukan penyerokan ikan dengan menggunakan seser pada satu
titik yaitu tempat belindung ikan (shelter), lalu dipindahkan kedalam wadah
styrofoam yang sebelumnya telah diberi air dan aerasi untuk selanjutnya disortir
dan grading sesuai ukuran. Sortasi merupakan pengelompokan ikan berdasarkan
ukurannya, sedangkan grading merupakan pengelompokan ikan berdasarkan
kualitas dan kesehatanna. Proses selanjutnya dilakukan penimbangan untuk
mengetahui bobot dan jumlah populasi sehingga dapat diketahui bobot
pertumbuhan rata-rata ikan selama pemeliharaan.
Pemanenan ikan elver ikan sidat setelah memiliki bobot 10-20 g/ekor
untuk selanjutny dipindahkan kewadah fingerling. Pemanenang yang dilakukan di
PT. Laju Banu Semesta Bogor adalah secara parsial dan total. Pemanenan secaa
parsial dilakukan apabila ukuran ikan dalam satu wadah belum seragam, ikan yang
belum mencapai ukuran panen akan dipelihara kembali. Sedangkan panen total
dilakukan jika ukuran ikan yang telah dipanen telah seragam. Sortasi dan gradin
dilakukan untuk menyeragamkan ukuran dan kualitas ikan dalam wadah
pemeliharaan, sehingga tidak terjadi persaigan dalam wadah pemeliharaan.
3.2.8. Penanganan Pasca Panen
Penanganan pasca panen merupakan tahap lanjuta dari proses pemanenan
baik pemanenan secara parsial maupun panen total. Kegiatan pasca panenn juga
dilakukan sortasi dan grading untuk memisahkan ukuran dan kulaitas benih ikan
sidat sesuai dengan permintaan pembeli atau kebutuhan pemeliharaan lanjutan.
Selanjutnyadilakukan penimbangan dan menghitung jumlah populasi ikan yang
akan dikemas.
Pengemasan ikan dilakukan dengan menggunakan plastik pengemasan poly
ethylene (PE) yang memiliki ukuran 50x100 cm, lalu ditambahkan air sebanyak 2
L dengan kepadatan elver 7-10 kg/kantong. Perbandingan air dengan oksigen yang
digunakan adalah 2:3. Kemudian kantong plastik yang telah berisi benih
dimasukkan kedalam box styrofoam dan ditambahkan es batu ukuran 500 gram
sebanyak 2 buah yang ditempatkan di kedua sisinya sebagai pengatur suhu agar
ikan tetap nyaman dan kurang bergerak selama perjalan. Kemudian box strefoam
ditutp rapat dengan menggunakan lakban. Pemberian air yang lih sedikit pada pada
saat pengepakan ikan sidat didalam kantong plastik bertujuan untuk memudahkan
ikan sidat dalam mengambil oksigen untuk tetap bertahan hidup hingga sampai
pada tujuan. Ikan sidat memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung
daru udara, dikarenakan ikan sidat memiliki kemapuan dalam mengabsorbsi
oksigen melalui seluruh permukaan tubuhnya (Tesch, 2003)
20

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Simpulan
Berdasarkan dari penjelasan didalam pembahasan, maka dapat ditarik
beberapa simpulan yaitu :
1. Pemilihan lokasi budidaya Ikan sidat haruslah strategis yaitu dekat dengan
sumber air, dekat dengan sarana transportasi dan pemasaran yang baik, serta
memiiki sistem kelistrikan yang memadai.
2. Fasilitas yang digunakan dalam kegitan pemeliharaan elver ikan sidat berupa
bak fiber bulat, rak penyimpanan pakan dan pralatan pendukun berupa
timabangan digital, alat ukur kualitas air, Feeding tray, Styrofoam, bak filter,
tabung sand filter, filter ultraviolet sterilizer, tabng oksigen dan freezer
3. Kegiatan pemeliharaan elver yang dilakukan meliputi persiapan wadah,
penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan kulitas air, pencegahan hama
dan penyakit, pemanenan sortasi dan grading dan penanganan pasca panen.

4.2. Saran
Penulis menyarankan agar kedepanya dalam sistem pemeliharaan ikan sidat
secara intensif perlu adanya peralatan mesin sortir, hal ini dikerenakan jika sortir
dilakukan secara manual dapat mengakibatkan ikan semakin stress sehingga
tingkat kematian setelah penyortiran semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. 2005. Strategi pemanfaatan sumberdaya Ikan sidat, Anguilla spp. di
Indonesia. Jurnal Iktiologi Indonesia. Vol. 5 (2) : 77-81
Affandi, R., Budiardi, T., Wahju, R, I., dan Taurusman, A, A. 2013. Pemeliharaan
Ikan sidat dengan sistem air berirkulasi. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.
Vol 8 (1) : 55-60
Akbar, J. 2016. Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budidaya Perairan).
Banjarmasin. Lambung Mangkurat University Press.
Fauziah, S., dan Syahmani. 2011. Potensi antioksidan kulit batang tumbuhan
ketapang (Terminalia catappa linn.). Jurnal Inovasi Pendidikan Sains,
Vol. 2 (1) : 69-80
Haifan, M. 2017. Review Kajian Aplikasi Teknologi Ozon untuk Penanganan Buah,
Sayuran dan Hasil Perikanan. Jurnal IPTEK. Vol. 1 (1) : 15-21
Kadarini, T., Subandiyah, S., Rohny, S dan Kusrini, E. 2010. Adaptasi dan
pemeliharaan ikan hias gurame coklat (Sphaerychtys ophronoides) dengan
penambahan daun ketapang. Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur
Khasani, I. 2010. Pemanfaatan bioteknologi berbasis mikroorganisme guna
mendukung peningkatan produktivitas perikanan nasional. Julnal Media
Akuakultur. Vol. 5 (1) : 22-31
Kusen, K, O., Tumbol, R, A dan Monoppo, H. 2015. Identifikasi Penyakit Bakterial
Pada Benih Sidat (Anguilla marmorata) di Balai Budidaya Air Tawar
Tatelu. Junal Budidaya Perairan. Vol. 3 (1) : 68-73
21

Lestari, N, W., Budiharjo, A dan Pangastuti, A. 2016. Bakteri heterotrof aerobik


asal saluran pencernaan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dan
potensinya sebagai probiotik. Jurnal Bioteknologi. Vol. 13 (1) : 9-17
Mahi, I, I. 2000. Pengaruh kadar protein dan imbangan energi protein pakan
berbeda trhadap retensi protein da pertumbuhan benih ikan sidat (Anguilla
bicolor bicolor). Tesis. Program Studi Ilmu Perairan. Program
Pascasarjana. Instutut Pertanian Bogor. Bogor.
Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB). 2014. Pedoman CKIB. Kementrian
Kelautan dan Perikanan
Putri, A, A, B., Yuliet dan Jamaluddin. 2016. Analisis Kadar Albumin Ikan Sidat
(Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor) dan uji aktivitas penyembuhan
luka terbuka pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Of Pharmacy.
Vol. 2 (2) : 90-95
Rovara, O. 2007. Karakteristik reproduksi, upaya maskulinisasi dan pematangan
gonad ikan sidat betina (Anguilla bicolor bicolor) melalui penyuntikan
ekstrak hipofisis. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Rusmaedi., Praseno, O., Rasidi da Subamia, I, W. 2010. Pendederan Benih Sidat
(Anguilla bicolor) Sistem Reserkulasi Dalam Bak Beton. Prosisding
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
Samsundari, S dan Wirawan, G, A. 2013. Analisis penerapan biofilter dalam sistem
resirkulasi terhadap mutu kualitas air budidaya ikan sidat (Anguilla
bicolor). Jurnal Gamma. Vol. 8 (2) : 86-97
Scabra, A, R., Budiardi, T dan Djokosetyanto, D. 2016. Kinerja produksi Anguilla
bicolor bicolor dengan penambahan CaCO3 pada media budidaya. Jurnal
Akuakultur Indonesia. Vol. 15 (1) : 1–7
Sholeh, S, A. 2004. Peranan jumlah shelter yang berbeda terhadap pertumbuhan
dan kelangsngan hidup benih ikan sidat (Anguilla sp). Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sumino., Supriyadi dan Wardiyanto. 2013. Efektivitas Ekstrak Daun Ketapang
(Terminalia cattapa L.) untuk Pengobatan Infeksi Aeromonas
salmonicida pada Ikan Patin (Pangasioniodon hypophthalmus). Jurnal
Sain Veteriner. Vol. 31 (1) : 79-88
Suryati, N, I., Muthmainnah, D., Prisantoso, B, I., Aprianti, S., Prasetyo, Y.,
Apriyanti, D dan Djunianto, R, S. 2016. Bioekologi dan Lingkungan
Perikanan Sidat (Anguilla spp) di Bengkulu, Lampung dan Cilacap. Balai
Penelitian Perikanan Perairan Umum. Kementrian kelautan dan
Perikanan.
Tesch, FW. 2003. The eel. Oxford. Blackwell Science Ltd
Widyastuti, W. 2016. Pengaruh Jenis Ikan dan Konsentrasi Garam pada Rebung
Ikan Terfermentasi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
22

Anda mungkin juga menyukai