Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN INDUKAN LELE

NUNUK LISTIYOWATI, S.Pi


LOKA RISET PEMULIAAN DAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR (LRPTBPAT) SUKAMANDI 2008

PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, hal ini mendorong tingkat konsumsi manusia akan gizi pangan baik dan murah (ikan) semakin bertambah, sehingga jumlah permintaan akan ikan dan produk hasil ikan juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan banyaknya ikan dari hasil budidaya. Kegiatan budidaya ikan terus mengalami perkembangan seiring dengan semakin menurunnya hasil tangkapan ikan dari alam dan tingginya permintaan baik dari pasar domestik maupun manca Negara. Salah satu komoditas air tawar unggulan hasil budidaya adalah ikan lele. Ada dua macam lele yang biasa di budidayakan di Indonesia, yaitu lele local (Clarias batracus) dan lele dumbo (Clarias gariepenus). Lele lokal merupakan lele asli Indonesia yang penyebarannya meluas hampir di seluruh pelosok Indonesia. sementara itu, lele dumbo merupakan varietas baru yang diperkenalkan pada tahun 1984 dan masuk ke Indonesia pada tahun 1986. (Bachtiar, 2007). Faktor keberhasilan dari suatu usaha budidaya lele antara lain adalah tersedianya benih lele unggul secara kuantitas dan kualitas serta memiliki produktivitas yang tinggi. Benih unggul ini hanya akan diperoleh dari bibit atau indukan lele unggul. Varietas baru unggulan ikan lele yang telah dirilis adalah ikan lele Sangkuriang. Lele Sangkuriang merupakan hasil persilangan antara betina generasi kedua (F2) dan jantan generasi keenam (F6). Namun demikian jika tidak diikuti dengan pengelolaan atau manajemen indukan lele yang baik maka yang terjadi adalah penurunan kualitas induk yang pada akhirnya menyebabkan kualitas benih yang dihasilkan juga menurun. Menurut Imron, 2007 masalah klasik pada budidaya ikan adalah cepatnya penurunan kualitas dari benih-benih yang digunakan dalam budidaya, seperti halnya pada kasus budidaya ikan nila. Salah satu indikator sederhana dari adanya masalah tersebut adalah sulitnya mendapatkan ukuran ikan sesuai permintaan pasar.

PENGELOLAAN INDUK A. Kolam Induk Kolam induk dapat menggunakan kolam dengan dinding beton dan dasar dari tanah. Ukuran kolam induk jantan dan betina sekitar 1X1X1 m untuk setiap 1 kg indukan. Induk jantan dan betina harus dipisahkan dalam kolam yang berbeda. Jika antara kolam jantan dan betina memiliki lubang pengairan yang sama, sebaiknya air masuk dari arah kolam jantan kekolam betina. Ketinggian air dalam kolam induk 60 cm - 80 cm. Sirkulasi pemasukan dan pengeluaran air dalam kolam bisa menggunakan pompa air dengan debit air mengalir 20-25 liter/menit. Air yang mengalir di dalam kolam harus bersih dan tidak tercemar limbah. Karena itu, air kolam harus disaring menggunakan ijuk terlebih dahulu sebelum dialirkan kembali ke dalam kolam. B. Manajemen Induk Syarat Induk Dalam melakukan pembenihan, induk yang dipijahkan harus dalam keadaan sehat, tidak cacat, tidak terdapat tanda yang dapat

menyebabkan terganggunya proses pembenihan dan dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas benih yang dihasilkan. Contoh induk yang tidak dapat digunakan sebagai indukan seperti tubuh induk bengkok, kelamin jantan pendek atau bengkok, banyak luka pada tubuh induk atau bobot induk tidak proporsional. Induk yang akan dipijahkan hanya induk yang telah matang kelamin. Ciri-ciri induk betina yang telah siap dipijahkan sebagai berikut : Ikan terlihat jinak dan pergerakannya agak lambat. Perut tampak membesar ke arah anus dan jika dipegang terasa lembek. Lubang kelamin agak membesar dan berwarna kemerahan.

Jika perut diurut perlahan ke arah anus akan keluar butiran telur berwarna kekuningan berukuran besar.

Sementara itu, induk jantan yang telah siap dipijahkan seperti berikut : Tubuh tetap meramping dengan pergerakan yang sangat lincah. Warna tubuh agak kemerah-merahan. Alat kelamin menjadi agak meruncing dan sangat jelas terlihat Bila tubuhnya dipijat ke arah anus akan keluar cairan putih kental (sperma).

Kelamin betina

Kelamin jantan

Seleksi Induk Penentuan indukan harus dilakukan dengan cermat supaya diperoleh benih yang baik. Induk-induk ini bisa diperoleh dari unit-unit penghasil benih yang biasanya dikelola oleh pemerintah melalui Dinas Perikanan. Induk juga bisa diperoleh dari pembudidaya yang sudah mendapat lisensi dari dinas terkait seperti Unit Pembenihan Rakyat. Cara yang paling mudah untuk mengetahui apakah indukan baik atau tidak adalah dengan melihat banyaknya telur yang dihasilkan oleh indukan. Indukan yang baik minimal mengeluarkan telur sebanyak 10% dari berat badan totalnya saat ovulasi. Jumlah telur dari setiap 100 gram berat telur yang keluar saat ovulasi adalah 80.000-120.000 butir. Hatching rate atau daya tetas telur juga menjadi indikator apakah induk tersebut cocok atau tidak untuk dijadikan indukan. Daya tetas telur yang optimum adalah 50-60%. Salah satu cara mendapatkan induk yang berkualitas adalah dengan cara seleksi. Seleksi yang sering dilakukan adalah seleksi

individu. Dalam satu kali penentuan calon indukan dilakukan seleksi berulang-ulang sehingga didapatkan induk yang benar-benar prima. Dalam proses seleksi ini, dalam satu keturunan hanya boleh diambil satu indukan betina, sedangkan indukan yang jantan harus diambil dari keturunan yang lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah indukan yang dihasilkan dari seleksi populasi maksimal hanya dapat dipakai untuk lima kali pemijahan, karena keturunan yang kelima sudah mengalami penurunan kualitas. Pengelolaan Induk Keterbatasan jumlah indukan merupakan kendala utama dalam penyediaan indukan yang siap dipijahkan. Sehingga diperlukan adanya manajemen atau pengelolaan indukan. Dalam pelaksanaannya, digunakan berapa buah kolam yang nantinya akan diisi dengan caloncalon induk dengan berbagai umur, mulai dari umur empat buIan hingga induk yang siap dipijahkan atau umur dua tahun. Berikut bagan manajemen indukan lele :

KOLAM 4 Calon Induk Hasil seleksi Umur 1,5 tahun

KOLAM 5 Induk Siap Pijah Umur 2 tahun

KOLAM 6 Induk yang telah dipijahkan

KOLAM 3 Calon Induk Hasil seleksi Umur 13 bulan

KOLAM 2 Calon Induk Hasil Seleksi Umur 9 bulan

KOLAM 1 Calon Induk Hasil Seleksi Umur 4 bulan

Keterangan: Calon induk berumur 4 bulan dipelihara di kolam 1 sampai berumur 9 bulan. Selama waktu pemeliharaan dilakukan seleksi, calon mana saja yang akan dipindahkan ke kolam ke-2. Begitu seterusnya sampai diperoleh induk seleksi yang siap dipijahkan dalam kolam ke-5. Yang terpenting jangan ada kolam yang kosong. Jika kolam sampai kosong harus segera diisi dengan calon induk yang umurnya disesuaikan dengar jenis kolam. Dengan demikian nantinya induk akan selalu tersedia dan proses pembenihan akan berjalan lancar. Proses ini dilakukan baik untuk penyediaan induk betina maupun jantan

C. Pakan Induk Selama pemeliharaan, indukan ini harus diberi pakan yang penuh gizi sehingga menghasilkan keturunan yang berkualitas. Jenis pakan buatan yang bisa diberikan adalah pelet. Komposisi nilai gizi yang tepat untuk induk adalah protein 30%, lemak 10-25%, dan karbohidrat 10-25% Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, pada pagi, sore dan malam hari, dengan dosis 3-5% dari bobot tubuh induk per hari. D. Pemijahan Proses pemijahan dapat dilakukan dengan merangsang induk untuk ovulasi. Timbang induk jantan dan betina kemudian dirangsang dengan menggunakan ovaprim dengan dosis 0,6 untuk betina dan 0,3-0,4 untuk jantan. Penyuntikan dilakukan dua kali, dosis penyuntikan pertama 30% dari total dosis dengan selang waktu enam jam kemudian dilakukan penyuntikan yang kedua (Sulhi, 2007). Wadah pemijahan dapat menggunakan bak beton ukuran 2 x 2 m dengan ketinggian air optimum 25 cm 30 cm. Satu pasang induk dapat menggunakan 3-4 kakaban dengan panjang 1 m dan lebar 0,4 m. Kakaban yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan

disucihamakan (Sulhi, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Yusuf. 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Lele Dumbo. Agro Media Pustaka. Jakarta. Imron. 2007. Perkembangan Terkini dalam Teknologi Budidaya Nila (Oreochromis niloticus). Disampaikan pada acara sosialisasi teknologi budidaya perikanan air tawar. Selasa 27 November 2007. Bandung. Sulhi, M. 2007. Budidaya Lele Dumbo di Lahan Pekarangan. Disampaikan pada acara sosialisasi teknologi budidaya perikanan air tawar. Selasa 27 November 2007. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai